LEMBAR KONSULTASI
Nama : AGRISTIN TRIYASIH
Nim : 18.002
No. Tanggal Catatan Pembimbing Paraf
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK KLINIK
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
TRAUMA KEPALA
NIM : 18.002
TINGKAT : 3A
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM
KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2021
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
- Kampus Pusat : Jl. Besar Ijen No. 77 C Malang, 65112 Telp (0341) 566075, 571388 Fax (0341) 556746
- Kampus I : Jl. Srikoyo No. 106 Jember Telp (0331) 486613
- Kampus II : Jl. A. Yani Sumberporong Lawang Telp (0341) 427847
- Kampus III : Jl. Dr. Soetomo No. 46 Blitar Telp (0342) 801043
- Kampus IV : Jl. KH Wakhid Hasyim No. 64B Kediri Telp (0354) 773095
- Kampus V : Jl. Dr. Soetomo No. 5 Trenggalek Telp (0355) 791293
- Kampus VI : Jl. Dr. Cipto Mangunkusomo No. 82A Ponorogo Telp (0352) 461792
Website : Http://www.poltekkes-malang.ac.id Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id
LAPORAN PENDAHULUAN
I. DEFINISI KASUS :
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak
langsung pada kepala.
Menurut Padila tahun 2012 Cidera Otak Sedang (COS) biasanya juga disebut
sebagai cidera kepala dikarenakan secara anatomi organ otak berada di dalam tulang
tengkorak kepala (Suripto, 2018). Cidera kepala dapat diklasifikasikan menurut tingkat
kesadaran ditentukan dengan nilai GCS, yaitu:
1. Cidera kepala ringan
a) Nilai GCS 13-15
b) Dapat terjadi kehilangan kesadaran tetapi kurang dalam 30 menit
c) Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma
(Andra & Yessie 2012)
2. Cidera kepala sedang
a) Nilai GCS 9-12
b) Saturasi O2 >90% dan tekanan darah systole >100 mmHg
c) Dapat terjadi kehilangan kesadaran > 30 menit dalam 24 jam
d) Dapat terjadi fraktur tengkorak (Padila, 2012).
3. Cidera kepala berat
a) Nilai GCS 8-3
b) Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
d) Juga meliputi kontusio serebral, laserasi atau hematoma intracranial
(Andra & Yessie 2012).
II. ETIOLOGI
Secara umum cidera kepala disebabkan oleh beberapa hal berikut ini kecelakaan
lalu lintas, terjatuh dari tempat tinggi, pukulan pada kepala, tertimpa benda berat,
kecelakaan kerja, luka tembak, atau cidera saat lahir (Yasmara, Nursiswati, & Arafat,
2017).
Trauma kepala
Terputusnya kontinuitas
jaringan kulit, otot dan Terputusnya kontinuitas Jaringan otak rusak
vaskuler jaringan tulang (kontusio, laserasi)
Kurangnya
Immobilisasi perawatan diri
Gangg. kesadaran
Cemas
B URAIAN
Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat
ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala. Cedera percepatan
(aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam,
seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda
tumpul. Cedera perlambatan (deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang
secara relatif tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Trauma kepala terjadi
akibat kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari tempat tinggi, pukulan pada kepala,
tertimpa benda berat, kecelakaan kerja, luka tembak, atau cidera saat lahir. Trauma
kepala ekstra kranial menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan kulit, otot dan
vaskuler sehingga terjadi perdarahan atau hematoma menyebabkan perubahan
sirkulasi CSS (Cairan Serebrospinal), dan akhirnya terjadi peningkatan tekanan
intrakranial (TIK). Gangguan suplai darah menyebabkan iskemia dan hipoksia
sehingga muncul diagnosa keperawatan gangguan perfusi jaringan. Gangguan fungsi
otak dapat menyebabkan mual dan muntah, papilodema, pandangan kabur,
penurunan fungsi pendengaran, dan nyeri kepala sehingga muncul diagnosa
keperawatan resiko defisit volume cairan. Trauma kepala menciderai ekstra kranial
dan tulang kranial yang menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan kulit dan
jaringan tulang, otot dan vaskuler sehingga muncul diagnosa nyeri.
Trauma kepala menciderai intra kranial jaringan otak rusak (kontusio, laserasi)
terjadi perubahan outoregulasi, odem cerebral kemudian kejang menyebabkan
gangguan neurologis fokal muncul diagnosa gangguan persepsi sensori. Kejang juga
menyebabkan kemungkinan terjadi bersihan jalan nafas tidak efektif, obstruksi jalan
nafas, dispnea, henti nafas muncul diagnosa resiko tidak efektifnya jalan nafas.
Peningkatan tekanan intrakranial menyebabkan girus medialis lobus temporalis
tergeser, dan terjadi herniasi, masesenfalon tertekan terjadi gangguan kesadaran
sehingga muncul diagnosa resiko injuri. Herniasi menyebabkan tonsil cerebelum
bergeser terjadi kompresi medula oblongata muncul diagnosa resiko tidak efektifnya
jalan nafas. Gangguan kesadaran menyebabkan cemas dan immobilisasi terganggu
kemudian muncul diagnosa kurangnya perawatan diri.
V. PENGKAJIAN FOKUS
1. Data biografi
a) Identitas pasien seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
penanggungjawab, status perkawinan.
2. Riwyat keperawatan
a) Riwayat medis dan kejadian yang lalu
b) Riwayat kejadian cidera kepala
c) Penggunaan alkohol dan obat-obat terlarang.
3. Pemeriksaan fisik
a) Fraktur tengkorak: jenis fraktur, luka teruka, perdarahan konjungtiva, rihinorrea,
otorrhea, ekhimosis periorbital, gangguan pendengaran.
b) Tingat kesadaran: adanya perubahan mental seperti lebih sensitive, gelisah,
stupor, koma.
c) Saraf kranial: adanya anosmia, agnosia, kelemahan gerakan otot mata, vertigo.
d) Kognitif: amnesia postrauma, disorientasi, amnesia retrogat, gangguan bahasa
dan kemampuan matematika.
e) Rangsangan meningeal: kaku kuduk, kernig, bruddzinskhi.
f) Jantung: disritmia jantung.
g) Respirasi: rales, rhonkhi, napas cepat dan pendek, takhipnea, gangguan pola
napas.
h) Fungsi sensori: lapang pandang, diplobia, gangguan persepsi, gangguan
pendengaran, gangguan sensasi raba.
4. Tes diagnostik
a) Radiologi: CT scan, MRI ditemukan adanya edema serebri, hematoma serebral,
herniasi otak.
b) Pemeriksaan darah: Hb, Ht, trombosit dan elektrolit.
c) Pemeriksaan urine: penggunaan obat-obatan dan minuman keras dapat
menimbulkan gangguan kesadaran dan merupakan faktor penyebab terjadinya
kecelakaan bermotor.
(Tarwoto, 2013)
X. INTERVENSI KEPERAWATAN :
1. Gangguan perfusi jaringan serebral b/d kerusakan aliran darah otak sekunder,
edema serebri, hematom.
Tujuan: setelah dilakukukan tindakan keperawatan perfusi jaringan serebral adekuat
Kriteria hasil :
Tingakat kesadaran kompos mentis: orientasi orang, tempat dan memori
baik.
Tekanan perfusi serebral > 60 mmHg, tekanan intrakranial < 15 mmHg.
Fungsi sensori utuh/normal.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingat kesadaran dengan GCS. 1. Tingkat kesadaran merupakan
indikator terbaik adanya perubahan
2. Kaji pupil, ukuran, respon terhadap neurologi.
cahaya, gerakan mata. 2. Mengetahui fungsi N. II dan III
3. Evaluasi keadaan motorik dan 3. Gangguan motorik dan sensori dapat
sensori pasien. terjadi akibat edema otak.
4. Observasi TTV 4. Adanya perubahan tandavital seperti
5. Pertahankan kepala tempat tidur 30- respirasi menunjukkan kerusakan
45 derajat dengan posisi leher tidak pada batang otak.
menekuk 5. Memfasilitasi drainasi vena dari
6. Monitor kejang dan kolaborasi otak
dalam pemberian obat anti kejang 6. Kejang dapat terjadi akibat iritasi
7. Berikan obat sesuai program dan serebral dan keadaan kejang.
monitor efek samping 7. Mencegah komplikasi lebih dini
5. Resiko injuri b/d kerusakan persepsi sensori, gelisah, gangguan fungsi motorik,
kejang
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan injuri tidak terjadi
Kriteria hasil:
kejang dapat dikontrol
orientasi dan persepsi pasien baik
Intervensi Rasional
1. Sediakan alat-alat untuk 1. Aktivitas kejang dapat
penanganan kejang, misalnya menimbulkan injuri/cedera.
obat-obatan, suction.
2. Jaga kenyamanan lingkungan, 2. Banyaknya stimulus
tidak berisik. meningkatkan rasa frustasi
pasien.
3. Tempatkan barang-barang yang 3. Menghindari trauma akibat
berbahaya tidak dekat dengan benda-benda disekelilingnya.
pasien seperti kaca, gelas,
larutan antiseptic.
4. Gunakan tempat tidur dengan 4. Mencegah terjadinya trauma.
penghalang dan roda tempat
tidur dalam keadaan terkunci.
5. Jangan tinggalkan pasien 5. Penanganan lebih cepat dan
sendirian dalam keadaan kejang. mencegah terjadinya trauma.
Purwanto, H. (2016). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Suripto, Y. (2018). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Cidera Otak
Sedang (COS) dengan Masalah Nyeri Akut. http://repo.stikesicme-
jbg.ac.id/1474/1/151210035%20Yoga%20Suripto%20KTI%20-%20yoga
%20suripto.pdf , 7.
Yasmara, D., Nursiswati, & Arafat, R. (2017). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah Diagnosis NANDA 1 2005-2017 Intervensi NIC Hasil Noc. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH
DISUSUN OLEH :
TRENGGALEK
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
- Kampus Pusat : Jl. Besar Ijen No. 77 C Malang, 65112 Telp (0341) 566075, 571388 Fax (0341) 556746
- Kampus I : Jl. Srikoyo No. 106 Jember Telp (0331) 486613
- Kampus II : Jl. A. Yani Sumberporong Lawang Telp (0341) 427847
- Kampus III : Jl. Dr. Soetomo No. 46 Blitar Telp (0342) 801043
- Kampus IV : Jl. KH Wakhid Hasyim No. 64B Kediri Telp (0354) 773095
- Kampus V : Jl. Dr. Soetomo No. 5 Trenggalek Telp (0355) 791293
- Kampus VI : Jl. Dr. Cipto Mangunkusomo No. 82A Ponorogo Telp (0352) 461792
Website : Http://www.poltekkes-malang.ac.id Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id
FORMAT PENGKAJIAN
DATA – DATA KEPERAWATAN
1. BIODATA :
Nama : Sdr. MN
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 16 tahun
Status perkawinan : Belum kawin
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Alamat : RT/09 RW/03 Ds. Sambirejo
Tanggal/Jam MRS : 30 Januari 2021/ 12.30
Tanggal/Jam pengkajian : 01 Februari 2021/ 08.30
3. KELUHAN UTAMA :
Pengkajian : Pasien mengatakan pusing dan nyeri kepala
MRS : keluarga mengatakan px dalam kondisi tidak sadar, dan muntah.
Genogram :
Keterangan :
: meninggal : garis keturunan
: perempuan : pasien
: garis perkawinan
7. POLA AKTIVITAS SEHARI – HARI
8. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Px mengatakan dia menerima sakit yang dialaminya sekarang, dan ingin segera sembuh.
Px merupakan pelajar seorang laki-laki berusia 16 tahun. Px berhubungan baik dengan
keluarga, tetangga, maupun teman-temannya. Px menerima dengan ikhlas keadaan yang
dialaminya sekarang.
9. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum :
k/u lemah, terpasang selang infus RL 20 tpm di tangan kanan, kesadaran compos
mentis. GCS 456
2. Mata
Mata simetris kanan kiri, konjungtiva merah muda, sclera putih, reflek pupil
terhadap cahaya baik (isokor mengecil saat diberi rangsangan cahaya), gerakan bola
mata normal, tidak ada kelainan, mata tidak cowong.
3. Telinga
Bentuk telinga simetris kanan dan kiri, lubang telinga tidak ada serumen, tidak
ada benda asing, tidak ada perdarahan, membran telinga utuh.
4. Hidung
Tulang hidung dan posisi septumnasi simetris ada di tengah, lubang hidung tidak
ada pembengkakan, tidak terdapat secret, tidak ada pernafasan cuping hidung.
5. Mulut
Mukosa bibir kering, tidak ada pembengkakan pada gusi, gigi lengkap, dan tidak
ada caries gigi, lidah tampak kotor, posisi lidah ditengah.
6. Leher
Posisi trachea simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis,
denyut nadi carotis teraba.
d. Pemeriksaan integumen :
Akral hangat, warna kulit sawo matang, turgor kembali < 2 detik, tekstur lembab,
terdapat luka lecet di tangan kiri seluas 2 cm di kaki kanan 4 cm, luka tidak terlalu
dalam.
f. Pemeriksaan payudara :
Ukuran dan bentuk payudara simetris kanan dan kiri, payudara berwarna seperti kulit
sekitarnya, areola berwarna lebih gelap di banding kulit sekitarnya, tidak ada kelainan
pada payudara tida ada pembengkakan.
g. Abdoment :
Inspeksi : bentuk datar, tidak tampak bayangan pembuluh darah.
Auskultasi : suara bising usus 9 x/mnt
Perkusi : tidak terdapat nyeri tekan
Palpasi : tympani
h. Genetalia :
Tidak terdapat kelainan pada genetalia
i. Ekstremitas :
Inspeksi : terdapat luka lecet di tangan kiri seluas 2 cm di kaki kanan 4 cm, luka
tidak terlalu dalam.
Kekuatan otot 5 5
5 5
Palpasi : CRT kembali < 2 detik
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Kesadaran/GCS : compos mentis (4,5,6)
Eyes : 4 px mampu membuka mata secara spontan
Verbal : 5 px mampu berorientasi dengan baik
Motorik : 6 px mampu mengikuti perintah dengan baik
Reflek :
Refleks fisiologis :
- Reflek patela (+)
- Reflek bisep (+)
- Reflek trisep (+)
Reflek patologis : reflek babinski (+)
3) CT Scan
1. Accute SDH di fissura interhemispheric posterior + tentorium cerebelli
2. Multiple small ICH regio parietalis bilateral.
3. Small IVH
Pembimbing
_________________________
ANALISA DATA
No. Tanggal No. Dx. Kep. NOC NIC Rasionalisasi Tanda Tangan
1. 01/02/2021 01 Setelah dilakukukan 8. Kaji tingat kesadaran dengan GCS. 8. Tingkat kesadaran merupakan
tindakan keperawatan indikator terbaik adanya
perfusi jaringan serebral
perubahan neurologi.
adekuat dengan kriteria
hasil: 9. Kaji pupil, ukuran, respon terhadap cahaya, 9. Mengetahui fungsi N. II dan III
- Tingakat kesadaran gerakan mata.
kompos mentis: 10. Evaluasi keadaan motorik dan sensori 10. Gangguan motorik dan sensori
orientasi orang, pasien. dapat terjadi akibat edema otak.
tempat dan memori 11. Observasi TTV 11. Adanya perubahan tandavital
baik. seperti respirasi menunjukkan
- Tekanan perfusi kerusakan pada batang otak.
serebral > 60 mmHg, 12. Pertahankan kepala tempat tidur 30-45 12. Memfasilitasi drainasi vena dari
tekanan intrakranial < derajat dengan posisi leher tidak menekuk otak
15 mmHg. 13. Monitor kejang dan kolaborasi dalam 13. Kejang dapat terjadi akibat
- Fungsi sensori pemberian obat anti kejang iritasi serebral dan keadaan
utuh/normal. kejang.
14. Berikan obat sesuai program dan monitor 14. Mencegah komplikasi lebih dini
efek samping
2. 01/02/2021 02 Setelah dilakukan 6. Atur posisi nyaman dan latih nafas dalam 6. Posisi nyaman dan nafas dalam
tindakan keperawatan dapat membantu mengurangi
klien mampu mengontrol rasa nyeri
nyeri. Dengan kriteria 7. Latih teknik relaksasi dan distraksi 7. Teknik relaksasi dan distraksi
hasil: dapat digunakan untuk
- Melaporkan nyeri mengalihka perhatian terhadap
hilang atau nyeri
terkontrol. 8. Observasi status nyeri (skala, lokasi,dan 8. Mengetahui perkembangan klien
- Mengikuti program waktu) dan sebagai bahan evaluasi
pengobatan yang keefektifan intervensi yang
diberikan. diberikan
9. Berikan terapi obat analgetik sesuai order 9. Analgetik dapat mengurangi atau
dokter bahkan mengurangi nyeri
10. Berikan penkes mengenai proses perjalanan 10. Menambah pengetahuan klien
nyeri
IMPLEMENTASI