Anda di halaman 1dari 9

Perampokan Sadis di Pulomas

Kronologi kejadian

Jakarta - Perampok sadis beraksi di Pulomas, Jakarta Timur. Mereka menyatroni rumah
Dodi Triono (59) dan menyekap orang-orang hingga tewas kehabisan nafas. Berikut adalah
fakta seputar aksi biadab ini.

Dihimpun dari pemberitaan detikcom, Kamis (29/12/2016), Ada empat perampok yang
beraksi di rumah yang beralamat di Jalan Pulomas Utara Nomor 7A, Pulogadung, Jakarta
Timur itu. Mereka adalah Ramlan Butarbutar, Erwin Situmorang, Yus Pane, dan Sinaga.

Senin, 26 Desember, sore hari, Ramlan Butarbutar turun dari mobil Suzuki Ertiga, masuk ke
rumah Dodi melalui pintu teralis yang tak dikunci. Memang beginilah modusnya. "Begitu
pagar rumah orangnya terbuka mereka langsung masuk," kata Kapolri Jenderal Tito
Karnavian di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Selasa (27/12).

Ramlan menyekap orang-orang seisi rumah. Terlihat dari CCTV, mereka mengumpulkan
orang-orang di ruang tengah, sambil mengintimidasi dengan pistol dan golok, kemudian
menggiring mereka ke kamar mandi 1,5x2 meter. Datanglah Dodi beberapa saat kemudian
saat para perampok selesai menggasak barang-barang berharga. Dodi kemudian juga
dijebloskan para perampok ke kamar mandi itu.

Erwin Situmorang membantu Ramlan dalam proses penyekapan ini. Keran air dalam kamar
mandi dinyalakan, kunci dibuang, gerendel pintu dirusak. Maka terkuncilah 11 orang di
dalam kamar sempit itu.
Foto: Istimewa
Toilet tempat Dodi Triono disekap bersama 10 orang

Selasa , 27 Desember, pukul 09.25 WIB pagi, kerabat bernama Sheila Putri menyambangi
rumah Dodi. Dia curiga dengan kondisi rumah karena mendengar suara minta tolong. Dia
kemudian melapor ke Pos Polisi Kayuputih. Satpam dan polisi kemudian datang ke rumah
Dodi dan berusaha keras membuka pintu kamar mandi itu.

Sekuriti bernama Lutfi (28) kemudian mendobrak pintu itu. "Pas saya lihat sudah tertumpuk
semuanya, di ruangan yang cuma berapa meter ukurannya di kamar mandi pembantu di lantai
1," cerita Lutfi.

11 Orang itu akhirnya dikeluarkan dari ruang sempit dan pengap. Namun sayang, enam di
antara mereka sudah tak bernyawa karena kehabisan oksigen.

Rabu, 28 Desember, pukul 15.00 WIB, polisi beraksi menangkap Ramlan, Erwin, Yus Pane,
dan Sinaga di Gang Kalong, Bojong, Rawalumbu, Bekasi, Jawa Barat. Letusan tembakan
terdengar berkali-kali. Dor, dor, dor, dor!!! Ramlan tewas usai ditembus timah panas di kaki,
Erwin tersungkur karena kakinya ditembak, sedangkan Yus Pane dan Sinaga kabur.

Petang harinya, Sinaga ditangkap di Villa Mas Indah Blok C, Bekasi Utara. Menurut polisi,
orang ini adalah sopir Ertiga yang digunakan untuk menyatroni rumah Dodi. Polisi
menembak kaki Sinaga saat penangkapan.
Foto: Dok. Istimewa

Satu orang lagi yakni inisial R merupakan saudara Ramlan juga diamankan polisi. R
dinyatakan telah berusaha menyembunyikan kawanan perampok kejam itu.

Polisi menyita sejumlah barang bukti saat menangkap Ramlan dan Erwin. Barang bukti
tersebut antara lain uang rupiah, uang Thailand, 5 handphone, STNK, jaket, tas, topi, jam
tangan Rolex, 2 kunci motor, dan kemeja putih..

Identitas korban dan pelaku

Siapa Dodi Triono?

Dodi Triono adalah seorang insinyur lulusan Universitas Indonesia. Dia berprofesi sebagai
arsitek. Selain itu, dia juga hobi mengoleksi mobil. Ada Ferarri, Lamborghini, dan Hummer.
Dodi tinggal bersama anak-anaknya di rumah nahas itu.
Foto: Ir Dodi dan koleksi mobil mewahnya
(Instagram/@dtr175/Istimewa)
Ir Dodi dan koleksi mobil mewahnya

Pria 59 tahun ini mempunyi enam orang anak, masing-masing ada tiga dari istri pertama
bernama Dewi. Tiga anak berasal dari istri kedua bernama Almyanda Saphira atau Vira. Istri
ketiga sedang hamil, namanya adalah Agnesya Kalangi. Istri pertama dan kedua sudah
diceraikan.

Nama-nama Para Korban

Enam korban tewas:


1. Dodi Triono (59)
2. Diona Arika Andra Putri (16), putri pertama Dodi dari istri kedua
3. Dianita Gemma Dzalfayla (9), putri ketiga Dodi dari istri kedua
4. Amalia Calista alias Amel, teman Gemma
5. Sugiyanto alias Yanto, sopir
6. Tarso (40), sopir

Lima korban luka:


1. Emi (41), pembantu
2. Zanette Kalila Azaria (13), putri kedua Dodi dari istri kedua
3. Santi (22), pembantu, putri Emi
4. Fitriani (23), baby sitter
5. Windy (23), baby sitter

Siapa Sebenarnya Para Perampok Itu?

Polisi mengatakan gerombolan perampok itu tergabung dalam kelompok Korea Utara.
Ramlan, yakni pentolan kawanan ini, adalah residivis kambuhan. Dia pernah beraksi
merampok Warga Negara Korea di Cibubur pada pertengahan 2015 lalu. Dia juga pernah
merampok di Tegal, Jawa Tengah, pada 2010 lalu. Ramlan diketahui punya penyakit ginjal,
jalannyapun pincang. Dia berprofesi sebagai sopir angkot.

Berikut adalah peranan para pelaku:


1. Ramlan Butarbutar, pemimpin perampok
2. Erwin Situmorang, eksekutor perampokan
3. Yus Pane, eksekutor perampokan
4. Sinaga, sopir mobil Ertiga yang dikendarai untuk menyatroni rumah Dodi.

Undang-Undang atau hukum yang dilanggaran dalam kasus pulomas


Tiga tersangka kasus perampokan dan penyekapan di rumah Dodi Triono di Pulomas, Jakarta
Timur, yakni Erwin Situmorang, Yus Pane, dan Alvin Sinaga telah menjalani sidang perdana
di Pengadilan Negeri Jakarta Timur pada Kamis (15/6/2017). Pengacara ketiga tersangka,
Jarot Widodo, mengatakan ketiga kliennya didakwa jaksa dengan pasal berlapis.
1. Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana
Berbunyi : “Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu
menghilangkan nyawa orang lain, dihukum karena pembunuhan direncanakan
(moord), dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara
selama-lamanya dua puluh tahun.” 
Dari uraian bunyi pasal diatas, bisa disimpulkan bahwa Pembunuhan Berencana itu memiliki
dua unsur, yaitu Unsur Subyektif (dengan sengaja atau terencana lebih dahulu) dan Unsur
Obyektif (perbuatan (menghilangkan nyawa), Obyeknya (nyawa orang lain))

Unsur subyektif dalam kasus Pulomas di Jaktim telah terpenuhi, yaitu memang para pelaku
telah melakukan aksinya dengan perencanaan berkumpul di sekitar Puncak Bogor, Jawa
Barat. Para pelaku merencanakan aksi dengan membawa golok, pistol, obeng untuk persiapan
(ungkap kombes Argo)

Unsur Obyektif pun telah terpenuhi, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh para pelaku telah
menghilangkan nyawa sebanyak 6 korban dan 5 lainnya luka-luka.

2. Pasal 339 KUHP tentang pembunuhan didahului kejahatan

Berbunyi : “Pembunuhan yang diikuti, disertai, atau didahului oleh kejahatan dan
yang yang dilakukan dengan maksud untuk memudahkan pembuatan itu, atau jika
tertangkap tanga, untuk melepaskan diri sendiri atau pesertanya daripada hukuman,
atau supaya barang yang didapatnya dengan melawan hukum tetap ada dalam
tangannya, dihukum dengan hukuman penjara seumur hidup atau penjara sementara
selama-lamanya dua puluh tahun”.

Dari uraian diatas dalam kasus pulomas dapat disimpulkan bahwa para pelaku
memasukkan 11 orang dalam ruangan sempit berukuran 1,5 m× 1,5 m tersebut, tanpa
lubang ventilasi dan tanpa penerangan kemudian dikunci, sehingga 6 nyawa
meninggal dunia. Hal tersebut dilakukan agar para korban tidak mengganggu dalam
menjalankan aksinya untuk mencuri barang berharga milik korban dan dapat dengan
mudah melarikan diri.

3. Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan

Berbunyi : “Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain, karena
bersalah telah melakukan “pembunuhan” dipidana dengan pidana penjara selama-
lamanya lima belas tahun”.

Dalam pasal tersebut para terdakwa dan kuasa hukum terdakwa mengajukan pleidoi atau
pembelaan yang dibacakan pada sidang selanjutnya 3 Oktober 2017. Dalam pleidoinya, Ius
Pane mengatakan dia dan rekan-rekannya tidak pernah merencanakan membunuh dalam aksi
perampokannya.
"Kami tidak ada sedikit pun niat menghilangkan nyawa korban, tetapi apa yang terjadi justru
di luar kendali kami," kata Ius Pane di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Selasa (3/10/2017).
Ius Pane menambahkan bahwa dia dan rekan-rekannya murni hanya melakukan perampokan
saja, tanpa ada niatan untuk menghilangkan nyawa para korbannya.
Namun berdasarkan tindakan penyekapan yang telah dilakukan oleh para pelaku
mengakibatkan 6 diantaranya tewas yakni (Dodi Triono (59), Diona Arika Andra Ptrii (16),
Dianita Gemma Dzalfayla (9), Amalia Calista alias Amel (10), Sugiyanto, Tarso (40) dan 5
lainnya mengalami luka-luka. Sehingga pleidoi yang diajukan tidak diterima dalam
persidangan dan tetap dijatuhi hukuman KUHP pasal 338 tentang pembunuhan.

4. Pasal 365 ayat 4 KUHP tentang pencurian dengan kekerasan


(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun  pencurian yang
didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan,
terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan
diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri.
(3)Jika perbuatan mengakibatkan kematian, maka diancam dengan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
(4)Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka
berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu,
disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam no. 1 dan 3

Dalam kasus pulomas, polisi berhasil menyita barang bukti pencurian yang dilakukan oleh
para pelaku. Dari tangan Ramlan, polisi menyita berupa uang Rp 6,3 juta, jam Rolex warna
silver, topi hitam, 2 ponsel Samsung, 1 ponsel Blackberry warna hitam, kunci motor Yamaha,
kunci motor Honda, kacamata, jaket, dan kemeja putih gading.
Sementara itu, dari tangan Erwin, polisi menyita barang bukti berupa uang Rp 3,4 juta, empat
lembar uang Thailand, ponsel Nokia warna hitam, ponsel China, STNK Yamaha Jupiter MX
bernomor polisi B 6769 EIX atas nama Siti Maria, jaket kulit berwarna hitam, tas warna
coklat, dan topi warna abu-abu.

Para pelaku juga sempat melakukan kekerasan kepada beberapa korban. menurut Agung
tidak semua korban mengalami kekerasan oleh para pelaku. Diketahui Ius Pane sempat
menyeret putri sulung Dodi, Dionita dari kamarnya di lantai 2 hingga ke lantai bawah.Tak
hanya itu, Ius juga sempat memukul Dionita menggunakan gagang pistol.Agung juga
menambahkan, menurut keterangan para pelaku, mereka memukul korban karena mereka
mencoba melawan.

5. Pasal 333 KUHP tentang penyekapan

Tindakan-tindakan yang dilakukan penegak hukum dalam menyelesaikan kasus


Pulomas

Kini para terdakwa telah divonis mati oleh pengadilan.


Vonis pembunuhan berencana yang menewaskan 6 orang kawasan Pulomas tersebut telah
diputus oleh Majelis Hakim Agung 2 Juli 2018 lalu.
Mereka sempat mengajukan banding namun ditolak.
Lalu juga sempat ajukan kasasi ke Mahkamah Agung yang juga ditolak.
"Menjatuhkan pidana para terdakwa, oleh karena itu masing-masing Ius Pane dengan pidana
mati, Erwin Situmorang dengan pidana mati, Alfin Sinaga dengan pidana penjara seumur
hidup," ujar Kabiro Humas Mahkamah Agung, Abdullah, Rabu (14/11/2018).

"Atas putusan pengadilan negeri tersebut, para terdakwa mengajukan upaya banding, dan
pengadilan tingkat banding memutuskan menguatkan putusan pengadilan negeri Jakarta
Timur, atas putusan tersebut, para terdakwa mengajukan upaya kasasi, nah di dalam putusan
kasasi, Majelis Hakim menolak upaya Kasasi dari para terdakwa dengan demikian kembali
pada putusan pengadilan negeri Jakarta Timur," tambahnya.

1. Ius Pane divonis dengan pidana mati


2. Erwin situmorang divonis dengan pidana mati
3. Alfin Sinaga divonis dengan penjara seumur hidup

Penilaian terhadap peran penegak hukum dalam menyelesaikan Kasus Pulomas


Perjalanan sidang vonis hukuman bagi ketiga terdakwa sudah cukup lama. Ketiganya tercatat
menjalani sidang pertama pada 15 Juni 2017 silam. Dalam sidang tersebut, ketiganya
didakwa dengan pasal berlapis. Mereka dikenakan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan
berencana, Pasal 339 tentang pembunuhan didahului kejahatan, Pasal 338 tentang
pembunuhan, Pasal 365 tentang pencurian dengan kekerasan, Pasal 363 tentang pencurian
dengan pemberatan, dan Pasal 333 tentang penyekapan.
Pada sidang kedua yang digelar 22 Juni 2017, JPU menghadirkan salah satu korban selamat
dari perampokan di Pulomas, yaitu Zanette Kalila Azaria. Berikutnya pada sidang ketiga
yang digelar 6 Juli 2017, JPU kembali menghadirkan empat saksi dari korban yang masih
hidup. Pada sidang berikutnya yang digelar 19 September 2017, JPU menuntut dua orang
terdakwa dengan hukuman mati, sedangkan satu terdakwa lainnya dituntut hukuman seumur
hidup.
Sementara kuasa hukum terdakwa juga meminta majelis hakim untuk tidak memvonis
hukuman mati dan hukuman seumur hidup terhadap kliennya.Setelah melalui masa tuntutan
JPU dan pembacaan pledoi, Majelis Hakim pun kemudian telah menentukan bakal
menjatuhkan vonis. Hal itu dilakukan lantaran sidang dianggap sudah berjalan terlalu lama
dan majelis hakim juga sudah cukup menerima fakta-fakta hukum di persidangan.

Berilah Tanggapan Atas Kasus Pelanggaran Tersebut


Memberantas kejahatan boleh jadi bisa dimulai dengan mempersempit peluang terjadinya
tindak kejahatan. Relasi penegak hukum dan masyarakat menjadi kunci upaya mempersempit
peluang tersebut.
Tentu politik masih hangat dengan kasus perampokan di Polumas. Peristiwa yang menelan
korban nyawa enam orang ini seolah menunjukan tipologi kejahatan dengan cara kejam akan
menjadi tantangan penegak hukum diawal 2017.
Kejahatan seolah berkejaran dengan kemajuan masyarakat. Dalam beberapa hal kejahatan
sering lebih maju dibandingkan kenyataan yang dicapai oelh masyarakat. Tidak berlebihan
jika pakar kriminologi menyebutkan kejahatan itu merupakan deskripsi perkembangan
masyarakat. Begitu masyarakat berhasil memproduksi kemajuan teknologi, seiring dengan itu
masyarakat menerima dampak negatifnya berupa kemajuan di bidang kejahatan.
Kejadian di Polumas menggambarkan sejumlah persoalan tragis dalam penegakan hukum.
Pertama, profiling pelaku kejahatan selaku residivis yang justru masih kerap melakukan
kejahtan setelah bebas dari penjara. Kedua, semakin pudarnya kohesi sosial masyarakat
urban, sehingga membuat pelaku kejahatan terlihat leluasa dalam melakukan kejahatan di
tengah keramaian. Ketiga, pemolisian masyarakat atau dieknal sebagai polmas yang belum
optimal diterapkan dalam masyarakat perkotaan.
Sementara itu, Seperti kasus yang kita bahas diatas terjadinya perampokan yang disertai
dengan pembunuhan, menurut kami adanya kasus ini menunjukka bahwa sekarang ini
Indonesia sedang darurat kasus Pelanggaran HAM. Hal yang harus dipahami dalam kasus ini
bahwa perampok yang biasanya mengambil harta benda seseorang dapat berujung
perenggutan nyawa. Dilakukannya perampok pun sudah jadi tindak kejahatan yang berat
ditanbah lagi dengan kejahatan yang sampai merenggang nyawa seseorang, dimana hidup dan
nyawa seseorang merupakan hak yang seharusnya tidak dilanggar oleh siapapun.
Dengan adanya aturan yang sudah sangat jelas ditegaskan pun nyatanya masih banyak orang
yang masih berani melanggarnya tanpa berpikir panjang. Walaupun banyak alasan yang
dikemukakan pelaku atas petrampokan, penganiayaan dan pembunuhan tersebut, alasan
apapun itu tidak dapat diterima. Perampokan, penganiayaan dan pembunuhan sudah menjadi
kasus pelanggaran yang sangat berat. Menurut kami agar seseorang tidak melanggar HAM
terutama kasus pembunuhan yang sedang kami bicarakan ini tidak bisa hanya dengan
ditegakkannya aturan dengan sanksi yang berat, tapi harus dimulai dengan kesadaran diri
masing-masing bahwa setiap individu pun memiliki hak yang sama dan tidak boleh
dilanggar. Maka dari itu pada zaman darurat pelanggaran kasus ini, perlulah lagi setiap orang
disadarkan atas hak-haknya dan hak-hak orang lain agar kedepannya kasus-kasus seperti ini
setidaknya dapat ditekan atau mungkin tidak akan ada lagi.

Anda mungkin juga menyukai