LP+Askep RIFKI WIDA SARANDI
LP+Askep RIFKI WIDA SARANDI
K DENGAN
DIAGNOSA MEDIS STEMI ANTERIOR DI RUANG ICVCU
RSUD dr.DORIS SYILVANUS PALANGKA RAYA
Oleh:
RIFKI WIDA SARANDI
Nim: 2020-01-14901043
PEMBIMBING PRAKTIK
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
KUP PS Profesi Ners,
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat
dan penyertaanNya, sehingga penulisan laporan asuhan keperawatan ini dapat selesai
dengan tepat waktu. Laporan Asuhan Keperawatan pada Tn. K dengan Diagnosa CHF di
Ruang ICVCU RS dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.
Selama penulisan laporan Asuhan Keperawatan Ini, penulis banyak memperoleh
masukan berupa pengalaman, petunjuk-petunjuk, pengetahuan maupun ilmu yang sangat
berharga dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga
laporan asuhan keperawatan ini dapat diselesaikan walaupun masih jauh dari sempurna
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan
laporan ini. Oleh karena itu, penulis berharap adanya masukan dari berbagai pihak untuk
perbaikan dimasa yang akan mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat
dipergunakan dengan sebagaimana mestinya.
Penulis
.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
IV
Penyebab:
1. Gangguan muskuloskeletal
2. Gangguan kardiovaskuler
WOC MOBILISASI 3. Gangguan sistem respirasi
IMOBILISASI
Kadar Hb turun Menurunnya kemempuan saraf otonom Proses degenerasi saraf Asupan cairan yang terbatas Penurunan masa otot
Motilitas usus menurun
Penurunan stabilitas
Kecemasan Penyerapan usus terganggu Dehidrasi
Ekspansi paru menurun Meningkatnya krja jantung
Penurunan curah jantung Ketidak efektifan mekanisme koping Kesulitan buang air Kekuatan otot
Penurunan aliran O2 Retensi urin
2) Objektif
- Sendi kaku
- Gerakan tidak terkoordinasic
- Gerak terbatas
- Fisik lemah (Tim Pokja DPP PPNI, 2017).
1) Perubahan metabolisme
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal,
mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme
dalam tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai pada menurunnya basal metabolism
rate( BMR) yang menyebabkan berkurangnya energi untuk perbaikan sel-sel
tubuh, sehingga dapat memengaruhi gangguan oksigenasi sel. Perubahan
metabolisme imobilitas dapat mengakibatkan proses anabolisme menurun
dankatabolisme meningkat. Keadaan ini dapat berisiko meningkatkan gangguan
metabolisme. Proses imobilitas dapat juga menyebabkan penurunan ekskresi
urine dan pengingkatan nitrogen. Hal tersebut dapat ditemukan pada pasien yang
mengalami imobilitas pada hari kelima dan keenam. Beberapa dampak
perubahan metabolisme, di antaranya adalah pengurangan jumlah metablisme,
atropi kelenjar dan katabolisme protein, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
deminetralisasi tulang, gangguan dalam mengubah zat gizi, dan gangguan
gastrointestinal.
6) Perubahan kardiovaskular
Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas antara lain dapat berapa
hipotensi ortostatik, meningkatnyakerja jantung, dan terjadinya pembentukan
trombus. Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh menurunnya
kemampuan saraf otonom. Pada posisi yang tetap dan lama, refleks
neurovaskular akan menurun dan menyebabkan vasokontrriksi, kemudian darah
terkumpul pada vena bagian bawah sehingga aliran darah ke sistem sirkulasi
pusat terhambat. Meningkatnya kerja jantung dapat disebabkan karena imobilitas
dengan posisi horizontal. Dalam keadaan normal, darah yang terkumpul pada
ekstermitas bawah bergerak dan meningkatkan aliran vena kembali ke jantung
dan akhirnya jantung akan meningkatkan kerjanya. Terjadinya trombus juga
disebabkan oleh vena statsi yang merupakan hasil penurunan kontrasi muskular
sehingga meningkatkan arus balik vena.
7) Perubahan sistem muskuloskeletal
Perubahan yang terjadi dalam sistem muskuloskeletal sebagai dampak dari
imobilitas adalah sebagai berkut:
- Gangguan muskular
Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas dapat menyebabkan
turunya kekuatan otot secara langsung. Menurunnya fungsi kapasitas otot
ditandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi berkurangnya massa otot dapat
menyebabkan atropi pada otot. Sebagai contoh, otot betis seseorang yang telah
dirawat lebih dari enam minggu ukurannya akan lebih kecil selain menunjukkan
tanda lemah atau lesu.
- Gangguan skeletal
Adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan skletal, misalnya akan
mudah terjadinya kontraktur sendi dan osteoporosis. Kontraktur merupakan
kondisi yang abnormal dengan kriteria adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan
atropi dan memendeknya otot. Terjadinya kontraktur dapat menyebabkan sendi
dalam kedudukan yang tidak berfungsi.
9) Perubahan eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya penurunan jumlah urine yang mungkin
disebabkan oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga aliran
darah renal dan urine berkurang.
f. Integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan.
1.1.7 Komplikasi
Pada stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik jika tidak
ditanganidapat menyebabkan masalah, diantaranya:
1) Pembekuan darah
Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan
cairan, pembengkaanselain itu juga menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah
bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalir ke paru.
2) Dekubitus
Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki
dan tumit bila memar ini tidak dirawat akan menjadi infeksi.
3) Pneumonia
Pasienstrokenon hemoragiktidak bisa batuk dan menelan dengansempurna,
hal ini menyebabkan cairan berkumpul di paru-paru dan selanjutnya menimbulkan
pneumonia.
a) Disritmiab
b) Peningkatan tekanan intra cranialc
c) Kontrakturd
d) Gagal nafase
e) Kematian (saferi wijaya, 2013).
1.1.8 Penatalaksanaan Mobilitas Fisik Dengan Latihan Range Of Motion
(ROM)
Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan
bantuan perawat pada setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah pasien
semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu
melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien
tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total. Latihan ROM
aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam
melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak
sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi
dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif . Sendi yang digerakkan
pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki
oleh klien sendiri secara aktif.
1. Muskulo/ Otot
Otot adalah organ yang memungkinkan tubuh dapat bergerak. Semua sel-
sel otot mempunyai kekhususan yaitu berkontraksi. Terdapat lebih dari 600 buah
otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-
tulang kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat dibawah
permukaan kulit.
a. Fungsi Sistem Muskulo
1. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tesebut melekat
dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saaat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap
gaya gravitasi.
3. Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk
mempertahankan suhu tubuh normal.
4. Menyimpan cadangan makanan.
5. Memberi bentuk luar tubuh.
b. Ciri-Ciri Sistem Muskulo
1. Kontraktilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau tidak
melibatkan pemendekan otot.
2. Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika distimulasi oleh
impuls saraf.
3. Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihi
panjang otot saat rileks.
4. Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi atau
meregang.
c. Jenis-jenis otot
1) Otot Rangka
Otot rangka merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.
Serabut otot sangat panjang, panjangnya sampai 30 cm berbentuk silindris dengan
lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron. Setiap serabut memiliki
banyak inti yang tersusun di bagian perifer. Kontraksi otot rangka sangat cepat,
kuat, sebentar dan cepat lelah.
- Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri dari serabut-serabut
berbentuk silinder yang panjang, disebut myofiber/ serabut otot.
- Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyai banyak
nukleus ditepinya.
- Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh dengan bermacam-
macam organella, kebanyakan berbentuk silinder yang panjang disebut dengan
myofibril.
- Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang berbeda-beda
ukurannya:
yang kasar terdiri dari protein myosin
yang halus terdiri dari protein aktin/
actin.
2) Otot Polos
Merupakan otot tidak berlurik dan involunter. jenis otot ini dapat
ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada
dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius,
dan sistem sirkulasi darah. otot polos adalah serabut otot berbentuk spindel
dengan nukleus sentral, berukuran kecil berkisar antara 20 mikron (melapisi
pembuluh darah) sampai 0,5 mm pada uterus wanita hamil. kontraksi otot polos
kuat dan lambat.
Jenis-Jenis Otot Polos
Otot polos unit ganda, ditemukan pada dindng pembuluh darah besar, pada
jalan udara besar traktus respiratorik, pada otot mata yang memfokuskan lensa
dan menyesuaikan ukuran pupil dan pada otot erektor pili rambut.
Otot polos unit tunggal (viseral), ditemukan tersusun dalam lapisan dinding
organ berongga atau visera.
3) Otot Jantung
otot jantung merupakan otot lurik, disebut juga otot seran lintang
involunter. otot ini hanya terdapat pada jantung. otot jantung bekerja terus
menerus ssetiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai masa istirahat,
yaitu setiap kali berdenyut. inti otot jantung berada di tengah, serabut ototnya
bercabang dan bersatu dengan serabut disebelahnya, kontraksi otot jantung
otomatis dan ritmis.
d. Karakteristik Kontraksi Otot
- Kontraksi Isometrik : panjang otot tetap dan tonus otot meningkat
- Kontraksi Isotonik : otot memendek dan tonus otot meningkat
e. Tonus Otot
pada saat keadaan otot tidak digerakkan otot tersebut memang tidak dalam
keadaan fleksi namun terdapat renggangan dalam satuan tertentu antar otot,
keadaan renggangan inilah yang disebut dengan tonus otot (kontraksi yang terus
dipertahankan oleh otot).
keadaan tonus otot menurun disebut hipotoni. sedangakan keadaan tonus
otot meningkat disebut hipertoni.
pemeriksaan tonus otot dapat dilakukan dengan cara palpasi dan gerak
aktif.
f. Kelelahan Otot
kelelahan otot adalah otot yang berkontraksi kuat secara terus menerus.
penyebab kelelahan otot adalah : kehabisan cadangan glikogen, transmisi signal
melalui neuromuskular junction berkurang, gangguan suplai nutrien terutama O2,
gangguan aliran darah.
g. Sifat Kerja Otot
- fleksor X ekstensor
- supinasi X pronasi
- depressor X lefator
- sinergis X antagonis
- dilatator X konstriktor
- adduktor X abductor
h. Mekanisme Kerja Otot
i. Remodelling Otot
- hipertrofi otot disebabkan karena peningkatan filamen aktin dan myosin
- atrofi otot disebabkan karena penurunan filamen aktin dan myosin
j. Rigor Mortis
merupakan kontraktur yang terjadi beberapa jam setelah meninggal.
penyebabnya adalah hilangnya semua ATP sehingga menyebabkan gagalnya
relaksasi otot. rigor mortis akan hilang setelah 15-25 jam, bila protein otot sudah
mengalami penghancuran akibat proses etolisis oleh enzim lisosom.
2. Skeletal/Tulang
a. Fungsi Tulang
1) penunjang (support)
- tulang-tulang ekstremitas inferior, cingulum pelvicum, columna vertebralis.
- mandibula pada gigi
- tulang lainnya yang menunjang organ dan jaringan
2) perlindungan (protection)
- cranium melindungi otak
- costae dan sternum yang melindungi paru-paru dan jantung
- vertebrae melindungi corda spinalis
3) pergerakan (movement)
4) penyimpanan mineral dan jaringan lemak (adiposa)
- 99% kalsium tubuh
- 85% fosfor
- jaringan adiposa terdapat pada cavum medullare tulang-tulang tertentu
5) hematopoiesis
- pembentukan sel-sel darah di cavum medullare
b. Klasifikasi Tulang
klasifikasi tulang dibagi berdasarkan : letak, struktur dan bentuk
berdasarkan letak :
1) axial skeleton
- membentuk sumbu panjang tubuh
- terdiri dari : cranium, columna vertebralis, dan costae
- berfungsi sebagai : proteksi dan support
2) appendicular skeleton
- tulang-tulang ekstremitas superior dan inferior beserta cingulumnya (cingulum
pectorale dan pelvicum)
- berfungsi sebagai : lokomosi dan perlindungan terhadap lingkungan.
berdasarkan struktur :
1) pars cartilaginosa
- perichondrium
2) pars ossea
- periostenum, terdiri dari : osteoprogenitor, osteoblast.
- endosteum, terdiri dari : osteoblast, osteoclast.
- substantia compacta
- substantia spongiosa
(trabecularis) berdasarkan
bentuk :
1) os longum (terutama pada skeleton appendiculare)
- epiphysis
- diaphysis
- metaphysis
2) os breve
- cuboid; os carpalia
- eksterior : subs compacta; interior: subs spongiosa
3) os planum
- subs compacta lebih sedikit dari pada subs spongiosa
- os scapulae, sternum, costae, >> cranium
4) os irregular
- bentuk tidak beraturan
- os vertebrae, coxae, sphenoidalem, ethmoidale
c. Komposisi Tulang
1) air : 50%
2) padatan : 50%
a) organik 31% (1/3)
- terdiri dari serabut kolagen dan materi organik yang lain yang disekresi oleh
osteoblast
- fleksibilitas terhadap stretching dan twisting
b) inorganik 69% (2/3)
- terutama terdiri dari : kalsium fosfat dan kalsium hidroksi
- menghsilkan tulang yang keras dan tahan terhadap tekanan
d. Faktor Pertumbuhan Tulang
1) Nutrisi
kecukupan vitamin dan mineral
2) Hormon
pada anak-anak berfungsi sebagai stimulan pembelahan sel. hormon yang
berpengaruhi adalah hormon pertumbuhan (di kelenjar pituitary), hormone tyrosin
dan calcitonin (di kelenjar tiroid), hormon insulin (di kelenjar pankreas), kelenjar
paratiroid, hormon estrogen dan progesterone (diovarium dan testis).
e. Proses Penuaan
1) demineralisasi- kehilangan mineral (osteoporosis)
- pada wanita umur 40-45 tahun karena turunnya kadar estrogen dengan cepat
- pada laki-laki dimulai usia 60 tahun dan bertahap
2) turunnya sintesa protein
- hormon pertumbuhan menurun
- produksi kolageb menurun, tulang lebih keras dan mudah fraktur
3. Sendi
Sendi adalah: Tempat dimana dua tulang atau lebih saling berhubungan, dimana
di antara tulang-tulang ini dapat terjadi pergerakan atau tidak.
a. Komponen Penunjang Sendi
- Ligamen
Jaringan ikat yang menghubungkan tulang dengan tulang
- Tendon
Jaringan ikat yang menghubungkan otot dengan tulang
- Cairan Sinovial
Cairan pelumas pada ujung-ujung tulang yang terdapat pada bagian kapsul sendi
- Tulang Rawan Hialin
Jaringan tulang rawan yang menutupi kedua ujung tulang yang membentuk
persendian. Berguna untuk menjaga persendian dari benturan keras
b. Klasifikasi Sendi
Berdasarkan jaringan penghubungnya :
- Sendi fibrosa, adalah suatu persendian, dimana permukaan tulang yang bersendi
dihubungkan oleh jaringan fibrosa, sehingga kemungkinan geraknya sangat
sedikit. Contoh: Sutura yang menghubungkan tengkorak, Art. Tibio fibularis
inferior
- Sendi kartilagenosa
Terbagi atas :
- Sendi kartilaginosa primer
adalah suatu persendiaan yang tulang-tulangnya disatukan oleh suatu lempeng
atau potongan rawan hyaline. pada persendiaan ini tidak ada pergerakan yang
mungkin dilakukan. Ex : Persatuan antara epifise dan diafise, Antara iga I dan
manubrium sterni
- Sendi kartilaginosa sekunder
adalah suatu persendian yang tulang-tulangnya disatukan oleh suatu lempeng
rawan fibrosa dan permukaan sendi ini diliputi oleh lapisan rawan hialin yang
tipispergerakan yang mungkin dilakukan tergantung pada sifat fisik rawan
fibrosa. Ex : Art. Intervertebralis, Symphisis osis pubis
- Sendi synovial
Adalah suatu persendian yang mempunyai kemungkinan gerak banyak sekali,
karena terdapatnya diskontinuitet diantara tulang-tulang yang bersendi
(terdapatnya rongga sendi).
Ciri-ciri :
1. Ujung tulang bersendi dibedakan atas:
a. caput artilacularis
b. cavitas glenoidales
2. Cavum articularis
a. Rongga yang terdapat di antara ujung-ujung tulang
3. Membran synovial
rongga sendi yang dibatasi oleh membran synovial yang berjalan dari permukaan
sendi yang satu ke yang lainnya. Disebelah luar membran sinavial dilindungi oleh
kapsula sendi (articularis). Permukaan sendi dilumasi oleh cairan kental: cairan
synovial.
Derajat pergerakan sendi synovial :
Sinovial dibatasi oleh:
a. Bentuk tulang yang membentuk sendi
b. Struktur anatomi sekitarnya
c. Ligamentum fibrosa yang
menghubungkan Jenis-jenis sendi
synovial :
Menurut susunan, permukaan dan pergerakan yang mungkin dilakukan,
sendi ini terbagi:
1. Sendi Plana = Datar
Permukaan sendi datar atau hampir datar sehingga memungkinkan tulang saling
bergeser satu sama lain. pergerkan terbatas, sedikit miring & rotasi. Contoh: art.
Sterno cavicularis, art. Acronio clavicularis.
2. Sendi Engsel = Ginglimus = Hingo Joint
sendi ini mirip engsel pada pintu. sumbu gerak tegak lurus pada arah panjang
tulang. gerakan yang bisa dilakukan : Flexio, Ixtensio. contoh: sendi lutut, sendi
siku, sendi mata kaki
3. Sendi Condyloidea
sendi ini mempunyai permukaan konver yang nyata dan bersendi dengan
permukaan yang konkaf. sumbu gerak dan panjang tulang parallel. gerak yang
bisa dilakukan: flexio, extension, abduksi, adduksi, sedikit rotasi. contoh: art.
Metacapo. Phalangea, art. Interphalangea
4. Sendi Elipsoidea
permukaan sendi berbentuk konvex ellips yang sesuai dengan permukaan sendi
(konkaf ellips). contoh: art. Carpalia. gerak yang bisa dilakukan: flexio, extension,
abduksio, adduksio
5. Sendi Pasak/Sendi Kisar=pivot art. = rotary art
terdapat pasak tulang yang dikelilingi oleh cincin ligamentum tulang. sumbu
gerak sesuai panjang tulang. gerak yang bisa dilakukan: rotasio. contoh: art.
Atlanto-dentalis, art. Radio ulnaris sup
6. Sendi Pelana = Art. Sellaris = saddle – shaplo
permukaan sendi berbentuk konkavo-konvex yang saling berlawanan dan mirip
pelana kuda. gerakan yang dapat dilakukan: Flexio/extension, Abduksio/add,
Rotasio. contoh : Art. Carpo-metacacarpa I
7. Sendi Peluru = ball and socket = art. Globoidea
pada sendi ini: kepala sendi berbentuk bola, lekuk sendi berbentuk socket. bentuk
sendi ini memungkinkan pergerakan yang sangat bebas yaitu: flexi, ext, abd, add,
rotasi dan circumdixsi. contoh: sendi bahu, sendi panggul.
Berdasarkan hubungan antar tulang (artikulasi) :
· Sinartrosis (sendi mati), Persendian yang tidak dapat digerakkan, misalnya
hubungan antar tulang kepala. Sinartrosis ada dua bagian, yaitu : sinfibrosis dan
sikondrosis
· Amfiartrosis, Persendian yang menggerakkan dengan gerakan yang sangat
terbatas. Ex: Hubungan antar tulang rusuk dan tulang belakang
· Diartrosis (sendi gerak), Persendian yang paling bebas gerakannya. Macam-
macam sendi gerak :
1. Sendi peluru
2. Sendi engsel
3. Sendi putar
4. Sendi pelana
5. Sendi Luncur
c. Stabilitas Sendi
Tergantung pada:
1) Bentuk, ukuran dan permukaan sendi. contoh: ball & socket pada sendi panggul
2) Ligamentum
· Lig. Fibrosa mencegah pergerakkan sendi yang berlebihan
· Lig. Elastik mengembalikan ke panjang asalnya setelah teregang
3) Tonus Otot
merupakan faktor utama mengatur stabilitas
Persyaratan Sendi:
· Kapsula dan ligamentum
mendapat banyak suplai saraf sensoris
· Rawan sendi
mempunyai sedikit ujung saraf
d. Hokum Hilton
Saraf yang mempersarafi sendi juga mempersarafi otot yang
menggerakkan sendi dan kulit sekitar insertio otot tersebut
1.2.1 Pengkajian
1.2.2.1 Observasi
1.2.2.2 Wawancara
Sedangkan data objetif adalah data yang diobservasi dan diukur. Informasi
tersebut biasanya diperoleh melalui “sense”: 2S (sight atau pengelihatan dan smell
atau penciuman) dan HT (hearingatau pendengaran dan touchatau taste ) selama
pemeriksaan fisik (Arif Muttaqin, 2010). Pengumpulan data menurut Muttaqin
meliputi:
a. Anamnesis
- Informasi biografi
Informasi biografi meliputi tanggal lahir, alamat,jenis kelamin,
usia, status pekerjaan, status perkawinan, nama anggota keluarga terdekat
atau orang terdekat lainnya, agama, dan sumber asuransi
kesehatan.Usiapasien dapat menunjukkan tahap perkembangan baik pasien
secara fisik maupun psikologis. Jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji
untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah
atau penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap
pengetahuan klien masalah atau penyakitnya
- Keluhan utama
Pengkajian anamnesis keluhan utama didapat dengan menanyakan
tentang gangguan terpenting yang dirasakan pasien sampai perlu
pertolongan. Setiap keluhan utama harus ditanyakan sedetil-setilnya
kepada pasiendan semuanya dituliskan pada riwayat penyakit sekarang.
Pada umunya, beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala
adalah lama timbulnya (surasi), lokasi penjalarannya. Pasien diminta untuk
menjelaskan keluhan-keluhannya dari gejala awal sampai sekarang.
- Riwayat keseshatan dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah
dialami sebelumnya
- Pengobatan yang lalu dan riwayat alergi
Ada beberapa obat yang diminum oleh pasien pada masa lalu yang
masih relevan, seperti pemakaian obat kortikosteroid. Catat adanya efek
samping yang terjadi di masa lalu. Selain itu juga harus menanyakan alergi
obat dan reaksi alergi seperti apa yang timbul.
- Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga. Apabila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab
kematian juga ditanyakan. Hal ini ditanyakan karena banyak penyakit
menurun dalam keluarga.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien stroke non hemoragik yaitu
gangguan mobilitas fisik berhubungan penurnan kekuatan otot ditandai dengan
mengeluh susah menggerakkan ekstermitas, rentang gerak (ROM) menurun. (Tim
Pokja DPP PPNI, 2016).
Observasi
2 Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawtaan ..X.. - Identifikasi penyebab gangguan integritas
Batasan karakteristik : jam diharapkan Gangguan integritas kulit kulit (mis,perubahan sirkulasi, perubahan
- Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit dengan kriteria : status nurisi, penurunan kelembaban, suhu
- Nyeri - Klien mampu menghindari dari kemebaban lingkungan ektrem, penurunan mobilitas)
- Perdarahan - Mampu melakukan tindakan untuk Terapeutik
- Kemerahan menghindari dari luka/terjadinya - Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Hematoma kemerahan pada kulit - Gunakan produk berbahan petroleum atau
- Tidak terjadinya hematoma minyak pada kulit kering
Faktor yang berhubungan : - Hindari produk berbahan alkohol pada
- Perubahan sirkulasi kulit kering
- Penuruna mobilitas Edukasi
- Suhu lingkungan yang ekstrem - Anjurkan menggunakan pelembab (mis,
- Kelembaban lotion, serum)
- Proses penuaan - Anjurkan minum air yang cukup
- Kurang terpapar informasi tentang upaya - Anjurkan menghindari terpapar suhu
mempertahankan/melindungan integritas ekstrem
kulit
Riwayat kesehatan/Keperawatan
1. Keluhan utama : Nyeri di bagian dada sebelah kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang: Klien rujukan dari PKU Daerah Tumbang
Samba. Pada tanggal 07 Desember 2020 klien di bawa ke Rs. Doris
sylvanus, di IGD klien mendapat perawatan pemasangan infus Nacl 0,9
terpasang di tangan kanan, Td: 115/80 N: 120 x/m R: 27 x/m S: 36,0
diberikan terapi Spo2: 99(NK 4lpm). Dan di pindahkan ke Ruanga
ACVCU, di Ruangan di berikan injeksi ranitidin, Nacl 16 tpm.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (Riwayat Penyakit dan Riwayat Operasi):
pasien sebelumnya mengalami nyeri dada sejak 1 hari, kemudian pasien
dibawa ke PKU Tumbang Samba untuk mendapatkan perawatan ± 2 Hari
tidak ada perubahan kemudian pasien dirujuk ke RSUD Doris Sylvanus
untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
4. Riwayat Penyakit Keluarga: tidak ada riwayat penyakit keluarga tidak ada
Genogram Keluarga
Keterangan
:
= Laki-laki = Tinggal Serumah
= Perempuan = Garis Keturunan
= Klien = Meninggal
Sosial-Spiritual
1. Kemampuan berkomunikasi :Pasien mampu berkomunikasi secara normal.
2. Bahasa sehari-hari: Jawa/Indonesia
3. Hubungan dengan keluarga: Keluarga terlihat akrab dan merawat pasien.
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain: Pasien mampu
menjalin hubungan yang baik,berkomunikasi baik
5. Orang berarti/terdekat: Istri dan anak
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang: Keluarga pasien mengatakan
sebelum sakit pasien berkumpul dengan keluarga, saat sakit berbaring dan
bersantai dengan keluarga.
7. Kegiatan beribadah: Berdoa
Rifki Wida
Sarandi
2.2 Diagnosa Keperawatan
Analisis Data
TD: 115/80mmHg
N : 120 x/menit
S : 36 0C
RR : 27 x/menit (RR menigkat)
Ketidak seimbangan antara Intoleransi
suplai dan kebutuhan oksigen
Aktivitas
2.DS:Klien mengatakan
sesak saat betaktivitas. Kelemahan
Imobilitas
DO:
- Aktivitas pasien terbatas Gaya hidup menoton
- Aktivitas makan, minum, (Bergantungan pada orang lain)
personal hygiene dibantu
Ketidak cukupan energi
perawat dan keluarga.
Intoleransi Aktivitas
- Klien BAB dan BAK masih
dibantu keluaga dan
perawat.
- Tingkat kesadaran :
compos mentis
- TTV :
TD: 115/80mmHg
N : 120 x/menit
S : 36 0C
RR : 27 x/menit
kulit klien
- Muncul bercak ruam
- Klien tampak menggaruk
bagian yang terdapat bercak
ruam.
R:16-20x/m
S:36,5ºC-37,2ºC
Nama Pasien : Tn. R
R:16-20x/m
S:36,5ºC-37,2ºC
2.5 Implementasi Keperawatan
P : Lanjutkan intervensi
3. Memobilisasi klien (ubah posisi pasien
setiap 2 jam sekali)
OLEH :
A. Latar Belakang
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara mudah,
bebas dan teratur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik
secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain dan hanya dengan bantuan alat (Widuri,
2010).
Imobilitasatau gangguan mobilitasadalah keterbatasan fisik tubuh atau satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H, 2015).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 20 menit pasien dan atau keluarga
pasien dapat memahami tentang Mobilisasi
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit keluarga dapat :
a. Pasien dan atau keluargadapat menyebutkan definisi, penyebab, tanda dan gejala,
komplikasi, serta penatalaksanaan Mobilisasi
b. Pasien dan atau keluargadapat berperan dalam melakukan perawatan terhadap pasien
pada gangguan mobilisasi.
C. Sasaran
Pasien dan keluarga
D. Metode
1. Tanya jawab
2. Ceramah
E. Media
1. Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
Imobilitasatau gangguan mobilitas adalah keterbatasan fisik tubuh atau satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H, 2015).
B. Tujuan Mobilisasi
a) Mempertahankan fungsi tubuh.
b) Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka.
c) Membantu pernafasan menjadi lebih baik.
d) Mempertahankan tonus otot.
e) Memperlancar eliminasi urin.
f) Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan atau
dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
g) Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau berkomunikasi.
C. Manfaas mobilisasi
a) Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
b) Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
c) Mempercepat pemulihan misal kontraksi uterus post seciarea.
d) Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli.
a) Pada hari pertama 6-10 jam setelah pasien sadar, pasien bisa melakukan latihan
pernafasan dan batuk efektif kemudian miring kanan-miring kiri sudah dapat
dimulai.
b) Pada hari ke 2, pasien didudukkan selama 5 menit, disuruh latihan pernafasan
dan batuk efektif guna melonggarkan pernafasan.
c) Pada hari ke 3 - 5, pasien dianjurkan untuk belajar berdiri kemudian berjalan
di sekitar kamar, ke kamar mandi, dan keluar kamar sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Putri, A, K. (2015). Pengaruh latihan ROM terhadap gerak sendi ekstremitas atas pada
pasien post operasi fraktur humerus, Jurnal kebidanan, Vol, VII, No. 02.
Oleh :
Tr
OLEH :
RifkiTri
wida sarandi
Febrianur