Anda di halaman 1dari 24

SHAME

PSYCHOLOGY I – MEETING 1 & 2


UPH COLLEGE
PERNAH?
• Saat teman sekelompok berkata “Kayaknya
kesimpulan makalah kita kurang pas ya?” malah
terdengar seperti “Pasti aku salah ngerjain deh .”

• Saat kita sudah mati-matian bekerja untuk sebuah


kepanitiaan, kita malah berpikir “Jangan-jangan saya
mati-matian bekerja ini agar aku dipandang rajin
dan akhirnya merasa nyaman dengan diri saya?”
PERNAH?
• Saat ada teman yang buat kesalahan besar, saya
tidak menegurnya dengan alasan bahwa saya
tidak ingin dibenci olehnya (saya ingin disukai
oleh semua orang).
• Saya merasa sangat resah dan hancur saat gagal
perform dengan baik dalam suatu tugas.
• Saya tidak bisa bilang TIDAK pada semua request
yang ada dalam hidup saya.
PERNAH?
• Kalau sahabat/pacar saya punya masalah, saya merasa
bertanggung jawab untuk menyelesaikannya.
• Saat dipuji orang lain, saya akan mati-matian
menolaknya.
• Saat ada orang yang memperhatikan saya, saya
berpikir “Ada orang lain yang lebih berhak atas
perhatian dan waktu dari orang baik ini.”
• Saya sulit sekali mensyukuri atau merayakan sebuah
keberhasilan sekecil apapun dalam hidup.
DUA WAJAH SHAME
HEALTHY SHAME TOXIC SHAME
• Perasaan malu, tersipu, jengah, • Bukan lagi sebuah perasaan
canggung. belaka, namun berupa kondisi diri
• Dialami saat kita terekspos saat sendiri.
melakukan sesuatu yang aneh, • Diawali oleh overexposed yang
salah, atau tidak wajar. konstan.
• Membuat kita sadar akan • Saya adalah kesalahan tersebut,
keterbatasan kita. sehingga apapun yang saya
• Saya berbuat kesalahan dan saya lakukan pasti salah.
dapat memperbaikinya. • Membuat kita menjadi tanpa batas.
APA ITU SHAME?
• American Psychological Association (APA):
Ketidaknyamanan emosional yang bangkit dari sebuah kesadaran
bahwa ada bagian yang tidak terhormat dan tidak sopan dari tabiat
kita.
• Gonzales (2015): Self-Hating Attitude, Mentality, and Emotionality.
Fossom & Mason (1986):
• Sebuah perasaan dalam diri tentang menjadi sama sekali “kurang”
dan tidak cukup sebagai seorang manusia.
• Sebuah pemikiran mendasar bahwa dirinya adalah buruk, tidak
cukup, berkekurangan, tidak layak atau tidak sepenuhnya layak
sebagai manusia.
CIRI-CIRI ORANG YANG
SHAME-BASED
• Kritis terhadap diri sendiri. Mengata-ngatai diri sendiri.
• Terlalu keras dengan diri sendiri.
• Sangat sensitif terhadap kritik.
• Secara tidak sadar, mencari relasi yang bisa mem-
validasi shame pada dirinya.
• Mencari penerimaan orang lain terus-menerus.
• Sangat kompetitif dan tidak pernah mau kalah
sehingga harus menang dengan cara apapun.
BE MORE BE LESS
THAN THAN
HUMAN HUMAN

DUA EKSTREM FALSE SELF BELIEFS


BAGI ORANG YANG SHAME-BASED:
SUMBER SHAME
• Orang tua & keluarga
• Tokoh otoritas (pemimpin, guru, pendeta, dll.)
• Gereja
• Societal pressure (contoh: tekanan untuk
sukses, fokus kepada penampilan,
diskriminasi, prasangka, dll.)
• Diri sendiri.
HOW WE SHAME
OURSELVES?
• Mengabaikan kelebihan-kelebihan kita
• Membesar-besarkan kesalahan kita.
• Menghakimi diri sendiri dengan standar yang
tidak jelas.
• Menafsirkan sebuah tindakan yang salah
menjadi sebuah penghakiman pada diri.
• Mind reading.
MASALAH-MASALAH YANG
TERKAIT DENGAN SHAME (1)
• Perfeksionisme
• Rasa takut diabaikan
• Mengabaikan dan menyiksa diri sendiri
(self-abuse)
• Hasrat untuk mempermalukan dan
menyalahkan orang lain.
MASALAH-MASALAH YANG
TERKAIT DENGAN SHAME (2)
• Perilaku adiktif (kecanduan) / tidak
terkontrol
• Perilaku seks yang tidak terkontrol
• Co-dependency
• Kemarahan dan dendam
• Menjadi mudah untuk menghakimi orang
lain (judgmental).
THE HEALING JOURNEY
(understanding phase)
1. Sadari shame
dalam hidupmu.
• Sumber
• Dampak
• False-self
beliefs.
THE HEALING JOURNEY
(understanding phase)
2. Saat mengalami
kegagalan, mulailah
belajar untuk Give ourselves and others
menerima the permission
kelemahan sebagai
bagian dari dirimu to make mistakes and
dan belajar embrace our humanity.
memaafkan dirimu
sendiri.
THE HEALING JOURNEY
(understanding phase)
3. Belajar mengenali,
mengakui, dan
menghargai hal-hal baik
tentang dirimu.

Saat kita sudah lebih


bisa menghargai diri
kita sendiri, kita
semakin lebih mampu
menghargai dan
menerima orang lain.
THE HEALING JOURNEY
(action phase)
4. Tantang false-self beliefs dengan pemahaman yang
lebih menyehatkan, seperti:
• Kita tidak bisa dan tidak perlu menyenangkan SEMUA
ORANG.
• Kita hanya bisa mengontrol diri kita sendiri karena kita
tidak bisa dan tidak perlu mengontrol ORANG LAIN.
• “GOOD ENOUGH” is enough!
• Semua orang berharga di mata Allah.
• Allah mengasihi bahkan orang yang paling berdosa dan
paling gagal sekalipun.

Anda mungkin juga menyukai