Anda di halaman 1dari 26

Laporan Praktikum Fitokimia I

Percobaan I
Ekstraksi

Oleh:

Kelompok 3

Fadila 917312906201.004
Idawati 917312906201.003
Melin Astuti 918312906201.006
Nursyam 917312906201.015

Dosen Pembimbing:

Ikhsan Siddiq, S.Si.,Apt

Andi Nafisah Tendri Adjeng M, S.Farm.,M.Sc

Randa Wulaisfan, S.Farm.,M.Si.,Apt

LABORATORIUM TERPADU ITK AVICENNA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA
KENDARI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemurnian suatu senyawa dapat dilakukan dengan ekstraksi. Ekstraksi
cairan-cairan merupakan suatu teknik dalam suatu larutan (biasanya dalam air)
dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada
dasaranya tidak saling bercampur dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih
zat terlarut (solut) ke dalam pelarut kedua itu. Pemisahan itu dapat dilakukan
dengan mengocok-ngocok larutan dalam sebuah corong pemisah selama beberapa
menit
Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat tercampur
(immiscible) menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan
analitis. Bahkan di mana tujuan primernya adalah bukan analitis namun
preparatif, ekstraksi pelarut dapat merupakan suatu langkah penting dalam urutan
yang menuju ke suatu produk murninya dalam laboratorium organik, anorganik
atau biokimia. Pemisahan ekstraksi pelarut biasanya ‘bersih´ dalam arti tak ada
analog, kopresipitasi dengan sistem semacam itu.
Ekstraksi merupakan metode pemisahan yang baik dan popular dibanding
kebanyakan metode lain. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat
dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Seseorang tidak memerlukan
alat yang khusus atau canggih kecuali corong pemisah. Prinsip metode ini
didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua
pelarut yang tidak saling bercampur seperti benzen, karbon tetraklorida atau
kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer dalam jumlah yang
berbeda dalam kedua fase terlarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan
preparatif, pemurnian, memperkaya pemisahan serta analisis pada semua skala
kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia analisis kemudian berkembang
menjadi metode yang baik, sederhana, cepat dan dapat digunakan untuk ion-ion
logam yang bertindak sebagai pengotor dan ion-ion logam dalam jumlah
makrogram.
Untuk itu kami melakukan sebuah kegiatan praktikum untuk mengelola
dan memanfaatkan sebuah sumber daya alam yang ada sehingga dapat digunakan
dalam waktu jangka panjang. Praktikum yang dilakukan ialah mengekstrak
tanaman Tembelekan, Bunga Matahari, Jarum Lelaki, Daun Kuya dan Rimpang
Kunyit dengan metode maserasi, perkolasi, dan soxhlet. Ekstrak yang dihasilkan
akan dimanfaatkan untuk melihat ada tidaknya potensi untuk dijadikan sebuah
obat.

B. Tujuan Praktikum
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tumbuhan
1. Daun Tembelekan
Tanaman Tembelekan ( Latana camara) Menurut Tjitrosoepomo
(1988), tanaman Tembelekan (Lantana camara) adalah golongan tanaman
tahunan dan klasifikasi lengkapnya adalah Divisio Spermatophyta, Subdivisio
Angiospemnae, Klas Dicotyledoneae, Ordo Lamiales, Famili Verbeneceae,
Genus Lantana dan Species Lantana camara. Dalam hidupnya tanaman
Tembelekan membentuk hutan-hutan yang sukar ditembus, juga merupakan
perdu yang sangat berubah-ubah dan sering berbau sekali. Tanaman ini sukar
sekali dihilangkan pada waktu membuka tanah. Tanaman ini juga merupakan
tanaman hias atau pagar yang berasal dari Amerika tropis, sebagian besar
tanaman ini tumbuh liar (Steenis, 1987).Tanaman ini termasuk dalam
suku Verbeneceae yang membawahi sekitar seratusan marga dengan
seluruhnya hampir meliputi 3.000 jenis, kebanyakan tumbuhnya didaerah
tropis, sedangkan didaerah luar tersebut tidak banyak tumbuh (Tjitrosoepomo,
1988). Tanaman tahi ayam ini adalah tanaman semak berkayu, batangnya
tegak hingga 4 meter, bercabang dan berduri, merupakan tanaman tahunan
yang mempunyai buah bulat dan bergerombol dan berkembang biak dengan
biji. Tumbuh ditempat terbuka dan terlindung hingga 1.700 meter diatas
permukaan laut yang cahaya mataharinya cerah sampai teduh (Steenis, 1987).
Tembelekan merupakan tanaman terna, semak atau perdu, kadang-kadang
juga merupakan pohon atau liana dengan ranting-ranting yang jelas berbentuk
segi empat, jelas kelihatan terutama pada ujung-ujung yang masih muda.
Daun tunggal tanpa daun penumpu jarang tersebar atau berkarang.Bunga
dalam rangkaian yang bersifat rasemos, kelopak berlekuk atau berbiji 4 s/d 5,
dapat bervariasi dari 2 s/d 6 sering kali zigomorf. Mahkota berbentuk buluh
yang nyata berbilangan 5, jarang 4, kebanyakan dengan taju-taju mahkota
yang sama besar, sedikit miring, tidak jelas berbibir. Benang sari baisanya
empat, 2 s/d 2, tidak sama panjang, jarang hanya 2 tambah 2 yang mandul
atau sama sekali tidak ada. Bakal buah menumpang, tersusun dari 2 s/d 4 daun
buah yang tepinya melipat kedalam berbentuk sekat, hingga bakal buah
terbagi-bagi dalam 4 sampai dengan 8 ruang. Salah satu daun kadang-kadang
tereduksi sehingga bakal buah hanya beruang dua. Pada setiap daun buah
terdapat 2 bakal biji yang apotrop atau anatrop, menempel pada tepi daun
buah. Tangkai putik yang ujung bakal buah tidak terbagi. Buahnya buah batu
yang berisi 2, 4 atau 8 biji. Biji dengan sedikit endosperm dan mempunyai
lembaga lurus (Tjitrosoepomo, 1988).

Lantana camara mempunyai tinggi 0,5 meter sampai 5 meter, perdu


yang bercabang banyak. Batang segi empat, yang muda penuh rambut,
kelenjar kecil dan selalu dengan duri tempel (kadang-kadang kecil). Daun
bertangkai sangat panjang, bulat telur dengan pangkal yang tumpul dan ujung
yang runcing, bergigi, bergerigi, dari sisi atas berbulu kasar dan dari sisi
bawah berbulu jarang. Bulir pendek di ketiak daun, tunggal, bertangkai. Daun
pelindung bulat telur jorong, panjangnya 0,5 cm. Kelopak berbentuk lonceng,
berlekuk tidak dalam, tinggi 2 mm. 

Tabling mahkota membengkok,panjangnya 1 cm, tepian bertaju 4 s.d


5, taju tidak sama besarnya, oranye, merah muda, merah dan putih, sering
bergantian warna. Benang sari 4, panjang 2, buah batu saling berdekatan
berbentuk bulat telur, berinti satu (Steenis, 1987). Bagian dari tanaman
Tembelekan mengandung suatu senyawa yang fungsinya bagi tumbuhan
belum jelas, tetapi zat-zat tersebut tumbuhan mempunyai aroma dan khasiat
tertentu. Tanaman ini disamping sebagai gulma juga diduga sebagai pestisida
nabati, sehingga merupakan pestisida yang perlu dikembangkan. Hal ini
karena pestisida nabati lebih baik dari pestisida buatan atau kimia.Tembelekan
merupakan gulma beracun dan berbau sangat menyengat. Bau menyengat
disebabkan oleh karena adanya kandungan senyawa Phenol dalam tanaman
tersebut. Sifat meracun tembelekan disebabkan adanya bahan aktif berupa
senyawa Triperpenoid Lantadene A (Steenis, C.GG. J Van.1987). Bau
menyengat dan sifat beracun tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan
penolak serangga bahan yang disimpan.Daun dan biji dari Lantana
camara meracun hewan rumput dan manusia (Steenis, C.GG. J Van.1987),
gejala keracunan Lamtana camara tampak 2 hingga 6 jam setelah memakan
daun dan bijinya. Gejala keracunan Lantana camara adalah muntah, sakit
kepala, gemetar, takut pada sinar,pupil mata melebar, pernapasan lambat, pH
tubuh menurun, reflek tendon menurun, bernafsu tidur bahkan dapat
menimbulkan kematian.

 Klasifikasi lantara camara

Kingdom :plantae

Subkingdom :tracheobionta

Superdivision :spermathophyta

Division :magnoliophyta

Class  :magnoliopsida

Subclass :asteridae

Order  :lamiales

Family :verbenaceae

Genus :lantana L.
Spesies :lantana camara L (USDA,2006)

 Nama lokal

Jawa: Kembang satek,saliyara,saliyere,tahi ayam,tahi kotok

Madura: Tamanjho

Sumatera: Bunga pagar, kayu singapur,lai ayam

Cina: Wu se mei

 Sinonim
a. L.antillana Rafin
b. L.mutabillis Salisb,
c. L.polyacanthus SCH.,
d. L.scabrida soland,
e. L.viburnoides blanco (Haryanto,2009)

 Habitat

Penyebaran lantana camara secara geografis sangat beragam dan luas .


Hal ini terjadi di berbagai habitat dan pada berbagai jenis tanah. Lantana
camara umumnya tumbuh baik diareal yang terbuka, kondisi seperti tanah
yang terlantar, tepi hutan hujan,di daerah pertanian, padang rumput, tanah
scrub / semak, daerah perkotaan, lahan basah dan hutan yang pulih dari
kebakaran atau bekas logging,Pinggir jalan, rel kereta api dan bank kanal
disukai oleh spesies. Lantana camara Ini tidak tumbuh pada suhu di bawah 5
derajat tanaman Celcius.lantana camara ditemukan pada ketinggian dari
permukaan laut sampai 2.000 m dan dapat berkembang dengan baik di bawah
curah hujan berkisar 750-5000 mm per tahun.
Lantana camara tidak hidup banyak pada hutan primer. Dimana hutan
alami telah terganggu melalui celah-celah yang di ciptakan oleh pembalakan
liar (ilegaal logging),illegal Logging lebih lanjut akan memperburuk kondisi
tersebut dan memungkinkan lantana menyebar atau menjadi tebal dalam
pertumbuhannya. Hal ini tidak dapat bertahan dalam padat,karena hutan
primer sedikit mendapatkan penyinaran bagi tumbuhan rendah seperti lantana
camara.lantana camara lebih sedikit hidup pada daerah yang rentan terhadap
salju dan suhu rendah, tanah salin, tanah berawa atau hydromorphic, curah
hujan yang rendah, koralin tanah dengan kapasitas air memegang miskin dan
tingginya insiden badai tropis.

 Botani

Tembelekan berbentuk perdu tegak atau setengah merambat,bercabang


banyak,ranting bentuk segi empat.Ada varietas berduri dan ada varietas yang
tidak berduri,tingginya lebih kurang 2 m.terdapat sampai 1.700 meter diatas
permukaan laut,di tempat panas.Tanaman ini banyak dipakai sebagai tanaman
pagar dan memiliki bau khas(Haryanto,2009) Daunnya tunggal,duduk
berhadapan berbentuk bulat telur dengan ujung meruncing pinggir bergerigi
dan tulang daun menyirip.

Permukaan atasnya berambut banyak,terasa kasar dengan perabaan,


sedangkan permukaan bawahnya berambut jarang .panjang daun 5-8 cm, lebar
3,5-5cm,warna hijau tua.bunga dalam rangkaian yang bersifat rasemos,
mempunyai warna putih,merah muda,jingga kuning, dan
sebagaiannya.kelopak mempunyai bentuk lonceng,mahkota bagian dalam
berambut.Buah seperti buah buni berwarna hitam mengkilat bila sudah
matang.bijinya bulat hitam.akarnya tunggang,bulat dengan warna kuning
kecoklatan(Haryanto,2009)
 Penyebaran benih

Penyebaran buah melalui burung pemakan buah, rubah dan tikus.


Kecambah yang berasal dari benih segar umumnya pertumbuhannya rendah.,
tetapi perkecambahan mendapat ditingkatkan ketika benih melewati
pencernaan Sistem burung dan hewan. Intensitas cahaya yang tinggi dan suhu
tanah akan merangsang perkecambahan biji yang berarti bahwa pembukaan
lahan hutan, pembakaran yang tidak pantas dan gangguan lainnya akan
membantu penyebaran gulma. Benih mampu bertahan dari panasnya api.

 Kandungan kimia

Daun tembelekan mengandung alkaloid,flavonoid,saponin,tanin dan


kuinon. (ganjewalla et al.2009;Ghisalberti et al.2000; Nurochman, 1996).
alkaloid yang terkandung dalam daun tembelekan dapat merangsang kelenjar
endokrin untuk menghasilkan hormon ekdison.Peningkatan hormon tersebut
dapat menyebabkan kegagalan metharmorfosis.pengamatan pada nyamuk
yang mati abnormal menunjukkan sebagian tubuh nyamuk ada yang
tersangkut selubung pupa sehingga terjadi kegagalan ekslosi (Aminah et
al.,2001)

Saponin diduga mengandung hormon steroid yang berpengaruh dalam


pertumbuhan larva nyamuk.larva yang mati memperlihatkan kerusakan pada
dinding traktus digestivus.Hal ini sesuai dengan pernyataan shashi dan ashoke
(1991) bahwa saponin dapat menurunkan tegangan permukaan selaput
mukosa traktus digestivus larva sehingga menjadi korosif.pupa tidak
terpengaruh oleh saponin karena mempunyai struktur dinding tubuh yang
terdiri dari kutikula yang keras sehingga senyawa saponim tidak dapat
menembus dinding pupa.(Aminah et al,2001).
Komponen tanin berperan sebagai pertahanan tanaman terhadap
serangga dengan cara menghalangi serangga dalam mencerna makanan .Tanin
dapat menggangu serangga dalam mancerna makanan karena tanin akan
mengikat protein dalam sistem pencernann yang di perlukan serangga untuk
pertumbuhan sehingga proses penyerapan protein dalam sistem pencernaan
menjadi terganggu. Tanin berfungsi dalam menekan konsumsi makan,tingkat
pertumbuhan dan kemampuan bertahan.tanin ,kuinon dan saponim memiliki
rasa pahit sehingga dapat menyebabkan mekanisme penghambatan
makan.Selain itu,rasa pahit juga menyebabkan larva tidak mau makan
sehingga larva akan kelaparan dan akhirnya mati (Yunita et al,2009).

Istilah flavoinida di berikan untuk senyawa-senyawa fenol yang


berasal dari kata flavon,yaitu nama dari salah satu jenis flavoinoida yang
terbesar jumlahnya dalam tumbuhan.flavonoida inilah yang memberikan
warna pada bunga dan buah.selain itu, flavonoida yang memiliki rasa pahit ini
di gunakan sebagai pertahanan dan perlindungan terhadap serangga,jamur dan
binatang herbivora(Lenny,2006;Stafford2001).flavonoid dapat meningkatkan
permeabilitas dinding sel sehingga memudahkan toksin masuk ke dalam
(huang,2004).

 Manfaat

Akar tembelekan meiliki rasa manis dan sejuk.Dapat digunakan


sebagai penurun panas,penawar racun (antitoxic),penghilang sakit.daunnya
pahit, sejuk, berbau,agak beracun (toxic). Dapat menghilangkan gatal
(antipruritus), antitoxic, menghilangkan pembengkakan (anti-sweling). sedang
bunganya manis, sejuk digunakan untuk penghenti pendarahan (hemostatic)
(Haryanto,2009).

Tumbuhan Tembelekan (Lantana camara L) merupakan tumbuhan


yang tumbuh liar di berbagai tempat. Tumbuhan Tembelekan digunakan
masyarakat secara empiris untuk mengobati beberapa macam penyakit seperti
batuk, luka, peluruh air seni, peluruh keringat, peluruh haid,penurun panas,
obat bengkak, encok dan bisul (Mardisiswojo, 1968). Daun Tembelekan
mengandung lantadene A, lantadene B, lantanolic acid, lantic acid, humule
(mengandung minyak asiri),caryophyllene, terpidene, pinene dan cymene.
(Anonim, 2013).

Apabila prostaglandin tidak dihambat maka terjadi peningkatan


suhu tubuh yang akan mengakibatkan demam. Hal inilah yang mendorong
peneliti untuk menguji efek antipiretik ekstrak daun tembelekan pada tikus
putih jantan yang diinduksi vaksin DPT-Hb.

2. Rimpang Kunyit
 Klasifikasi

Kunyit atau kunir (Curcuma longa atau Curcuma domestika) tergolong


dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae. Kunyit merupakan tanaman obat
berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar diseluruh daerah
tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan atau bekas
kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 1300-1600 mdpl, ada
juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India.
Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom.
Pada tahun 77-78 SM. Diascorides menyebut tanaman ini
sebagai Chyperusmenyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, sedikit pedas, tetapi
tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya
India, China Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina. Kunyit memiliki
klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (Monokotil)
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberalas
Famili : Zingiberaceae (Suku jahe-jahean)
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma longa L.

 Manfaat Kunyit
A. Bagi Kesehatan
1. Kunyit dapat membantu memperlambat penyebaran dan pertumbuhan
tumor
2. Kunyit dapat membantu memperlancar system pencernaan
3. Meringankan gejala rematik
4. Membantu menyembuhkan luka
5. Membantu menyembuhkan penyakit kulit seperti koreng dan gatal-
gatal.
6. Membersihkan, mempengaruhi bagian perut Khususnya pada lambung
7. Merangsang, melepaskan lebihan gas di usus,
8. Mmenghentikan pendarahan dan mencegah penggumpalan darah
B. Bagi Kecantikan
1. Dapat mencegah keputihan
2. Dapat menghaluskan kulit
3. Memperlancar dan mengurangi rasa nyeri saat haid

 Zat Aktif

Senyawa utama yang terkandung dalam rimpang kunyit adalah


kurkuminoid dan minyak atsiri. Kandungan kurkuminoid berkisar 3,0-5,0 %,
yang terdiri dari kurkumin dan turunannya yaitu demetoksikurkumin dan
bisdemetoksikurkumin. Kurkuminoid berbentuk kristal prisma atau batang
pendek, membenuk emulsi atau tidak larut dalam air, dan mudah larut dalam
eseton, etanol, metanol, bensen, dan khloroform. Senyawa tersebut
memberikan fluoresensi warna kuning, jingga, sampai jingga kemerahan yang
kuat di bawah sinar ultra violet yang tidak stabil apabila dipanaskan.
Kandungan minyak atsiri rimpang kunyit berkisar antara 2,5-6,0 %,
yang terdiri dari komponen artumeron, alfa, dan beta kariofilenlinalol, 1,8
sineol, zingi beren, dd felandren, d sabinen, dan bormeol, selain kurkuminoid
dan minyak atsiri rimpang kunyit juga mengandung senyawa lain seperti pati,
lemak protein, kamfer, resin, damar, gom, kalsium, fosfor, dan zat besi 

 Pembudidayaan

Budidaya tanaman kunyit cukup mudah. Rimpang tanaman yang akan


dijadikan benih hendaknya yang telah cukup umur yaitu sekitar 10 bulan
dengan bobot 20 - 30 g. Benih yang akanditanam sebaiknya yang telah
memiliki tunas sepanjang 2 - 3 cm.Sebelum di tanam, tanah terlebih dahulu
diolah dengan cara mengarpu dan mencangkul di tempat yang akan ditanami.

Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan.Pupuk


kandang dapat diberikan sebanyak 0,5 kg/lubang tanam dan jarak tanam yang
optimal adalah 50 cm x 50 cm dan penanaman benih sebaiknya dengan
kedalaman 7,5 cm - 10 cm,dengan mata tunas menghadap ke atas.Setiap
lubang tanam sebaiknya di isi dengan satu benih dan setelah benih
dimasukkan, lubang tanam kembali ditutup dengan tanah.

Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi rimpang yang optimal,


sebaiknya tanaman di pupuk dengan pupukbuatan yaitu SP36 dan KCL pada
awal penanaman masing-masingsebanyak 200 kg/ha dan urea sebanyak 200
kg/ha diberikan se-banyak tiga kali yaitu 1/3 dosis pada umur 1 bulan, 2 bulan
dan3 bulan setelah tanam. Selain itu upaya pemeliharaan tanaman juga
penting, yang dapat dilakukan dengan cara menyiangi gulma dua bulan sekali
dan merapikan gulu dan panen.

Kunyit biasanya di panen pada umur sekitar 9– 10 bulan.Cara panen


cukup mudah yaitu dengan menggali rimpang menggunakan garpu. Usahakan
agar rimpang tidak patah tertinggal waktu digali sehingga bobot yang
diperoleh lebih tinggi.Setelah digarpu, tanah disekitar rimpang dibersihkan
dan rimpang dikumpukan dalam karung. Biasanya hasil panen dapat mencapai
20 – 30 ton/ha rimpang segar.

B. Maserasi

Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke


dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,
kemudian berdifusi ke dalam pelarut dan setelah pelarut diuapkan maka zat
aktifnya akan diperoleh (Adrian, 2000).
Tujuan Ekstraksi yaitu penyarian komponen kimia atau zat-zat aktif
dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan termasuk biota
laut. Komponen kimia yang terdapat pada tanaman, hewan dan beberapa jenis
ikan pada umumnya mengandung senyawa-senyawa yang mudah larut dalam
pelarut organik (Adrian, 2000).
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman adalah
pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar
sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan
berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif
di dalam dan di luar sel (Adrian, 2000).
Macam – macam cairan penyari (Rohman, 2007) :

a.     Air
Termasuk yang mudah dan murah dengan pemakaian yang luas, pada
suhu kamar adalah pelarut yang baik untuk bermacam-macam zat misalnya :
garam-garam alkaloida, glikosida, asam tumbuh-tumbuhan, zat warna dan
garam-garam mineral.
Umumnya kenaikan suhu dapat menaikkan kelarutan dengan
pengecualian misalnya pada condurangin, Ca hidrat, garam glauber dll.
Keburukan dari air adalah banyak jenis zat-zat yang tertarik dimana zat-zat
tersebut meripakan makanan yang baik untuk jamur atau bakteri dan dapat
menyebabkan mengembangkan simplisia sedemikian rupa, sehingga akan
menyulitkan penarikan pada perkolasi.

b.   Etanol
Etanol hanya dapat melarutkan zat-zat tertentu, Umumnya pelarut
yang baik untuk alkaloida, glikosida, damar-damar, minyak atsiri tetapi bukan
untuk jenis-jenis gom, gula dan albumin. Etanol juga menyebabkan enzym-
enzym tidak bekerja termasuk peragian dan menghalangi perutumbuhan jamur
dan kebanyakan bakteri. Sehingga disamping sebagai cairan penyari juga
berguna sebagai pengawet. Campuran air-etanol (hidroalkoholic menstrum)
lebih baik dari pada air sendiri.

c.    Gycerinum (Gliserin)
Terutama dipergunakan sebagai cairan penambah pada cairan
menstrum untuk penarikan simplisia yang mengandung zat samak. Gliserin
adalah pelarut yang baik untuk tanin-tanin dan hasil-hasil oksidanya, jenis-
jenis gom dan albumin juga larut dalam gliserin. Karena cairan ini tidak atsiri,
tidak sesuai untuk pembuatan ekstrak-ekstrak kering.
d.   Eter
Sangat mudah menguap sehingga cairan ini kurang tepat untuk
pembuatan sediaan untuk obat dalam atau sediaan yang nantinya disimpan
lama.
e.   Solvent Hexane
Cairan ini adalah salah satu hasil dari penyulingan minyak tanah kasar.
Pelarut yang baik untuk lemak-lemak dan minyak-minyak. Biasanya
dipergunakan untuk menghilangkan lemak dari simplisia yang mengandung
lemak-lemak yang tidak diperlukan, sebelum simplisia tersebut dibuat sediaan
galenik, misalnya strychni, secale cornutum.

f.     Acetonum
Tidak dipergunakan untuk sediaan galenik obat dalam, pelarut yang
baik untuk bermacam-macam lemak, minyak atsiri, damar. Baunya kurang
enak dan sukar hilang dari sediaan. Dipakai misalnya pada pembuatan
Capsicum oleoresin (N.F.XI)

g.   Chloroform
Tidak dipergunakan untuk sediaan dalam, karena efek farmakologinya.
Bahan pelarut yang baik untuk basa alkaloida, damar, minyak lemak dan
minyak atsiri.

h. Diklorometana
Diklorometana (CH2Cl2) adalah pelarut organik sering menggunakan
untuk mengekstrak senyawa organik dari sampel. Ini adalah racun tapi lebih
sedikit daripada kloroform.
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah (Tobo, 2001) :
a. Secara panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel langsung
dipanaskan dengan pelarut; dimana umumnya digunakan untuk sampel yang
mempunyai bentuk dan dinding sel yang tebal.
b. Secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhlet. Dimana untuk
maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia, sedangkan soxhlet
dengan cara cairam penyari dipanaskan dan uap cairan penyari naik ke
kondensor kemudian terjadi kondensasi dan turun menyari simplisia.

Adapun cara-cara ekstraksi adalah :

A. Maserasi

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang


dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari
selama beberapa hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya (Adrian,
2000).
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, tiraks dan lilin (Adrian, 2000).
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan
dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan (Adrian,
2000).
Kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyariannya
kurang sempurna (Adrian, 2000).
Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya (Adrian, 2000):
1. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan
lemah, yaitu pada suhu 40 – 50oC. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan
untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan
pemanasan akan diperoleh keuntungan antara lain kekentalan pelarut
berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya lapisan-lapisan batas,
daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan
tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan, koefisien
difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding terbalik
dengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan berpengaruh pada
kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu
dinaikkan.
2. Maserasi dengan mesin pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus- menerus, waktu
proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.
3. Remaserasi
Cairan penyari dibagi 2. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi
dengan cairan penyari pertama, sesudah dienaptuangkan dan diperas,
ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.
4. Maserasi melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan
penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu
mengalir kembali secara berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan
melarutkan zat aktifnya. Keuntungan cara ini :
1. Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas.
2. Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam, sehingga akan
memperkecil kepekatan setempat.
3. Waktu yang diperlukan lebih pendek.
4. Maserasi melingkar bertingkat
Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan
secara sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila
keseimbangan telah terjadi. Masalah ini dapat diatas dengan maserasi
melingkar bertingkat.
B. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang
berperan pada perkolasi antara lain : gaya berat, kekentalan, daya larut,
tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya gesekan
(friksi) (Tobo, 2001).
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang
digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat
aktif yang keluar dari perkolator disebut sari/perkolat, sedang sisa setelah
dilakukannnya penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi(Tobo, 2001).
Cara perkolator lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena
(Tobo, 2001) :
a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan
derajat perbedaan konsentrasi.
b. Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat
mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka
kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari,
maka cara perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Dalam proses perkolasi
biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang maksimal (Tobo,
2001).
Bentuk perkolator ada 3 macam yaitu perkolator berbentuk tabung,
perkolator berbentuk paruh dan perkolator berbentuk corong. Pemilihan
perkolator bergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan disari. Serbuk
kina yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik bila
diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat akan segera
menjadi pekat dan berhenti mengalir. Pada pembuatan tingtur dan ekstrak
cair, jumlah cairan penyari yang diperlukan untuk melarutkan zat aktif. Pada
keadaan tersebut, pembuatan sediaan digunakan perkolator lebar untuk
mempercepat proses perkolasi (Tobo, 2001).
3. Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan,
cairan penyari dipanaskan hingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi
menjadi molekul cairan oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia di
dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat
setelah melewati pipa siphon, proses ini berlangsung hingga proses penyarian
zat aktif sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang
melalui pipa siphon tersebut atau jika diidentifikasi dengan KLT tidak
memberikan noda lagi (Adrian, 2000).
Keuntungannya cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan lebih
pekat. Penyarian dapat diteruskan sesuai dengan keperluan, tanpa menambah
volume cairan penyari. Kerugiannya : larutan dipanaskan terus-menerus,
sehingga zat aktif yang tidak tahan pemanasan kurang cocok (Adrian, 2000).
Metode soxhlet bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara panas
namun proses ekstraksinya secara dingin, sehingga metode soxhlet
digolongkan dalam cara dingin (Tobo, 2001).
Keuntungan metode refluks (Adrian, 2000) :
a. Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung
diperoleh hasil yang lebih pekat.
b. Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni, sehingga dapat
menyari zat aktif lebih banyak.
Simplisia yang biasa diekstraksi dengan cara ini adalah simplisia yang
mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan dan mempunyai
tekstur yang keras seperti akar, batang, buah/biji dan herba (Adrian, 2000).
4. Destilasi Uap Air
Destilasi uap dapat dipertimbangkan untuk menyaring serbuk
simplisia yang mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi
pada tekanan udara normal. Pada pemanasan biasa kemungkinan akan terjadi
kerusakan zat aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut maka penyarian
dilakukan dengan destilasi uap (Tobo, 2001).
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-

minyak menguap (minyak esensial) dari sampel tanaman. Destilasi uap

berpegang pada prinsip fisik yaitu, jika dua cairan tidak bercampur

digabungkan, tiap cairan bertindak seolah-olah pelarut itu hanya sendiri, dan

menggunakan tekanan uap. (Hembing, 1994).


BAB III
PROSEDUR KERJA

A. Waktu dan Tempat


Pada praktikum ekstraksi ini dilaksanakan pada :
Hari :
Waktu :
Tempat : Laboratorium Biokimia dan Fitokima Institut
Teknologi dan Kesehatan Avicenna

B. Alat dan Bahan


a. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini :
 Pengaduk
 Bejana maserasi
 Corong kaca
 Mantel pemanas
 Perkolator
 Seperangkat alat refluks
 Seperangkat alat soxhlet.

b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini :
 Etanol
 Kertas saring
 Simplisia rimpang kunyit
 Simplisia tembelekan
 Simplisia daun kuya
 Simplisia kulit kuya
 Simplisia bunga matahari pantai
 Simplisisa daun jarum lelaki
C. Prosedur Kerja
a. Maserasi
Siapkan alat dan bahan

Alat maserator yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dan dibilas dengan
etanol.

Disumbat kapas dan dipasang pada bagaian bawah alat (pastikan saluran pada
bagaian bawah maserator tertutup)

Ditimbang sampel sebanyak 300 g simplisia

Dimasukan kedalam maserator ( ratakan permukaan simplisia didalam maserato)

Ditambahakan pelarut kedala maserator ( dengan perbandingan antara simplisia dan
pelarut 1 : 3 )

Ditutup bagaian atas maserator untuk menghidari oenguapan pelarut dan dibiarkan
selama 24 jam

Disiapkan wadah penampung ( dibuka saluran pada bagaian maserator untuk
mengambil filrat)

Setelah semua filtrat tertampung, ditutup kembali saluran ( Diulangi kembali
prosedur 3 sebanyak 2 kali pengulangan)
b. Soxhlet
siapkan alat dan bahan

Dibersihkan alat soxlhet yang akan digunakan dan telah dirangkaikan

Ditimbang sebanyak 25 g dan 50 g simplisia

Dimasukan kedalam tabung berpori ( dibuat dari kertas saring dengan ukuran yang
sudah disesuaikan dan ditempatkan pada bagian dalam soxlhet)

Disambung bagian bawah alat soxhlet, sambungkan dengan labu destilasi yang berisi
cairan pelarut batu didih dan bagian atas alat soxhlet disambungkan dengan
kondensor dengan perbandingan adalah 1:3

Dibuka aliran yang masuk ke kondesor ( nyalakan pemanas)

Dilakukan proses ekstraksi sehingga tetesan ekstrak tidak berwarna lagi dan hitung
siklusnya

Disimpan dalam wadah penampungan
c. Refluks
Siapkan alat dan bahan

Dibersihkan alat refluks yang akan digunakan dan dibilas dengan etanol teknis
(Dimasukan batu didih)

Ditimbanng sampel sebanyak 300 g simplisia dan dimasukan kedalam labu destilasi.

Ditambhakn pelarut dengan perbandingan 1:3

Didihkan campuran didalam labu selam kuran dari 3 jam dan didinginkan

Disaring filtrat menggunakan kertas saring dan disimpan dalam wadah penampung
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
a. Maserasi
No Nama sampel ( simplisia) Bobot Pengamatan
Sebelum Sesudah

dikeringka dikeringkan

n
1. Tembelekan
2. Rimpang kunyit
3. Daun kuya
4. Batang kuya
5. Pulosari
6. Daun jarum lelaki
7. Daun bunga matahari pantai

Anda mungkin juga menyukai