Penyusun :
Juardy Malik Wijaya (160100174)
William Alexander (160100098)
Mikha Martyasari Putri Allagan (160100104)
Nichitri Agina Br Ginting (160100210)
Pembimbing:
dr. Andhika Kesuma Putra, Sp.P(K)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Nilai :
Pembimbing
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan sari
pustaka ini yang berjudul “Idiopathic Pulmonary Fibrosis”.
Penulisan sari pustaka ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Pulmonologi dan Respiratori Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan dan penyelesaian sari pustaka ini, banyak pihak yang
memberikan kontribusi baik sumbangan waktu, ide, pendapat, tenaga dan
dukungan sehingga sari pustaka ini dapat selesai tepat pada waktunya. Untuk itu,
tidak ada yang dapat kami sampaikan selain rasa terimakasih yang mendalam
kepada semua pihak yang telah turut membantu dan tak lupa pula kepada
pembimbing kami, dr. Andhika Kesuma Putra, Sp.P(K) yang telah memberikan
masukan dan nasihatnya.
Kami menyadari sari pustaka ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab
itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan sari pustaka
selanjutnya. Semoga sari pustaka ini dapat bermanfaat kedepannya, akhir kata
penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar................................................................................................... i
Daftar Isi .......................................................................................................... ii
Daftar Gambar ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
1.3. Manfaat Penelitian ......................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi............................................................................................. 3
2.2 Patofisiologi..................................................................................... 5
2.3 Etiologi dan Faktor Risiko............................................................... 7
2.3.1 Merokok........................................................................................... 7
2.3.2 Pajanan Lingkungan......................................................................... 7
2.3.3 Agen Mikroba.................................................................................. 7
2.3.4 Refluks Gastroesofagus.................................................................... 8
2.3.5 Genetik............................................................................................. 8
2.4 Gejala Klinis..................................................................................... 9
2.5 Diagnosis.......................................................................................... 9
2.6 Tatalaksana....................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 15
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
skrining keluarga untuk deteksi kasus, prevalensi IPF diperkirakan 16-18 per
100.000 populasi (Ferrara et al., 2019).
Sari Pustaka ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap penulis dan
pembaca terutama yang terlibat dalam bidang medis dan juga memberikan
wawasan kepada masyarakat umum agar lebih mengetahui dan memahami tentang
Idiopathic Pulmonary Fibrosis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
3
Gambar 2.1 Klasifikasi penyakit paru interstisial(Saha, 2014).
Pembagian penyakit paru interstisial yang baru dibagi menjadi 4, yakni ILD
dengan sebab yang diketahui seperti obat-obatan atau penyakit kolagen, idiopatik
pneumonia interstisial (IIP), ILD granulomatosa, dan ILD lainnya sesuai
gambaran histopatologis yang spesifik. IPF masuk pada idiopatik pneumonia
interstisial dengan sub bagian fibrosis kronis (Saha, 2014).
4
2.2 PATOFISIOLOGI
5
penting. Pada gambar A secara kronis dirusak oleh stressor seperti perubahan usia
dan genetik, AECIIs mengalami hiperplasia dan menjadi terlalu reaktif pada paru
IPF yang menyebabkan pelepasan zat-zat pro-fibrotik seperti faktor X. Kerusakan
AECIIs ini merupakan akibat dari apoptosis. Pada gambar B faktor-faktor seperti
Xa mendorong diferensiasi fibroblas menjadi miofibroblas, suatu fenotip yang
lebih berbahaya yang menyebabkan sebagian besar matriks protein terdeposit di
membran ekstraseluler. Pada gambar C, Fibroblas dan miofibroblas terakumulasi
untuk membentuk “fibroblastic foci” yang terdiri dari kolagen padat dan protein
matriks di matriks ekstraseluler yang menyebabkan fibrosis dan jaringan parut.
Pada gambar D, Hipotesis TH1/TH2 menunjukkan keseimbangan sitokin TH2
yang memiliki respon yang tidak adaptif terhadap stimulus yang berbahaya. Teori
ini didukung dengan tingginya ekspresi reseptor sitokin TH2 pada fibroblas dari
paru yang mengalami IPF (Horowitz & Thannickal, 2006; Scotton et al, 2009;
King et al, 2011; Loomis-King et al, 2013).
Sel epitel alveoli tipe II (AECIIs) merupakan komponen sistem imun alamiah
dan terletak pada permukaan dinding alveoli. Salah satu dari perannya yaitu
memproduksi dan melepaskan surfaktan. Pada pasien dengan IPF, sel-sel ini
mengalami kerusakan kronis yang menyebabkan gangguan pada epitel dan
apoptosis yang berlebihan (Horowitz dan Thannickal, 2006; Gunther et al, 2012).
Gangguan pada epitel alveoli ini tidak mengalami perbaikan seperti seharusnya
dan AECIIs menjadi hiperplasia dan mensekresi konten profibrotiknya secara
profuse (Selman et al, 2001). Penyebab kerusakan kronis tidak diketahui namun
diduga akibat toksin lingkungan seperti rokok, infeksi virus dan abnormalitas
genetik seperti mutasi telomere dan protein permukaan (King et al, 2011).
6
membentuk “fibroblast foci”, yang terdiri dari fibroblas, kolagen dan protein
matriks ekstraseluler. Jaringan paru yang menebal dan mengalami fibrosis
menyebabkan kerusakan arsitektur paru dan mengakibatkan penyakit paru
restriktif (Selman et al, 2001; King et al, 2011; Gunther et al, 2012).
Meskipun IPF dari definisinya merupakan penyakit dengan etiologi yang tidak
diketahui, sejumlah faktor risiko yang potensial telah diidentifikasi.
2.3.1 Merokok
Merokok berhubungan erat dengan IPF, baik IPF familial dan sporadik,
khususnya pada individu dengan riwayat merokok lebih dari 20 tahun. Pada pasien
yang merokok, perkembangan penyakit terjadi lebih cepat (Raghu, 2011).
7
virus herpes, termasuk EBV, pada spesimen paru dari 33 pasien dengan IPF, dan
menemukan bahwa satu atau lebih virus herpes dideteksi pada hampir semua paru
dengan IPF dibandingkan dengan sepertiga dari paru kontrol (Tang et al, 2003).
Virus yang positif termasuk EBV, sitomegalovirus, human herpesvirus (HHV)-7, dan
HHV-8. Namun, studi yang menunjukkan hubungan yang negatif juga telah
dilaporkan (Zamo et al, 2005).
2.3.5 Genetik
Kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan IPF pada kasus familial dan
sporadik tetap sama. IPF familial dan sporadik secara klinis dan histologis sulit
untuk dibedakan, walaupun bentuk familial dapat berkembang pada usia dini dan
tampak memiliki pola yang berbeda pada transkripsi gen (Yang, 2007). Hasil dari
pencarian genome secara luas menunjukan bahwa ELMOD2, gen yang tidak
diketahui fungsi biologis terletak pada kromosom 4q31, diperkirakan sebagai gen
yang bertanggung jawab terhadap IPF familial (Hodgson, 2006).
8
Transmisi genetik dari fibrosis pulmonal pada kasus familial adalah autosomal
dominan dengan alel yang bervariasi. Asosiasi yang lebih kuat pada idiopatik
interstisial pneumonia (IIP) familial ditemukan berkaitan dengan mutasi pada gen
surfaktan protein C, tetapi hubungan ini tidak didapatkan pada bentuk penyakit
yang sporadik. Mutasi yang jarang pada gen yang mengode protein surfaktan A2
(SFTPA2), terkait dengan fibrosis pulmonal familial dan kanker paru (Raghu,
2011).
9
Namun, tidak ada dari temuan tersebut yang telah divalidasi pada penelitian
berikutnya (Checa et al, 2008).
2.5 DIAGNOSIS
-Anamnesis
Pada anamnesis pasien dengan fibrosis paru idiopatik memiliki keluhan batuk
(biasanya nonproduktif) dan sesak napas (dispnea). Seiring waktu, batuk dapat
10
menjadi paroksisimal, sesak napas makin memburuk dan adanya keterbatasan
aktivitas. Kelemahan atau fatique, kehilangan selera makan, penurunan berat
badan, batuk kering, perasaan tak enak di dada juga sering dijumpai. Umumnya,
pasien fibrosis paru idiopatik berumur 60 tahun ke atas. Prevalensi laki laki lebih
dominan daripada perempuan. Pasien yang ditemukan dengan kecurigaan fibrosis
paru harus dievaluasi lengkap untuk kemungkinan penyakit lain, karena infeksi
(terutama pada imunodefisiensi dan transplantasi) bisa mempunyai gambaran
yang mirip penyakit paru intertisial lainnya. Demikian pula metastasis keganasan
yang difus serta gagal jantung kongestif harus dipikirkan bila latar belakang
kliniknya mendukung. Riwayat faktor lingkungan (misalnya paparan biomass,
asbes dan lain lain), riwayat pekerjaan, riwayat merokok, penggunaan obat dan
riwayat keluarga perlu ditanyakan. Hal ini disebabkan riwayat tersebut dapat
menjadi pencetus fibrosis paru.
-Pemeriksaan Fisik
-Pemeriksaan Laboratorium
Hasil uji laboratorium dalam fibrosis paru idiopatik tidak ada spesifik.
Meskipun demikian, pemeriksaan darah perifer lengkap, hitung jenis leukosit, laju
endap darah, fungsi ginjal dan fungsi hati, elektrolit (Na, K, Cl, Ca), dan urinalisis
tetap dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding. Beberapa penelitian
menemukan tingkat sedimentasi eritrosit meningkat pada 60% hingga 94% pasien
fibrosis paru idiopatik; antibodi antinuklear atau faktor reumatoid dapat juga
11
ditemukan pada 10% hingga 26%. Pemeriksan fungsi paru (spirometri) sebaiknya
dilakukan dan biasanya pada pasien fibrosis paru tampak gambaran restriktsi.
Adapun penelitian mengungkapkan adanya peningkatan glikoprotein KL-6,
peningkatan protein surfaktan paru A dan D dalam serum dan analisis cairan
Bronco Alveolar Lavage (BAL) ditemukan memiliki nilai prognostik. Namun, tes
ini hanya tersedia di beberapa laboratorium penelitian, dan studi tambahan
diperlukan untuk menilai spesifik dan peran klinisnya.
-Pemeriksaan Radiologis
12
2.6 TATALAKSANA
Saat ini, tidak ada pengobatan yang telah terbukti efektif dalam menghentikan
perkembangan fibrosis paru idiopatik. Chest Foundation mengemukan jenis obat
yang dapat digunakan untuk fibrosis paru idiopatik :
1. Kortikosteroid (Prednison) : obat untuk menekan sistem kekebalan tubuh
dan mengurangi peradangan, yang mungkin berdampak pada jaringan
paru-paru yang belum sepenuhnya fibrosis.
2. Siklofosfamid : obat kemoterapi yang juga dapat menekan peradangan.
3. Mycophenolate mofetil dan Azathioprine : anti-inflamasi yang telah
digunakan dalam mengobati penyakit autoimun, termasuk rheumatoid
arthritis.
4. Nintedanib : obat antifibrosis intraselular yang menghambat faktor
pembentukkan fibrosis dengan menargetkan reseptor tyrosine kinase. Obat
ini telah disetujui untuk mengobati fibrosis paru idiopatik di Amerika
Serikat dan telah ditunjukkan dalam uji klinis untuk memperlambat
penurunan fungsi paru-paru, yang diukur dengan tes fungsi paru.
5. Pirfenidone : obat anti-fibrosis dan anti inflamasi dengan meregulasi
komponen penting profibrotik dan sitokin proinflamsasi. Obat telah
ditunjukkan dalam uji klinis untuk memperlambat perkembangan fibrosis
paru ringan dan sedang. Obat ini disetujui dan dipakai untuk pengobatan
fibrosis paru idiopatik di Amerika Serikat, Kanada, Uni Eropa, dan Asia.
6. Inhibitor Pompa Proton atau Histamin-2 bloker reseptor antagonist : obat
antiacid pada lambung. Gastroesophageal reflux telah terbukti sebagai
faktor pencetus dan memperburuk fibrosis paru.
7. N-acetylcyseine atau Bromhexine hydrochloride: obat inhalasi
antioksidan. Penelitian di Jepang mendapati penggunaan jenis ini selama
12 bulan memberikan manfaat pada pengurangan fibrosis paru.
13
British Thoracic Society Associtioan dan American Thoraccic Society
menganjurkan menggabungkan prednisolon (0,5 mg / kg / hari, dengan lancip)
dengan azathioprine (2-3 mg/kg/hari) atau siklofosfamid ( 2 mg/kg/hari ) sebagai
terapi awal selama 6 bulan. Untuk pasien tidak dapat menggunakan
kortikosteroid, azathioprine atau siklofosfamid saja digunakan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.R., Arron, J.R., Chandriani, S., Jia, G., Lewin-Koh, N.J. and DePianto,
D., Genentech Inc, 2016. Methods of prognosing, diagnosing and treating
idiopathic pulmonary fibrosis. U.S. Patent Application 14/493,649.
Checa, M., Ruiz, V., Montaño, M., Velázquez-Cruz, R., Selman, M. and Pardo,
A., 2008. MMP-1 polymorphisms and the risk of idiopathic pulmonary
fibrosis. Human genetics, 124(5), pp.465-472.
Cottin, V., Crestani, B., Valeyre, D., Wallaert, B., Cadranel, J., Dalphin, J.C.,
Delaval, P., Israel-Biet, D., Kessler, R., Reynaud-Gaubert, M. and
Aguilaniu, B., 2014. Diagnosis and management of idiopathic pulmonary
fibrosis: French practical guidelines. European Respiratory Review, 23(132),
pp.193-214.
Ferrara, G., Arnheim-Dahlström, L., Bartley, K., Janson, C., Kirchgässler, K.U.,
Levine, A. and Sköld, C.M., 2019. Epidemiology of pulmonary fibrosis:
a cohort study using healthcare data in Sweden. Pulmonary Therapy, 5(1),
pp.55-68.
Günther, A., Korfei, M., Mahavadi, P., von der Beck, D., Ruppert, C. and
Markart, P., 2012. Unravelling the progressive pathophysiology of
idiopathic pulmonary fibrosis. European Respiratory Review, 21(124),
pp.152-160.
15
Gribbin, J., Hubbard, R. and Smith, C., 2009. Role of diabetes mellitus and
gastro-oesophageal reflux in the aetiology of idiopathic pulmonary
fibrosis. Respiratory medicine, 103(6), pp.927-931.
Kitamura, H., Ichinose, S., Hosoya, T., Ando, T., Ikushima, S., Oritsu, M. and
Takemura, T., 2007. Inhalation of inorganic particles as a risk factor for
idiopathic pulmonary fibrosis—elemental microanalysis of pulmonary
lymph nodes obtained at autopsy cases. Pathology-Research and
Practice, 203(8), pp.575-585.
Hodgson, U., Pulkkinen, V., Dixon, M., Peyrard-Janvid, M., Rehn, M., Lahermo,
P., Ollikainen, V., Salmenkivi, K., Kinnula, V., Kere, J. and Tukiainen,
P., 2006. ELMOD2 is a candidate gene for familial idiopathic pulmonary
fibrosis. The American Journal of Human Genetics, 79(1), pp.149-154.
King Jr, T.E., Pardo, A. and Selman, M., 2011. Idiopathic pulmonary fibrosis. The
Lancet, 378(9807), pp.1949-1961.
Loomis-King, H., Flaherty, K.R. and Moore, B.B., 2013. Pathogenesis, current
treatments and future directions for idiopathic pulmonary
fibrosis. Current opinion in pharmacology, 13(3), pp.377-385.
Nalysnyk, L., Cid-Ruzafa, J., Rotella, P. and Esser, D., 2012. Incidence and
prevalence of idiopathic pulmonary fibrosis: review of the
literature. European Respiratory Review, 21(126), pp.355-361.
Raghu, G., Collard, H.R., Egan, J.J., Martinez, F.J., Behr, J., Brown, K.K., Colby,
T.V., Cordier, J.F., Flaherty, K.R., Lasky, J.A. and Lynch, D.A., 2011.
An official ATS/ERS/JRS/ALAT statement: idiopathic pulmonary
fibrosis: evidence-based guidelines for diagnosis and
16
management. American journal of respiratory and critical care
medicine, 183(6), pp.788-824.
Sauleda, J., Núñez, B., Sala, E. and Soriano, J.B., 2018. Idiopathic pulmonary
fibrosis: epidemiology, natural history, phenotypes. Medical Sciences, 6(4),
p.110.
Selman, M., King, T.E. and Pardo, A., 2001. Idiopathic pulmonary fibrosis:
prevailing and evolving hypotheses about its pathogenesis and
implications for therapy. Annals of internal medicine, 134(2), pp.136-151.
Scotton, C.J., Krupiczojc, M.A., Königshoff, M., Mercer, P.F., Lee, Y.G.,
Kaminski, N., Morser, J., Post, J.M., Maher, T.M., Nicholson, A.G. and
Moffatt, J.D., 2009. Increased local expression of coagulation factor X
contributes to the fibrotic response in human and murine lung injury. The
Journal of clinical investigation, 119(9), pp.2550-2563.
Tang, Y.W., Johnson, J.E., Browning, P.J., Cruz-Gervis, R.A., Davis, A., Graham,
B.S., Brigham, K.L., Oates Jr, J.A., Loyd, J.E. and Stecenko, A.A., 2003.
Herpesvirus DNA is consistently detected in lungs of patients with
idiopathic pulmonary fibrosis. Journal of clinical microbiology, 41(6),
pp.2633-2640.
Yang, I.V., Burch, L.H., Steele, M.P., Savov, J.D., Hollingsworth, J.W.,
McElvania-Tekippe, E., Berman, K.G., Speer, M.C., Sporn, T.A., Brown,
K.K. and Schwarz, M.I., 2007. Gene expression profiling of familial and
sporadic interstitial pneumonia. American journal of respiratory and critical
care medicine, 175(1), pp.45-54.
17