Abstrak
Pendahuluan : Abses leher dalam adalah tebentuknya pus pada salah satu atau lebih ruang
potensial diantara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber
seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal serta telinga tengah dan leher. Abses parafaring
merupakan salah satu infeksi ruang leher dalam yang terjadi akibat komplikasi dari berbagai
infeksi rongga mulut dan orofaring. Komplikasi dapat ditimbulkan oleh abses parafaring jika
tidak ditangani dengan tepat seperti mediastinitis, meningitis, sindrom Lemierre, syok sepsis,
obstruksi jalan napas, empyema, sindrom Horner dan kematian.
Laporan Kasus : Telah dilaporkan satu kasus abses parafaring pada dewasa. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, radiologi. Penatalaksanaan pada
pasien ini dilakukan insisi drainase abses dan pemberian antibiotik.
Kesimpulan : Abses parafaring pada dewasa bisa disebabkan oleh infeksi pada gigi, mulut,
tenggorok, sinus paranasal serta telinga tengah dan leher
Kata kunci: Abses leher dalam, Abses Parafaring, Infeksi, Insisi drainase.
Abstract
Introduction: Deep neck abscess is the formation of pus in one or more of the potential spaces
between the fascia of the deep neck as a result of spreading infection from various sources such
as teeth, mouth, throat, paranasal sinuses and middle ear and neck. Parapharyngeal abscess is a
deep neck space infection that occurs as a result of complications from various infections of the
oral cavity and oropharynx. Complications can be caused by parapharyngeal abscess if not
treated properly such as mediastinitis, meningitis, Lemierre's syndrome, septic shock, airway
obstruction, empyema, Horner's syndrome and death.
Case Report: One case of parapharyngeal abscess was reported in an adult. Diagnosis is based
on clinical symptoms, physical examination, radiology. Management in this patient was done by
incising and expelling the abscess and administering antibiotics.
Conclusion: Parapharyngeal abscess in adults can be caused by infections of the teeth, mouth,
throat, paranasal sinuses and middle ear and neck.
Keywords: Deep neck abscess, Parapharyngeal abscess, Infection, Drainage incision.
PENDAHULUAN empiris merupakan langkah awal untuk
meng-cover infeksi bakteri yang
Abses leher dalam adalah tebentuknya pus
memproduksi beta lactamase. Terapi
pada salah satu atau lebih ruang potensial
spesifik dilakukan bila hasil kultur telah
diantara fasia leher dalam sebagai akibat
muncul. Drainase bedah diindikasikan untuk
penjalaran infeksi dari berbagai sumber
penderita dengan abses atau ancaman
seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus
terjadinya komplikasi. Ruang primer yang
paranasal serta telinga tengah dan leher.
terkena dan perluasan ke ruang lainnya
Pembentukan abses merupakan hasil
harus dibuka dan didrainase. Drainase dapat
perkembangan dari flora normal dalam
berupa aspirasi abses atau insisi dan
tubuh. Flora normal dapat tumbuh dan
eksplorasi, tergantung pada luasnya abses
mencapai daerah steril dari tubuh baik
dan komplikasi yang ditimbulkannya. 4
secara perluasan langsung, maupun melalui
laserasi atau perforasi.1 Anatomi Leher
Abses parafaring merupakan salah satu Pada daerah leher terdapat beberapa
infeksi ruang leher dalam yang terjadi akibat ruang potensial yang dibatasi oleh fasia
komplikasi dari berbagai infeksi rongga servikal. Fasia servikal dibagi menjadi dua
mulut dan orofaring. Angka kejadian abses yaitu fasia superfisial dan fasia profunda.
parafaring tidak diketahui secara pasti, Kedua fasia ini dipisahkan oleh otot
namun dari beberapa literatur dilaporkan platisma yang tipis dan meluas ke anterior
2,3
sekitar 18-23,3%. Komplikasi dapat leher. Otot platisma sebelah inferior berasal
ditimbulkan oleh abses parafaring jika tidak dari fasia servikal profunda dan klavikula
ditangani dengan tepat seperti mediastinitis, serta meluas ke superior untuk berinsersi di
meningitis, sindrom Lemierre, syok sepsis, bagian inferior mandibula.5,6
obstruksi jalan napas, empyema, sindrom
Horner dan kematian. 2
laboratorium: hemoglobin 11,7 gr/dl, anestesi umum. Pasien tidur telentang dalam
posisi rose di atas meja operasi dalam disertai dengan pembengkakan
anestesi umum. Dilakukan aseptik dan perimandibular me-libatkan daerah parotis
antiseptik prosedur. Dilakukan aspirasi, dan submandibular, biasanya nyeri dan
ditemukan pus. Dilakukan insisi di daerah menyebabkan pembatasan gerak leher.
aspirasi, didapatkan pus ± 20 cc. Dibilas Karena infeksi mengenai leher dalam, maka
dengan betadin. Operasi selesai. Post operasi fluktuasi yang jelas sukar ditemukan kecuali
posisi tidur tredelenberg, pasien diberikan pada abses submandibula. Pemeriksaan
terapi IVFD RL 8 jam/ kolf, Anbacim 3x1 intraoral menunjukkan pembengkakan pada
gr/ IV, Santagesic 3x1 gr/ IV, ganti verban daerah parafaring, terutama di belakang
sehari 1x. arkus posterior tonsil dan menyebabkan
berpindahnya tonsil ke depan dan medial. 5,6,9
Gejala lain yang harus diwaspadai antara
PEMBAHASAN lain disfagia yang progresif, odinofagi,
perubahan suara yaitu "hot-potato voice"
Telah dilaporkan satu kasus abses parafaring
dan sesak napas. Sesak napas dapat terjadi
pada seorang perempuan umur 50 tahun.
pada abses parafaring dan retrofaring akibat
Kasus abses retrofaring jarang ditemukan
pembengkakan dinding faring. Sesak napas
pada dewasa. Pada beberapa literature angka
biasanya ditemukan pada tahap akhir, ini
kejadian abses parafaring tidak diketahui
merupakan indikasi untuk dilakukannya
secara pasti, namun dilaporkan sebanyak 18-
penanganan obstruksi jalan napas dan harus
23,5%.3,4 Usia terbanyak penderita abses
dilakukan tindakan untuk meng-amankan
parafaring adalah usia sekitar lima tahun dan
jalan napas. Defisit neurologis yang
tiga puluh tahun, didominasi oleh laki-laki.1
mengenai nervus IX, X, dan XII juga dapat
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, terjadi.5 yang selalu terjadi adalah demam,
keluhan sukar dan nyeri menelan, trismus, jumlah lekosit yang meningkat dan
demam, riwayat infeksi gigi. Hal ini sesuai kelemahan.4 Pemeriksaan jumlah lekosit
dengan kepustakaan yang menyatakan serial merupakan cara yang baik untuk
bahwa manifestasi klinis infeksi leher dalam memonitor respon terhadap terapi
sangat beragam tergantung pada ruang yang antibiotik.3
terkena. Gejala yang sering terjadi pada
Pada pemeriksaan foto polos servikal
infeksi parafaring adalah demam, trismus,
terlihat gambaran
Pada kasus ini kemungkinan disebabkan neck surgery otolaryngology. Edisi
trauma karena infeksi gigi. Menurut ke-4. Philadelphia: Lippincolt
Purnaning Wahyu , Penyebab terbanyak Williams & Wilkins. 2006. Hlm
infeksi parafaring pada 6 kasus adalah 1182-97.
dentogen sebanyak 5 kasus, yaitu dijumpai 2. Aynechi BB, Har El G. Deep Neck
adanya karies, gangrene, karang gigi Infections. Dalam: Johnson JT,
maupun riwayat sakit gigi sebelumnya.10 Rosen CA, penyunting. Bailey’s
Head and Neck Surgery
Otolaryngology. Edisi ke 5.
Philadelphia: Lippincott William &
Wilkins. 2014. H.794-816
3. Rahardjo SP. Infeksi Leher Dalam.
KESIMPULAN Yogyakarta: Graha Ilmu;2013.