Anda di halaman 1dari 22

Daftar Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan Standar Diagnosasis


Keperawatan Indonesia (SDKI)

Subkategori: Respirasi  

0001  Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

0002  Gangguan Penyapihan Ventilator

0003  Gangguan Pertukaran Gas

0004  Gangguan Ventilasi Spontan

0005  Pola Napas Tidak Efektif

0006  Risiko Aspirasi

Subkategori: Sirkulasi 

0007  Gangguan Sirkulasi Spontan

0008  Penurunan Curah Jantung

0009  Perfusi Perifer Tidak Efektif

0010  Risiko Gangguan Sirkulasi Spontan

0011  Risiko Penurunan Curah Jantung

0012  Risiko Perdarahan

0013  Risiko Perfusi Gastrointestinal Tidak Efektif

0014  Risiko Perfusi Miokard Tidak Efektif

0015  Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif


0016 Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif

0017 Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif

Subkategori: Nutrisi/Cairan  

0018  Berat Badan Lebih

0019  Defisit Nutrisi

0020  Diare

0021  Disfungsi Motilitas Gastrointestinal

0022  Hipervolemia

0023  Hipovolemia

0024  Ikterik Neonatus

0025 Kesiapan Peningkatan Keseimbangan Cairan

0026 Kesiapan Peningkatan Nutrisi

0027 Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah

0028 Menyusui Efektif

0029  Menyusui Tidak Efektif

0030  Obesitas

0031  Risiko Berat Badan Lebih

0032  Risiko Defisit Nutrisi

0033 Risiko Disfungsi Motilitas Gastrointestinal

0034  Risiko Hipovolemia

0035  Risiko Ikterik Neonatus

0036  Risiko Ketidakseimbangan Cairan


0037  Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit

0038  Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah

0039  Risiko Syok

Subkategori: Eliminasi  

0040  Gangguan Eliminasi Urin

0041  Inkontinensia Fekal

0042  Inkontinensia Urin Berlanjut

0043  Inkontinensia Urin Fungsional

0044  Inkontinensia Urin Berlebih

0045  Inkontinensia Urin Refleks

0046  Inkontinensia Urin Stres

0047  Inkontinensia Urine Urgensi

0048 Kesiapan Peningkatan Eliminasi Urin

0049  Konstipasi

0050  Retensi Urin

0051  Risiko Inkontinensia Urin Urgensi

0052  Risiko Konstipasi

Subkategori: Aktivitas dan Istirahat

0053  Disorganisasi Perilaku Bayi

0054  Gangguan Mobilitas Fisik

0055  Gangguan Pola Tidur


0056  Intoleransi Aktivitas

0057  Keletihan

0058  Kesiapan Peningkatan Tidur

0059  Risiko Disorganisasi Perilaku Bayi

0060  Risiko Intoleransi Aktivitas

Subkategori: Neurosensori  

0061  Disrefleksia Otonom

0062  Gangguan Memori

0063  Gangguan Menelan

0064  Konfusi Akut

0065  Konfusi Kronis

0066  Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial

0067  Risiko Disfungsi Neurovaskuler Perifer

0068  Risiko Konfusi Akut

Subkategori: Reproduksi dan Seksualitas

0069  Disfungsi Seksual

0070  Kesiapan Persalinan

0071  Pola Seksual Tidak Efektif

0072  Risiko Disfungsi Seksual

0073  Risiko Kehamilan Tidak Dikehendaki

 
Kategori: Psikologis  

Subkategori: Nyeri dan Kenyamanan

0074  Gangguan Rasa Nyaman

0075  Ketidaknyamanan Pasca Partum

0076  Nausea

0077  Nyeri Akut

0078  Nyeri Kronis

0079  Nyeri Melahirkan

Subkategori: Integritas Ego 

0080  Ansietas

0081  Berduka

0082  Distres Spiritual

0083  Gagguan Citra Tubuh

0084  Gangguan Identitas Diri

0085  Gangguan Persepsi Sensori

0086  Harga Diri Rendah Kronis

0087  Harga Diri Rendah Situasional

0088  Keputusasaan

0089  Kesiapan Peningkatan Konsep Diri

0090  Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga

0091  Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas

0092  Ketidakberdayaan
0093  Ketidakmampuan Koping Keluarga

0094  Koping Defensif

0095  Koping Komunitas Tidak Efektif

0096  Koping Tidak Efektif

0097  Penurunan Koping Keluarga

0098  Penyangkalan Tidak Efektif

0099  Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko

0100  Risiko Distres Spiritual

0101  Risiko Harga Diri Rendah Kronis

0102  Risiko Harga Diri Rendah Situasional

0103  Risiko Ketidakberdayaan

0104  Sindrom Pasca Trauma

Subkategori: Pertumbuhan dan Perkembangan

0105  Gangguan Tumbuh Kembang

0106  Risiko Gangguan Perkembangan

0107  Risiko Gangguan Pertumbuhan

Kategori: Perilaku  

Subkategori: Kebersihan Diri

0108  Defisit Perawatan Diri

Subkategori: Penyuluhan dan Pembelajaran


0109  Defisit Kesehatan Komunitas

0110  Defisit Pengetahuan

0111   Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan

0112  Kesiapan Peningkatan Pengetahuan

0113  Ketidakpatuhan

0114   Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif

0115  Manajemen Kesehatan Tidak Efektif

0116 Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif

Kategori: Relasional  

Subkategori: Interaksi Sosial  

0117  Gangguan Interaksi Sosial

0118  Gangguan Komunikasi Verbal

0119  Gangguan Proses Keluarga

0120  Isoloasi Sosial

0121  Keseiapan Peningkatan Menjadi Orang Tua

0122  Kesiapan Peningkatan Proses Keluarga

0123  Ketegangan Peran Pemberi Asuhan

0124  Penampilan Peran Tidak Efektif

0125 Pencapaian Peran Menjadi Orang Tua

0126  Risiko Gangguan Perlekatan

0127  Risiko Proses Pengasuhan Tidak Efektif

 
Kategori: Lingkungan  

Subkategori: Keamanan dan Proteksi

0128  Gangguan Integritas Kulit/Jaringan

0129  Hipertermia

0130  Hipotermia

0131  Perilaku Kekerasan

0132  Perlambatan Pemulihan Pascabedah

0133  Risiko Alergi

0134  Risiko Bunuh Diri

0135  Risiko Cedera

0136  Risiko Cedera Pada Ibu

0137  Risiko Cedera Pada Janin

0138  Risiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan

0139  Risiko Hipotermia

0140  Risiko Hipotermia Perioperatif

0141  Risiko Infeksi

0142  Risiko Jatuh

0143  Risiko Luka Tekan

0144  Risiko Mutilasi Diri

0145  Risiko Perilaku Kekerasan

0146  Risiko Perlambatan Pemulihan Pascabedah

0147  Risiko Termoregulasi Tidak Efektif

0148  Termoregulasi Tidak Efektif


< Beranda

Referensi: Buku SDKI PPNI, 2016

https://gustinerz.com/daftar-diagnosis-keperawatan-berdasarkan-standar-diagnosasis-
keperawatan-indonesia-sdki/
Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI): Panduan dan
Daftar Lengkap Diagnosis
Asuhan KeperawatanDiagnosis Keperawatan

July 10, 2019

Pengertian Diagnosis Keperawatan

Diagnosis Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien


terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial.

Diagnosis keperawatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,


keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.

Nah, sebagai seorang perawat, kita diharapkan untuk memiliki rentang perhatian
yang luas terhadap berbagai respon yang dilakukan oleh klien, baik pada saat klien
sakit maupun sehat.

Respon-respon tersebut merupakan reaksi terhadap masalah kesehatan dan proses


kehidupan yang dialami klien. Sehingga, diharapkan perawat mampu menangkap
dan berfikir kritis dalam merespon perilaku tersebut.

Baca Juga : Panduan Lengkap Membuat Asuhan Keperawatan yang Berkualitas

Masalah kesehatan mengacu pada kepada respon klien terhadap kondisi sehat-
sakit, sedangkan proses kehidupan mengacu kepada respon klien terhadap kondisi
yang terjadi selama rentang kehidupannya dimulai dari fase pembuahan hingga
menjelang ajal dan meninggal yang membutuhkan diagnosis keperawatan dan
dapat diatasi atau diubah dengan intervensi keperawatan . (Referensi : Christensen
& Kenney, 2009; McFarland & McFarlane, 1997; Seaback, 2006).

Klasifikasi Diagnosis Keperawatan


International Council of Nurses (ICN) sejak tahun 1991 telah mengembangkan
suatu sistem klasifikasi yang disebut dengan International Classification for
Nursing Practice (ICNP).

Baca Juga : Proses Keperawatan: Optimalisasi Asuhan Keperawatan

Sistem klasifikasi ini tidak hanya mencakup klasifikasi intervensi dan tujuan
(outcome) keperawatan saja.

Lebih dari itu, sistem klasifikasi ini disusun untuk mengharmonisasikan


terminologi-terminologi keperawatan yang digunakan diberbagai negara
diantaranya seperti ;

 Clinical Care Classification (CCC), 


 North American Nursing Diagnosis Association (NANDA), 

 Home Health Care Classification (HHCC), 

 Systematized Nomenclature of Medicine Clinical Terms (SNOMED CT), 

 International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF), 

 Nursing Diagnosis System of the Centre for Nursing Development and Research
(ZEFP)  

 Omaha System. 

(Referensi : Hardiker et al, 2011, Muller-Staub et al, 2007; Wake & Coenen,
1998)

ICNP membagi diagnosis keperawatan menjadi 5 kategori, yaitu Fisiologis,


Psikologis, Perilaku, Relasional dan Lingkungan (Wake & Coenen, 1998).

Kategori dan subkategori tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Jenis Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu Diagnosis Negatif dan


Diagnosis Positif.

1. Diagnosis Negatif

Menunjukan bahwa klien dalam kondisi sakit atau beresiko mengalami sakit
sehingga penegakan diagnosis ini akan mengarahkan pemberian intervensi
keperawatan yang bersifat penyembuhan, pemulihan dan pencegahan.

Diagnosis ini terdiri dari Diagnosis Aktual dan Diagnosis Resiko.

2. Diagnosis Positif

Menunjukan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi yang
lebih sehat atau optimal. Diagnosis ini disebut juga dengan istilah Diagnosis
Promosi Kesehatan (ICNP, 2015; Standar Praktik Keperawatan Indonesia – PPNI,
2005).

Berikut penjabaran lengkap mengenai macam-macam diagnosis tersebut


diatas (Carpenito, 2013; Potter & Perry, 2013).

A. Diagnosis Aktual

Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupan yang menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan.

Tanda atau gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan divalidasi pada klien
secara langsung.

B. Diagnosis Resiko

Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupannya yang dapat menyebabkan klien beresiko mengalami masalah
kesehatan.
Dalam penegakan diagnosis ini, tidak akan ditemukan tanda/gejala mayor ataupun
minor pada klien, namun klien akan memiliki faktor resiko terkait masalah
kesehatan yang mungkin akan dialaminya dikemudian hari.

C. Diagnosis Promosi Kesehatan

Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk


meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau optimal.

Komponen Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan memiliki 2 kompinen utama, yaitu Masalah (Problem) atau


Label Diagnosis dan Indikator Diagnostik.

1. Masalah (Problem)

Masalah merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan inti dari


respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya.

Label diagnosis ini terdiri dari Deskriptor atau penjelas dan Fokus Diagnostik.

Deskriptor merupakan pernyataan yang menjelaskan bagaimana suatu fokus


diagnosis terjadi. Beberapa deskriptor yang digunakan dalam diagnosis
keperawatan diuraikan melalui gambar dibawah ini.

2. Indikator Diagnostik

Indikator diagnostik terdiri dari penyebab, tanda/gejala, dan faktor resiko dengan
uraian sebagai berikut.

a. Penyebab (Etiology)

Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan. Etiologi


ini dapat mencakup 4 kategori, yaitu;

 Fisiologis, Biologis atau Psikologis,


 Efek Terapi/Tindakan,

 Situasional (lingkungan atau personal)

 Maturasional
b. Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom)

Tanda merupakan data objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium dan prosedur diagnostik.

Sedangkan gejala merupakan data subjektif yang diperoleh dari hasil anamnesis
atau pengkajian.

Tanda/gejala ini dikelompokan menjadi 2 kategori, yaitu:

 Tanda/Gejala Mayor: Ditemukan sekitar 80% – 100% untuk validasi diagnosis.


 Tanda/Gejala Minor: Tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan dapat
mendukung penegakan diagnosis.

c. Faktor Resiko (Risk Factor)

Merupakan kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan kerentanan klien dalam
mengalami masalah kesehatan atau proses kehidupannya. Indikator diagnosis ini
akan berbeda-beda pada masing-masing macam jenis diagnosis.

 Pada diagnosis aktual, indikator diagnostiknya terdiri dari penyebab dan


tanda/gejala.
 Pada diagnosis resiko, tidak memiliki penyebab dan tanda/gejala, melainkan
hanya faktor resiko saja.

 Pada diagnosis promosi kesehatan, hanya memiliki tanda/gejala yang


menunjukan kesiapan klien untuk mencapai kondisi yang lebih optimal.

Proses Penegakan Diagnosis Keperawatan

Proses penegakan diagnosis (diagnostic process) adalah suatu proses yang


sistematis yang terdiri dari 3 tahap yaitu, analisis data, identifikasi masalah dan
perumusan diagnosis.

Untuk perawat profesional yang telah berpengalaman, proses ini dapat dilakukan
secara simultan. Namun untuk perawat yang belum memiliki pengalaman yang
memadai, setidaknya diperlukan latihan dan pembiasaan untuk melakukan proses
penegakan diagnosis secara sistematis.

Proses penegakan diagnosis keperawatan diuraikan sebagai berikut;


1. Analisis Data

Tahap pertama dalam proses penegakan diagnosis keperawatan adalah Analisis


data yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut ini.

a. Bandingkan data dengan nilai normal/rujukan

Data-data yang didapatkan dari pengkajian, bandingkan dengan nilai-nilai normal


dan identifikasi tanda/gejala yang bermakna, baik tanda/gejala mayor ataupun
tanda/gejala minor.

b. Kelompokkan data

Tanda/gejala yang dianggap bermakna, dikelompokan berdasarkan pola kebutuhan


dasar yang meliputi;

1. respirasi,
2. sirkulasi,

3. nutri/cairan,

4. eliminasi,

5. aktivitas/istirahat,

6. neurosensori,

7. reproduksi/seksualitas,

8. nyeri/kenyamanan,

9. integritas ego,

10. pertumbuhan/perkembangan,

11. kebersihan diri,

12. penyuluhan/pembelajaran

13. interaksi sosial, dan

14. keamanan/proteksi.

Proses pengelompokan data ini dapat dilakukan baik secara induktif, dengan
memilah dara sehingga membentuk sebuah pola, atau secara deduktif,
menggunakan kategori pola kemudian mengelompokan data sesuai kategorinya.
2. Identifikasi Masalah

Setelah data dianalisis, perawat dan klien bersama-sama mengidentifikasi masalah,


mana masalah yang aktual, resiko dan /atau promosi kesehatan.

Pernyataan masalah kesehatan ini merujuk pada label diagnosis keperawatan yang
sebelumnya telah dibahas diatas.

3. Perumusan Diagnosis Keperawatan

Perumusan atau penulisan diagnosis disesuaikan dengan jenis diagnosis


keperawatannya. Terdapat 2 metode perumusan diagnosis, yaitu;

a. Penulisan 3 Bagian (3 Parts Format)

Metode penulisan ini terdiri dari Masalah, Penyebab dan Tanda/Gejala dan hanya
dilakukan pada diagnosis aktual saja.

Formulasi diagnosis keperawatan penulisan 3 bagian adalah sebagai berikut:

Masalah berhubungan dengan Penyebab dibuktikan dengan Tanda/Gejala

Frase ‘berhubungan dengan’ dapat disingkat b.d dan frase ‘dibuktikan dengan’
dapat disingkat d.d.

Contoh Penulisan:

Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas d.d batuk tidak efektif,
sputum berlebih, mengi, dispnea dan gelisah.

b. Penulisan 2 Bagian (2 Parts Format)

Metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis resiko dan diagnosis promosi
kesehatan, dengan formulasi sebagai berikut:

(1) Diagnosis Resiko

Masalah dibuktikan dengan Faktor Resiko

Contoh Penulisan:

Resiko aspirasi dibuktikan dengan tingkat kesadaran menurun.

(2) Diagnosis Promosi Kesehatan


Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala

Contoh Penulisan:

Kesiapan peningkatan eliminasi urin dibuktikan dengan pasien mengatakan ingin


meningkatkan eliminasi urin, jumlah dan karakteristik urin normal.

Daftar Diagnosis Keperawatan sesuai Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia

1. Ansietas : Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
2. Berat Badan Lebih : Akumulasi lemak berlebih atau abnormal yang tidak sesuai
dengan usia dan jenis kelamin.

3. Berduka : Respon psikososial yang ditunjukan oleh klien sebagai akibat dari
kehilangan, baik kehilangan orang, objek, fungsi, bagian tubuh atau hubungan.

4. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif : Ketidakmampuan membersihkan sekret atau


obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten.

5. Defisit Kesehatan Komunitas : Terdapat masalah kesehatan atau faktor risiko


yang dapat menganggu kesejahteraan pada suatu kelompok.

6. Defisit Nutrisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhikebutuhan


metabolisme.

7. Defisit Pengetahuan : Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang


berkaitan dengan topik tertentu.

8. Defisit Perawatan Diri : Ketidakmampuan melakukan atau menyelesaikan


aktivitas perawatan diri.

9. Diare : Pengeluaran feses yang sering. Lunak dan tidak berbentuk.

10. Disfungsi Motilitas Gastrointestinal

11. Disfungsi Seksual

12. Disorganisasi Perilaku Bayi

13. Disrefleksia Otonom

14. Distres Spiritual

15. Gangguan Eliminasi Urin

16. Gangguan Citra Tubuh


17. Gangguan Identitas

18. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan

19. Gangguan Interaksi Sosial

20. Gangguan Komunikasi Verbal

21. Gangguan Memori

22. Gangguan Menelan

23. Gangguan Mobilitas Fisik

24. Gangguan Persepsi Sensori

25. Gangguan penyapihan Ventilator

26. Gangguan Pertukaran Gas

27. Gangguan Pola Tidur

28. Gangguan Proses Keluarga

29. Gangguan Rasa Nyaman

30. Gangguan Sirkulasi Spontan

31. Gangguan Tumbuh Kembang

32. Gangguan Ventilasi Spontan

33. Harga Diri Rendah Kronis

34. Harga Diri Rendah Situasional

35. Hipervolemia

36. Hipovolemia

37. Hipertermia

38. Hipotermia

39. Ikterik Neonatus

40. Inkontinensia Fekal

41. Inkontinensia Urin Berlanjut

42. Inkontinensia Urin Berlebih

43. Inkontinensia Urin Fungsional

44. Inkontinensia Urin Refleks


45. Inkontinensia Urin Stres

46. Inkontinensia Urin Urgensi

47. Intoleransi Aktivitas

48. Isolasi Sosial

49. Keletihan

50. Keputusasaan

51. Ketegangan Peran Pemberi Asuhan

52. Ketidakberdayaan

53. Ketidakmampuan Koping Keluarga

54. Ketidaknyamanan Pasca Partum

55. Ketidakpatuhan

56. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah

57. Kesiapan Peningkatan Eliminasi Urin

58. Kesiapan Peningkatan Keseimbangan Cairan

59. Kesiapan Peningkatan Konsep Diri

60. Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga

61. Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas

62. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan

63. Kesiapan Peningkatan Menjadi Orang Tua

64. Kesiapan Peningkatan Nutrisi

65. Kesiapan Peningkatan Pengetahuan

66. Kesiapan Peningkatan Proses Keluarga

67. Kesiapan Peningkatan Tidur

68. Kesiapan Persalinan

69. Konfusi Akut

70. Konfusi Kronis

71. Konstipasi

72. Koping Defensif


73. Koping Komunitas Tidak Efektif

74. Koping Tidak Efektif

75. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif

76. Menyusui Efektif

77. Menyusui Tidak Efektif

78. Nausea

79. Nyeri Akut

80. Nyeri Kronis

81. Nyeri Melahirkan

82. Obesitas

83. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif

84. Penampilan Peran Tidak Efektif

85. Pencapaian Peran Menjadi Orang Tua

86. Penurunan Curah Jantung

87. Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial

88. Penurunan Koping Keluarga

89. Penyangkalan Tidak Efektif

90. Perfusi Perifer Tidak Efektif

91. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko

92. Perilaku Kekerasan

93. Perlambatan Pemulihan Pasca Bedah

94. Pola Nafas Tidak Efektif

95. Pola Seksual Tidak Efektif

96. Resiko Alergi

97. Resiko Aspirasi

98. Resiko Berat Badan Lebih

99. Resiko Bunuh Diri

100. Resiko Cedera


101. Resiko Cedera Pada Ibu

102. Resiko Cedera Pada Janin

103. Resiko Defisit Nutrisi

104. Resiko Disfungsi Motilitas Gastroontestinal

105. Resiko Disfungsi Neurovaskuler Perifer

106. Resiko Disfungsi Seksual

107. Resiko Disorganisasi Perilaku Bayi

108. Resiko Distres Spiritual

109. Resiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan

110. Resiko Gangguan Perkembangan

111. Resiko Gangguan Perlekatan

112. Resiko Gangguan Pertumbuhan

113. Resiko Gangguan Sirkulasi Spontan

114. Resiko Harga Diri Rendah Kronis

115. Resiko Harga Diri Rendah Situasional

116. Resiko Hipotermia Perioperatif

117. Resiko Hipovolemia

118. Resiko Hipovolemia

119. Resiko Ikterik Neonatus

120. Resiko Infeksi

121. Resiko Intoleransi Aktivitas

122. Resiko Inkontinensia Urin Urgensi

123. Resiko Jatuh

124. Resiko Kehamilan Tidak Dikehendaki

125. Resiko Ketidakberdayaan

126. Resiko Ketidakseimbangan Cairan

127. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit

128. Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah


129. Resiko Konfusi Akut

130. Resiko Konstipasi

131. Resiko Luka Tekan

132. Resiko Mutilasi Diri

133. Resiko Penurunan Curah Jantung

134. Resiko Perdarahan

135. Resiko Perfusi Gastrointestinal Tidak Efektif

136. Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif

137. Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif

138. Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif

139. Resiko Perilaku Kekerasan

140. Resiko Perlambatan Pemulihan Pasca Bedah

141. Resiko Proses Pengasuhan Tidak Efektif

142. Resiko Syok

143. Resiko Termoregulasi Tidak Efektif

144. Retensi Urin

145. Sindrom Pasca Trauma

146. Termoregulasi Tidak Efektif

147. Waham

Referensi:

 PPNI (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.


 Ackley, B. J., Ladwig, G. B., Msn, R. N., Makic, M. B. F., Martinez-Kratz, M., &
Zanotti, M. (2019). Nursing Diagnosis Handbook E-Book: An Evidence-Based
Guide to Planning Care. Mosby.

 Carpenito-Moyet, L. J. (2006). Handbook of nursing diagnosis. Lippincott Williams


& Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai