Anda di halaman 1dari 12

ABSES SUBMANDIBULA

Ghina Sabrina G99181033


Faradiba Maharani G99172074
Intan Pratiwi G991902030
Faiq Murteza G99181028
Iqbal Rafsanzani G991902031
M. Prasetya Wibowo G991906022

Pembimbing : Eva Sutyowati Permatasari, drg., SpBM, MARS


DEFINISI

 suatu peradangan yang disertai pembentukan pus pada daerah


submandibula merupakan salah satu infeksi pada leher bagian dalam
(deep neck infection).
 Pada umumnya sumber infeksi pada ruang submandibula berasal
dari proses infeksi dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar limfe
submandibula. Mungkin juga kelanjutan infeksi dari ruang leher
dalam lain
Epidemiologi Abses Mandibula

 Angka kejadian abses submandibula lebih banyak ditemukan pada


laki-laki (51,9%) dibanding perempuan (48,1%).
 Mayoritas penderita abses submandibula adalah pria dengan
presentasi 53% dibandingkan dengan wanita yang hanya
mencapai 43%.
 Penderita abses submandibula terbanyak juga terdapat pada
kelompok umur >50 tahun mencapai 33%.
 Berdasarkan penelitan abses submandibula ini didapatkan juga
pada anak-anak dengan usia termuda 1 tahun dan yang tertua
pada umur 70
Supervisial
dari dasar tengkorak sampai
daerah toraks dan aksila

Fasia Servikalis Superficialis


Media
Dibagi menjadi dua divisi.
Divisi viscera membungkus
Fasia Servikalis organ-organ anterior leher
yaitu kelenjar tiroid, trakea
dan esofagus
Fasia Servikalis Profundus Profunda

dua divisi yaitu divisi alar


dan prevertebra. Divisi
alar terletak diantara
lapisan media fasia
servikalis profunda dan
divisi prevertebra, yang
berjalan dari dasar
tengkorak sampai
vertebra torakal II dan
bersatu dengan divisi
viscera lapisan media
fasia servikalis profunda
Ruang
SUbmandibula
Etiologi

 Infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar limfe
submandibula. Mungkin juga kelanjutan infeksi dari ruang leher dalam
lain. Sebanyak 61% kasus abses submandibula disebabkan oleh infeksi
gigi.
 Infeksi dari gigi dapat menyebar ke ruang submandibula melalui
beberapa jalan yaitu secara langsung melalui pinggir myolohioid,
posterior dari ruang sublingual, periostitis dan melalui ruang mastikor.
 Sebagian besar abses leher dalam disebabkan oleh campuran
berbagai kuman, baik kuman aerob, anaerob, maupun fakultatif
anaerob. Kuman aerob yang sering ditemukan adalah Stafilokokus,
Streptococcus sp, Haemofilus influenza, Streptococcus Pneumonia,
Moraxtella catarrhalis, Klebsiell sp, Neisseria sp. Kuman anaerob yang
sering ditemukan pada abses leher dalam adalah kelompok batang
gram negatif, seperti Bacteroides, Prevotella, maupun Fusobacterium.
DIagnosis

 Anamnesis dan Gejala Klinis


 Demam
 Air liur yang banyak
 Trismus akibat keterlibatan musculus
pterygoid
 Disfagia
 Sesak nafas akibat sumbatan jalan
nafas oleh lidah yang terangkat ke
atas dan terdorong ke belakang
 Pada pemeriksaan fisik didapatkan
adanya pembengkakan di daerah
submandibula fluktuatif, dan nyeri
tekan
Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium 2. Radiologis
 Pada pemeriksaan darah rutin,  Rontgen jaringan lunak kepala AP
didapatkan leukositosis. Aspirasi
 Rontgen panoramik
material yang bernanah (purulent)
dapat dikirim untuk dibiakkan  Dilakukan apabila penyebab
guna uji resistensi antibiotik abses submandibuka berasal dari
gigi.
 Rontgen thoraks
 Perlu dilakukan untuk evaluasi
mediastinum, empisema subkutis,
pendorongan saluran nafas, dan
pneumonia akibat aspirasi abses.
Pemeriksaan Penunjang

 CT SCAN
 CT-scan dengan kontras
merupakan pemeriksaan baku
emas pada abses leher dalam.
Gambaran abses yang tampak
adalah lesi dengan hipodens
(intensitas rendah), batas yang
lebih jelas, dan kadang ada air
fluid level
Penatalaksanaan
 1. Antibiotik  2. Evakuasi

Secara empiris kombinasi ceftriaxone Evakuasi abses dapat dilakukan dalam


dengan metronidazole masih cukup baik. anestesi lokal untuk abses yang dangkal dan
Setelah hasil uji sensistivitas kultur pus telah terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis
didapat pemberian antibiotik dapat bila letak abses dalam dan luas.
disesuaikan. Antibiotik biasanya dilakukan
selama lebih kurang 10 hari
Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi
 Proses peradangan dapat menjalar secara
Prognosis
hematogen, limfogen atau langsung  Pada fase awal dimana abses masih kecil
(perkontinuitatum) ke daerah sekitarnya. maka tindakan insisi dan pemberian
Penjalaran ke atas dapat mengakibatkan antibiotika yang tepat dan adekuat
peradangan intrakranial, ke bawah menghasilkan penyembuhan yang
menyusuri selubung karotis mencapai sempurna.
mediastinum menyebabkan mediastinitis.  Apabila telah terjadi mediastinitis, angka
 Abses juga dapat menyebabkan mortalitas mencapai 40-50% walaupun
kerusakan dinding pembuluh darah. Bila dengan pemberian antibiotik.
pembuluh karotis mengalami nekrosis,  Ruptur arteri karotis mempunyai angka
dapat terjadi ruptur, sehingga terjadi mortalitas 20-40% sedangkan trombosis
perdarahan hebat, bila terjadi periflebitis vena jugularis mempunyai angka
atau endoflebitis, dapat timbul mortalitas 60%.
tromboflebitis dan septikemia.9
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai