Anda di halaman 1dari 60

1

LAPORAN KERJA LAPANGAN


“TINJAUAN PERHITUNGAN TITIK IMPAS
PENJUALAN PAPAN KURSI (MOULDED PLYWOOD)
PADA CV. PRESTASI USAHA MANDIRI”

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Melaksanakan Perkuliahan Mata


Kuliah Kerja Praktek

Oleh:
RYAN NUR RETNO
16416261201127

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS BISNIS DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
KARAWANG
2019
2
3
4
5

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perekonomian Indonesia saat ini sedang mengalami kelesuan sehubungan
dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, hal ini terjadi
terutama pada sektor riil baik itu usaha kecil, menengah maupun besar, semuanya
mencatat telah terjadinya penurunan laba bersih yang diakibatkan oleh beban
operasional yang meningkat diantaranya dengan adanya kenaikan tarif dasar
listrik, pajak dan lain sebagainya, disamping beban bahan baku atau bahan mentah
yang harganya ikut meningkat teutama bahan baku yang dijual dengan standar
harga mata uang asing / dollar. Dan kalau kita perhatikan berdasarkan data
pertumbuhan ekonomi nasional tahun terakhir hanya mencapai 4,7% jelas hal ini
masih dibawah target yang diharapkan. Disamping faktor faktor tersebut di atas
yang ikut berpengaruh kepada daya beli masyarakat akan kebutuhan barang dan
jasa, yang nantinya akan mengimbas pada dunia usaha dengan menurunnya
pendapatan karena berkurangnya omzet penjualan produk mereka.
Perusahaan merupakan bagian dari unit kegiatan usaha baik itu perusahaan
jasa, perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur, kesemuanya itu
mempunyai tujuan yaitu untuk memperoleh keuntungan yang maksimum, atau
suatu organisasi produksi yang menggunakan dan mengkoordinasikan sumber-
sumber ekonomi untuk memuaskan kebutuhan dengan cara yang menguntungkan.
Dengan demikian setiap perusahaan akan berusaha utuk memaksimalkan
keuntungannya dengan membuat berbagai kebijakan kebijakan terutama dalam
hal penentuan harga produk, jumlah produk yang diproduksi sehingga terhindar
dari kerugian. Sebagai contoh dalam hal penentuan jumlah produksi minimal yang
harus di buat agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian.Jadi agar dapat
menutupi seluruh biaya produksi berapa jumlah produk yang harus dibuat, atau
berapa harga yang harus ditentukan, hal ini bisa kita hitung dengan
mempergunakan rumus titik impas (break even point/ BEP).
6

Break Even Point berdasar kepada suatu pernyataan yang sederhana,


berapa jumlah unit produksi yang harusnya dijual guna menutupi semua biaya
yang telah dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut.BEP penting bagi
pimpinan manajemen suatu perusahaan untuk bisa mengetahui berapa tingkat
produksi dimana total biaya yang dikeluarkan akan sama dengan total jumlah
penjualan. Dengan kata lain, dengan BEP manajemen akan tahu hubungan antara
produksi, harga jual, penjualan, biaya, laba ataupun rugi sehingga bisa
mempermudah manajemen dalam pengambilan sebuah keputusan.
CV. Prestasi Usaha Mandiri (CV. Puma)adalah perusahaan manufaktur
yang kegiatan usahanya yaitu memproduksi papan kursi yang disebut Moulded
Plywood.Moulded Plywood ini di produksi sesuai dengan jenis dan tipe yang
dipesan oleh costumer atau konsumen.
CV. Puma adalah perusahaan yang memproduksi produk sesuai dengan
jumlah pesanan para costumernya, dan dihitung berdasarkan kubikasi bahan yang
digunakan, maka manajemen harus tahu betul berapa banyak produk minimal
yang bisa di produksi atau berapa kubik minimal produk yang harus diproduksi
agar perusahaan tidak mengalami kerugian atau minimal dapat menutupi total
biaya produksinya. Oleh karenaitusaya tertarik untuk melakukan penelitian
dengan mengambi judul“Tinjauan Perhitungan Titik ImpasPenjualan Papan
Kursi (Moulded Plywood) pada CV. Prestasi Usaha Mandiri”.

1.2 Perumusan Masalah

1. Seberapa besar biaya-biaya yang harus ditanggung perusahaan pada keadaan


titik impas.
2. Bagaimana tingkat penjualan yang harus dicapai perusahaan agar perusahaan
tidak mengalami kerugian.

1.3 Tujuan Peninjauan

Adapun tujuan peninjauan yang dilakukan adalah :


7

1. Untuk mengetahui seberapa besar biaya-biaya yang dibebankan dalam


mencapai tingkat penjualan pada keadaan titik impas.
2. Untuk mengetahui tingkat penjualan minimal yang harus dicapai, dalam
menentukan jumlah produksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

1.4 Kegunaan Peninjauan

1. Bagi Peninjau
Yaitu untuk memberikan tambahan ilmu pengetahuan ekonomi, khususnya
yang pernah dipelajari di bangku kuliah dan pengetahuan manajemen
keuangan antara teori dan praktek atau aplikasinya di lapangan atau dalam
lingkungan perusahaan.
2. Bagi Investor dan perusahaan.
Yaitu untuk menambah informasi atau referensi yang bermanfaat bagi
perusahaan dalam meningkatkan dan mengembangkan perusahaan secara
berkesinambungan dan bisa juga dipakai sebagai bahan acuan dalam
pengambilan keputusan manajemen agar perusahaan bisa menentukan
batasan minimal order secara keseluruhan agar tidak mengalami kerugian.
3. Bagi Kalangan Akademi.
Yaitu untuk menambah keanekaragaman referensi atau informasi atas
kejadian atau fenomena dalam lingkungan ekonomi dan organisasi yang
bermanfaat dalam melakukan penelitian lebih lanjut yang lebih luas dan
mendalam dalam ruang lingkup manajemen keuangan sehingga menjadi
lebih baik terutama dalam penulisan karya ilmiah.

1.5 Metode Peninjauan

Metode peninjauan yang dilakukan oleh penulis yaitu menggunakan


Metode Deskriptif, yaitu metode yang digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri-
ciri, sifat-sifat suatu fenomena.Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data,
menganalisis data dan menginterprestasikannya.melalui: teknik survey, studi
8

kasus, studi komparatif, studi tentang waktu dan gerak, analisis tingkah laku, dan
analisis dokumenter.
Metode pengambilan data yang dipergunakan pada penelitian ini bisa
berupa data primer atau pun data sekunder melalui :
1. Studi pustaka yaitu pengumpulan data-data, informasi, dan teori-teori yang
relevan dari literatur, surat kabar, dan hasil karya para peneliti terdahulu untuk
mendukung analisisdan pemecahan masalah.
2. Penelitian lapangan yaitu usaha mendapatkan data dengan cara datang
langsung ke lokasi penelitian dengan menggunakan cara cara sebagai berikut :
a. Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung dengan para
pengelola atau manajemen, responden juga konsumen mengenai produk,
pelayanan dan sebagainya.
b. Observasi yaitu pegumpulan data melalui pengamatan objek penelitian
secara langsunguntuk mengetahui keadaan yang sesungguhnya.

1.6 Waktu dan Tempat Peninjauan

Tempat peninjauan yang penulis lakukan yaitu di CV. Prestasi Usaha Mandiri
yang beralamat di Jl. Krajan II Desa Bengle Kecamatan Majalaya Kabupaten
Karawang, yangdimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2019.
9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen

2.1.1 Pengertian Manajemen

Secara umum definisi manajemen ialah sebuah seni untuk mengatur


sesuatu,baik orang ataupun pekerjaan.Pengertian manajemen adalah sebuah
proses yang dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan suatu organisasi dengan
cara bekerja dalam team. Dalam sebuah penerapannya manajemen memiliki
subyek dan obyek.Subyek adalah orang yang mengatur sedangkan obyek
adalah yang diatur.
Menurut R. Terry (2010) Manajemen merupakan suatu proses khas
yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta
mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya
manusia dan sumberdaya lainnya.
Menurut James A.F. Stoner (2010) Manajemen adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari
anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Ricky W. Griffin (2010) Manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti
bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien
berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan
sesuai dengan jadwal.
10

2.1.2 Fungsi Manajemen

1. Planning (Perencanaan)

Proses ini untuk menentukan tujuan dari perusahaan/organisasi dalam


bentuk visi dan misi baik jangka panjang dan jangka pendek. Selain itu, strategi-
strategi yang harus ditempuh juga sudah harus ditentukan dari awal. Supaya,
dalam pelaksanaannya akan mudah untuk mencapai tujuan perusahaan.

2. Organizing (Mengorganisasi)

Fungsi ini berguna untuk mengorganisasi/mengatur orang-orang yang ada


dalam organisasi/perusahaan tersebut.Supaya, mereka dapat menjalankan peran
dan fungsinya masing-masing dengan maksimal.Istilah kerennya adalah the right
man at the right place.

3. Staffing (Penempatan)

Tidak jauh berbeda dengan organizing, staffing ini lebih luas.Kalau


organizing lebih ke memanajemen sumber daya manusia sedangkan staffing lebih
ke sumber daya secara umum.Misalkan, peralatan dan inventaris yang dimiliki.
11

4. Coordinating (Mengkoordinasi)

Coordinating ialah fungsi yang bertujuan untuk meningkatkan efisensi dan


efektifitas kinerja, membuat suasana dalam lingkungan kerja menjadi dinamis,
sehat, nyaman, dll.Fungsi ini diemban ditangan manajer, jadi manajer memiliki
fungsi utama untuk mengkoordinasi bawahannya supaya dapat meningkatkan
performa kerja masing-masing.

5. Controlling (Mengontrol)

Ini adalah fungsi terakhir manajemen, setelah semuanya dilakukan maka


langkah terakhir adalah mengontrolnya. Dalam fungsi ini terdapat elemen-elemen
penting, misalkan evaluasi dan pembuatan kebijakan baru. Fungsi controlling ini
penting, supaya kinerja orang-orang didalamnya tidak menurun minimal standard
kalau bisa ya meningkat.

2.1.3 Unsur-unsur Manajemen

Untuk membuat sebuah sistem dengan manajemen yang baik tentu


dibutuhkan elemen ataupun unsur-unsur yang lengkap dan bisa bekerja dengan
maksimal. Unsur-unsur manajemen itu antara lain:

1. Metode / methode

Suatu perusahaan harus memiliki metode yang pas dalam menjalankan


roda pemerintahan, hal ini bisa dalam bentuk suatu SOP atau standard
operational procedure yang harus ditaati dan dilakukan oleh siapapun dalam
ringkup manajerial tersebut.

2. Sumber Daya Manusia / Man


12

Setelah perusahaan menentukan metode dan tujuannya dengan jelas, maka


metode tersebut dilakukan oleh manusia atau orang-orang yang ada dalam ruang
lingkup manajemen tersebut.Tanpa adanya SDM yang mumpuni dalam
melakukan tugas tersebut, maka metode hanyalah sebuah metode dalam secarik
kertas tanpa ada makna apapun.

Karena itulah, dalam suatu perusahaan sangat penting dalam memilih


SDM yang mumpuni.Hal ini supaya tujuan perusahaan dapat tercapai dengan
efektif dan efisien.Diperlukan manajemen sumber daya manusia yang handal
untuk mengelola ini.

3. Bahan baku / materials

Setelah SDM terpenuhi, hal yang perlu diperhatikan adalah kelengkapan


bahan baku. Tanpa adanya kelengkapan ini maka meskipun SDMnya sangat
handal, kalau bahannya saja tidak ada maka akan percuma.

4. Uang / money

Untuk mendapatkan SDM berkualitas, bahan baku yang cukup maka


dibutuhkan dana atau uang. Tanpa adanya uang yang cukup maka hal itu tidak
dapat dicapai.

Karena itulah, perusahaan harus mampu mengelola keuangan dengan


baik.Supaya income dan outcome perusahaan stabil, tidak besar pasak daripada
tiang. Uang digunakan untuk menggaji karyawan, membeli keperluan kantor
seperti alat tulis, makanan, biaya perjalanan dinas, dll.

5. Mesin / machines
13

Teknologi saat ini semakin maju, karena itulah perusahaan harus update
dalam membeli mesin terbaru. Hal ini supaya karyawan bisa bekerja dengan
efektif dan efisien.Sebagai contoh, dalam industri IT tanpa adanya dukungan
mesin komputer yang mumpuni maka pekerjanya tidak bisa secara maksimal
menjalankan tugasnya.Selain itu, dengan mesin yang bagus maka akan
mengurangi human error.

6. Pasar / market

Setelah aspek 1-5 terpenuhi, terakhir adalah konsumen.Percuma jika


perusahaan menciptakan produk bagus tetapi tidak ada konsumen yang
menggunakannya.Karena itulah, perlu adanya riset pasar terlebih dahulu sebelum
menetapkan tujuan produksi.

2.1.4Tujuan Manajemen

Manajemen ada tentu ada tujuannya, tujuan paling utama untuk mencapai
target yang telah ditentukan. Lebih jelasnya berikut ini adalah tujuan-tujuan
diperlukannya manajemen yang baik :

1. Bisa menentukan strategi yang efektif serta efisien untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
2. Melakukan evaluasi kerja, dan mengkaji ulang akan situasi yang terjadi
yang bertujuan untuk melakukan penyesuaian strategi jika terjadi hal-hal
yang diluar strategi.
3. Mengatur dan menjaga kesehatan emosi (personal), keuangan, dan semua
sektor perusahaan supaya perusahaan bisa mencapai profit yang maksimal.
4. Mengevaluasi dan meninjau kembali kekuatan (strength), kelemahan
(weakness), peluang maupun ancaman yang ada. Dll.

2.2 Klasifikasi Biaya


14

Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suuatu proses


pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada
kedalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan
informasi yang lebih ringkas dan penting. Klasifikasi yang paling umum
digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya dengan berikut ini:
1. Biaya dalam hubungannya dengan produk
Elemen-elemen biaya dari suatu produk dalam perusahaan manufaktur dapat
dikelompokkan dalam tiga golongan:
a. Bahan baku langsung
b. Tenaga Kerja Langsung
c. Overhead Pabrik
2. Overhead Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi.
Berdasarkan volume produksi, biaya dapat diklasifikasikan dalam tiga
kategori:
a. Biaya variabel
b. Biaya tetap
c. Biaya semivariabel
3. Biaya dalam hubungannya dengan departemen produksi atau segmen lain.
4. Biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi.
5. Biaya dalam hubungannya dengan suatu keputusan, tindakan, atau evaluasi
Mulyadi (2012:13) menjelaskan dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan
dengan berbagai macam cara. Biaya dapat digolongkan menurut objek
pengeluaran, fungsi pokok dalam perusahaan, hubungan biaya dengan sesuatu
yang dibiayai, hubungannya dengan perubahan volume kegiatan dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, dasar jangka waktu
manfaatnya.
Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang tepat
dan akurat untuk digunakan dalam berbagai tujuan. Dalam prosesnya
penggolongan biaya akan tergantung pada maksud dan tujuan dari biaya tersebut
digolongkan dimana untuk tujuan yang berbeda diperlukan penggolongan yang
15

berbeda. Pada pelaksanannya tentu tidak ada satu model penggolongan biaya yang
dapat dipakai untuk semua tujuan penyampaian informasi tentang biaya.
Menurut Mulyadi (2012:13), biaya digolongkan sebagai berikut;
1. Menurut objek pengeluaran
Penggolongan ini merupakan penggolongan yang paling sederhana, yaitu
berdasarkan penjelasan singkat mengenai suatu objek pengeluaran, misalnya
pengeluaran yang berhubungan dengan telepon disebut biaya telepon.
2. Menurut fungsi pokok dalam perusahaan
Selanjutnya penggolongan biayanya adalah sebagai berikut :
Biaya produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi
atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi
dapat digolongkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead pabrik.
Biaya pemasaran, adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan
kegiatan pemasaran produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya
sampel, dll.Biaya administrasi dan umum, yaitu biaya-biaya untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk,
contohnya gaji bagian akuntansi, gaji personalia, dll.
3. Menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
Ada dua golongan, yaitu:
Biaya Langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab
satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya
dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung.
Biaya tidak langsung (indirect cost), biaya yang terjadi tidak hanya
disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya dengan produk,
biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik.
4. Menurut perilaku dalam kaitannya dengan perubahan volume kegiatan
16

Biaya Tetap (fixed cost), biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak
dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan
tertentu, contohnya; gaji direktur produksi.
Biaya variabel (variable cost), biaya yang jumlah totalnya berubah secara
sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas, contoh; biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
Biaya semi variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan.Biaya semi variabel mengandung unsur
biaya tetap dan biaya variabel, contoh; biaya listrik yang digunakan.
Biaya semi fixed, biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan
berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu
5. Menurut jangka waktu manfaatnya
Pengeluaran modal (capital expenditure), yaitu pengeluaran yang akan
memberikan manfaat/benefit pada periode akuntansi atau pengeluaran yang
akan dapat memberikan manfaat pada periode akuntansi yang akan datang.
Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditure), pengeluaran yang akan
memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran itu
terjadi.
Klasifikasi biaya menurut Lili M Sadeli (2010:35) biaya perlu
diklasifikasikan dengan maksud untuk membantu hubungan diantara data biaya
sebagai bahan masukan dalam perencanaan dan pengendalian.Secara umum
hampir pada setiap perusahaan, biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya tetap
(fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).
Mulyadi (2012:16) menjelaskan bahwa dalam pembuatan produk terdapat
dua kelompokbiaya: biaya produksi dan biaya nonproduksi. Biaya produksi
merupakan biaya-biaya yangdikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi
produk, sedangkan biaya non produksi merupakanbiaya-biaya yang dikeluarkan
untuk kegiatan non produksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatanadministrasi
dan umum. Biaya produksi membentuk kos produksi, yang digunakan untuk
menghitung kos produk jadi dan kos produk yang pada akhir periode akuntansi
17

masih dalam proses. Biayanonproduksi ditambahkan pada kos produksi untuk


menghitung total kos produk.
Dari definisi tersebut maka biaya dan beban dalam praktiknya mempunyai
pengertian yangsama yaitu suatu pengorbanan sumber ekonomi yang menjadi
pengurang suatu aktiva yang terjadiuntuk memperoleh pendapatan.

2.3 Biaya Operasional Perusahaan

Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:


1. Variable Cost (biaya variabel)
Variable cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan
perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya
variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan
persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan
penjualan dalam unit.
2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh
volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time)
sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya
sewa, depresiasi, bunga.Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap
dikeluarkan.
3. Semi Variable Cost
Semi variable cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian
tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang
tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana
komisi bagisalesman ini tetap untuk range atau volume tertentu, dan naik pada
level yang lebih tinggi.

2.4Harga Jual
18

Mulyadi (2012:65) mendefinisikan harga jual adalah harga yang dapat


menutup semua biaya (biaya produksi dan nonproduksi) ditambah dengan laba
yang wajar, umumnya biaya tidak menentukan harga jual produk atau jasa.
Perusahaan yang berproduksi massa memproses produknya untuk memenuhi
persediaan di gudang. Dengan demikian biaya produksi dihitung untuk jangka
waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya lain serta informasi non biaya.
Krismiaji dan Aryani (2011:325) menyatakan bahwa pendekatan umum
dalam penentuan hargajual adalah menambahkan angka perkiraan laba (markup)
pada harga pokok.Markup adalah selisihantara harga jual dan harga pokok
produk.Markup biasanya berupa persentase tertentu dari hargapokok
produk.Pendekatan ini disebut dengan cost-plus pricing karena persentase markup
yang telahditentukan dimuka ditambahkan pada angka harga pokok untun
menentukan harga jual.

2.5 Pengertian Penjualan

Kegiatan penjualan bagi perusahaan merupakan hal penting dan


mempunyai arti keuntungan yang paling berharga jika dibandingkan dengan
kegiatan lain dalam proses operasi perusahaan.
Besar kecilnya hasil penjualan dipengaruhi oleh jumlah produk yang
terjual. Semakin tinggi jumlah produk yang terjual maka akan semakin meningkat
pula penjualan yang diperoleh, begitupun sebaliknya semakin rendah jumlah
produk yang terjual maka tingkat penjualanpun semakin rendah.

2.6Titik Impas (break even point)

Titik Impas atau analisis pulang pokok atau dikenal dengan nama analisis
Break even point (BEP), merupakan salah satu analisis keuangan yang sangat
penting dalam perencanaan keuangan perusahaan. Analisis titik impas sering
disebut juga analisis perencanaan laba (profit planning).
19

Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui pada titik berapa hasil
penjualan sama dengan biaya. Atau perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak
memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian. Atau bisa dikatakan laba sama
dengan nol.
Menurut Kasmir (2014:333) mengartikan bahwa analisis titik impas adalah
suatu keadaan di mana perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak memperoleh
pendapatan (laba) dan tidak pula menderita kerugian. Analisis titik impas juga
memberikan pedoman tentang berapa jumlah produk minimal yang harus
diproduksi atau dijual. Tujuannya agar perusahaan mampu memperoleh laba yang
maksimal, karena jumlah barang yang diproduksi dan akan dijual akan berkaitan
erat dengan biaya yang dikeluarkan, yang pada akhirnya biaya-biaya ini akan
menjadi penentu terhadap harga jual perusahaan.
Sedangkan Bambang Riyanto (2011:359) memberikan pengertian bahwa
analisis break even adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan
antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
Analisa break even point sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk
mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah penjualan atau dengan kata lain
dengan mengetahui break even point kita akan mengetahui hubungan antara
penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi
pemimpin untuk mengambil kebijaksanaan.
Teknik analisis titik impas sudah umum bagi segenap pelaku bisnis.Hal ini
sangat berguna di dalam pengaturan bisnis dalam cakupan yang luas, termasuk
organisasi yang kecil dan besar. Ada dua alasan mengapa para pelaku bisnis
menerima alasan ini :
1. Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas.
2. Perusahaan-perusahaan telah menemukan bahwa informasi yang didapat dari
metode titik impas ini sangat menguntungkan di dalam pengambilan
keputusan.
Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya
tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain
20

total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada
rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya menggunakan
biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya cukup menutupi
biaya tetap dan biaya variabel.Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya
variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita
kerugian.Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan
melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai
dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal
mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :
1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya
dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kuantitas.
2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang
dikehendaki.
3. Meningkatkan volume kegiatan semaksimal mungkin.
Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara
terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan
saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat terhadap
seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur laba dari sebuah perusahaan
sering dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk memahami
hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.
Mulyadi, (2012:) analisisBreak Event adalah suatu cara untuk mengetahui
volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga
belum memperoleh laba (dengan kata lain sama dengan nol).
Menurut S. Munawir (2012) Titik break even point atau titik pulang pokok
dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak
memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan = Total biaya).

2.7 Tujuan dan Kegunaan Analisis Titik Impas


21

Tujuan dan Kegunaan Break Even Point menurut Susan Irawati


(2007:162) menyatakan tujuan dari analisis brek even point :
1. Untuk menentukan berapa tingkat penjualan yang harus dicapai, jika
perusahaan ingin mendapatkan laba.
2. Untuk membantu menganalisis rencana untuk modernisasi atau otomatisasi
untuk mengganti biaya variabel menjadi biaya tetap.
3. Untuk membantu menganalisis pengaruh-pengaruh dari ekspansi terhadap
tingkat operasi atau kegiatan
4. Untuk membantu dalam keputusan
Sedangkan penggunaan analisis titik impas memiliki beberapa tujuan yang
ingin dicapai menurut (Kasmir 2014:334), yaitu:
1. mendesain spesifikasi produk;
2. menentukan harga per satuan;
3. menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak
mengalami kerugian;
4. memaksimalkan jumlah produksi;
5. merencanakan laba yang diinginkan; dan
6. tujuan lainnya.
Analisa titik impas penting bagi pimpinan manajemen suatu perusahaan
untuk bisa mengetahui berapa tingkat produksi dimana total biaya yang
dikeluarkan akan sama dengan total jumlah penjualan. Dengan kata lain,
dengantitik impas manajemen akan tahu hubungan antara produksi, harga jual,
penjualan, biaya, laba ataupun rugi sehingga bisa mempermudah manajemen
dalam pengambilan sebuah keputusan.
Analisis BEP atau titik impas bisa memberikan penerapan yang cukup luas
untuk mengujikan aktivitas-aktivitas yang diusulkan didalam mempertimbangkan
beberapa alternatif ataupun tujuan pengambilan suatu keputusan yang lain.
Analisa BEP bukan sekedar semata mata hanya untuk mengetahui kondisi
perusahaan yang impas atau break even saja, tetapi analisa break even point bisa
memberikan informasi kepada para pimpinan entitas/perusahaan mengenai
22

berbagai tingkat volume penjualan dan juga hubungannya dengan potensi atau
kemungkinan mendapatkan keuntungan menurut tingkat penjualan yang
bersangkutan.
Berikut beberapa manfaat dari Break Even Point :
1. Sebagai alat dalam perencanaan untuk menghasilkan laba;
2. BEP menyediakan informasi tentang berbagai tingkat jumlah volume suatu
penjualan dan hubungannya dengan potensi mendapatkan laba berdasarkan
tingkat volume penjualan yang bersangkutan;
3. Untuk mengevaluasi laba entitas secara keseluruhan;
4. Mengganti tebalnya sistem laporan dengan grafik yang sangat mudah dibaca
ataupun dimengerti.

2.8 Model Rumus BEP

Berikut beberapa model rumus BEP yang dapat digunakan dalam analisis
Break Even Point menurut Bambang Riyanto (2012 : 364-365)
A. Pendekatan Matematis
Rumus BEP yang pertama adalah menghitung break even point yang harus
diketahui adalah jumlah total biaya tetap, biaya variabel per unit atau total
variabel.
Rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
1. Break even point dalam unit.

2. Break even point dalam rupiah.

Keterangan :
23

BEP : Break Even Point


FC : Fixed Cost
VC : Variable Cost
P : Price per unit
S : Sales Volume

B. Pendekatan Grafik
Kemudian rumus BEP yang kedua yaitu pendekatan grafik yang
menggambarkan hubungan antara volume penjualan dengan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan serta laba.
Selain itu juga untuk mengetahui biaya tetap dan biaya variabel dan
tingkat kerugian perusahaan. Asumsi yang digunakan dalam analisis pulang
pokok ini adalah bahwa harga jual, biaya variabel per unit adalah konstan.
Dari grafik di bawah terlihat bahwa untuk tiap-tiap masing unit penjualan
terdapat informasi yang lengkap setiap rupiah penjualan, biaya tetap, biaya
variabel, total biaya maupun laba atau rugi. Jadi manajemen dapat melihat jika
akan memproduksi sekian unit, akan terlihat seluruh komponen di atas. BEP
melalui grafik tampak jelas ditunjukkan baik dari segi unit maupun rupiah yang
diperoleh.
Gambar 2.1
Grafik Hubungan Biaya Tetap dan Biaya Variabel pada Posisi Titik Impas
24

Sumber : Bambang Riyanto 2012

Pendekatan grafik dilakukan dengan menggambarkan unsur-unsur biaya


dan penghasilan kedalam sebuah gambar grafik. Dalam gambar tersebut akan
terlihat garis-garis biaya tetap, biaya total yang menggambarkan jumlah biaya
tetap dan biaya variabel, dan garis penghasilan penjualan. Besarnya volume
produksi/penjualan dalam unit digambarkan pada sumbu horizontal (sumbu X)
dan besarnya biaya dan penghasilan penjualan digambarkan pada sumbu vertikal
(sumbu Y).Untuk menggambarkan garis biaya tetap dalam grafik break even point
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggambarkan garis biaya tetap
secara horizontal sejajar dengan sumbu X, atau dengan menggambarkan garis
biaya tetap sejajar dengan garis biaya variabel. Pada cara yang kedua, besarnya
contribution margin akan tampak pada gambar break even point
tersebut.Penentuan break even point pada grafik, yaitu pada titik dimana terjadi
persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya total.dan
Apabila titik tersebut kita tarik garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X
akan tampak besarnya break even point dalam unit. dan Kalau titik itu ditarik
garis lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan tampak besarnya break
even point dalam rupiah.
25

2.9 Asumsi Break Even Point

Menurut Mulyadi (2012 :260) berikut asumsi-asumsi dasar analisa


BEP,yaitu :
1. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan,
2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat
kegiatan,
3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relatif konstan,
4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah,
5. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah,

Analisis BEP juga bisa dipergunakan oleh manajemen perusahaan dalam


pengambilan beberapa keputusan mengenai:
1. Jumlah produk minimal yang harus terjual supaya perusahaan tidak menderita
kerugian;
2. Jumlah minimal penjualan yang harus tetap dipertahankan supaya perusahaan
tidak menderita kerugian;
3. Besar kecilnya penurunan penjualan yang bisa ditoleransi agar perusahaan tak
mengalami kerugian;
4. Guna mengetahui efek dari sebuah perubahan harga, biaya ataupun tingkat
volume penjualan terhadap keuntungan/laba yang didapat.
BEP juga bisa dipergunakan dalam tiga cara yang terpisah, tetapi masih
saling berhubungan satu sama lainnya, yaitu digunakan untuk:
1. Menganalisis program otomatis diamana suatu entitas akan melakukan
operasi dengan cara lebih mekanis serta otomatis dan mengganti biaya
variable dengan biaya tetap;
2. Mengamati/menelaah impak dari suatu perluasan tingkat aktivitas operasi
secara umum;
3. Membuat suatu keputusan mengenai jenis produk baru yang harus dicapai
apabila perusahaan menginginkan BEP dalam suatu project yang diusulkan.
26

Kita bisa menggunakannya menjadikan rumus untuk mengetahui hal-hal seperti


berikut ini :
1. Hubungan antara biaya, penjualan serta laba;
2. Mengetahui struktur biaya variable dan biaya tetap;
3. Bisa mengetahui kemampuan dalam merendahkan atau menekan biaya dan
batasan dimana suatu perusahaan tidak mengalami rugi dan juga laba;
4. Mengetahui hubungan antara volume, cost, harga serta laba.
Analisis BEP bisa memberikan penerapan yang cukup luas untuk
mengujikan aktivitas aktivitas yang diusulkan didalam mempertinbangkan
beberapa alternatif ataupun tujuan pengambilan suatu keputusan yang lain.
Analisa BEP bukan sekedar semata mata hanya untuk mengetahui kondisi
perusahaan yang impas atau break even saja, tetapi analisa break even point bisa
memberikan informasi kepada para pimpinan entitas/perusahaan mengenai
berbagai tingkat volume penjualan dan juga hubungannya dengan potensi atau
kemungkinan mendapatkan keuntungan menurut tingkat penjualan yang
bersangkutan.

2.10 Kelemahan dari Analisa Break Even Point.

Walaupun Analisa Break Even Point ini telah banyak dipergunakan oleh
berbagai perusahaan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa analisa break even point
ini memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan yang paling menonjol dari analisa
BEP ini beberapa diantaranya: asumsi mengenai linearity, klasifikasi biaya dan
pada penggunaan terbatas dalam rentang waktu yang tidak panjang.
Berikut ini beberapa kelemahan dari analisis titik impas menurut Kasmir
(2014:336):
1. Perlu asumsi;
2. Bersifat statis;
3. Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir;
4. Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik;
27

5. Hubungan penjualan dan biaya;


6. Kurang mempertimbangkan risiko-risiko yang terjadi selama masa penjualan;
7. Pengukuran kemungkinan penjualan.
Namaun meskipun analisis titik impas memiliki banyak kelemahan,
manajemen masih dapat menggunakannya sebagai salah satu alat perencanaan
keuangan terutama perencanaan laba, produksi, maupun perencanaan penjualan ke
depan. Hanya saja bagaimana perusahaan dapat melihat kelemahan di atas sebagai
bahan koreksi atau pertimbangan lain dalam menentukan kebijakannya.

BAB III

OBJEK PENINJAUAN

3.1 Profil Perusahaan


28

3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

CV. Prestasi Usaha Mandiri yang disingkat dengan nama CV.


Pumaadalah perusahaan yang bergerak di bidangpengolahan kayu kupasan
menjadi papan kursi (Moulded Plywood). Perusahaan ini didirikan oleh keluarga
bapak Nicolas Indramulyo yang pada awalnya bergerak di bidang furniture namun
seiring dengan berjalannya waktu guna memenuhi kebutuhan para konsumennya,
perusahaan ini beralih usaha yaitu memproduksi papan kursi sebagai bahan dasar
pembuatan kursi kantor.
CV. Prestasi Usaha Mandiri berdiri sejak tahun 2007 dengan Nomor
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) : 503/0055/PM/VI/BPMPT, dan dengan
Nomor Tanda Daftar Perusahaan (TDP) : 10.08.3.51.02837.
Dengan kepemilikan nomor pendaftaran dan izin usaha tersebut CV.
Prestasi Usaha Mandiri telah terdaftar sebagai perusahaan di Dinas Perindustrian
dan Perdagangan (DISPERINDAG) provinsi Jawa Barat.

3.1.2 Lokasi Perusahaan

Perusahaan ini berlokasi di Jalan Krajan II Desa Bengle Kecamatan


Majalaya Kabupaten Karawang. Perusahaan ini bergerak di bidang pengolahan
kayu kupasan (veneer) sebagai bahan baku utama untuk dijadikan produk berupa
papan kursi (moulded plywood). Dengan daerah pemasaran ke beberapa
perusahaan pembuat kursi kantor yang ada di wilayah Jakarta, Tangerang, Bogor,
Bekasi, Bandung, Surabaya dan perusahaan manufakrtur lainnya.

3.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Hubungan dan kerjasama dalam organisasi dituangkan dalam suatu


struktur organisasi.Struktur organisasi adalah merupakan bagan yang memberikan
gambaran secara skematis tentang penetapan dan pembagian pekerjaan yang harus
29

dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan serta
menetapkan hubungan antara unsur-unsur organisasi secara jelas dan terperinci.
Suatu bentuk kerjasama yang efektif dengan demikian akan dapat diperoleh untuk
mencapai tujuan yang diharapkan suatu perusahaan.

Berikut merupakan struktur organisasi dari CV. Prestasi Usaha Mandiri

Gambar 3.1. Struktur Organisasi CV. Prestasi Usaha Mandiri

3.3 Aktifitas Praktek Kerja Lapangan

3.3.1 Deskripsi Kerja

Pembagian pekerjaan dalam organisasi sangat penting untuk


dilakukan.Dalammelaksanakan aktivitas pada suatu organisasi dibutuhkan
personil-personiluntuk menduduki jabatan tertentu yang mampu menjalankan
tugas, wewenangdan tanggung jawab yang dibebankan sesuai dengan jabatan
tersebut.
3.3.2 Uraian Tugas Unit Kerja Tempat Praktek Lapangan

1. Direktur
30

Direktur adalah pimpinan puncak dari CV. Prestasi Usaha Mandiri yang
bertugas untuk :
a. Memimpin, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas para
manager bagian.
b. Merencanakan dan menerapkan kebijaksanaan mengenai perbaikan
dan perkembangan umum perusahaan.
c. bertanggung jawab dalam memimpin dan membina perusahaan
secara efektif dan efisien selain itu juga bertanggungjawab terhadap
keuntungan dan kerugian perusahaan.
2. Bagian Produksi (Production)
Bagian produksi bertanggung jawab kepada pimpinan perusahaan. Tugas
dari bagian produksiadalah :
a. Mengatur pengalokasian sumber daya produksi seperti jam kerja
mesin, jam kerja operator, pengiriman bahan baku yang
berhubungan dengan proses produksi.
b. Melakukan pengawasan dan pengendalian produksi agar hasil
produksi sesuai dengan spesifikasi dan standart mutu yang telah
ditetapkan.
c. Merencanakan perawatan mesin-mesin agar dapat beroperasi dengan
lancar.
d. Membuat laporan produksi secara berkala mengenai pemakaian
bahan baku.
e. Bertanggungjawab terhadap kelancaran proses produksi mulai dari
penerimaan bahan baku sampai proses produksi hingga menjadi
produk akhir.
3. Bagian Pembelian (Purchase)
Bagian pembelian bertanggung jawab kepada pimpinan perusahaan.
Tugas dari bagian pembelianadalah :
a. Membantu pimpinan dalam melaksanakan serta mengkoordinir
seluruh pengolahan yang berhubungan dengan pembelian,
31

penyimpanan dan pendistribusian bahan-bahan yang digunakan


perusahaan.
b. Merencanakan sistem pengadaan dan persediaan bahan.
c. Mempersiapkan permintaan kebutuhan akan barang dan menentukan
standard harga bahan.
4. Bagian Personalia (Human Resource Development)
Bagian personalia bertanggung jawab langsung kepada pimpinan
perusahaan dalam melaksanakan tugasnya. Tugas bagian personalia
adalah:
a. Merencanakan perekrutan karyawan sesuai dengan kebutuhan
masing-masing bagian.
b. Mengatur kegiatan yang berhubungan dengan karyawan dan
menciptakan suasana kerja yang nyaman dan berdisiplin.
c. Menampung dan mencari keluhan karyawan.
d. Mengatur dan merencanakan training untuk peningkatan ketrampilan
karyawan.
e. Bertanggungjawab terhadap disiplin kerja karyawan.
f. Mengadakan peninjauan kepegawaian seperti masalah
perkembangan organisasi perusahaan, mengevaluasi kerja, gaji dan
upah karyawa.
g. Merencanakan dan mengkoordinir kegiatan perencanaan pegawai.
h. Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan program peningkatan
mutu pegawai.
i. Mengkoordinasi dan mengawasi kegiatan pengamanan pegawai.
5. Bagian Keuangan (Finance and accounting)
Bagian Keuanganbertanggungjawab langsung kepada pimpinan
perusahaan.Tugas bagian keuangan adalah :
a. Merencanakan dan mengawasi perencanaan kegiatan akuntansi dari
keuangan perusahaan.
b. Membantu pimpinandalam melaksanakan anggaran perusahaan.
32

c. Memberikan laporan keuangan kepada pihak pemerintah untuk


menetapkan besarnya pajak yang harus dibayar perusahaan.
d. Melaksanakan perhitungan akuntansi terhadap pembelian bahan
baku dan asset perusahaan.
e. Membuat pembukuan dan jurnal laba rugi perusahaan.
f. Melaksanakan perhitungan dan pembayaran upah dan gaji pegawai.
6. Bagian Pemasaran (Marketing)
Bagian Pemasaranbertanggung jawab kepada pimpinan perusahaan.
Bagian Pemasaran bertugas:
a. Melaksanakan analisa pasar, meneliti persaingan dan kemungkinan
perubahan permintaan serta mengatur distribusi produksi.
b. Mencari informasi pasar yang berhubungan dengan segmen pasar,
trend permintaan, kualitas yang digunakan dan jadwal permintaan
pasar.
c. Mencari order-order dari pemakai produk.
d. Membantu kepala unit didalam menetapkan terget pemasaran dan
kebijaksanaan dalam perluasan pasar.
e. Menentukan kebijaksanaan dari strategi pemasaran perusahaan yang
mencakup jenis produk yang akan dipasarkan, harga, pendistribusian
dan promosi.
f. Menentukan rencana anggaran biaya pemasaran.
7. Maintenance
Bertanggung jawab terhadap pengawasan mesin-mesin produksi dan
semua peralatan (tools) yang berhubungan dengan produksi agar tetap
dalam kondisi siap pakai untuk menjamin kelancaran produksi. Tugas
maintenance adalah:
a. Membuat jadwal pemeliharaan dan perbaikan terhadap mesin-mesin
yang ada dalam pabrik.
b. Melakukan perbaikan pada mesin-mesin berdasarkan jadwal
permintaan perbaikan dari masing-masing operator.
33

c. Melatih dan mengawasi keterampilan karyawan yang bekerja di


bagian maintenance agar mahir dan dapat bekerja dengan baik.
d. Menentukan prioritas kerja dan progressing perbaikan mesin.
e. Bertanggung jawab kepada pimpinan perusahaanatas kondisi mesin-
mesin dan peralatan produksi.
8. Bagian Pengendalian Kualitas (Quality Control)
Mempunyai tanggung jawab untuk menetapkan, menerapkan dan
mengkoordinir melaksanakan prosedur dan teknik pengendalian mutu
untuk menjamin kepercayaan dan kesesuaian produk yang dihasilkan
terhadap spesifikasi pembuatan yang telah ditentukan. Tugas
bagianpengendalian kualitas (quality control) adalah:
a. Mengendalikan standar penggunaan bahan baku yang ditetapkan.
b. Melaksanakan pengawasan terhadap mutu produk mulai dari bahan
baku sampai menjadi produk jadi.
c. Melaksanakan analisa dan pengawasan produk jadi yang sudah ada
di gudang, terutama dalam hal pengeluaran stock untuk menghindari
stock expired date dengan pengunaan FIFO (First In First Out).
d. Melaksanakan riset terhadap pengembangan mutu produk dan jenis
produk.
9. Bagian Gudang(Warehouse)
a. Bertanggung jawab atas pengaturan persediaan bahan baku, produk
jadi dan bahan penolong di gudang.
b. Membuat laporan penerimaan persediaan dan pengeluaran bahan
baku di gudang.
c. Mengkoordinir dan mengawasi pengelolaan persediaan bahan baku
di gudang.
d. Bertanggung jawab atas sarana dan prasarana pendukung di gudang
34

3.4. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Tempat Praktik Lapangan

3.4.1 Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan

Tenaga Kerja yang bekerja pada perusahaan ini dapat dibagi kedalam dua
jenis tenaga kerja yaitu tenaga kerja tetap dan tenaga kerja harian.Tenaga kerja
tetap terdiri dari staff dan kepala bagian, sedangkan tenaga kerja harian pada
umumnya adalah karyawan yang bekerja pada bagian produksi atau buruh
pabrik.Jumlah tenaga kerja yang ada sekitar 45 orang.
Dalam memelihara ketertiban dan kedisiplinan kerja perusahaan
mengeluarkan tata tertib atau peraturan kerja yang harus dipatuhi oleh setiap
karyawan perusahaan, termasuk dalam penetapan jam kerja.
Ketentuan jam kerja di CV. Prestasi Usaha Mandiri diatur menurut aturan
shift yang ditunjukkan pada Tabel 3.1 dan 3.2.
a. Jam kerja pada bagian administrasi dan kantor
Tabel 3.1.
Sistem pembagian jam kerja bagian administrasi dan kantor

Hari Jam Kerja (WIB) Istirahat (WIB)


Senin – Sabtu 07.00 – 15.00 12.00 – 13.00
Sumber: CV. Prestasi Usaha Mandiri 2016

b. Jam kerja pada bagian produksi


Tabel 3.2.
Sistem pembagian jam kerja bagian produksi

Hari Shift Jam Kerja (WIB) Istirahat (WIB)


1 07.00 – 15.00 12.00 – 13.00
Senin – Sabtu 2 15.00 – 23.00 18.00 – 19.00
Sumber: CV. Prestasi Usaha Mandiri 2016
35

3.5 Proses Produksi

Bahan baku untuk pembuatan papan kursi berupa kayu hasil kupasan
dari kayu log yang telah disiapkan sebelumnya baik dengan melakukan
kupasan sendiri dengan mempergunakan mesin rotary cutting, maupun
dengan membeli dari pihak ketiga berupa limbah hasil sisa kupasan
perusahaan pembuatan plywood lembaran atau perusahaan kayu lapis.
Moulded Plywoodatau biasa dikenal dengan sebutan papan kursi proses
produksinya tidak jauh berbeda dengan proses pembuatan kayu lapis
perbedaannya hanya terleptak pada bentuk cetakannya (moulded).
Prosesnya yaitu terbuat dari lembaran kayu tipis (veneer) dengan
ketebalan tertentu yaitu sekitar 2 mm, setiap lembaran kayu tersebut dipotong
sesuai dengan ukuran bahan yang akan di press, di lem dengan menggunakan
lem khusus, kemudian jumlah lapisan disesuaikan dengan ketebalan yang
diinginkan dan jumlahnya harus ganjil. untuk mencegah terjadinya
pembelokan (warping) dan menciptakan konstruksi yang seimbang. Lapisan
dalam jumlah genap akan menghasilkan papan yang tidak stabil dan mudah
terdistorsi, kemudian direkatkan bersama dengan sudut urat (grain) yang
disesuaikan untuk menciptakan hasil yang lebih kuat.
Setelah disusun dengan jumlah ketebalan yang diinginkan kemudian
lembaran-lembaran tersebut dipress dengan tekanan yang sangat tinggi serta
suhu hingga 120 derajat celcius. Selain jenis kayu, jenis perekat atau lem
adalah unsur penting dalam pembuatan plywood, ada 3 jenis lem yang biasa
dipakai dalam pembuatan plywoodyaitu :UF (Urea Formaldehyde), MF
(Melamine Formaldehyde), dan PF (Phenolic Formaldehyde).
Pada CV. Prestasi Usaha Mandiri jenis lem yang digunakan yaitu jenis
UF karena lem jenis ini lebih cocok digunakan untuk pembuatan kayu lapis,
36

misalnya untuk pembuatan indoor furniture, kebanyakan triplek yang beredar


di pasaran Indonesia juga menggunakan lem jenis ini.

3.5.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dengan persentase


komposisi terbesar yang membentuk bagian integral dari suatu produk jadi.
Bahan baku untuk pembuatan mouldedplywood ini antara lain :
1. Veneer
Veneer yaitu lembaran kayu tipis yang diperoleh dari penyayatan
(pengupasan) log kayu jenis-jenis dan ketebalan tertentu. Penggunaan
utama dari veneer adalah untuk pembuatan kayu lapis (plywood), di mana
beberapa lembar veneer direkat menjadi satu dengan arah serat yang saling
tegak lurus dalam jumlah yang ganjil.
Jenis veneer yang digunakan oleh CV. Puma yaitu jenis veneer kayu karet
yang diperoleh dari sisa limbah pengolahan kayu lapis yang telah dipotong
dengan ukuran panjang 125 cm lebar 20 cm, 30 cm dan 40 cm dengan
ketebalan berkisar lebih kurang 0,2 cm (2 mm).
2. Lem
Lem yang digunakan untuk melekatkan beberapa lapisan veneer yaitu
menggunakan lem berjenis UF (Urea Formaldehyde), yang dipesan dari
perusahaan Dover Chemical dengan standar harga dollar. Adapun harga
lem per kilogramnya sebesar $ 0,40 dan kalau nilai tukar per 1 dollarnya
sama dengan Rp 13.500,- maka harga lem per kilogramnya sebesar Rp
5.400,-.

3.5.2. Bahan Penolong


37

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam membantu


kelancaran proses produksi dan bahan ini termasuk bagian dari produk. Adapun
bahan penolong yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Tepung Industri
2. Hardiner
3. Anti Rayap

3.5.3. Uraian Proses Produksi

Proses produksi adalah metode atau teknik untuk membuat suatu barang
atau jasa bertambah nilainya dengan menggunakan sumber tenaga kerja, mesin,
bahan baku, bahan penolong dan dana yang ada.
a. Memilih Log
Langkah pertama dalam pembuatan bahan baku adalah memilih log. Log
dipilih berdasarkan kelurusan dengan diameter bundar.Log yang baik untuk
pembuatan veneer adalah yang bebas dari mata kayu, bundar dengan diameter
berkisar antara 30 - 40 cm dan panjang antara 100 - 140 cm. Log yang sudah
sesuai dengan ketentuan untuk di kupas, dilakukan pengupasan dengan
menggunakan mesin pengupas yaitu rotary cutting, dengan ketebalan berkisar
antara 2 mm. Setelah selesai dilakukan pengupasan kemudian di potong
dengan ukuran lebar 60 cm dan direndam dalam larutan anti rayap kemudian
dilakukan pengeringan atau penjemuran. Hasil dari pengupasan log kayu
tersebut dinamakan veneer.
Veneer dapat juga di beli secara langsung dari pihak ketiga atau perusahaan
kayu yang melakukan pengupasan, atau bisa juga dengan memanfaatkan
limbah dari perusahaan kayu kupasan atau perusahaan kayu lapis.
Veneer yang kita gunakan dalam proses pembuatan papan kursi (Moulded
Plywood) CV. Puma menggunakan veneer sisa limbah perusahaan kayu lapis
yang di beli dari pihak ketiga dengan ukuran panjang 125 cm dan lebar 20 cm,
30 cm, 40 cm, dengan ketebalan berkisar antara 2 mm.
38

b. Pemotongan Veneer
Veneer yang dibeli dari pihak kertiga tersebut sudah dalam kondisi kering dan
nantinya akan dipotong dengan panjang disesuaikan dengan kebutuhan
berdasarkan type papan yang akan di press. Biasanya dipotong dengan ukuran
standar yaitu: 40 cm, 45 cm, 50 cm, 57 cm, 60 cm, 65 cm, 80 cm, 85 cm, 100
cm dan 110 cm.
c. Perekatan
Perekatan veneer dilakukan degan menggunakan lem jenis uf (urea
formaldehyde) yang sudah dicampur dengan tepung industri, hardiner dan anti
rayap kemudian diaduk dan setelah selesai dituangkan dalam mesin roller
coater agar pengelemanveneernya bisa merata. Jadi veneer yang akan di press
di berikan lem melalui mesin tersebut.
d. Penyusunan veneer sesuai dengan ketebalan yang diinginkan.
Veneer yang telah diberikan lem kemudian disusun sebanyak tujuh lapis agar
menghasilkan papan berukuran 12 mm atau bisa juga sesuai dengan keinginan
konsumen, tetapi umumnya ketebalan papan kursi yang dipress hasilnya
standar yaitu sekitar 12 mm.
e. Pressing
Lapisan-lapisan veneeryang sudah disusun rapi sesuai dengan ketebalan yang
diinginkan diatur di bawah mesin press dan dilakukan pengepressan dengan
tekanan tinggi kurang lebih selama 10 menit, dengan suhu antara 100 - 120
derajat celcius.
f. Finishing
Hasil papan yang sudah di press nantinya akan dipotong sesuai dengan jenis
mall atau contoh papan tertentu atas dasar pesanan para costumer atau
konsumen.
39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Peninjauan

4.1.1 Biaya-biaya pada Keadaan Titik Impas

Biaya-biaya yang dibebankan dalam proses produksi papan kursi terdiri


dari biaya tetap sebesar Rp 23.335.200,- dan biaya variabel sebesar Rp
202.340.830,-.

4.1.2 Tingkat Penjualan pada Keadaan Titik Impas

Dari hasil peninjauan penulis diperoleh besaran tingkat penjualan papan


kursi agar perusahaan tidak mengalami kerugian sebesar 13,05m3 karena pada
tingkat penjualan tersebut diperoleh pendapatan sebesar Rp 64.820.000,- yang
hanya mampu menutupi total biaya proses produksi papan kursi atau dapat
dikatakan pada kondisi titik impas.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Biaya-biaya yang Dibebankan dalam Perhitungan Titik Impas

Biaya yang dibebankan pada perhitungan titik impas penulis mengambil


data perusahaan pasa bulan Desember 2015 denganrincian biaya tetap sebesar Rp
40

23.335.200,- dan biaya variabel sebesar Rp 202.340.830,- jadi total biaya


keseluruhan sebesar Rp 225.676.030,-

Tabel 4.1
Data Biaya Produksi pada CV. Prestasi Usaha Mandiri Bulan Desember 2015

No Keterangan Biaya Tetap Biaya Variabel


1 Bahan baku 134,685,000
2 Tenaga kerja langsung 41,966,250
3 Bahan penolong 2,594,580
4 Tenaga kerja tidak langsung 8,692,500
5 Listrik, air dan telepon 15,795,000
6 Perbaikan dan pemeliharaan mesin 3,400,000
7 Penyusutan aktiva tetap 13,717,700
8 Pengiriman barang 3,900,000
9 Administrasi dan umum 925,000
Jumlah 23,335,200 202,340,830
Sumber : Data CV. Prestasi Usaha Mandiri

Produksi rata-rata (65 m3/bulan)


Harga jual rata-rata (Rp 4.900.000/m3)
Penerimaan (Rp/bulan) 318.500.000,-

Biaya tetap 23.335.200,-


Biaya variabel 202.340.830,-
225.676.030,-
Pendapatan 92.823.970,-

4.2.2 Tingkat Penjualan Yang Dicapai Pada Saat Kondisi Titik Impas
41

Titik impas yaitu keadaan dimana tingkat penjualan hanya cukup untuk
menutupi biaya-biaya perusahaan,Jadi perusahaan tidak mengalami keuntungan
dan juga tidak mengalami kerugian. Pada CV. Prestasi Usaha Mandiri biaya-biaya
yang ditimbulkan dari kegiatan proses produksiselama satu bulan untuk bulan
Desember tahun 2015 dihasilkan papan kursi sebanyak 65 m3 dengan rincian
biaya dapat dikelompokanke dalam biaya tetap dan biaya variabel, rincian biaya
yang dikeluarkan pada bulan Desember 2015 dapat dilihat pada tabel 4.1

A. Perhitungan Titik Impas

1. Break even point dalam unit.

23.335.200
=-----------------------------
4.900.000 –3.112.935

23.335.200
=---------------------
1.787.065

= 13,05 m3

Dari perhitungan tersebut diperoleh besaran titik impas pada tingkat penjualan
sebesar 13,056 m3 perbulan, agar penerimaan dari penjualan tersebut hanya dapat
menutupi semua biaya-biaya proses produksi dalam satu bulan.
2. Break even point dalam rupiah.
42

23.335.200
= -----------------------------
202.340.830
1 - --------------------------
318.500.000
23.335.200
= ------------------------------
1 -0,64
= Rp 64.820.000,-

Dengan tingkat penerimaan dari penjualan sebesar Rp 64.820.000,- perusahaan


hanya mampu menutupi biaya-biaya proses produksi saja, dan perusahaan tidak
mendapatkan keuntungan maupun kerugian.
Keterangan :
BEP : Titik Impas atau Break Even Point
FC : Fixed Cost
VC : Variable Cost
P : Price per unit
S : Sales Volume

B. Tingkat Penjualan pada Titik Impas

Hasil perhitungan titik impas jumlah penjualan papan kursi pada CV.
Prestasi Usaha Mandiri terjadi saat tingkat penjualan dicapai sebanyak 13 m3, dan
apabila harga jual dianggap tetap sebesar Rp 4.900.000,-/m3 maka penerimaan
yang diperoleh pada saat titik impas sebesar Rp 64.820.000,- hanya cukup untuk
menutupi semua biaya baik biaya tetap maupun biaya variabel.
43

Hasil perhitungan menunjukan, total biaya yang dikeluarkan perusahaan


untuk pembuatan papan kursi sebanyak 65 m3 dikeluarkan biaya sebesar Rp
225.676.030,-. Dan apabila perusahaan memproduksi dan melakukan penjualan
papan kursi dibawah titik impas (<13 m3) maka perusahaan akan mengalami
kerugian, dan sebaliknya jika perusahaan menjual poduknya pada tingkat
penjualan lebih besar dari titik impas (>13 m3) maka perusahaan akan
memperoleh keuntungan.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Biaya yang dibebankan dalam mencapai tingkat penjualan pada keadaan titik
impas terdiri dari biaya tetap sebesar Rp 23.335.200,- dan biaya variabel
sebesar Rp 202.340.830,- dengan total biaya sebesar Rp 225.676.030,-
2. Titik impas untuk produksi papan kursidapat dicapai pada tingkat penjualan
sebanyak 13,05 m3 dengan tingkat harga sebesar Rp 4.900.000,- / m3. Dengan
jumlah penerimaan diperoleh sebesar Rp 64.820.000,-. dan pada saat keadaan
ini yaitu keadaan titik impas pendapatan yang diperoleh perusahaan adalah
sama dengan Rp 0,-

5.2 Saran

Berdasarkan hasil perhitungan titik impas, penulis memberikan


saranbahwa :
44

1. Biaya-biaya yang ditimbulkan dalam proses produksi papan kursi sudah dapat
terpenuhi, dan tetap harus dipertahankan agar total biaya tidak melebihi nilai
dari tingkat penjualan yang diperoleh.
2. Kemampuan perusahaan dalam memproduksi papan kursi sudah lebih besar
dari posisi titik impasnya, dan jika keuntungan yang besar seperti ini tetap
ingin dipertahankan, maka perusahaan harus terus berupaya untuk
mempertahankan kualitas produk yang dimiliki serta menjaga pelayanan
terhadap para konsumennya agar tingkat penjualan tidak mengalami
penurunan dan bisa terus ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Taswan, S.E., M.Si., 2013. Akuntansi Perbankan, Edisi III, UPP-STIM
YKPN, Yogyakarta.

Jurnal, Analisis Titik Pulang Pokok Usaha Furniture Rotan Pada Industri Irma
Jaya, Di Kota Palu, Annisa, Saharia Kassa, Dafina H.

Jurnal, Titik Pulang Pokok Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek
Perusahaan, Periansya, Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri
Sriwijaya.

Kasmir, 2014, “Analisa Laporan Keuangan, edisi.Ke 1, cetakan ke 7, Rajawali


Pers, Jakarta.

Krismiaji, Y Anni Aryani. 2011. Akuntansi Manajemen. Edisi 2. UPP STIM


YKPN, Yogyakarta

Martini, Dwi. 2014. Akuntansi Keuangan Menengah. Buku 1. Salemba Empat,


Jakarta

Mulyadi. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi 5. UPP-STIM YKPN, Yogyakarta.


45

Riyanto Bambang, 2012 “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, edisi ke 4,


cetakan ke 8, BPFE, Yogyakarta

Proses Pembuatan Papan Kursi

Proses penggilingan kayu log


46

Veneer yang siap digunakan

Proses penjemuran veneer


47

Proses pengeleman veneer

Proses pengepresan veneer


48

Proses pemotongan bahan yang sudah di press

Proses penghalusan barang yang sudah dipotong


49

Papan kursi yang sudah jadi (kursi staff)

Papan kursi yang sudah jadi (kursi direktur)


50
51

BIODATA PENULIS

Nama : Ryan Nur Retno

Tempat/Tanggal Lahir : Karawang, 27 Juni 1996

Agama : Islam

Alamat : Dusun Saptamarga No.67 Rt 05/03 Desa Sirnabaya


Kecamatan

Telukjambe Timur Kabupaten karawang 41361

Orang Tua

Ayah : Saryono

Ibu : Rodiah Rohayati

Pendidikan yang telah ditempuh

1. SD Sirnabaya II 2002-2008
2. SMP 1 Telukjambe Timur 2008-2011
3. SMA 1 Telukjambe 2011-2014
4. Universitas buana Perjuangan Karawang 2016-2020
52
53
54
55
56
57
58
59
60

Anda mungkin juga menyukai