Buku Aa Print
Buku Aa Print
Muhammad Jatmiko CH
KATA PENGANTAR
Alhamdulilalah, puji syukur penulis panjatkan kehadiran Alloh SWT, atas segala
nikmat karunia-Nya , teriring solawat dan salam tecurah pada Uswatun Khasanah kita
Nabi Muhammad SAW, beserta pengikutnya yang setia, Amiin.
AKHLAQ sebagai tujuan diturunkannya Rasulullah memiliki dimensi yang
sangat penting bagi perikehidupan manusia, sampai tujuan kehidupan tertinggi menjadi
abdi Allah yang mulia. Sehingga mendidik Akhlaq menjadi sangat prinsip.
Pembelajaran Akhlak Apikatif ini dimaksudkan untuk memperjelas langkah dan
pendekatan pembelajaran akhlak yang berdimensi kompleks tetapi praktis. Pendidikan
yang berbasis fondasi Aqidah Islam ini, merupakan bagian dari upaya menterjemahkan
proses pendidikan yang mendasar, dan berperspektif praktis.
Penyempurnaan dan masukan dari hasil pelaksanaan di lapangan menjadi
landasan pembaharuan pegangan ini yang dapat dilakukan pada saat dibutuhkan.
Semoga bermanfaat.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAGIAN I
BAB V : PENILAIAN
BAGIAN II
DAFTAR PUSTAKA
BAGIAN I
KONSEP PEMBELAJARAN
AKHLAK APLIKATIF
BAB I
TINJAUAN KURIKULUM
SEKOLAH DASAR BINA ANAK SHOLEH
A. Aspek Keterpaduan
Kurikulum yang diberlakukan pada Sekolah Dasar Islam Terpadu Bina Anak
Sholeh Yogyakarta dikembangkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Lembaga Pendidikan Islam Terpadu Bina Anak Sholeh Yogyakarta yang meramu
kurikulum Sekolah Dasar yang dikeluarkan Departemen Pendidikan Nasional
dengan kurikulum yayasan . Pola pembelajaran pada Sekolah Dasar Islam Terpadu
mempergunakan pendekatan Full day School dimana waktu kegiatan belajar
mengajar diselenggarakan mulai pukul 07.30 hingga 14.30 dengan 5 hari aktif yaitu
Senin hingga Jum’at.
Keterpaduan yang diimplementasikan dalam kurikulum pendidikan Islam
Terpadu mencakup:
a. Memadukan penguasaan ilmu kehidupan (Iptek dan
keterampilan) dengan integrasi /tsaqofah Islam dan pembentukan kepribadian
Islami.
b. Memadukan ranah belajar afeksi, kognisi dan
psikomotorik
c. Memadukan modus pendidikan umum dan agama
d. Memadukan modus pendidikan sekolah,masjid dan
pesantren.
e. Memadukan modus pendidikan di keluarga , masyarakat
dan pendidikan sekolah.
f. Memadukan pendekatan teoritis, latihan dan praktik
4. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu
dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu[17], serta mereka yakin akan
adanya (kehidupan) akhirat[18].
5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah
orang-orang yang beruntung[19].
[11] Tuhan menamakan Al Quran dengan Al Kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa
Al Quran diperintahkan untuk ditulis.
[12] takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan
menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
[13] Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. tanda-
tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.
[14] yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. percaya kepada yang ghjaib yaitu,
mengi'tikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, Karena
ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, malaikat-malaikat, hari akhirat
dan sebagainya.
[15] Shalat menurut bahasa 'Arab: doa. menurut istilah syara' ialah ibadat yang sudah dikenal, yang
dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian
dan kerendahan diri kepada Allah. mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan
melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin,
seperti khusu', memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.
[16] Rezki: segala yang dapat diambil manfaatnya. menafkahkan sebagian rezki, ialah memberikan
sebagian dari harta yang telah direzkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyari'atkan oleh
agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim
dan lain-lain.
[17] Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum Muhammad s.a.w. ialah kitab-kitab yang diturunkan
sebelum Al Quran seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al Quran
yang diturunkan kepada para rasul. Allah menurunkan Kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan
wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada rasul.
[18] Yakin ialah kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. akhirat lawan dunia.
kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. yakin akan adanya kehidupan akhirat
ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.
[19] ialah orang-orang yang mendapat apa-apa yang dimohonkannya kepada Allah sesudah
mengusahakannya.
B. Prinsip-prinsip Pembelajaran
Prinsip pembelajaran dalam kurikulum Sekolah Dasar Islam Terpadu Bina
Anak Sholeh menitikberatkan pada prinsip-prinsip pembelajaran pada Sekolah
Dasar Islam Terpadu Bina Anak Sholeh sebagai berikut:
1). Learning by doing, pendekatan praktis dalam pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas siswa.
2). Habit Forming, adalah pendekatan pembiasaan secara kontinyu, yang
terdukung sistem full day school dimana rentang belajar siswa di sekolah
6,5 jam mulai pukul 07.30 – 14.30 WIB .
3). Life Curriculum, prinsip ini menempatkan guru sebagai model figur bagi
siswa baik dalam keilmuan, perilaku maupun ketrampilannya. Guru pada
Sekolah Dasar Islam Terpadu Bina Anak Sholeh disebut ustadz (putra)
dan ustadzah (putri) . Hal ini tidak semata-mata pembedaan sebutan
tetapi menyangkut fungsi dan peran ustadz/ustadzah sebagai
penyambung risalah Islam sebagaimana tersurat dalam filosofi
pendidikan Islam Terpadu sebagaimana tercantum dalam bagian lain
tinjauan ini. Untuk selanjutnya istilah guru sebagai pendidik dalam thesis
ini disebut dengan ustadz/ustadzah. Sebagai acuan menempatan Al
Qur’an yang diterjemahkan dalam praktik kehidupan dalam diri
pengelola, pendidik , dan elemen keluarga siswa sebagai kurikulum
hidup. Serta didukung penciptaan lingkungan pembelajaran yang
kondusif bagi berlangsungnya praktik-praktik kehidupan Qur’ani.
4). Human Approach, pendekatan persuasif dilakukan dengan meminimalisir
larangan-larangan dan memberikan pemahaman-pemahaman yang
bersifat motivatif dan rasional.
5). Small Group, dimana pendampingan dan monitoring pembelajaran siswa
dilakukan dengan rasio ustadz/ah : siswa = 1 : 10 dengan harapan akan
terjadi intensitas pembimbingan yang relatif terkendali dan terjangkau
oleh kemampuan guru.
6). Klasifikasi Kelas Bawah dan Kelas Atas, secara umum pembelajaran
dalam kurikulum Sekolah Dasar Islam Terpadu dikategorikan dalam
kelompok kelas yaitu Kelas Bawah meliputi kelas I, II, dan III, dan Kelas
Atas yaitu Kelas IV, V, VI. Selain pertimbangan perkembangan fisik dan
kejiwaan , pembagian kelompok ini juga didasarkan bahwa usia (9-12)
tahun merupakan usia tebaran masa “aqil baligh” bagi siswa kelas Atas.
Masa ini merupakan ditetapkannya tanggungjawab anak manusia
terhadap dirinya di hadapan Alloh.
Gambar 1.
Bentuk permainan kerjasama
BAB II
KONSEP DASAR PENDIDIKAN AKHLAK
A. Pengertian Akhlak
Abu Bakr Jabir Al-Jazairi (2000) menyatakan bahwa akhlak adalah institusi yang
bersemayam di hati tempat munculnya tindakan-tindakan sukarela, tindakan yang
benar atau salah. Institusi tersebut siap menerima pengaruh pembinaan yang baik
atau pembinaan salah kepadanya. Jika institusi tersebut dibina untuk memilih
keutamaan, kebenaran, cinta kebaikan, cinta keindahan dan benci keburukan, maka
itu menjadi trade mark dan perbuatan-perbuatan baik muncul daripadanya dengan
mudah. Islam menuntunkan bahwa bukti keimanan seseorang dapat dilihat dari
munculnya akhlak yang baik.
Secara etimologis akhlak berasal dari bahasa Arab berarti perangai tingkah laku
atau tabiat, merupakan jamak dari kata khuluq. Asal katanya Khalaqa yang berarti
menciptakan. Asal kata ini satu akar dengan kata Khaliq yang berarti Pencipta dan
makhluq yang berarti yang diciptakan.
Yunahar Ilyas (2002), menyatakan bahwa kesamaan dasar kata di atas
mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan
antara kehendak Khaliq Alloh dengan perilaku makhluk yaitu manusia. Dengan kata
lain tata perilaku manusia terhadap orang lain dan lingkungannya mengandung nilai
akhlak yang hakiki manakala tindakan atau perilaku tersebut didasarkan kepada
kehendak Alloh.
Dalam pengertian ini ketaatan kepada Sang Pencipta menjadi tolok ukur akhlak
seseorang. Kaidah ketaatan yang dalam istilah lain disebut Aqidah Islam ini
menjiwai perilaku manusia yang diatur dalam bingkai syariat dan muncul sebagai
buahnya akhlakul karimah atau akhlak yangt terpuji. Hal ini menjadi acuan utama
pembentukan kepribadian manusia.
Imam Ghozali dalam “Ihya Ulumuddin” mendefinisikan pengertian akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan
mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan .
LPPAI UII (2003) mendefinisikan akhlak sebagai sifat jiwa, dari sifat itu timbul
tingkah laku dengan mudah dan spontan, tanpa memerlukan pemikiran. Bila yang
timbul dari sifat itu baik, maka disebut akhalk baik, tetapi sebaliknya bila timbul yang
jelek maka disebut akhlak jelek. Lebih lanjut akhlak baik yang dimaksud adalah:
1. Sidik (benar)
2. Amanah
3. Setia
4. Ikhlas
5. Adil
6. Sabar
7. Bijaksana
8. Berani
9. Izzah (tahu harga diri)
10. Tawakal ( menyerahkan kepada Alloh setelah berusaha dengan keras).
Sedang akhlak jelek diantaranya:
1. Dusta
2. Khianat
3. Ujub (bangga dengan kehebatan diri sendiri)
4. Dzolim
5. Ria (pamer) artinya emngerjakan sesuatu tanpa ikhlas karena Alloh.
6. Hasad (dengki)
7. Dendam
8. Gibah (mengumpat)
9. Takabur (angkuh dan sombong)
10. Tipu daya
Pengertian ini berbeda dengan pengertian akhlak pada umumnya yang
dikenal masyarakat sebagai sopan santun. LPPAI UII (2003), mengartikan
sopan santun ini sebagai adab. Adab dapat dibuat , orang yang kelihaatannya
sopan belum tentu memiliki akhlak yang mulai. Untuk membedakan pengertian
akhlak , yang termasuk adab meliputi:
1. Adab kepada Alloh, ialah menyembah (beribadah) kepada-Nya dengan
sebenar-benar ibadah
2. Adab dengan Nabi Muhammad SAW, antara lain:
a. Tidak boleh mengeraskan suara lebih dari suara Nabi.
b. Mendahulukan pendapat Nabi (sunnah-Nya) dari pendapat sendiri.
Gambar 2
Pendekatan small group dalam belajar
BAB III
MATERI BAHAN AJAR AKHLAK APLIKATIF
Pendidikan manusia menuju arah jati dirinya sangat dipentingkan dalam Islam
sebagai sistem hidup karya Sang Pencipta alam raya bagi manusia ciptaan-Nya. Islam
sebagai sistem hidup menempatkan wahyu dari Alloh Sang Pencipta dan Pola
perikehidupan Utusan-Nya Muhammad SAW sebagai acuan bagi semua umat.
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits ” Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia” (Azzurqoni, Juz 4, 1997:344). Relevansi
pendidikan dengan suri tauladan telah diyakini bagian dari keberhasilan pendidikan.
Mengingat porsi mencontoh atau meniru merupakan faktor pembentuk kepribadian
seseorang. Kecerdasan emosi menjadi bagian dari proses pembentukan kepribadian
yang kuat tersebut sebagaimana analisis para ahli.
Akhlak aplikatif dikembangkan pembelajarannya dengan sistem pembiasaan
(habit forming) diramu oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Lembaga Pendidikan
Islam Terpadu Bina Anak Sholeh Yogyakarta dari 16 Moral Dasar Anak yang ditulis
Pam Schiller dan Tamera Bryant dan dilengkapi dengan muatan antusias ibadah dan
reflek infaq dan shodaqoh. Pengkajian terhadap moral dasar anak berkesesuaian
dengan prinsip-prinsip moral pendidikan Islam yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Pendidikan akhlak ini menggunakan pendekatan pembiasaan dan pengaturan
lingkungan serta dikombinasi dengan stimulasi pembelajaran tatap muka. Monitoring
dilakukan dalam bentuk tabulasi untuk mendapatkan nilai harian (Muhammad Jatmiko,
2003). Akhlak ini diyakini dibangun dari pendidikan aqidah/keyakinan yang dengan
pengamalan syariat Islam akan berbuah akhlaq. Akhlaq dengan penekanan aplikasi ini
terdiri dari parameter-parameter:
1) Antusias ibadah ta’aluh
2) Reflek infaq dan bershodaqoh
3) Kepedulian dan empati
4) Kerjasama
5) Berani
6) Keteguhan hati dan komitmen
7) Adil
8) Suka menolong
9) Kejujuran dan integritas
10)Percaya diri
11)Loyalitas
12)Humor
13)Sabar
14)Rasa bangga
15)Banyak akal
16)Respek
17)Tanggung jawab
18)Toleransi
Pam Schiller dan Tamera Bryant , 2002 mengemukakan jenis-jenis moral dasar bagi
anak sebagai berikut:
1. Kepedulian dan empati adalah menanggapi perasaan, pikiran dan pengalaman
orang lain, karena kita secara alami merasakan kepedulian terhadap sesama,
berupaya mengenali ;pribadi orang lain dan keinginan membantu orang lain yang
sedang dalam keadaan susah. Dari empati kita mengenali rasa kemanusiaan kita
sendiri terhadap orang lain (2002; hal. 2).
2. Kerjasama, adalah menggabungkan tenaga kita dengan tenaga orang lain untuk
bekerja demi mencapai tujuan umum. (2002; hal 10).
3. Berani, sikap berani memungkinkan kita menghadapi kesulitan, bahaya atau sakit
dengan cara yang membuat kita dapat mengendalikan situasi (2002; hal. 20).
4. Keteguhan hati dan komitmen, komitmen membuat kita bertahan dalam mencapai
cita-cita kita, pekerjaan kita dan orang lain. Komitmen merupakan janji kita yang
kita pegang teguh terhadap keyakinan kita dan membuat kita memberi dukungan
serta setia kepada keluarga dan teman kita. Keteguhan hati membuat kita dapat
mencapai cita-cita (2002; hal. 30).
5. Adil, untuk dapat bersikap adil , kita harus memperlakukan orang lain dengan sikap
tidak memihak dan memperlakukan orang lain secara wajar, seperti kita ingin
diperlakukan oleh mereka (2002; hal. 42).
6. Suka menolong, suka menolong adalah kebiasaan menolong dan membantu orang
lain (2002;hal. 52).
7. Kejujuran dan integritas, kita telah bersikap jujur ketika kita berbicara tidak bohong
dan memperlakukan orang lain secara adil (2002; hal. 60).
8. Humor, humor dapat membuat cerah kehidupan sehari-hari kita karena kita
tersenyum pada saat senang, tertawa pada situasi yang menggelikan, dan tertawa
kecil pada keadaan yang menertawakan. Humor adalah kemampuan kita untuk
merasakan dan menanggapi komedi dalam dunia kita dan dalam diri kita sendiri
(2002; hal. 68).
9. Mandiri dan percaya diri, kebebasan melakukan kebutuhan diri sendiri adalah
mandiri. Berkat percaya diri kita dapat menjalani jalan kita sendiri di dunia,
mempertimbangkan pilihan kita dan membuat keputusan sendiri (2002; hal. 76).
10. Loyalitas, kita menunjukkan sikap loyal ketika kita tetap setia terhadap komitmen
dengan seseorang, anggota keluarga atau teman atau dengan kelompok tertentu
atau dengan apa yang kita percayai. Loyalitas menunjukkan untuk tetap komitmen
dalam keadaan sulit maupun adanya rintangan (2002; hal. 84)
11. Sabar, kita menunjukkan sikap sabar ketika kita mampu menangani kelambatan
mencapai cita-cita atau kesempatan khusus dan menunggu dengan tenang (2002;
hal. 92)
12. Rasa Bangga, adalah perasaan yang kita punyai dalam menghargai diri sendiri,
perasaan bangga adalah rasa menghargai diri. Kebanggaan merupakan perasaan
senang yang kita rasakan ketika kita menyelesaikan suatu tugas yang menantang,
mencapai tujuan yang sulit, atau bahkan saat mendapatkan sesuatu yang kita
inginkan (2002; hal. 102).
13. Banyak akal, adalah kemampuan kita untuk berpikir secara kreatif tentang metode
dan bahan yang berbeda dalam upaya kita menanggulangi situasi yang baru dan
sukar. Banyak akal memaksa kita untuk membuat pertimbangan, menggunakan
imajinasi kita, semua pilihan yang mungkin dalam menemukan pemecahan suatu
masalah (2002; hal. 110).
14. Sikap respek, kita menghormati orang ketika kita mengagumi, menghargai, dan
mempunyai penghargaan secara khusus (2002; hal. 120)
15. Tanggungjawab, berkaitan dengan menjadi dapat dipercaya dan dapat diandalkan,
serta menjadi seseorang yang orang lain dapat mengandalkan anda (2002; hal.
130)
16. Toleransi, kita bersikap toleransi ketika kita bersikap adil dan berperilaku obyektif
terhadap orang lain. Orang sering berbeda pendapat, sikap, kepercayaan atau
pakaian dengan kita; toleransi membuat kita menerima dan menghargai perbedaan
kita (2002; hal. 140)
Dua tema lain yaitu antusias ibadah ta’aluh dan reflek bershodaqoh
dikembangkan lebih lanjut oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Lembaga
Pendidikan Islam Terpadu Bina Anak Sholeh dalam kurikulum Akhlak Aplikatif.
Gambar 3
Learning by doing
dimilikinya. Siswa yang cerdas dan terampil, dengan demikian akan sukses hidupnya
kalau diukung oleh kecerdasan emosi yang tinggi.
Kajian tentang multiple intelegence secara luas dapat disoroti dari berbagai
sudut pandang termasuk dalam pemahaman ranah pembelajaran kognisi, afeksi dan
psikomotor. Masalah emosional sering dimasukkan dalam ranah afeksi.
Douglas dalam Djahiri (1985) menyebutkan ada delapan pendekatan yang dapat
dipilih dalam pendidikan afeksi, yaitu:
a. Evocatio, pendekatan ekspresi spontan, dimana siswa diberi kesempatan dan
kebebasan penuh untuk mengekspresikan tanggapan, perasaan, penilaian dan
pandangan terhadap sesuatu hal.
b. Inculcation, pendekatan sugesti terarah, dimana peran guru sangat menentukan
dengan memberikan rangsangan yang menggiring siswa secara halus pada suatu
kesimpulan atau pendapat yang sudah ditentukan.
c. Awareness, pendekatan kesadaran dengan cara menuntun, untuk
mengklarifikasikan dirinya atau nilai orang lain melalui suatu kegiatan
d. Moral reasoning, pendekatan yang dipakai untuk mencari kejelasan moral melalui
stimulus yang berupa permasalahan yang dilontarkan guru kepada peserta didik.
e. Analysis, pendekatan melalui analisis nilai yang ada dalam suatu media mulai dari
analisis seadanya berupa berita kasus sampai pada pengkajian secara akurat, teliti
dan tepat.
f. Value Clarification, pendekatan dengan membina kesadaran emosional nilai siswa
melalui cara yang kritis rasional dengan mengklarifikasi dan menguji kebenaran,
kebaikan, keadilan, kelayakan dan ketepatannya.
g. Comitment, pendekatan kesepakatan dimana siswa sejak awal sudah diminta untuk
menentukan atau menyepakati sikap dan pola pikir berdasarkan acuan tertentu.
h. Union, pendekatan dengan mengintegrasikan diri dalam kehidupan nyata atau
stimuli yang dirancang guru.
Gambar 4
Suasana nyaman dalam belajar
BAB IV
1. Saat pembukaan belajar pagi hari , setiap wali kelas mengangkat kasus
harian selama satu minggu. Alat bantu yang dibuat adalah dengan
membuat “morning news” per minggu.
2. Saat proses pembelajaran ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a) Siswa membaca dan menghafalkan kisi-kisi penilaian akhlak aplikatif
b) Siswa dibelajarkan dengan kegiatan yang sesuai dengan parameter yang
dibahas saat kegiatan pembelajaran.
c) Mendiskusikan contoh-contoh perilaku yang seharusnya dilakukan dalam
kegiatan sehari-hari sesuai butir-butir yang dibahas.
d) Membuat kesepakatan kelas bersama untuk diaplikasikan.
3). Pengamatan harian oleh guru wali kelas / guru wali small group dilakukan
dengan penilaian pada lembar pengamatan selama untuk periode 1
semester dengan pemberian tanda turus, stempel atau tanda. Dilengkapi
bros akhlak aplikatif untuk reward bagi siswa.
Gambar 5
Pembelajaran aktif mendatangkan inisiatif anak
BAB V
SISTEM PENILAIAN AKHLAK APLIKATIF
Untuk menentukan nilai akhir akhlak kepribadian sisa dalam Rapor dalam rangka
menjamin akurasi dan kecermatan pengamatan perkembangan anak bersumber dari
penilaian:
1. Guru / ustadz-ustadzah Wali kelas
2. Guru/ustadz-ustadzah bidang studi yang dianggap frekuensi
interaksinya paling tinggi di kelas yang bersangkutan.
3. Kepala Sekolah atau anggota Tim pengajaran lain untuk
memberikan analisis secara menyeluruh.
Adapun penilaian tingkat pencapaian sisa disesuaikan target materi per kelas sesuai
kurikulum akhlak kelas tersebut.
Gambar 6
Kedekatan pendidik dengan siswa
BAGIAN II
MATERI PEMBELAJARAN
AKHLAK APLIKATIF
BAB I
ANTUSIAS IBADAH
Beribadah pada dimensi ritual adalah sikap hidup seseroang sebagai makhluk
berhubungan dengan Alloh sebagai Khaliq, kehendak Islam ibadah ritual adalah
kunci untuk seseorang dengan pondasi ibadahnya, bisa berbuat banyak untuk
masyarakat sebagai bentuk ibadah sosialnya, sehigga sosok muslim sebagai pembaha
"rahmatalila alamiin" bukan sebagai retorika belaka.
Maka dorongan Al Qur'an, dalam persoalan ibadah khususnya sholat sebagai
kunci ibadah selalu disebut Aqimush Sholat (tegakkan sholat, bukan sekedar
kerjakan). Sehingga dimensinya bukan sekedar ritual mengerjakan niat- takbir dan
seterusnya, Sampai salam saja, namun juga berdimensi menyempurnakan penyerta
shoalt karena penegakkan, baik fisik seperti menyempurnakan bangunan sholat
tempat sholat maupun sosialnya, menyepurnakan ajakan sholat berjamah dan
kemasyaraktannya membuat program-program yang terkait dengan urusan sholat
dan kemasjidan. Didorong dengan anak didik mengerti Learning by Doing, tindakan,
bacaan dan arti dari sholat, juga haji , sehingga tidak saja ada manasik haji tetapi
juga manasik sholat, paling tidak sampai anak usia kelas II sekolah dasar. DeMikian
juta ketika shoum khususnya Ramadhan yang bagi tuntunan Islam adalah bulan
penuh kegembiraan dan suka cita.
Antusias ibadah juga diberikan dengan didikan yang menyenangkan untuk
berwudhu dengan bermain air dengan pengertian air sebagai sumber kehidupan,
sehingga dilestarikan sumbernya dan dikelola dengan tidak mubadzir. Air juga
merupakan sumber kebersihan, dengan tetes-tetes air yang ada di tangan, kening dan
kaki ketika berwudhu dinikmati sebagai Hydro Therapy.
BAB II
PEDULI DAN EMPATI
Secara biologis , akhlak kepeduian dan empati tumbuh sejak kelahiran anak
manusia, hanya saja potensi ini terawat dengan baik ataukah sebalinya. Pengaruh
orang tua dan lingkungan sangat menentukan. Kegelisahan kita ketika meneteki bayi
dihari-hari pertama kelahirannya memberi rangsang kegelisahan pada bayi kita,
demikian juga ketika mereka beranjak Balita perubahan yang terajadi pada diri kita
akan dengan peka direspon mereka. Misalnya ketika kita sakit, ada dorongan anak kit
auntuk menghibur , hanya saja sikap demikian tumbuh subru atau justru mati suri.
Sekali lagi, peran orang tua dan lingkungan sangat menentukan.
Maka masa-masa otak emas di usia kelahiran sampai dengan enam tahun,
berikhtiarlah agar akhlak yang sangat indah dalam kepedulian dan empati ini terus
tumbuh subur dengan sistem pendidikan yang kondusif.
Ajaklah putra-putri kita berjalan di taman dan berhenti di kerimbunan taman
dan adakan perbincagnan singkat, maka ketika sambil ngobrol lihatlah tangan
mereka, sebagian dengan tidak sengaja memetik atau mencuil daun di dekatnya.
Waspadai, dan ajaklah diskusi tentang petumbuhan daun, berapa sentimeter
yang merkea petik dan berapa lama waktu untuk tumbuh lagi seperti semula.
Mencuil daun di dekatnya, Waspadai, dan ajaklah diskusi tentag pertumbuhan daun,
berapa sentimeter yang mereka petik dan berapa lama waktu untuk tumbuh lagi
seperti semula.
Luangkan waktu beberapa saat menemani mereka di depan TV dan ajaklah
menghitung berapa kali adegan kekerasan muncul dalam satu jam tayangan. Dan
Ajaklah putra-putri kita merenungi: Bagaimana jika kejadian seperti itu menimpa
dirinya. Bagaiman perasannya ketika melihat orang yang menjadi sasaran obyek
kekerasan? Adakah keinginan agar tindak kekerasan tidak lagi terjadi pada dirinya
atau orang lain? Bagaimanakah caranya?
Laksanakan kegiatan amal ini dengan berbagai variasi yang melibatkan anak
secara aktif dan berkesinambungan.
Jauhkan anak dari sikap egois, latih untuk tidak bicaara kasar dan
sekehendaknya (seperti:"rasain lu..", "emang gue pkirin..."; penyebutan diri
dengan "aku" dan istilah lainyang seolah gaul namun mengikis akhlak
kepedulian dan empati. Demikian juga dengan budaya dan algu-lagu yang
tidak mendidik, Seperti:"tiada yang salah, karena aku manusia bodo",
mendidik orang menjadi tidak berdaya dan lain-lain.
Kepedulian dan empati, juga harus diiringai dengan pemahaman adanya
keberuntungan, karena menebar energi positif dalam kehidupan,k sehingga
akan menjadi seubmer keberuntungan positif bahkan meiliki dimensi sangat
jauh, enjadi bekal akhirat efektif dengan pahala berlimpah dari Alloh SWT.
Kesadaran membangun jiwa kepedulian dan epati dengan landasan demikian
akan sangat menguntungkan dan menggugah gairah putra-[utri kita dalam
telaga kesejukan kepedulian dan epati, apabila diikuti dorongan pemahaman ,
amal dan percontohan orang tua secara terus-menerus/konsisten.
BAB III
TANGGUNGJAWAB
Ilustrasi:
Bayangkan peristiwa kecil berikut. Si Joni memasuki kamar kecil dan di
situ tidakt eralalu banyak tersedia air sedang bau menyengat. Maka selesai
membuang hajat, Joni pun menyesuaikan diri dengan keadaan tidak banyak
mengguyur lantas ditinggal pergi begitu saja. Demikianlah terlihat Joni tidak
bertanggungjawab. Bayangkan jika semua ada 100 Joni, bagaimana keadaan
kamar kecil itu setelah sebulan bahkan satu tahun?
tidak sempat membuat pilihan pribadi tetapi berdasarkan order dan fasilitas orang
tua maka tidak akan terlatih membuat pilihan tentu juga tidak terlatih untuk
bertanggungjawab.
Tanggungjawab, adalah berkait denan menjadi dapat dipercaya dan
diandalkan serta menjadi orang yang orang lain mengandalkan kita. Memegang
tanggungjawab berarti bahwa kita diandalkan dan dapat
mempertanggungjawabkan tindakan kita. Orang bertanggungjawab juga terbentuk
karena adanya keyakinan hidup akan tugas suci sebagai kholifah fil ardh yang
menjadikannya termotivasi untuk secara internal hidup teratur bermanfaat untuk
orang lain, bisa diandalkan dan bertanggungjawab.
Dia menyadari bahwa misi hidupnya tidak dunia saja, namun ada
penghidupan kekal yang memberi reward atau sebaliknya tas sikap hidup ketika
di dunia.
Tentulah berbeda generasi sekuler yang jauh dari motivasi akhirat , karena
hidup di dunia jangka pendek saja terlihat dalam bagi para kulli fil ardh, mana
sempat memikirkan kehidupan masa depan yang sangat jauh.
Kegiatan-kegiatan di kelas/sekolah:
1. Begitu anak tiba di kelas kreasikanlah anak didik dengan mereka. Langsung
membuat gambar sesuatu yang akan mereka selesaikan hari ini, bisa juga
dalam bentuk tulisan cerita.
2. Peliharalah tanaman, buatlan kapling tanaman dan buatlah jadwal tugas
perawatan, prosedur (SOP) sederhana tahapan perawatan minimal.
3. Demikian juga adakan hewan peliharaan yang menjadi tanggungjawab kelas
dan buatlah seperti poin 2.
4. Diskusikan poin 2 dan 3, kelompok atau siapa yang dinilai paling
bertanggungjawab, misalnya dalam tempo mingguan, dan beri bintang di daftar
penerima bintang tanggungjawab.
5. Untuk kelas yang lebih besar, sekali-kali buatlah proyek, seperti kepanitiaan,
bahkan kalau perlu berdimensi enterpreneur, dengan masing-masing bidang
memiliki job description jelas, untuk kemudian dilaksanakan dan sampai
dievaluasi bidang apa yang paling bertanggungjawab? Demikian pula dalam
internal bidang siapa yang plaing bertanggungjawab.
6. Untuk aktivitas dia tas tidak menyentuh urusan piket kelas dan pengurusan
kelas akan tetapi penegasan arahan akhlak bertanggungjawab. Kegiatan piket
danpengurusan kelas justru dimanfaatkan sebagai sarana mendidik anak di
dalam tanggungjawab dnegan mengevaluasi dan penghargaan berkala, sebulan
sekali misalnya.
BAB IV
KERJA SAMA
BAB V
SIKAP RESPEK
syariat yang benar, bukan dengan tolok ukur liberal yang dibentuk dengan tolok
ukur sistem hidup materialisme.
Jadi sikap respek adalah ketika kita menghormati, mengagumi, menghargai
dan bahkan meiliki penghargan khusus kepada seseorang, sehingga kita berbuat
dan berperhatian kepadanya dengan kehalusan budi kita, sopan, memperlakukan
dengan baik, bahkan menjadikan idola, kita terdorong ingin meirunya, kita
menunjukkan sikap respek itu.
Sikap respek juga diperlukan untuk menjadi media harmonis kita
berhubungan dengan alam, benda benda mati, hewan, tumbuh-tumbuhan dan
sesama manusia. Kita memperhatikan, peduli dan terdorong untuk berbuat
sesuatu yang konstruktif adalah wujud sikap respek.
Buatlah daftar, bersama anak-anak, obyek apa kita respek padanya, apa wujud
respoek kita dan apa manfaatnya.
4. Jelaskan sekali lagi atas sikap – sikap di atas, adalah respek dan arti penting
respek kepada berbagai obyek (seperti contoh diatas)
5. Diskusikan, bagaimana agar respek menjadi akhlak/spontan dan bermakna
dengan menjadikan sebagai aturan di rumah, kelas, sekolah dan sebagainya.
Bantu anak-anak menghormati dan loyal atas peraturan berimensi respek
yang terbentuk, adakan secara bertahap reward and punishment atas
keberhasilan dan kegagalan menjalankan aturan berdimensi respek.
Ingat, cara terbaik menanamkan konsep respek kepada anak-anak adalah kita
respek dengan mereka.
Bentuk-bentuk Kegiatan
1. Respek terhadap diri sendiri.
Buat daftar pentingnya memperhatikan diri, kebersihan, makanan, pakaian,
perlengkapan dan lain-lain. Apa yang sudah dilakukan anak-anak terhadap
hal-hal diatas, bagimana caranya agar kita mudah respek dengan diri sendiri.
2. Respek dengan sesama teman
Buat daftar apa yang disukai dan tidak disukai dari sikap, cara, suasana oleh
teman-teman, dan bagimana cara mewujudkan agarkita hanya membuat
keadaan yang disukai, bagaimana perasaannya ketika ada orang lain membuat
keadaan yang tidak disukai.
3. Respek dengan Orang yang dituakan
Ustadz-ustadzah, tokoh masyarakat, pimpinan dan lain-lain. Buatlah daftar
orang-orang yang dituakan, apa peran beliau-beliau terhadap anak-anak,
bagaimana anak-anak mesti bersikap kepada beliau-beliau. Inilah respek.
4. Respek dengan lingkungan
Buatlah kegiatan di kebun atau taman dan lain-lain, setiap anak diperintahkan
memilih salah satu tanaman, agar mereka memperhatikan pertumbuhan ujung
daun, misal setiap seminggu, setiap pagi bertambh berapa inchi? Apa
kegunaan daun untuk kiita? Bagaimana kita memperlakukan daun?
5. Respek dengan hewan
Ajak anak-anak ke peternakan hewan atau mengamati hewan yang ada di
lingkungan kita, ajak anak-anak membuat daftar jenis hewan, kegunaannya
untuk kita, bagaimana perlakuan kita terhadap mereka?
Jangan dilupakan, pengaruh sikap respek denga pahala yang akan dipetik sebagai
dasar aqidah setiap perbuatan kita, selalu dikatikan, sehingga agama ini tidak
kering dari Muamalah.
Proyek kepada naak-anak yang lebih dewasa disesuaikan dengan tingkat usia
mereka.
BAB VI
SUKA MENOLONG
TUGAS-TUGAS
1. Pikirkan seseorang dalam suatu saat, bagaimana anda bisa menolong
atas masalahnya? Bagaimana tahapan agar pertolongan yang dilakukan
tepat guna? Bagaimana reaksi orang yang kita tolong dengan tepat?
Kegiatan di Kelas
Jadikan saling membantu adalah budaya kelas adna, dengan
membuat motto, yel-yel dan lain-lain.
Doronglah anak didik agar terbiasa membantu atau meminta
bantuan kepada temannya, dibanding lari meminta bantuan adna.
Buatlah proyek bersama, seperti membuat rumah-rumah, kemah,
membuat amsakan dan lain-lain. Buatlah aturan dan tata kerja
sehingga setiap anak bisa saling membantu. Di akhir kegiatan
buatlah evaluasi, apa seja pekerjaan yang dilakukan dengan saling
menolong, bagaimana perasaan mereka ketika masalahnya bisa
diselsaikan dengan ditolong orang dan sebaliknya.
Kegiatan di Rumah
Jadikan suka menolong menjadi prinsip keluarga, jadilah orang
tua sebagai teladan, ambil tindakan-tindakan nyata misalnya
ketika berjalan melewati para pembantu yang sedang bekerja
ditawari minuman dan bawakan untuk mereka, dan anak-anak
bisa dilibatkan untuk itu.
Buatlah pembagian tugas di rumah dengan adil, dan doronglah
mereka saling mengisi dan menolong pekerjaan saudaranya, ajak
bicara anak-anak enaknya bekerja dengan saling menolong,
motivasilah mereka akan kekalnya pahala karena suka menolong.
Bantulah tetangga dengan sekali-sekali membuat Pesta
Kebersihan Rumah antar tetangga, misalnya minggu ini di rumah
Fulan, minggu depan di kelarga Ahmad dan seterusnya, syukur
yang sama-sama memiliki teman sebaya.
Perbanyak bacaan, kaset VCD di rumah yang memberi inspirasi
indah dan mulianya sikap hidup saling menolong (sebagiknya
jauhkan dari film kekerasan, menganggu orang seperti Tom and
Next Edition
BUKU II:
MATERI PEMBELAJARAN AKHLAK APLIKATIF II
DAFTAR PUSTAKA
BAB VII
“ Jujur itu hebat “, demikian tag line yang diusung KPK dan menjadi slogan dimana mana,
padahal sebagai Muslim kita tentu sudah biasa untuk jujur, karena kita tahu Allah Subhanallahu
wata’taala selalu mengawasi kita dengan Malaikat pendamping kta siang dan malam, dan akan
kita pertanggung jawabkan kelak dikemudian hari.
Kita jujur ketika kita bicara tidak berbohong, melaksanakan amanat sesuai dengan kenyataan,
misalnya disuruh membeli barang maka kita laporkan apa adanya. Kita jujur ketika diminta
pendapat atas sesuatu kita bicara apa adanya, dan kita selalu berpenampilan dengan apa adanya,
tidak di make up dan dibuat buat, kita jujur ketika kita harus menilai orang lain dan
memperlakukan orang lain dengan adil, dan kita mempunyai Integritas ketika kita jujur baik
kepada diri sendiri maupun kepada orang lain, dan kita berpegang teguh pada nilai akhlaq yang
Islami.
Kejujuran adalah dasar dari kepercayaan, dan kepercayaan merupakan dasar dari suatu
hubungan Muamalah antar sesame manusia, baik hubungan pribadi, hubungan bisnis,maupun
hubungan urusan kenegaraan. Bayangkan masyarakat yang hidup tanpa kejujuran, antar orang
yang ada adalah kecurigaan, saling mengintai dan mematai matai.
Kejujuran juga akan membentuk pandangan ketokohan seseorang, hal ini dimungkinkan
karena Integritas yang baik, bahwa seseorang yang dianggap panutan selalu hidup jujur.
Rasulullah Salallahu alaihi wassalam adalah contohnya, beliau sejak kecil terkenal dengan
julukan Al Amien, sehingga ketika dewasa dan dimasa tuanya beliau akhirnya menjadi
pimpinan dunia dalam kehidupan, kenegaraan dan keagamaan. Musuh bebuyutanpun sangat
mengagumi kejujuran dan integritas beliau, dan sampai sekarang beliau sebagai tokoh nomor
satu didunia didalam hal kejujuran dan integritas, sehingga menjadi panutan 3 Milyard ummat
manusia.
Kejujuran akan berakibat baik pada kehidupan seseorang dimasa mendatang, bahkan akan
dinikmati sampai hari kiamat kelak berupa pahala dan surge Firdaus.
Tahukah anak anak tentang makna antara kebenaran dan kebohongan ?, pernahkah
seseorang mengatakan sesuatu yang tidak benar ?, bagaimana perasaan kalian ketika tahu bahwa
yang disampaikan seseorang itu kebohongan ?, bagaimana perasaan kalian ketika tahu bahwa
yang disampaikan seseorang itu kebenaran ?, bisakah membedakan perasaan, ketika menerima
kebohongan dan menerima kebenaran ?.
Kalau mengenai kalian sendiri, pernahkah dilanda kecemasan ketika menyampaikan sesuatu
kepada orang lain dengan berbohong ?,
Dan sebaliknya, bagaiman leganya hati ketika menyampaikan sesuatu dengan kebenaran.
Dicoba masing masing untuk bercerita secara variatif, ada yang ditunjuk cerita ketika bohong
dan ada yang cerita ketika berkata dengan jujur.
Bayangkan suatu saat kalian berbelanja disebuah minimarket, dan kasir memberi kembalian
lebih, maka dengan melenggang kamu keluar dengan mengantongi kembalian lebih untuk
kemdian kamu belanjakan alat belajar, dengan perasaan salah kasir sendiri member kembalian
koq lebih.
Maka setiap kamu memegang alat belajar yang dibeli dari uang kembalian lebih kamu pasti
masih mengingat, kasihannya sang kasir harus menukar dengan dipotong gajinya, dan hantu
demikian akan selalu mengusik ketika kamu memegang alat belajar yang dibeli dari kembalian
lebih tadi. Bayangkan sebaliknya, begitu mendapat kembalian lebih kamu “ JUJUR “
mengembalikan, sehingga sang kasir pasti akan menerima dengan berterima kasih dengan
senyum mengembang, dan selamanya kamu akan merasa lega telah berlaku jujur.