Anda di halaman 1dari 29

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

3.1. Deskripsi Skenario Kasus

3.1.1. Pengkajian Keperawatan

An. N laki-laki berusia 9 bulan dibawa orang tuanya ke Rumah


Sakit Islam Jakarta pada tanggal 20 Oktober 2020 pukul 16:00 WIB
melalui Poli Klinik Jantung dan dirawat diruang HCU Anak dengan
keluhan demam sejak 3 hari sebelum masuk RS dan sesak nafas. Saat
dilakukan pengkajian tanggal 23 Oktober 2020, pasien dengan rawatan
hari ke-4, anak tampak sesak nafas, batuk, tampak pucat, bibir tampak
kering, lemah dan lesu. Ibu P mengatakan An.N lebih senang tidur
dengan cara digendong dengan kain.

An. N sebelumnya pernah dirawat di RS islam jakarta dengan


diagnosa PJB saat berusia 1 bulan. An.N lahir di RSUD KOJA dengan
berat badan lahir 2900 gr. Ibu pasien mengatakan An. N hanya pernah
di imunisasi HB0 dan tidak pernah di imunisasi BCG, DPT, Hepatitis
B, Hib, Polio, campak, karena ibu pasien tidak ingin anaknya di suntik.
Saat hamil An. N ibu menderita penyakit Asma dan ibu tidak pernah
menderita penyakit cacar. Persalinan Caesar dengan usia kehamilan 38
minggu. Ibu pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga pasien yang
menderita penyakit yang sama dengan penyakit yang diderita anaknya.

 Pemeriksaan Fisik
Saat pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tampak lemah, berat
badan 5800 gram (normal 7400 gram), tinggi badan 67 cm, hasil
pengukuran TD : 100/72 mmHg, suhu 36,70C, nadi 113x/menit,
pernafasan 36x/menit.
 Hasil dari pemeriksaan fisik yang ditemukan konjungtivitas anemis
pada mata kiri dan kanan, sklera tidak ikterik, terdapat pernafasan
cuping hidung, bibir tampak kering, lidah tampak kotor, tidak ada
sianosis disekitar mulut, leher tidak ada pembengkakan dan
pemebsaran kelenjar getah bening.
 Pemerikaan thoraks tidak simetris, pergerakn dada sebelah kiri lebih
tinggi daripada sebelah kanan, fremitus teraba meningkat pada dada
sebelah kiri daripada sebelah kanan, saat diperkusi terdengar suara
sonor, saat didengar dengan stetoskop terdengar bronkovesikuler.
 Pemeriksaan jantung iktus kordis terlihat iktus kordis teraba 1 cm di
RIC IV mid clavicula sinistra, suara jantung terdengar murmur halus,
irama jantung teratur.
 Pemeriksaan abdomen tidak tampak distensi abdomen, permukaan
datar atau tidak tampak tonjolan, tidak ada terlihat lesi, bising usus
normal, tidak ada nyeri tekan, saat diketuk terdengar timpani.
 Pemeriksaan kulit turgor kembali cepat, teraba hangat, tampak pucat
pada telapak kaki dan kuku dan tidak ada perdarahan dibawah kulit.
 Pemeriksaan ekstremitas atas tampak pucat, akral teraba hangat,
capillary refill kembali lambat lebih dari 2 detik, terdapat clubbing
finger, pada ekstremitas bawah akral teraba hangat, capillary refill
kembali lambat lebih dari 2 detik. Pola tidur siang teratur dengan jam
tidur lebih dari 3 jam. Pola tidur malam teratur dengan jam tidur 7-8
jam per hari.
 Pola kebiasaan
An. N memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari, konsistensi makanan
SUN namun terkadang diberi nasi beras merah yang dihaluskan
terlebih dahulu oleh ibunya, ibu pasien mengatakan An. N hanya
mampu menghabiskan ½ dari porsi yang diberikan, pola makan
pasien teratur, jenis minuman ASI, susu formula dan air putih dengan
frekuensi minum 4 kali sehari.
 Pemeriksaan Penunjang

 Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 23 Oktober 2020 ditemukan


hb 10,09 gr/dl, leukosit 17.340/mm3, trombosit 256.000/mm3,
hematokrit 34%, glukosa sewaktu 116 mg/dl, kalsium 9,1 mg/dl,
natrium 136 mmol/L, kalium 3,9 mmol/L .

 Hasil pemeriksaan rontgen thorax ditemukan adanya kardiomegali.

 Terapi Obat

An. N mendapat terapi Ampicilin 4X125 mg, Gentamicin 2x12


mg, dan captopril 3x1/2 tablet, IVFD KAEN1B 20 tts/mnt dan nasal
kanul 02 1 liter

3.1.2. Analisa Data


MASALAH
DATA ETIOLOGI KEPERAWATA
N
D Ds: penurunan penurunan curah
“ Ibu pasien mengatakan anaknya terlihat kontraktilitis jantung
lemah” jantung
“ Ibu pasien mengatakan anaknya bertambah
sesak jika batuk”
D Do:
- Pada pemeriksaan fisik ditemukan
suara jantung terdengar murmur halus,
iktus cordis teraba jelas pada 1 cm di
RIC 5 mid clavicula sinistra, terdapat
clubbing finger pada kuku jari tangan,
- TD 100/72 mmHg, nadi 113 kali
permenit, konjungtiva tampak anemis,
dari hasil radiologi ditemukan
kardiomegali,
- anak mendapatkan terapi obat catopril 3
x ½ tablet.

D Ds: Ketidakseimbanga
“ Ibu pasien mengatakan anaknya susah Kurang asupan n nutrisi kurang
makan dan hanya menghabiskan ½ dari makanan dari kebutuhan
porsi yang diberikan”
“ Ibu pasien mengatakan anaknya sulit saat
menyusu”

Do :
- Hasil pemeriksaan fisik ditemukan
konjungtiva tampak anemis
- pasien terlihat lemah
- berat badan 5,8 Kg,
- Hb 10,09 gr/dl
Ds :
“ ibu pasien mengatakan khawatir dengan Kurang Koping keluarga
kondiis anaknya dan panik jika melihat informasi tidak efektif
anaknya sesak”

Do :
- Dari hasil observasi saat melakukan
pengkajian orang tua pasien bingung
saat diberi.

1.1.3 Diagnosa keperawatan

Hasil pengkajian diata didapatkan diagnosis keperawatan yaitu:


1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan
3) Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan kurang
informasi. (NANDA, 2015)
1.1.4 Intervensi keperawatan

No Tujuan Dan Kriteria Intervensi Keperawatan Rasional


Dx Hasil
Memonitor tanda vital
1. Setelah dilakukan tindakan 1. untuk mengetahu kompensasi
1. Monitor tekanan darah, nadi,
keperawatan selama 4X24 jam tubuh terhadap hipotensi atau
suhu, dan status pernafasan
pada An. N diharapkan hipertensi sehingga perubahan
2. Monitor denyut jantung
penurunan curah jantung dapat tekanan darah dapat diatasi
3. Monitor suara paru-paru
teratasi. segera.
4. Monitor warna kulit
kriteria hasil : 2. untuk mengetahui adanya suara
5. Nilai CRT
tambahan jika ditemukan
- Tekanan darah terkontrol, Memonitor pernafasan
hipertrofi atrium atau ventrikel,
intake output seimbang, 1. Monitor tingkat, irama,
suara mengi atau krakles dapat
kedalaman, dan respirasi
- Tidak terdengar suara
mengindikasi kongesti paru
2. Monitor gerakan dada
jantung abnormal
sekunder terhadap terjadinya
3. Monitor bunyi
- Kulit tidak pucat gagal jantung
pernafasan
- Tidak ada keluhan sesak 4. Auskultasi bunyi paru 3. untuk mengetahui adanya
nafas. 5. Monitor dyspnea dan hal yang penurunan oksigen dalam darah,
meningkatkandan adanya warna kulit pucat, akral
dingin dan masa pengisian CRT
memperburuk.
lambat berkaitandengan

Perawatan jantung vasokontriksi atau mencerminkan

1. Evaluasi adanya nyeri dada penurunan curah jantung.

(intensitas, lokasi, durasi,


faktor presipitasi)
2. Catat adanya disritmia
jantung
3. Catat adanya tanda dan
gejala penurunan cardiac
output
4. Monitor status
kardiovaskuler
5. Monitor tanda vital
6. Monitor status pernafasan
yang menandakan gagal
jantung
7. Monitor balance cairan
8. Monitor adanya perubahan
tekanan darah
9. Monitor respon pasien
terhadap efek pengobatan
anti aritmia
10. Atur aktivitas untuk
menghindari kelelahan
11. Monitor adanya dyspneu,
fatigue tekipneu dan
ortopneu
Manajemen berat badan
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Untuk mengetahui dan
1. Diskusikan bersama keluarga
keperawatan selama ..X24 jam mengontrol keadaan pasien
mengenai hubungan antara
pada An. N diharapkan terkait dengan berat badan.
intake makanan, latihan, pening
ketidakseimbangan nutrisi
2. intervensi dalam pemberian
katan BB dan penurunan BB
kurang dari kebutuhan tubuh
makanan atau obat-obatan kepada
pasien
dapat teratasi.
pasien.
2. Diskusikan bersama keluarga
mengenai kondisi medis yang 3. Untuk mengetahui seberaapa
kriteria hasil :
dapat mempengaruhi BB banyak nutrisi yang masuk
- Status nutrisi dalam
pasien kedalam tubuh pasien.
batas normal
3. Diskusikan bersama keluarga
4. Agar keluarga mengetahui apa
- Asupan gizi dalam
mengenai kebiasaan, gaya hidup
saja nutrisi yang diperlukan
batas normal
dan factor herediter yang dapat
pasien
mempengaruhi BB pasien
4. Bantu pasien untuk merubah
kebiasaan makan

Manajemen nutrisi

1. Kaji adanya alergi Makanan


2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
3. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
5. Berikan substansi gula
6. Berikan makanan
yang terpilih (sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
7. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
8. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
9. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Pendidikan kesehatan
3. Setelah dilakukan tindakan 1. Untuk meningkatkan pengetahu
1. Identitafikasi faktor internal
keperawatan selama ..X24 jam keluarga tentang penyakit yang
maupun eksternal yang dapat
pada An. N diharapkan koping sedang di derita oleh pasien.
meningkatkan atau mengurangi
keluarga tidak efektif dapat
2. Untuk upaya mengurangi rasa
motivasi untuk perilaku sehat
teratasi.
cemas yang di rasakan oleh
2. Identifikasi (pribadi, ruang
kriteria hasil:
kelurga dan mampu mengontrol
dan uang) yang diperlukan
- Koping keluarga
rasa cemas tersebu
untuk melaksanakan program
menjadi efektif,
kesehatan
- kecemasan berkurang,
3. Prioritaskan kebutuhan
- keluarga paham
pasien
terhadap penyakit
4. Berikan penyuluhan kesehatan
yang diderita pasien.
kepada orang tua untuk
membatasi aktivitas anak agar
anak tidak sesak
Pengurangan kecemasan
1. Berikan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
2. Pahami perspektif keluarga
dari situasi stress
3. Berikan informaasi faktual
terkait diagnosis dan perawatan
4. Anjurkan keluarga dalam
menggunakan teknik relaksasi
5. Bantu keluarga dalam
pengambilan keputusan

3.1.5. IMPLEMETASI KEPERAWATAN

TGL/HARI NO DX IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PARAF


23 Oktober 1. 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan serta
2020 keadaan umum nya
DS :
“ Ibu pasien mengatakan anaknya tampak lemah
“ Ibu pasien mengatakan anaknya tampak bertambah sesak saat
batuk
DO :
- TD: 100/71 mmHg
- Nafas : 40 x/menit
- Nadi: 113 x/menit
- Suhu: 36,7 0C
- An. N tampak lesu
- An. N tampak malas berinteraksi dengan lingkungan nya
2. Monitor denyut jantung
DO :
- Terdengar bunyi
murmur pada
jantung
3. Monitor warna kulit
DO :
- Tidak ada sianosis
4. Melakukan penilaian capilary refill time
DO :
- CRT: > 2 detik
5. Mengauskultasi bunyi paru
DO :
- Terdengar bunyi Bronkovesikuler
6. Melihat gerakan dada pasien saat inspirasi dan ekspirasi
DO :
- Tampak retraksi dinding dada
- Iktus cordis teraba 1 cm di RIC V mid clavicula sinistra

23 Oktober 2
2020 1. Mengukur tanda-tanda vital pasien dan keadaan umum pasien
DO :
- TD: 100/71 mmHg
- Nafas : 40 x/menit
- Nadi: 113 x/menit
- Suhu: 36,7 0C
- Pasien tampak lesu
- Konjungtivitas tampak anemis
- Hb : 10,09 gr/dl
2. Membantu memberikan anak SUN 3 kali sehari dan susu formula
4x60 cc yang telah dikonsultasikan pada ahli gizi
DS :
“ Ibu Pasien mengatakan anaknya susah makan dan hanya
menghabiskan ½ dari porsi yang diberikan”
“ Ibu pasien mengatakan anaknya sulit menyusu”
DO :
- Pasien tampak menghabiskan setengah botol susu formula
60 cc
- Tampak pasien menghabiskan ½ dari porsi makanan yang
dibuat oleh ibunya

3. Memonitor jumlah nutrisi


DO :
- Tampak pasien menghabiskan ½ dari porsi makanan yang
dibuat oleh ibunya
4. Memonitor turgor kulit
DO :
- Kulit tampak kering dan pucat
5. Monitor berat badan
DO :
- BB 5,8 Kg
6. Memberikan informasi kepada keluarga mengenai asupan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
Ds :
“Ibu pasien mengatakan tidak terlalu paham tentang nutrisi yang
baik untuk anaknya”
DO :
- Tampak ibu pasien antusias saat diberi informasi terkait
nutrisi yang baik

7. Memotivasi keluarga untuk meningkatkan kebutuhan nutrisi pasien


Ds :
“ ibu pasien mengatakan akan lebih meningkatkan kebutuhan nutrisi
pasien”
23 Oktober 3 1. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu tentang faktor
2020 pencetus penyakit jantung bawaan
Ds :
“ Ibu pasien mengatakan tidak mengetahui apa penyebab penyakit
anaknya”
DO :
- Ibu pasien tampak bertanya tentang kondisi anaknya
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang cara mengurangi sesak
pada anak saat dirumah
DO :
- Ibu pasien tampak antusias saat di berikan pendidikan
kesehatan
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang diet pada anak
DS :
“ Ibu pasien tampak menyimak saat dijelaskan tentang diet yang
baik untuk anaknya”
4. Menganjurkan ibu untuk tetap tenang dalam merawat dan menjaga
anaknya
DS :
“Ibu pasien mengaku sangat khawatir dengan kondisi anaknya”
DO :
- Ibu Pasien tampak khawatir dengan kondisi anaknya

5. Mengajarkan keluarga dalam menggunakan teknik relaksasi


DO :
- Tampak ibu pasien mempraktikan kembali teknik relaksasi
yang sudah diajarkan
6. Melakukan kegiatan tanya jawab kembali tentang pendidikan
kesehatan yang telah diberikan pada hari sebelumnya.
DO :
- Tampak ibu pasien menjawab pertanyaan sesuai dengan
yang sudah di jelaskan sebelumnya
3.1.6. EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl/Har NO SOAP PARAF


i DX
28 1 S:
Oktober “ Ibu pasien mengatakan anaknya
2020
sudah jauh lebih baik

O:
- Akral teraba hangat
- CRT < 2 detik
- TD: 100/71 mmHg
- Nadi: 100 x/menit
- Nafas : 30 x/menit
- Suhu :36,9 0C
A:
Masalah
teratasi
P:
- Minum obat rutin
- Kontrol kerumah sakit
28 2 S:
Oktober “ Ibu pasien mengatakan anaknya
2020
sudah tidak terlihat lemah lagi dan
anaknya mau menghabiskan
makanan yang dibuatnya”

O:
- Pasien tampak sudah
mulai aktif
- Konjungtiva tidak
anemis
- BB 5,8 kg (masih
dibawah nilai normal)
A:
Masalah
teratasi
sebagia
n
P:
- Kontrol kerumah sakit
- Menerapkan diet yang sudah
diajarkan untuk pasien
24 3 S:
Oktober “ Ibu pasien mengatakan sudah
2020
memahami tentang penyebab
penyakit anaknya”

O:
- Tampak mampu menyebutkan
kembali cara mengurangi sesak
nafas
- Ibu pasien tampak tenang
- Mampu menyebutkan kembali
diet untuk anak dirumah
A:
Masalah
teratasi
P: -
BAB V
PEMBAHASAN KASUS

4.1. PEMBAHASAN KASUS


Pemahasan pada kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan
antara teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan pada An. N
dengan penyakit jantung bawaan asianotik yaitu PDA diruang rawat
HCU RSIJ Cempaka Putih yang dilakukan sejak tanggal 23 -28 Oktober
2020. Kegaiatan yang dilakukan meliputi mendeskripsikan pengkajian
merumuskan diagnosa keperawatan, membuat intervensi keperawatan,
mendeskripsikan implementasi dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian asuhan keperawatan yang dilakukan An. n (9 bulan)
didapatkan keluhan sesak nafas, batuk, tampak lesu, lemah, dan
pucat. Ibu pasien mengatakan anaknya lebih senang tidur dengan
cara digendong dengan ibunya. Dari hasil pengkajian kasus
tersebut, ditemukan keluhan yaitu sesak nafas, lemah, lesu dan
tampak pucat.
Kurniawan (2015) dalam penelitiannya mengatakan penyakit
jantung bawaan merupakan suatu penyakit kelainan jantung
dimana paling sering ditemukan pada bayi dan anak. Menurut
Ruslie & Darmadi (2013), keluhan utama pada pasien dengan
penyakit jantung bawaan ditandai dengan adanya nafas sesak,
pucat, berkeringat, ujung-ujung jari hiperemik, cepat lelah dan
dispnea.
Menurut analisa peneliti keluhan yang terdapat pada pasien
tersebut seperti sesak nafas, lemah dan tampak pucat itu sesuai
dengan teori yang ada. Sesak nafas terjadi karena duktus yang
masih terbuka menyebabkan darah dari aorta ke arteri pulmonalis
menuju ke paru-paru dan seharusnya mengalir ke seluruh tubuh,
namun kembali ke paru-paru sehingga memenuhi pembuluh darah
paru, akibatnya beban kerja paru meningkat maka terjadilah
hipertensi pulmonalis dan menyebabkan pertukaran oksigen tidak
adekuat. Namun saat hari ke 2 pasien sudah tidak terlalu sesak
nafas dan sudah mulai bisaberadaptasi sehingga pasien sudah tidak
memakai alat bantuan oksigenasi.
Hasil pengkajian pada pada An. N ditemukan keadaan umum
pasien tampak lemah, berat badan 5,8 Kg (normal 7,4 Kg),
konjungtiva anemis pada mata kiri dan kanan, sklera tidak ikterik,
bibir tampak kering, An. N susah makan terkadang hanya
menghabiskan ½ dari porsi yang diberikan ibunya. Saat ini An. H
diberikan susu formula 4x60 cc dan SUN.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nur’ain (2015) yaitu
asupan energi yang rendah akibat kurangnya nafsu makan pada
anak dengan PJB merupakan salah satu penyebab terjadinya gagal
tumbuh. Sesak nafas, anoksia atau kurangnya suplai oksigen dapat
mengganggu bayi dan anak saat menelan sehingga tidak mampu
mempertahankan volume makanan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan gizi.
Menurut analisa peneliti gangguan nutrisi yang terjadi pada
pasien karena curah jantung ke seluruh tubuh menurun, akibat
adanya sebagian darah dari aorta ke arteri pulmonalis menuju ke
paru-paru, sehingga suplai darah ke seluruh tubuh berkurang,
karena darah bersih yang disuplai tersebut membawa oksigen dan
nutrisi menyebabkan nutrisi pasien tidak cukup, ditambah lagi anak
sulit beraktifitas karena sesak nafas yang mengakibatkan anak
malas makan, sehingga anak kekurangan zat gizi, hal ini terjadi
karena daya imunnya menurun.
Hasil pemeriksaan fisik pada pada An. N ditemukan
ekstremitas atas tampak pucat, terdapat jari tabuh (clubbing finger)
pada kuku jari An.N, capillary refill kembali kurang dari 2 detik.
Forum Ilmiah Kesehatan Anak (2017) menyebutkan bahwa
terdapat beberapa tanda dan gejala anak yang mengalami penyakit
jantung bawaan yang diantaranya kelainan bentuk ujung jari dan
kuku yang dikenal dengan jari tabuh (clubbing fingers),
pembengkakan pada jaringan atau organ tubuh (edema), pada
sebagian kasus, gejala tersebut bisa tidak terlihat pada waktu bayi
lahir, namu baru muncul sesuai perkembangan usia.

2. Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa diagnosa yang muncul
pada An. N diagnosa keperawatan yang muncul adalah penurrunan
curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas
jantung, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan dan koping keluarga
tidak efektif berhubungan dengan kurang informasi.
Berdasarkan kasus yang ditemukan daiagnosa utama yang
penelitia angkat untuk An.N sama yaitu penurunan curah
jantung berhubungan dengan kontraktilitas jantung yang ditandai
dengan Ibu pasien mengatakan anak tampak lemah, bertambah
sesak saat batuk, tampak lesu, malas berinteraksi dengan
lingkungan, konjungtiva anemis, terdengar bunyi murmur pada
jantung, iktus cordis teraba 1 cm di RIC V mid clavicula sinistra
dan terdapat clubbing finger pada kuku jari tangan.
Menurut analisa peneliti, tegaknya diagnosa penurunan curah
jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung
karena adanya kegagalan penutupan duktus arteriosus
menyebabkan darah mengalir dari aorta ke arteri pulmonalis ke
paru-paru sehingga darah yang disuplai ke jaringan tubuh tidak
maksimal dan berkurang, akibatnya beban kerja jantung kiri
bertambah dan lama kelamaan terjadi kelemahan pada otot jantung.
Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan, menurut
analisa berdasarkan pada data yang diperoleh pada An. N maka
ditegakkan diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
sudah sesuai dengan teori yang ada karena berat badan pasien
berada dibawah batas normal, hal ini terjadi akibat sistem
metabolisme tubuh yang tidak sempurna, karena beban kerja
jantung meningkat maka aktifitas makan anak menjadi terganggu,
sehingga zat gizi yang masuk dan yang beredar keseluruh tubuh
juga akan berkurang.
Hal tersebut sesuai dengan batasan karakteristik yang terdapat
pada anak, An.N berat badannya saat lahir 2,9 Kg sekarang 5,8 Kg
(normalnya 7,4 Kg), anak terlihat lemah, sulit untuk menyusu dan
makan, tampak kurus, kongjungtiva anemis, mukosa bibir pucat,
dari hasil laboratorium didapatkan An. H Hb nya 10,09 gr/dl.
Diagnosa koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan
kurang informasi menurut analisa masalah keperawatan,
berdasarkan pada data yang diperoleh pada An. N ditegakkan
diagnosa koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan
kurangnya informasi karena saat dilakukan pengkajian ibu pasien
mengatakan khawatir dengan kondisi anaknya dan sangat panik
jika melihat anaknya sesak, dari observasi saat pengkajian
didapatkan orang tua pasien bingung saat diberi pertanyaan tentang
penyebab penyakit anaknya, dan orang tua sangat antusias saat
dijelaskan penyakit yang diderita anaknya.

Diagnosa keperawatan merupakan respon pasien terhadap


perubahan patologis dan fisiologis, dimana perubahan itu timbul
akibat dari proses penyakit yang setiap orang akan mengalami
suatu perubahan yang berbeda sehingga kesenjanganantara teori
dan studi kasus dapat terjadi.

3. Intervensi Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan pada An.N untuk diagnosa


utama yaitu penurunan curah jantung berhubungan dengan
penurunan kontratilitas jantung, intervensi yang dilakukan yaitu
monitor vital sign, yaitu memonitor tekanan darah, nadi, suhu,
pernafasan, dan keadaan umum pasien , memonitor warna kulit dan
CRT.
Rilantono (2013) melakukan tindakan memonitor tanda-tanda
vital untuk mengetahui kondisi pasien dari tekanan darah,
pernafasan, nadi dan suhu yang dialami pasien. Mengkaji capillary
refill untuk mengetahui suplai oksigen sampai ke ujung-ujung jari,
berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai dengan
kebutuhan pasien dan mampu mengurangi gejala-gejala yang
dialami pasien.

Menurut analisa intervensi pemantauan tanda-tanda vital sangat


perlu dilakukan pada anak yang mengalami penurunan curah
jantung agar dapat mengetahui status kardiovaskuler anak setiap
saat dan untuk meningkatkan curah jantung dan mengurangi resiko
gagal jantung,
Tindakan selanjutnya yaitu monitor pernafasan dengan cara
memonitor irama dan kedalaman respirasi, memonitor pergerakan
dada, memonitor bunyi pernafasan, auskultasi bunyi paru.
Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui adanya suara tambahan
jika ditemukan hipertrofi atrium atau ventrikel, suara mengi atau
krakles dapat mengindikasi kongesti paru sekunder terhadap
terjadinya gagal jantung
Kemudian dilanjutkan dengan perawatan jantung yaitu memantau
adanya sianosis, mengamati warna kulit, kelembaban, suhu dan
menghitung capilary refill time untuk mengetahui adanya
penurunan oksigen dalam darah, adanya warna kulit pucat , akral
dingin dan masa pengisian CRT lambat yang berkaitan dengan
penurunan curah jantung.
Pemberian terapi oksigen tidak diberikan kepada An.N sebab
An.N tidak menggunakan oksigen karena pada hari kedua
penelitian sesak nafas An.N sudah berkurang dan anak sudah dapat
beradaptasi tanpa menggunakan oksigen yang ditandai dengan
frekuensi pernafasan 30 kali permenit, nadi 100 kali permenit,
akral teraba hangat.
Rencana tindakan keperawatan An.N untuk diagnosa kedua
adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh yaitu manajemen berat badan dan aktivitas dengan diskusi
bersama keluarga mengenai risiko yang berhubungan dengan
penurunan berat badan, perkirakan berat badan ideal pasien.
Tindakan selanjutnya yaitu manajemen nutrisi dan aktivitas
dengan cara mengkaji adanya alergi makanan, kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien, monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori,
berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi kepada keluarga.
Intervensi yang tidak dilakukan pada An.N dilakukan pengkajian
alergi makanan sebab An.N sudah diberi makanan tambahan oleh
ibunya berupa SUN dan nasi.
Menurut analisa peneliti rencana manajemen berat badan sangat
perlu dilakukan agar dapat mengetahui pertambahan atau
pengurangan berat badan anak setiap hari, dan manajemen nutrisi
juga perlu dilakukan untuk mengetahui apakah anak tersebut untuk
meningkatkan nutrisi anak tersebut dengan menganjurkan orang
tua untuk memberikan makanan sedikit namun sering setiap
harinya.
Rencana tindakan keperawatan pada An.N untuk diagnosa
ketiga adalah koping keluarga tidak efektif, intervensi yang
dilakukan yaitu pendidikan kesehatan dan pengurangan kecemasan
dengan memberikan informasi kepada keluarga tentang penyakit
yang diderita anak serta mengajarkan keluarga untuk melakukan
teknik relaksasi seperti nafas dalam.
Menurut analisa peneliti rencana pemberikan pendidikan
kesehatan dan pengurangan kecemasan kepada orang tua An.N
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan orang tua dan
mengurangi rasa kecemasan orang tua saat melihat dan mengetahui
kondisi anaknya, serta memahami mekanisme koping maladaptif
pada keluarga.

4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa
penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan
kontraktilitas adalah mengukur tekanan darah, menghitung frekuensi
pernafasan dalam satu menit, menghitung frekuensi nadi dalam satu
menit, mengukur suhu di aksila, mendengarkan suara nafas, melihat
gerakan dada pasien saat inspirasi dan ekspirasi, mendengarkan
suara jantung, melakukan penilaian capilary refill tim, memberikan
obat sesuai terapi.
Menurut analisa pelaksanaan intervensi pada diagnosa ini
sangat penting untuk mengetahui perubahan status kardiovaskuler
anak. Seperti mengetahui kompensasi tubuh terhadap hipotensi
atau hipertensi, mengetahui adanya suara tambahan jika ditemukan
hipertrofi atrium, atau hipertrofi ventrikel, adanya suara mengi atau
abnormal dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap
terjadinya gagal jantung, pucat, dingin, kulit lembab, dan masa
pengisian kapiler lambat akan mencerminkan penurunan curah
jantung. Perubahan ini harus selalu dimonitor untuk mengetahui
pengaruh yang terjadi pada proses pengobatan selanjutnya.
Implementasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan makan dan kurang asupan
makanan adalah memonitor pemberian MC seperti susu melalui
slang sonde, memonitor berat badan pasien, mengukur tanda tanda
vital, menganjurkan kepada ibu untuk memberikan ASI sedikit tapi
sering. Tindakan yang diberikan pada An. N diberikan ASI dan
makanan tambahan tanpa menggunakan NGT.

Menurut analisa pemberian makanan seperti ASI atau susu


formula sedikit namun sering dapat membantu dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi anak secara perlahan.
Implementasi keperawatan dengan diagnosa koping keluarga
tidak efektif adalah menggali pengetahuan ibu dengan
memberikan beberapa pertanyaan tentang penyakit anaknya,
memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu melalui media
leaflet tentang faktor pencetus penyakit jantung bawaan,
memberikan pendidikan kesehatan tentang cara mengurangi sesak
pada anak saat dirumah, memberikan pendidikan kesehatan tentang
makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan diberikan
kepada anak, Melakukan kegiatan tanya jawab kembali tentang
pendidikan kesehatan yang telah diberikan pada hari sebelumnya.
Menurut analisa , kurangnya informasi orangtua terhadap
penyakit anak sangat berpengaruh teradap pola koping keluarga
menghadapi anak yang sedang sakit, sehingga pendidikan
kesehatan kepada keluarga pasien sangat perlu diberikan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dari tanggal 23 sampai 28 Oktober 2020
dengan metode penilaian Subjektiv, Objektiv, Assasment, Planning
(SOAP) untuk mengetahui keefektifan dari tindakan yang telah
dilakukan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari dengan
diagnosa penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan
kontraktilitas , sudah terdapat kemajuan pada hari ke 5. Hasil
evaluasi pada An. N didapatkan ibu pasien mengatakan anaknya
sudah lebih baik,sudah mau berinteraksi dengan lingkungan, akral
teraba hangat, suara nafas reguler, capilary refull time kembali
dalam dua detik, nadi 100 kali permenit, pernafasan 30 kali
permenit, suhu 36,90C.
Hasil evaluasi pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
makan dan kurang asupan makanan pada An. N didapatkan anak
sudah tidak terlihat lemah lagi dan An. N sudah mau
menghabiskan makanan yang dibuat ibunya, pasien tampak sudah
aktif bergerak, konjungtiva tidak anemis, namun berat badan tidak
ada peningkatan masih tetap 5,8 Kg.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 6 jam pada
masalah keperawatan koping keluarga tidak efektif berhubungan
dengan kurangnya informasi dari hasil tersebut ditemukan ibu
pasien tampak lebih tenang, memahami tentang penyebab penyakit
anaknya, mampu menyebutkan kembali cara mengurangi sesak
nafas pada anak dirumah, masalah teratasi, intervensi dihentikan.
Tidak terdapat kesenjangan dalam evaluasi keperawatan
menurut teori dan penelitian, hal ini karena PJB ditangani dengan
cepat. Dalam melakukan evalusi, adapun faktor pendukung adalah
kerjasama yang baik antara penulis dengan perawat ruangan dan
keluarga pasien. Peneliti tidak menemukan adanya faktor
penghambat, ini dikarenakan orang tua pasien sangat kooperatif.

Anda mungkin juga menyukai