Maryam Djibu 751540119044 Tugas 10
Maryam Djibu 751540119044 Tugas 10
2620-7869
HEARTY Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.6 No.2 2018 Jurnal Kesehatan Masyarakat
Beriman, Tulus, Sepenuh Hati, Berbesar Hati,
Jujur, Sehat dan Kuat
anatanzili@gmail.com
Abstrak
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) merupakan program kesehatan yang bertujuan mencegah
komplikasi penyakit kronis terutama penyakit Hipertensi dan Diabetes Mellitus Tipe 2. Program ini di inisiasi oleh
BPJS Kesehatan dengan melihat kondisi perkembangan penyakit tidak menular yang semakin meningkat dari tahun
ke tahun. Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular khususnya hipertensi cenderung mengalami kenaikan dari
7,6% pada tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun 2013 (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Kasus Hipertensi di Kota
Bogor menduduki peringkat kedua penyakit terbanyak dan UPTD puskesmas Tegal Gundil merupakan salah satu
puskesmas yang memiliki angka kejadian hipertensi terbanyak sebesar 4.755 kasus (Profil Dinkes Kota Bogor,
2015). Permasalahan pada UPTD Puskesmas Tegal Gundil adalah pelaksanaan prolanis sudah dilakukan sejak tahun
2015 tetapi kasus hipertensi masih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mendalam mengenai
pelaksanaan program Prolanis BPJS Kesehatan pada pasien hipertensi di UPTD Puskesmas Tegal Gundil Kota
Bogor tahun 2017. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif menggunakan metode pengumpulan data survey
bersifat cross sectional dengan jenis rancangan deskriptif. Informan berjumlah 5 orang dan instrumen yaitu
pedoman wawancara mendalam, daftar tilik observasi dan daftar tilik telaah dokumen. Saran meningkatkan
koordinasi antara pihak yang terlibat dalam prolanis.
Pendahuluan
Menurut World Health Organization kardiovaskular (46%), berbagai jenis kanker
(WHO) Penyakit Tidak Menular (PTM) (21,6%), penyakit pernapasan kronis (10,5%),
merupakan penyakit dengan durasi panjang yang dan diabetes (4%)(WHO, 2015).
pada umumnya berkembang secara lambat. Hasil Riset Kesehatan Dasar
Penyakit tidak menular membunuh 38 juta orang menunjukkan, terjadi peningkatan penyakit tidak
di seluruh dunia setiap tahunnya. Sebanyak 28 menular di Indonesia dari tahun 2007 hingga
juta orang (75%) korbannya berasal dari negara 2013. Peningkatan prevalensi penyakit tidak
berpendapatan rendah dan sedang. Kematian menular yaitu Diabetes Melitus (DM) cenderung
akibat penyakit tidak menular sebanyak 16 juta naik dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1%
orang terjadi sebelum usia 70 tahun. Ada empat pada tahun 2013, hipertensi cenderung
kelompok penyakit tidak menular yang menjadi mengalami kenaikan dari 7,6% pada tahun 2007
penyebab utama kematian yaitu penyakit menjadi 9,5% pada tahun 2013, dan stroke dari
8,3 per mil tahun 2007 menjadi 12,1 per mil pada yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan
tahun 2013 (Kementrian Kesehatan RI, 2013). BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan
Data Profil Kesehatan Kota Bogor Tahun kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang
2015 dari sepuluh penyakit utama di Kota Bogor menderita penyakit kronis untuk mencapai
dilihat dari umur, hipertensi merupakan penyakit kualitas hidup yang optimal dengan biaya
dengan jumlah kasus kedua tertinggi yaitu pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien
sebesar 29.990 kasus dibandingkan penyakit (BPJS Kesehatan, 2015b). Program ini bertujuan
lainnya (Profil Kesehatan Kota Bogor, 2015). untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus
Kota Bogor memiliki fasilitas kesehatan tingkat penyakit tidak menular khususnya hipertensi dan
pertama (FKTP) sebanyak 24 Puskesmas. DM Tipe 2.
Puskesmas Tegal Gundil merupakan salah satu Prolanis merupakan salah satu strategi
fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang promotif dan preventif yang dilakukan BPJS
ada di Kota Bogor. Profil Kesehatan Puskesmas Kesehatan untuk menurunkan atau mencegah
Tegal Gundil tahun 2016 menunjukan bahwa komplikasi penyakit kronis yang diderita oleh
angka kesakitan tertinggi di Puskesmas Tegal peserta sekaligus sebagai kendali biaya
Gundil yaitu penyakit Nasopharyngitis akut dan pelayanan kesehatan. Sasaran dari program ini
Hipertensi yaitu sebanyak 4.755 kasus hipertensi. adalah seluruh peserta BPJS Kesehatan
Angka kesakitan hipertensi tertinggi banyak penyandang penyakit kronis (diabetes melitus
diderita pada umur 60-69 tahun (Profil Kesehatan tipe 2 dan hipertensi) dengan tujuan untuk
Puskesmas Tegal Gundil, 2016). mendorong peserta yang menyandang penyakit
Berlakunya Undang-Undang Jaminan kronis agar mencapai kualitas hidup optimal
Kesehatan Nasional (JKN) memberikan amanat dengan indikator 75% peserta terdaftar yang
dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan yang berkunjung ke FKTP memiliki hasil “baik” pada
bersifat promotif dan preventif. Sejak tahun 2015 pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe
program penanggulangan hipertensi masuk ke 2 dan hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait
dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). BPJS sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi
Kesehatan selaku penyelenggara program JKN penyakit (BPJS Kesehatan, 2014). mendapatkan
menyelenggarakan upaya kesehatan mencakup dukungan dokter memiliki peluang yang tidak
pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan mendapat dukungan (Rahmi, 2015)
rehabilitatif. Ada tiga strategi promotif dan Prolanis terdiri atas 5 aktivitas, yaitu : (a)
preventif yang dilaksanakan oleh BPJS konsultasi medis peserta Prolanis, (b) edukasi
Kesehatan, yaitu strategi promotif dan preventif kelompok peserta Prolanis, (c) reminder melalui
untuk peserta yang sehat (edukasi kesehatan, SMS gateway, (d) aktifitas fisik dan (e) home
pelayanan KB, dan pelayanan imunisasi), strategi visit. Edukasi kelompok peserta Prolanis
promotif dan preventif untuk peserta yang memiliki sasaran yaitu terbentuknya minimal 1
beresiko (skrining kesehatan primer dan kelompok peserta (Klub) Prolanis di setiap
sekunder, deteksi dini kanker), dan strategi Faskes Pengelola 1 Klub. Hingga bulan
promotif dan preventif untuk peserta yang sakit Desember tahun 2016, jumlah FKTP yang telah
(Program Pengelolaan Penyakit Kronis/Prolanis) bekerja sama dengan BPJS Kesehatan sebanyak
(Idris, 2015). 20.740 FKTP yang terdiri atas dokter praktek
Program Jaminan Kesehatan Nasional perorangan, klinik pratama, dan Puskesmas di
(JKN) menyelenggarakan program Prolanis yaitu seluruh Indonesia. Sedangkan, jumlah FKTP
suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan yang memiliki Klub Prolanis sebanyak 8.660
proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi FKTP (41,76%) yang terdiri dari 6.981 Klub DM
Tipe 2 san 6.799 Klub Hipertensi. Hal ini Penanggung Jawab Prolanis (1 orang), PIC
menunjukkan bahwa tidak semua FKTP yang Prolanis BPJS Kesehatan (1 orang) dan Peserta
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan Prolanis (2 orang). Berdasarkan topik penelitian
melaksanakan Prolanis (BPJS Kesehatan, 2016). dimana penelitian ini dibatasi faktor input yang
Berdasarkan data BPJS Kesehatan Kantor terdiri dari sumber daya manusia (SDM),
Cabang Umum (KCU) Kota Bogor, hingga bulan anggaran, standar operasional prosedur (SOP)
Desember 2016 jumlah FKTP yang bekerja sama serta sarana dan prasarana, sedangkan proses
dengan BPKS Kesehatan KCU Kota Bogor terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
sebanyak 63 FKTP (tidak termasuk praktek pelaksanaan, dan pengawasan. Faktor input dan
mandiri dokter gigi). Sedangkan, jumlah FKTP proses berpengaruh terhadap output yaitu untuk
yang melaksanakan Prolanis sebanyak 45 FKTP mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan
(71,43%), dengan jumlah Klub Pengelolaan Prolanis di UPTD Puskesmas Tegal Gundil.
Penyakit DM Tipe 2 (PPDM Tipe 2) adalah 37
FKTP dan jumlah Klub Pengelolaan Penyakit Hasil Penelitian
Hipertensi (PPHT) sebanyak 45 FKTP. 1. Karakteristik Informan
Berdasarkan hasil wawancara dengan PIC Pada penelitian ini, penulis melakukan
Prolanis BPJS Kesehatan KCU Kota Bogor, wawancara mendalam dengan 5 (lima) orang
alasan utama FKTP tidak melaksanakan Prolanis informan yang mewakili kompetensi masing-
adalah belum terdatanya peserta yang menderita masing serta dianggap representatif terhadap
penyakit diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi obyek masalah dalam penelitian. Berikut tabel
yang menjadi tanggung jawabnya. Puskesmas yang menunjukkan karakteristik infoman :
Tegal Gundil sudah melaksanakan program
Prolanis sejak tahun 2015, namun angka Tabel 2. Karakteristik Informan Penelitian
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Tegal Kode Jenis Umur Pendidikan Jabatan
Gundil masih tinggi yaitu sebanyak 4.755 kasus Informan Kelamin
hipertensi. Oleh karena itu maka diperlukan I1 Laki-laki
45 S2 Kepala
Tahun MARS Puskesmas
penelitian tentang pelaksanaan program Prolanis
Penanggung
BPJS Kesehatan di Puskesmas Tegal Gundil 42 S1 Dokter
I2 Perempuan Jawab
Tahun Umum
tahun 2017. Prolanis
PIC Prolanis
27
I3 Perempuan Ners BPJS
Metode Penelitian Tahun
Kesehatan
Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja 70 Peserta
I4 Perempuan SMA
Tahun Prolanis
UPTD Puskesmas Tegal Gundil Kecamatan 70 Peserta
I5 Perempuan SMA
Bogor Utara pada bulan April – Agustus 2017. Tahun Prolanis
Desain studi penelitian kualitatif dengan metode
pengambilan data survey. Pemilihan metode
2. Input
penelitian kualitatif dilakukan karena obyek yang
Input yang dimaksud dalam penelitian ini
diteliti harus digali secara mendalam agar dapat
terdiri dari sumber daya manusia (SDM),
memberikan jawaban yang dicari atas
anggaran, standar operasional prosedur (SOP),
permasalahan yang diteliti. Teknik pengumpulan
serta sarana dan prasarana.
data meliputi data primer melalui wawancara
Hasil wawancara tentang SDM diketahui
mendalam dan sekunder melalui dokumen-
bahwa hampir semua responden yang terkait
dokumen. Informan penelitian diambil 5 orang
langsung dengan kegiatan prolanis menyebutkan
yang terdiri dari Kepala Puskesmas (1 orang),
bahwa ketersediaan SDM untuk prolanis
dirasakan cukup walaupun terkadang petugas pembicara edukasi kelompok. Berikut kutipan
kesehatan yang bertugas masih kurang. Seperti hasil wawancaranya menurut informan kunci :
yang diungkapkan sebagai berikut :
“.... 150 ribu itu konsumsi, kalo kita misalnya
“Emmm ya gimana yah kalo kita mau jujur yah jumlahnya 32 orang berartikan konsumsinya
memang kadang kadang sih petugasnya kurang sekitar 10 ribuan nah tapi kita biasanya kan
tapi kita harus paham juga pasien dibawah juga bisalah… emm untuk melakukan itu …emm
banyak jadi kita jangan terlalu harus dispesialkan, apa namanya untuk yang sisanya 40 orang
yaa menurut saya sih udah cukup”(informan I4) yah misalnya dibagi bagi ngga langsung 1
bungkus 10 ribu gitu, yang kedua kalo
“Yaa sepertinya cukup yah” (informan I5) misalnya senam itu bayarnya sama
instrukturkan 200 dapetnya dari prolaniskan
200 ribu, dan satunya lagi dapet uang 400
Jawaban dari kedua informan tersebut ribu dengan potongan ppn itu untuk edukasi
diperkuat dengan jawaban dari informan kunci, gitu jadi plusplos (red: balance)… hahaha
sebagai berikut : abis hahaha tapi baguslah daripada ngga
dikasih dana yah” (informan I2)
“Yaa sebenernya di Puskesmas kita untuk perihal
SDM sih di cukup cukupkan saling berbagi tugas Adapun ketersediaan anggaran dirasa
dalam kegiatan Prolanis aja, jadi untuk sementara telah mencukupi, untuk hambatan tersendiri
ini menurut saya sih cukup” (informan I1) yaitu adanya keterlambatan pengembalian
uang dari pihak BPJS. Berikut petikan hasil
Pada sumberdaya keuangan didapatkan
wawancara :
informasi mekanisme penganggaran bahwa
puskesmas melakukan kegiatan Prolanis “Untuk sementara sih cukup. Emm untuk
terlebih dahulu kemudian membuat laporan hambatan paling keterlambatan pembayaran
setelah itu BPJS akan mengganti dana yang ke tim prolanis atau keterlambatan
pengembalian uang dari BPJSnya yah”
telah digunakan. Berikut petikan hasil
(informan I1)
wawancaranya :
“Emm tadinyakan dapetnya 300 yah
“Lewat BPJS, jadi kita adakan dulu kegiatan sekarang jadi 150 jadi sebenernya kalo kami
Prolanisnya untuk dana dan emm seperti sih pengennya kalo bisa nambah hahaha yaa
snacknya itu ditanggung sama Puskesmasnya dicukup cukupkan” (informan I2)
dulu setelah itu kita membuat klaim untuk
dirembes ke BPJS” (informan I1) Input yang lain adalah ketersediaan SOP,
berdasarkan hasil wawancara, terdapat SOP
“Jadi mekanismenya itu yang pertama kita
laksanakan dulu kegiatan Prolanisnya, untuk pelaksanaan Prolanis. Berikut kutipan
kemudian ngerekap data mulai dari dana yang hasil wawancara :
terpakai terus absensi peserta kita bikin laporan
tuh untuk di laporkan ke pihak BPJS setelah itu “Buat SOP ada pasti ada seperti yang tadi
pihak BPJS akan mengganti dana yang telah saya bilang kita udah sosialisasikan 5 pilar
terpakai untuk kegiatan Prolanis” (informan emm prolanis yah emm jadi Puskesmasnya
I2) juga ngga bingung harus ngapain nih
prolanis mengelolanya seperti apa...”
Dana yang di dapatkan oleh FKTP dari (informan I3)
BPJS sebesar Rp. 750.000,-, uang itu
digunakan untuk konsumsi Rp. 150.000,-, Informan kunci juga menjelaskan bahwa
untuk instruktur senam Rp. 200.000-, dan Rp. sudah ada SOP khusus untuk pelaksanaan
400.000,- di potong pajak penghasilan untuk Prolanis dan didokumentasikan secara tertulis
serta ditetapkan langsung oleh pihak
Penanggung Jawab Prolanis. Berikut kutipan walaupun tempat untuk kegiatan senam
hasil wawancara : masih sedikit sempit yaa” (informan I1)
wawancara:
Sedangkan menurut informan kunci cara
“Evaluasi kemaren kita evaluasi emm lebih menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan
ke apayah pencapaian program yah Prolanis yaitu menilainya pertama dari
maksudnya kitakan tujuannya tadikan untuk kunjungan peserta apakah semakin menurun
mengelola pasien dengan penyakit kronis
atau naik, kedua hasil dari laboratorium gula
supaya bisa lebih setabil ternyata pas kita
evaluasi kemaren emm cuman berapa persen darah dan tensi apakah menurun atau naik dan
ngga nyampe 50% gitu peserta yang ikut yang ketiga selalu mengadakan kegiatan senam.
prolanis dapat terpantau berarti kan Berikut petikan wawancara:
efektifitas programnya belum tercapai jadi
kemaren kita apa namanya kita pancing nih
“Yaa cara menilainya yang pertama
faskesnya gitu kira-kira apa yang bisa anda
kunjungan yang datang dari si pesertanya
lakukan gitu dengan pembiayan yang sudah
sesuai ngga makin menurunkan malah makin
kami berikan sekian tapi efektifitasnya tidak
naik terus yang kedua hasil dari
ada” (informan I3)
laboratorium untuk gula darah dan untuk
tensi juga jadi nurun itu menurut kami
adalah keberhasilannya terus yang ketiga
selalu didakan senamnya tapi jadi kita ngga periodik yang disusun berdasarkan program–
kena fiktif nah menurut kita itu udah program yang telah disahkan Ilyas (2011).
berhasil” (informan I2)
Menurut BPJS Kesehatan KCU Kota Bogor
Pembahasan mekanisme anggaran pelaksanaan Prolanis di
1. Karaktersitik Informan Puskesmas bersumber dari BPJS Kesehatan Kota
Pada penelitian ini, penulis melakukan Bogor dengan sistem reimburse. Setiap bulan
wawancara mendalam dengan 5 (lima) orang Puskemas menyerahkan laporan kegiatan
informan yang mewakili kompetensi masing- pelaksanaan Prolanis ke BPJS Kesehatan Kota
masing serta dianggap representatif terhadap Bogor dan melakukan klaim untuk dana
obyek masalah dalam penelitian. Informan terdiri pelaksanaan Prolanis. Besaran anggaran untuk
dari Kepala Puskesmas, Penanggung Jawab setiap kegiatan juga telah ditentukan oleh BPJS
Prolanis, PIC Prolanis BPJS Kesehatan, Peserta Kesehatan Kota Bogor, sehingga tidak ada
Prolanis (2 orang). Informan terbagi dua yaitu perbedaan sumber daya keuangan untuk
informan kunci dan informan. Informan kunci pelaksanaan Prolanis di Puskesmas. Hambatan
yaitu Kepala Puskesmas dan Penanggung Jawab yang sering dirasakan adalah keterlambatan
Prolanis. dalam realisasi anggaran oleh BPJS. Apabila
dilihat secara mekanisme sistem, input yang
2. Input kurang cepat dapat menganggu kelancaran
Pelaksanaan prolanis di Puskesmas Tegal pelaksanaan kegiatan tersebut.
Gundil secara umum cukup baik. Karena input Faktor kelengkapan Standar Operasional
dan proses menunjukkan hasil yang cukup maka Prosedur (SOP) dirasakan sudah tidak menjadi
tidak heran hasil yang didapat tidak terlalu masalah. Tim prolanis sudah mempunyai
memuaskan. Faktor input sangat mempengaruhi kapasitas yang baik dalam menjalankan SOP
output yang didapatkan. Hal ini terlihat dari dari kegiatan prolanis. Faktor yang paling banyak
sisi ketersediaan SDM selaku petugas pelaksana menjadi keluhan tim prolanis adalah sarana
untuk saat ini dinilai cukup. Hal ini sesuai prasarana. Ruangan untuk aktifitas fisik yang
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan kurang memadai, alat-alat yang kurang. Hal ini
Mardotillah (2016) bahwa jika dilihat dari sisi sependapat dengan hasil penelitian terdahulu
kecukupan jumlah sumber daya manusia pada Mardotillah (2016) bahwa tidak memadainya
petugas pelaksana Prolanis di FKTP yang ruangan khusus untuk kegiatan Prolanis yang
mengimplementasikan Prolanis dinilai sudah dapat dijangkau peserta dan kursi untuk peserta
cukup. Petugas pelaksana Prolanis rata-rata yang juga kurang mencukupi. Sejalan dengan
terdiri dari 4-5 orang petugas yang terdiri dari penelitian terdahulu (Assupina et al, 2013) bahwa
dokter pelaksana, perawat, petugas laboratorium analisis dari segi sarana diketahui masih terjadi
dan petugas kesehatan tambahan. Meskipun kendala pada penyediaan sarana dan tempat
petugas prolanis tidak khusus mempunyai untuk pelaksanaan aktivitas klub.
tupoksi langsung terhadap pekerjaannya.
Kecukupan alokasi SDM ini sebenarnya belum 3. Proses
bisa memaksimalkan outcome keberhasilan dari Proses pelaksanaan kegiatan prolanis
prolanis itu sendiri. puskesmas Tegal Gundil secara umum berjalan
Pada pembiayaan, sudah jelas bahwa lancar. Mulai dari perencaanaan rekrutmen
anggaran yang disiapkan oleh BPJS sangat kepersertaan sampai menjalankan aktivitas yang
membantu dalam pelaksanaan kegiatan prolanis. sudah ditetapkan BPJS. Ada beberapa kendala
Anggaran adalah suatu rencana keuangan dalam pelaksanaan prolanis seperti terkait
pembagian tugas dalam tim. Hasil observasi yang aktivitas klub senam di Puskesmas Tegal Gundil,
ada bahwa kurangnya koordinasi antara Kepala peserta Prolanis mengadakan kegiatan diluar
Puskesmas dengan penanggung jawab Prolanis dengan sepengetahuan pihak Puskesmas seperti
dan dokter pelaksana. Sehingga ketika ada yang pengajian atau bikin olahraga sendiri diluar.
menanyakan tentang Prolanis pihak dari Sedangkan untuk pemantauan status
Puskesmas saling melempar kepada pihak yang menurut BPJS Kesehatan (2015) status kesehatan
terlibat. Hal ini sesuai dengan penelitian Pratiwi dilakukan oleh FKTP kepada peserta terdaftar
(2017) bahwa adanya ketidaksesuaian antara yang meliputi pemeriksaan tekanan darah dan
pembagian tugas dan tanggung jawab dengan pemeriksaan kadar gula darah oleh tenaga
surat yang telah dibuat Kepala Puskesmas, kesehatan. Jadwal pemeriksaan disesuaikan
sehingga alur koordinasi tidak jelas. dengan masing-masing FKTP. Faktor
Pelaksanaan lima aktivitas yang sudah pengawasan dilakukan secara berkala melibatkan
ditetapkan BPJS sudah dilakukan di puskesmas seluruh tim prolanis dan PIC prolanis BPJS.
Tegal Gundil. Edukasi kepada peserta Monitoring dan evaluasi pelaksanaan prolanis
dilaksanakan meskipun topic tidak selalu sendiri masih melihat KBK (Kapitasi berbasis
mengenai hipertensi. Hal ini sependapat dengan Kinerja) dimana penilaian hanya melihat satu
hasil penelitian terdahulu Pratiwi (2017) edukasi aktifitas yaitu aktivitas klub. Perhitungan rasio
kelompok di Puskesmas Sempur dilaksanakan prolanis belum mengakomodir keseluruhan
pada hari jumat minggu keempat setiap bulannya, aktivitas yang sudah ditentukan oleh BPJS.
sedangkan untuk materi yang diberikan Sehingga penilaian output belum maksimal.
ditentukan oleh PIC Prolanis Puskesmas. Begitu
pula kegiatan reminder SMS gateway, puskesmas 4. Output
Tegal Gundil mengganti tools pengingat dengan Output (keluaran) adalah kumpulan bagian
group media social. Kegiatan ini mempermudah atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya
komunikasi antar penanggungjawab prolanis proses dalam sistem (Azwar, 2010). Output pada
dengan sesame peserta. Hal ini sependapat penelitian ini adalah tingkat keberhasilan
dengan hasil penelitian terdahulu Pratiwi (2017) pelaksanaan program Prolanis di Puskesmas
bahwa apabila ada informasi penting yang harus Tegal Gundil. Rasio Peserta Prolanis Rutin
disampaikan kepada peserta Prolanis, PIC Berkunjung ke FKTP adalah indikator untuk
Prolanis menggunakan media elektronik, yaitu mengetahui pemanfaatan FKTP oleh Peserta
grup whatsapp yang beranggotakan peserta Prolanis dan kesinambungan FKTP dalam
Prolanis dan kader. Pelaksanaan home visit melaksanakan pemeliharaan kesehatan Peserta
dilakukan ketika peserta prolanis tidak hadir Prolanis sebagaimana dijelaskan dalam pasal 31
dalam 3 kali berturut-turut selama satu bulan. ayat (2) pada Peraturan BPJS Kesehatan Nomor
Home visit merupakan langkah yang penting 2 Tahun 2015. Rasio Peserta Prolanis Rutin
dalam memantau peserta yang kurang aktif, Berkunjung (RPPB) ke FKTP merupakan jumlah
diperlukan peran aktif petugas kesehatan dalam peserta prolanis yang rutin berkunjung ke FKTP
hal ini tim prolanis bergerak “menjemput bola” dibandingkan dengan jumlah peserta prolanis
sehingga peserta prolanis terpantau terdaftar di FKTP dikali 100 (seratus) dengan
kesehatannya. hasil perhitungan dalam persen.
Aktivitas klub dilakukan sesuai dengan Target pemenuhan rasio peserta prolanis
inovasi dari masing-masing FKTP. Salah satu rutin berkunjung ke FKTP oleh FKTP sesuai
aktivitas klub yang dilaksanakan adalah senam. dengan kesepakatan antara BPJS Kesehatan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam selain dengan asosiasi fasilitas kesehatan tingkat
pertama, dibagi dalam dua zona yaitu zona aman [5] Azwar, Azrul. (2010). Pengantar Administrasi
dan zona prestasi. Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta: Binarupa
Aksara
1. Target zona aman paling sedikit [6] Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
didapatkan hasil sebesar 50% (lima puluh (2014). Panduan Praktis Rujuk Balik Bagi
persen) setiap bulan Peserta JKN. Jakarta: BPJS Kesehatan
2. Target zona prestasi paling sedikit [7] Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
(2015b). Panduan praktis prolanis. Jakarta:
sebesar 90% (sembilan puluh persen) BPJS Kesehatan
setiap bulan. [8] Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
Penilaian KBK ini hanya melihat rasio (2016). Peserta Program JKN. Informasi Publik.
Jakarta: BPJS Kesehatan
kepesertaan prolanis dengan yang berkunjung ke
[9] Dalyoko DAP. 2010. Faktor-faktor yang
FKTP. Output KBK sebenarnya belum berhubungan dengan upaya pengendalian
menggambarkan keberhasilan program prolanis hipertensi pada lansia di posyandu lansia
secara menyeluruh, karena untuk substansi wilayah kerja puskesmas mojosongo boyolali.
Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
penurunan hasil pemeriksaan laboratorium dan Surakarta
tekanan darah belum menjadi indikator penilaian. [10] Dinas Kesehatan Kota Bogor (2015). Profil
Kesehatan Kota Bogor
Kesimpulan [11] Fatimah, Rifqa. (2016). Analisis Proses
Persiapan Akreditasi Puskesmas Di Wilayah
Pelaksanaan program prolanis di Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Tahun
puskesmas Tegal gundil Kota Bogor sudah cukup 2016. Skripsi. Bogor: Program Sarjana
baik meskipun masih ada hambatan seperti Kesehatan Masyarakat Universitas Ibn Khaldun
kendala terbesar adalah kurangnya sarana gedung Bogor
[12] Hasibuan, Malayu . (2015). Manajemen (Dasar,
dan alat dalam pelaksanaan kegiatan aktivitas Pengertian dan Masalah). Jakarta: Bumi Aksara
klub peserta prolanis, kurangnya koordinasi antar [13] Idris, F. (2015). Inovasi BPJS Kesehatan untuk
tim prolanis serta indikator keberhasilan masih Memperkuat Upaya Promotif Preventif yang
Bersifat Perseorangan Menuju Gaya Hidup
melihat rasio jumlah peserta dengan
Sehat. In: 1st Annual Scientific Forum Indonesia
kedatangan/keaktifan peserta prolanis. Public Health
Rekomendasi yang diperlukan adalah koordinasi Association.http://apacph2015.fkm.ui.ac.id/.
antara tim prolanis di puskesmas ditingkatkan. [14] Ilyas, Y. (2011). Mengenal Asuransi Kesehatan:
Review Utilisasi, Manajemen Klaim dan Fraud.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Referensi Universitas Indonesia
[1] Afrizal. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. [15] James, P.A, et al. (2013). 2014 evidence-based
Jakarta: Raja Grafindo Persada guideline for the management of high blood
[2] Anggara, F. A. D. (2013). Faktor-Faktor Yang pressure in adults report
Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di [16] Kementrian Kesehatan (2014). Riset Kesehatan
Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun Dasar Jawa Barat
2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1) [17] Puskesmas Tegal Gundil (2016). Profil
[3] Anggita, Dhita S.P. (2012). Analisis Waktu Kesehatan Puskesmas Tegal Gundil, Kota Bogor
Tunggu Pemberian Informasi Tagihan Pasien [18] Kementerian Kesehatan Republik
Pulang Rawat Inao Di RS Grha Permata Ibu Indonesia.(2013). Riset Kesehatan Dasar.
Tahun 2012. Skripsi. Program Sarjana Kesehatan Jakarta: Kementerian Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia [19] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
[4] Assupina, et al. (2013). Analisis Implementasi (2014). Hipertensi. Jakarta: Kementerian
Program Pengelolaan Penyakit Kronis Kesehatan
(Prolanis) Pada Dokter Keluarga PT ASKES di [20] Kriyantono, R. (2012). Teknik Praktis Riset
Kota Palembang Tahun 2013. Skripsi. Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Palembang: Universitas Sriwijaya [21] Manullang, M. (2012). Dasar-Dasar
Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
[22] Mardotillah, A. A. (2016). Implementasi Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas
Pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit Indonesia
Kronis (Prolanis) di BPJS Kesehatan Kantor [30] Rahajeng E, et al. (2009). Prevalensi Hipertensi
Cabang Jakarta Timur Tahun 2016. Skripsi. dan Determinannya di Indonesia. Pusat
Depok: Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan
Universitas Indonesia Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
[23] Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Jakarta
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta [31] Rahmi, A. N. (2015). Faktor – faktor yang
[24] Panduan Klinis PROLANIS Hipertensi BPJS Berhubungan dengan Pemanfaatan Program
Kesehatan. Jakarta: BPJS Kesehatan Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di BPJS
[25] Peraturan BPJS Kesehatan No. 2 Tahun 2015 Kesehatan Kantor Cabang Jakarta Timur Tahun
tentang Sistem Kapitasi Berbasis Pemenuhan 2015. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan
Komitmen Pelayanan Masyarakat Universitas Indonesia
[26] Peraturan Mentri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 [32] Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta
[27] Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 Tahun 2015 [33] Undang-undang RI No. 24 Tahun 2014 tentang
tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial. Jakarta
Tempat Praktek Mandiri Dokter, dan Tempat [34] Utami, N. P. (2015). Analisis Implementasi
Praktek Mandiri Dokter Gigi Program Pengelolaan Penyakit Krois (Prolanis)
[28] Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas
Indonesia. (2015). Pedoman Tatalaksana Kecamatan Kebon Jeruk Tahun 2015. Tesis.
Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Jakarta Universitas Indonesia
[29] Pratiwi, N. L. P. A. (2017). Gambaran [35] World Health Organization. (2015). Non
Pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit communicable disease TIDAK LENGKAP.
Kronis Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs355
(FKTP) Wilayah Kerja BPJS Kesehatan Kota /en/
Bogor Tahun 2017. Skripsi. Depok: Program