Anda di halaman 1dari 16

BAB V

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

TUJUAN :
 Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium
hidroksida dan natrium hidroksida
 Mempelajari perbedaan sifat sabun dan deterjen

A. Pre-lab
1. Jelaskan tentang reaksi saponifikasi suatu lemak !
Saponifikasi merupakan salah satu metode pemurnian secara fisik. Saponifikasi
dilakukan dengan menambahkan basa pada minyak yang akan dimurnikan. Sabun yang
terbentuk dari proses ini dapat dipisahkan dengan 30 sentrifugasi. Penambahan basa pada
proses saponifikasi akan bereaksi dengan asam lemak bebas membentuk sabun yang
mengendap dengan membawa serta lendir, kotoran dan sebagian zat warna. Pada proses ini
terjadi pemisahan asam lemak bebas dari minyak atau lemak dengan cara mereaksikan
asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap
stock). Proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak dengan
alkali akan menghasilkan sintesa dan air serta garam karbonil (sejenis sabun) (Zulkifli dan
Estiasih, 2014). Berikut adalah reaksi saponifikasi (Perdana dan Hakim, 2008):

Gambar 1. Reaksi Saponifikasi


2. Jelaskan perbedaan sabun kalium, sabun natrium dan deterjen, baik secara struktur
maupun sifatnya !
Sabun kalium : sabun yang dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap),
berfungsi sebagai sabun mandi, biodegradable, berasal dari sumber alami yaitu lemak dan
minyak dari tumbuhan dan hewan, garam kalsium dan magnesium tidak larut dalam air
(Burns-Moguel, 2011). Berikut adalah struktur sabun kalium (McBain dan Sierichs, 2014).
Gambar 2. Struktur sabun kalium
Sabun natrium : Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras (hard soap),
berfungsi sebagai sabun pencuci, biodegradable, berasal dari sumber alami yaitu lemak dan
minyak dari tumbuhan dan hewan, garam kalsium dan magnesium tidak larut dalam air
(Burns-Moguel, 2011). Berikut adalah struktur sabun natrium (McBain dan Sierichs, 2014).

Gambar 3. Struktur sabun natrium


Deterjen : Berasal dari material sintetik (hidrokarbon minyak atau batu bara), garam
kalsium dan magnesium larut dalam air, tidak bersifat biodegradable (terurai di alam), daya
cuci yang
lebih kuat dari pada sabun, tetapi terlalu kuat untuk kulit (Burns-Moguel, 2011). Berikut
adalah struktur deterjen (McBain dan Sierichs, 2014).

Gambar 4. Struktur deterjen


3. Jelaskan prinsip dasar proses saponifikasi dan pengujian sifat sabun yang dihasilkan !
Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali. Reaksi
penyabunan mula-mula berjalan lambat karena minyak dan larutan alkali merupakan
larutan yang tidak saling larut (immiscible). Pada proses penyabunan, penambahan larutan
alkali (KOH/NaOH) dilakukan sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dipanasi (apabila
untuk menghasilkan sabun cair). Tersabunkannya asam lemak dengan alkali, baik asam
lemak yang terdapat dalam keadaan bebas atau asam lemak yang terikat sebagai minyak
atau lemak (gliserida) dengan cara minyak dan lemak direaksikan dengan alkali
menghasilkan sabun dan gliserin (Perdana & Hakim, 2008).
B. Tinjauan Pustaka

a. Pengertian dan prinsip saponifikasi


Saponifikasi dilakukan dengan menambahkan basa pada minyak yang akan dimurnikan.
Sabun yang terbentuk dari proses ini dapat dipisahkan dengan 30 sentrifugasi. Penambahan
basa pada proses saponifikasi akan bereaksi dengan asam lemak bebas membentuk sabun
yang mengendap dengan membawa serta lendir, kotoran dan sebagian zat warna. Pada proses
ini terjadi pemisahan asam lemak bebas dari minyak atau lemak dengan cara mereaksikan
asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stock)
(Zulkifli dan Estiasih, 2014).
Prinsip saponifikasi adalah penambahan larutan alkali (KOH/NaOH) dilakukan sedikit
demi sedikit sambil diaduk dan dipanasi (apabila untuk menghasilkan sabun cair).
Tersabunkannya asam lemak dengan alkali, baik asam lemak yang terdapat dalam keadaan
bebas atau asam lemak yang terikat sebagai minyak atau lemak (gliserida) dengan cara
minyak dan lemak direaksikan dengan alkali menghasilkan sabun dan gliserin (Perdana &
Hakim, 2008).
b. Sabun kalium dan sabun natrium.
- Sabun kalium : sabun yang dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft
soap), berfungsi sebagai sabun mandi.
- Sabun natrium : Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras (hard
soap), berfungsi sebagai sabun pencuci (Burns-Moguel, 2011).

c. Perbedaan sabun dan deterjen


- Sabun : Sabun adalah garam alkali karboksilat, berasal dari sumber alami yaitu lemak
dan minyak dari tumbuhan dan hewan, biodegradable, tidak bisa dipakai untuk
mencuci dalam air sadah, karena sabun akan bereaksi dengan ion Ca2+ dan Mg2+ .
- Deterjen : deterjen adalah garam alkali alkil sulfat atau sulfoniat, berasal dari material
sintetik (hidrokarbon minyak atau batu bara), tidak bersifat biodegradable (terurai di
alam), Molekul deterjen tidak bereaksi dengan ion Ca 2+ dan ion Mg2+ (Burns-Moguel,
2011).

d. Tinjauan bahan
- Lemak
Lemak adalah lemak netral dalam bentuk padat pada temperatur ruang (Almatsier,
2009).
- Minyak
Minyak adalah lemak netral dalam bentuk cair pada temperatur ruang (Almatsier, 2009).
- KOH (10% dalam etanol 96%)
Kalium hidroksida (KOH) adalah basa kuat yang terbentuk dari oksida basa kalium
oksida yang dilarutkan dalam air. Pembuatan sabun [KOH] harus tepat, apabila terlalu banyak
akan menyebabkan iritasi pada kulit dan jika terlalu sedikit maka sabun akan mengandung
asam lemak bebas tinggi yang mengganggu proses emulsi sabun dan kotoran. Ion K+ dari
KOH bereaksi dengan asam lemak membentuk sabun (Sameton, 2016).
- Aseton
Aseton merupakan keton yang paling sederhana, digunakan sebagai pelarut polar dalam
kebanyakan reaksi organik.Aseton dikenal juga sebagai dimetil keton, 2-propanon, atau
propan- 2 on, dan β-ketopropana (Setiadi, M, 2008).
- NaCl
Natrium klorida, juga dikenal dengan garam dapur, atau halit, adalah senyawa kimia
dengan rumus molekul NaCl. Senyawa ini adalah garam yang paling memengaruhi salinitas
laut dan cairan ekstraselular pada banyak organisme multiselular (Sameton, 2016).
- Akuades
Nama lainnya adalah Dihidrogen Oksida. Berwujud cair, berwarna transparan, tidak
berbau dan tidak berasa dan sangat stabil (Bregovits, 2013).
- CaCl2 0,1%
Senyawa ionik yang terdiri dari unsur kalsium (logam alkali tanah) dan klorin. Tidak
berbau, tidak berwarna, dan tidak beracun (Ham, M, 2009).
- MgCl2 0,1%
Logam yang tidak berwarna dan tidak berbau. Penyimpanan magnesium klorida harus
dalam wadah yang tertutup dengan baik (Purnomo, 2012).
- FeCl2 0,1%
Senyawa yang memberikan konstribusi yang besar dengan sifat magnet yang dimilikinya
(Ang, 2014).
- Deterjen
Deterjen dapat berbentuk cair, pasta, atau bubuk yang mengandung konstituen bahan
aktif pada permukaannya dan konstituen bahan tambahan. Konstituen bahan aktif adalah
berupa surfaktan yang merupakan singkatan dari surface active agents, yaitu bahan yang
menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dan di antarmuka fasa (baik cair-gas maupun
cair-cair) untuk mempermudah penyebaran dan pemerataan (Fatimah S, 2011).
- Air kran
Air kran yang mengandung sadah dapat menyebabkan pengendapan minera, yang dapat
menyumbat pipa air (Amal, 2011).
C. Diagram Alir
a. Pembuatan sabun kalium
1,5 g sampel lemak atau minyak
10 ml KOH dalam etanol 95%

Dimasukkan ke Beaker glass 100 ml

Dimasukkan ke Beaker glass 250 ml


berisi air mendidih
2 ml etanol menggantikan
etanol yang menguap

Pemanasan terus dilakukan hingga


mendidih

Dilakukan uji penyabunan

Diletakkan beberapa tetes hasil


reaksi ke dalam air

Diambil hasil tetesan


(Saponifikasi sempurna jika tidak ada tetesan lemak)

Saponifikasi tidak sempurna Saponifikasi sempurna

2 ml etanol menggantikan Dipanaskan hingga alkohol menguap


etanol yang menguap sempurna

Dipanaskan kembali Ditandai cairannya kental, liat jangan


gosong
30 ml akuades
Diaduk konstan

Sabun Kalium (A)

(B) Dibuat untuk (C) Dibuat untuk


sabun natrium pengujian
b. Pembuatan sabun natrium
Separuh sampel langkah A
(B)

15 ml larutan NaCl jenuh

Diaduk dengan kuat

Padatan

Padatan dipisahkan dengan kertas saring

Ditekan padatan sabun Natrium

Sabun natrium

c. Pengujian sifat sabun dan deterjen


- Pengujian kemampuan menghilangkan minyak atau lemak (uji sifat sabun dan deterjen
dengan minyak)
Pembuatan deterjen dan uji sifat deterjen dengan minyak

- Pengujian sifat kesadahan sabun dan deterjen (uji sifat sabun dan deterjen dengan CaCl2
0,1%; MgCl2 0,1%; FeCl2 0,1% dan air kran)
Pengujian sabun kalium

4 tabung reaksi

@1 ml sabun kalium (C)

Tiap tabung diisi berurutan :


1 ml larutan CaCl2 0,1%
1 ml larutan MgCl2 0,1%
1 ml larutan FeCl2 0,1%
Air keran

Larutkan

Aduk dan amati endapan

Hasil
Pengujian sabun natrium
4 tabung reaksi

@1 ml sabun natrium

Tiap tabung diisi berurutan :


1 ml larutan CaCl2 0,1%
1 ml larutan MgCl2 0,1%
1 ml larutan FeCl2 0,1%
Air keran

Larutkan

Aduk dan amati endapan

Hasil

Pengujian deterjen

4 tabung reaksi

@1 ml deterjen

Tiap tabung diisi berurutan :


1 ml larutan CaCl2 0,1%
1 ml larutan MgCl2 0,1%
1 ml larutan FeCl2 0,1%
Air keran

Larutkan

Aduk dan amati endapan

Hasil
D. HASIL PERCOBAAN DAN PENGAMATAN :
1. Saponifikasi lemak : pembuatan sabun kalium

Berat / Akuade
Jenis volum Tes Setelah s 30 ml
Setelah Ditambah Diaduk
sampe e penyabuna dipanaska dan
10 menit NaCl kuat
l sampe n n dibagi
l dua

Sabun
15 ml Mendidih Sempurna - Terlarut
kalium

Makin
Membentu
Sabun membentu
k
natriu 15 ml k
gumpalan-
m gumpalan
gumpalan
keras

Jenis sampel Warna Bentuk


Sabun kalium Kuning bening Cair
Sabun natrium Putih Padat/gumpalan
Deterjen Putih Serbuk

2. Sifat sabun dengan deterjen

Ditambah lemak / minyak


Jenis sampel
Kelarutan Warna
Sabun kalium Mampu mengikat minyak Bening sedikit endapan
Sabun natrium Tidak mampu mengikat minyak Bening banyak endapan
Deterjen Mampu mengikat minyak Bening

Jenis
Penambahan larutan Pengamatan Diaduk
sampel

1 mL sabun Putih keruh Putih keruh, tidak ada


1 mL larutan CaCl2 0,1%
kalium endapan

1 mL larutan MgCl2 0,1% Agak keruh Agak keruh, tidak ada


endapan
1 mL larutan FeCl2, 0,1% Kuning bening Bening, endapan kuning

Air kran Agak keruh Tidak ada endapan

Putih, terdapat Putih, terdapat endapan


1 mL larutan CaCl2 0,1%
endapan

Putih keruh Putih keruh, tidak ada


1 mL larutan MgCl2 0,1%
endapan
1 mL sabun
natrium Kuning, endapan Endapan kuning
1 mL larutan FeCl2, 0,1%
putih

Keruh Keruh, tidak ada


Air kran
endapan

Putih keruh Putih keruh, tidak ada


1 mL larutan CaCl2 0,1%
endapan

Agak keruh Agak keruh, sedikit


1 mL larutan MgCl2 0,1%
1 mL endapan
deterjen Kuning keruh Bening, sedikit endapan
1 mL larutan FeCl2, 0,1%
kuning

Bening Bening, tidak ada


Air kran
endapan

E. Pembahasan
1. Analisa Proses
 Pembuatan larutan deterjen

Pada pembuatan larutan deterjen, alat dan bahan yang dibutuhkan adalah beaker glass,
spatula, timbangan analitik, pipet volume, bulb dan batang pengaduk sedangkan bahan yang
dibutuhkan adalah akuades dan deterjen. Langkah pertama adalah timbang deterjen sebanyak
0,5 gram dengan cara men-tera timbangan kemudian masukkan beaker glass terlebih dahulu,
tera kembali. Tunggu hingga LED timbangan menunjukkan angka nol. Kemudian timbang
deterjen sebanyak 0,5 gram. Setelah dilakukan penimbangan, lakukan pelarutan deterjen
dengan menambahkan akuades sebanyak 10 ml. Aduk hingga membentuk larutan deterjen.
 Pembuatan sabun kalium

Pada pembuatan sabun kalium, alat dan bahan yang dibutuhkan adalah beaker glass,
batang pengaduk, gegep, penangas air, pipet volume, pipet tetes dan bulb, sedangkan bahan
yang dibutuhkan adalah minyak goreng, KOH 10%, etanol 95%, dan akuades. Langkah
pertama adalah meneteskan minyak goreng sebanyak 20 tetes menggunakan pipet tetes ke
dalam beaker glass. Lalu tambahkan KOH 10% sebanyak 10 ml. Kemudian panaskan larutan
minyak dan KOH menggunakan penangas air. Dilakukan pengadukan menggunakan batang
pengaduk selama pemanasan agar larutan tidak mengerak. Siapkan akuades di dalam beaker
glass untuk menguji kelarutan sabun kalium di dalam air. Jika masih terdapat droplet minyak
menandakan proses penyabunan belum selesai, maka perlu ditambah etanol lagi sebanyak 2
ml menggunakan pipet volume dan bulb. Etanol berfungsi untuk melarutkan minyak.
Penambahan etanol bertujuan untuk menggantikan kehilangan etanol selama pemanasan.
Setelah kira-kira 10 menit, sabun kalium akan mendidih lalu angkat menggunakan gegep.
Tambahkan 30 ml akuades. Larutan sabun kalium dibagi menjadi 2 dan dimasukkan ke dalam
beaker glass yaitu untuk pembuatan sabun natrium dan untuk pengujian kesadahan. Masing-
masing beaker glass dilabeli.
 Pembuatan sabun natrium

Pada pembuatan sabun natrium, alat dan bahan yang dibutuhkan adalah beaker glass,
batang pengaduk, kertas saring, pipet volume, bulb, corong, dan gelas ukur, sedangkan bahan
yang dibutuhkan adalah larutan sabun kalium, akuades dan larutan NaCl jenuh. Langkah
pertama adalah menambahkan larutan NaCl jenuh sebayak 15 ml ke dalam larutan sabun
kalium menggunakan pipet volume dan bulb. Kemudian dilakukan pengadukan cepat sampai
membentuk padata atau gumpalan-gumpalan. Setelah gumpalan-gumpalan atau padatan
terbentuk, saring padatan menggunakan kertas saring yang dilipat hingga membentuk satu
titik di tengah kertas saring. Taruh kertas saring diatas gelas ukur. Tuang perlahan larutan
sabun natrium menggunakan batang pengaduk. Padatan dan air akan terpisah. Padatan yang
tersaring di kertas saring kemudian dipindahkan ke dalam beaker untuk dilarutkan.
Tambahkan sebanyak 10 ml akuades untuk melarutkan sabun natrium. Setelah dilarutkan
maka akan dilakukan pengujian kesadahan.
 Pengujian minyak

Alat dan bahan yang dibutuhkan pada pengujian minyak adalah 3 buah kaca arloji dan
pipet tetes sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah minyak goreng, larutan deterjen, larutan
sabun kalium, dan larutan sabun natrium. Beri label pada kaca arloji agar pengujian tidak
tertukar. Tetesi minyak sebanyak 2 tetes di atas masing-masing kaca arloji. Tambahkan 20
tetes larutan sabun natrium, 20 tetes larutan sabun kalium, dan 20 tetes larutan deterjen ke
masing masing kaca arloji yang telah diberi label sesuai sabun/deterjen yang ditambahkan.
Goyangkan kaca arloji hingga minyak dan sabun menyatu. Sabun dan deterjen akan
mengemulsikan minyak. Amati laju sabun atau deterjen saat mengemulsikan minyak.
 Pengujian kesadahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan pada pengujian kesdahan adalah 4 tabung reaksi,
pipet tetes, dan rak tabung, sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah larutan sabun kalium,
larutan sabun natrium, larutan derergen, MgCl2 0,1%, FeCl2 0,1%, CaCl2 0,1% dan air keran.
Langkah pertama adalah melabeli tabung reaksi dengan masing masing sabun dan mineral
yang akan ditambahkan. Kemudian tambahkan 20 tetes larutan sabun kalium, sabun natrium,
dan deterjen sesuai tabung yang telah dilabeli masing masing. Lalu tambahkan mineral
sebanyak 20 tetes ke dalam tabung reaksi sesuai label masing masing. Setiap tabung
dilakukan pengocokan. Amati ada tidaknya endapan yang terbentuk. Endapan merupakan
hasil dari bereaksinya anion karboksilat dan kation divalen dari mineral.

2. Analisa Hasil
 Pembuatan sabun kalium

Sabun kalium merupakan reaksi saponifikasi (hidrolisis) dari asam lemak yaitu
palmitat atau stearat dan basa alkali yaitu KOH dan menghasilkan sabun dan gliserol. Rumus
molekul sabun kalium dinyatakan sebagai RCOOK. Sabun kalium ROOCK disebut juga
sabun lunak dan umumnya digunakan untuk sabun mandi cair, sabun cuci pakaian dan
perlengkapan rumah tangga (Kurniadi, 2010). Pada pembuatan sabun kalium, digunakan
minyak goreng sebagai sumber asam lemak dan KOH sebagai reagen. KOH 10% berbentuk
larutan di etanol 95%. Etanol berfungsi sebagai pelarut lemak. Pada tes penyabunan,
dilakukan dengan cara meneteskan larutan sabun ke dalam beaker glass, jika masih terdapat
droplet minyak maka perlu dan dilakukan penambahan pelarut minyak yaitu etanol dan
pemanasan dilanjutkan. Sabun kalium yang dihasilkan pada percobaan ini berwarna kuning
bening dan benwujud cair. Sabun kalium bersifat mudah larut dalam air sehingga jika
diencerkan sabun kalium akan terlarut secara sempurna di dalam air.
 Pembuatan sabun natrium

Sabun natrium merupakan reaksi saponifikasi (hidrolisis) dari asam lemak yaitu
palmitat atau stearat dan basa alkali yaitu NaOH dan menghasilkan sabun dan gliserol. Rumus
molekul sabun natrium dinyatakan sebagai RCOONa. RCOONa, disebut sabun keras dan
umumnya digunakan sebagai sabun cuci, dalam industri logam dan untuk mengatur kekerasan
sabun kalium (Kurniadi, 2010). Pembuatan sabun natrium pada percobaan ini menggunakan
sabun kalium yang ditambah dengan garam (NaCl) jenuh. Penambahan garam jenuh dan
pengadukan yang cepat menghasilkan gumpalan gumpalan keras berwarna putih yang mulai
terpisah dengan air. Sabun natrium yang dihasilkan berwarna putih dan berwujud padat.
Sabun natrium sukar larut dalam air karena wujudnya yang padat
 Pengujian minyak

Pengujian minyak bertujuan untuk mengetahui kemampuan sabun atau deterjen dalam
mengikat minyak dengan cara mengemulsikan partikel minyak menjadi suatu suspensi.
Kemudian teradhesi dan melekat pada suatu permukaan tipis, dengan adanya pencucian maka
lapisan tersebut akan terpisah dan terbawa oleh air. Berdasarkan hasil pengujian, deterjen
memiliki kemampuan untuk mengikat minyak lebih cepat daripada sabun kalium dan sabun
natrium. Setelah ditetesi dengan minyak dan digoyangkan, minyak di dalam deterjen menjadi
terlarut dan membentuk warna bening kembali. Pada sabun kalium, mampu mengikat minyak
namun lebih lambat daripada deterjen, warna yang dihasilkan bening namun terdapat
endapan. Pada sabun natrium, dalam waktu yang sama dengan sabun kalium belum mampu
mengikat minyak, sehingga masih terdapat droplet-droplet minyak pada bagian atas. Sabun
natrium membtuhkan waktu lebih lama dari sabun kalium dalam mengikat minyak. Warna
yang dihasilkan bening dan banyak endapan. Menurut Arifin dkk (2013), sifat-sifat sabun
seperti kelarutan, proses emulsi dan pembasahan dipengaruhi oleh panjang atom C.
Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki panjang
rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12
akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat
sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air. Asam lemak bebas pada sabun juga
mengganggu proses emulsi sabun dan kotoran pada saat sabun digunakan. Selain itu, molekul
sabun dan deterjen terdiri dari ujung hidrokarbon yang bersifat non polar dan ujung yang lain
bersifat polar/ionik. Bagian non polar akan mengelilingi tetesan minyak dan melarutkannya
sesuai dengan asas like dissolves like (senyawa yang memiliki kemiripan kepolaran akan
saling melarutkan). Ujung polar/ionik dari molekul sabun segera akan terlarut dalam air.
 Pengujian kesadahan

Pengujian kesadahan bertujuan untuk mengetahui kemampuan sabun dan deterjen


bekerja pada air dalam keadaan sadah atau memiliki kandungan mineral tertentu dalam
jumlah tertentu. Kinerja akan terlihat dari ada tidaknya endapan yang muncul ketika sabun
atau deterjen dicampur MgCl2 0,1%, FeCl2 0,1%, CaCl2 0,1% dan air keran. Selain itu, jika
larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi
pada air sadah. Berdasarkan hasil pengujian, kinerja deterjen bekerja pada CaCl 2 dan air
keran. Muncul sedikit endapan pada MgCl2 dan FeCl2 dan tidak ada endapan pada CaCl2 dan
air keran. Pada sabun kalium, kinerja sabun bekerja pada MgCl 2, FeCl2, dan air keran.
Endapan hanya muncul pada FeCl2. Pada sabun natrium, kinerja sabun tidak bekerja pada
MgCl2 dan air keran. Menurut Adza (2011), kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air
untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air
akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan air yang
berkesadahan tinggi tidak akan berbentuk busa. Kadar Ca2+ yang tinggi akan menyebabkan air
2-
menjadi keruh. Air sadah juga tidak baik untuk mencuci, karena ion-ion Ca dan Mg+ akan
berikatan dengan sisa asam karbohidrat pada sabun dan membentuk endapan sehingga sabun
tidak berbuih. Deterjen adalah surfaktan anionik dari garam sulfonat atau sulfat berantai
panjang dari natrium (RSO3-Na+ dan ROSO3-Na+). Deterjen mempunyai keunggulan dalam
hal tidak mengendap bersama ion logam dalam air sadah.

F. PERTANYAAN
1. Apa fungsi penambahan KOH pada proses saponifikasi? Apakah larutan KOH dapat
digantikan dengan bahan lain, jika dapat, bahan apakah yang dapat menggantikan
larutan KOH?
Fungsi penambahan KOH adalah sebagai reagen dalam pembuatan sabun kalium
sehingga asam lemak dapat terhidrolisis dan membentuk sabun serta gliserol. Peran
KOH dapat diganti dengan basa kuat lainnya, misalkan NaOH, sehingga sabun yang
dihasilkan menjadi sabun natrium yang memiliki tekstur padat (Arifin, 2013).
2. Jelaskan fungsi NaCl dalam percobaan ini!
Fungsi NaCl adalah untuk membentuk sabun natrium dari sabun kalium.
3. Jelaskan cara kerja sabun dan deterjen sebagai pembersih kotoran / lemak! Mengapa
deterjen lebih efektif untuk membersihkan kotoran bila dibandingkan dengan sabun?
Sabun dan detergen terdiri dari ujung hidrokarbon yang bersifat hidrokarbon yang
bersifat non polar dan ujung satunya besifat polar. Bagian non polar akan mengelilingi
tetesan minyak dan melarutkannya sesuai dengan asas like dissolved like, sedangkan
ujung polar dari molekul tersebut segera akan terlarut dalam air. Deterjen lebih efektif
membersihkan kotoran karena kerja deterjen tidak dipengaruhi air sadah, sedangkan
sabun tidak bekerja efektif pada air sadah (Arifin, 2013).
4. Jelaskan pengaruh kesadahan terhadap fungsi sabun dan deterjen sebagai pembersih !
Deterjen dapat digunakan sebagai pembersih pada air sadah karena deterjen tidak
dapat bereaksi dengan air sadah sehingga tidak akan menimbulkan endapan yang
dimungkinkan dapat merugikan. Pada sabun tidak dapat bekerja pada air sadah karena
sabun bereaksi pada air sadah yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerak pada
baju maupun lantai (Adza, 2011).
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Amal. 2011. Kesadahan. Makassar: UIN Alauddin Makassar
Ang. 2014. Effect of FeCl2 Concentration on the Properties of Magnetic Nanopartcles by
Using Massart’s Prosedure. Sains Malaysiana 43 (4): 611-616
Bregovits, G, 2013. Material Safety Data Sheet Water. <http://
www.sciencelab.com/msds.php ?msdsId=9927321>, Dilihat 18 Maret 2016
Burns-Moguel, Arlene. 2011. Soap: Clean for the Environment or Just Us?. Connecticut:
Yale University
Fatimah, Siti. 2011. Industri Deterjen. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Ham, Mulyono. 2009. Kamus Kimia. Jakarta: Bumi Aksara
McBain, James W dan William C. Sierichs. 2014. The Solubility of Sodium and Potassium
Soaps and The Phase Diagrams of Aqueous Potassium Soaps. Journal of the American
Oil Chemists Society Volume 25 (6): 221-225
Perdana, Farid Kurnia dan Ibnu Hakim. 2008. Pembuatan Sabun Cair dari Minyak Jarak dan
Soda Q Sebagai Upaya Meningkatkan Pangsa Pasar Soda Q. Semarang: Universitas
Diponegoro Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia
Purnomo. 2012. Analisis Anion. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman
Sameton. 2016. Sabun. <http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/39219/4/Chapter%
20II.pdf>, dilihat 18 maret 2016
Setiadi, M. 2008. Sintesis Maltovanilat Melalui Mekanisme Steghlich Menggunakan Pelarut
Aseton. Skripsi. Universitas Indonesia
Zulkifli, Mochamad dan Teti Estiasih. 2014. Sabun dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit :
Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 (4): 170-177. Malang:
Universitas Brawijaya

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN


Adza, Mohammad. 2011. Pengaruh pH dan Suhu dalam Penurunan Kesadahan. Semarang:
Universitas Muhammadiyah Semarang
Arifin, Lukman dkk. 2013. Reaksi Saponifikasi Pembuatan Sabun dan Pelembut. Pekanbaru:
Universitas Riau
Kurniadi, D. 2010. Pra Perancangan Pabrik Pembuatan Sabun dan Deterjen. Medan:
Universitas Sumatra Utara

Anda mungkin juga menyukai