Pemeriksaan Fisik
Saat pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tampak lemah, berat
badan 5800 gram (normal 7400 gram), tinggi badan 67 cm, hasil
pengukuran TD : 100/72 mmHg, suhu 36,70C, nadi 113x/menit,
pernafasan 36x/menit.
Hasil dari pemeriksaan fisik yang ditemukan konjungtivitas anemis
pada mata kiri dan kanan, sklera tidak ikterik, terdapat pernafasan
cuping hidung, bibir tampak kering, lidah tampak kotor, tidak ada
sianosis disekitar mulut, leher tidak ada pembengkakan dan
pemebsaran kelenjar getah bening.
Pemerikaan thoraks tidak simetris, pergerakn dada sebelah kiri lebih
tinggi daripada sebelah kanan, fremitus teraba meningkat pada dada
sebelah kiri daripada sebelah kanan, saat diperkusi terdengar suara
sonor, saat didengar dengan stetoskop terdengar bronkovesikuler.
Pemeriksaan jantung iktus kordis terlihat iktus kordis teraba 1 cm di
RIC IV mid clavicula sinistra, suara jantung terdengar murmur halus,
irama jantung teratur.
Pemeriksaan abdomen tidak tampak distensi abdomen, permukaan
datar atau tidak tampak tonjolan, tidak ada terlihat lesi, bising usus
normal, tidak ada nyeri tekan, saat diketuk terdengar timpani.
Pemeriksaan kulit turgor kembali cepat, teraba hangat, tampak pucat
pada telapak kaki dan kuku dan tidak ada perdarahan dibawah kulit.
Pemeriksaan ekstremitas atas tampak pucat, akral teraba hangat,
capillary refill kembali lambat lebih dari 2 detik, terdapat clubbing
finger, pada ekstremitas bawah akral teraba hangat, capillary refill
kembali lambat lebih dari 2 detik. Pola tidur siang teratur dengan jam
tidur lebih dari 3 jam. Pola tidur malam teratur dengan jam tidur 7-8
jam per hari.
Pola kebiasaan
An. N memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari, konsistensi makanan
SUN namun terkadang diberi nasi beras merah yang dihaluskan
terlebih dahulu oleh ibunya, ibu pasien mengatakan An. N hanya
mampu menghabiskan ½ dari porsi yang diberikan, pola makan
pasien teratur, jenis minuman ASI, susu formula dan air putih dengan
frekuensi minum 4 kali sehari.
Pemeriksaan Penunjang
Terapi Obat
D Ds: Ketidakseimbanga
“ Ibu pasien mengatakan anaknya susah Kurang asupan n nutrisi kurang
makan dan hanya menghabiskan ½ dari makanan dari kebutuhan
porsi yang diberikan”
“ Ibu pasien mengatakan anaknya sulit saat
menyusu”
Do :
- Hasil pemeriksaan fisik ditemukan
konjungtiva tampak anemis
- pasien terlihat lemah
- berat badan 5,8 Kg,
- Hb 10,09 gr/dl
Ds :
“ ibu pasien mengatakan khawatir dengan Kurang Koping keluarga
kondiis anaknya dan panik jika melihat informasi tidak efektif
anaknya sesak”
Do :
- Dari hasil observasi saat melakukan
pengkajian orang tua pasien bingung
saat diberi.
Manajemen nutrisi
23 Oktober 2
2020 1. Mengukur tanda-tanda vital pasien dan keadaan umum pasien
DO :
- TD: 100/71 mmHg
- Nafas : 40 x/menit
- Nadi: 113 x/menit
- Suhu: 36,7 0C
- Pasien tampak lesu
- Konjungtivitas tampak anemis
- Hb : 10,09 gr/dl
2. Membantu memberikan anak SUN 3 kali sehari dan susu formula
4x60 cc yang telah dikonsultasikan pada ahli gizi
DS :
“ Ibu Pasien mengatakan anaknya susah makan dan hanya
menghabiskan ½ dari porsi yang diberikan”
“ Ibu pasien mengatakan anaknya sulit menyusu”
DO :
- Pasien tampak menghabiskan setengah botol susu formula
60 cc
- Tampak pasien menghabiskan ½ dari porsi makanan yang
dibuat oleh ibunya
O:
- Akral teraba hangat
- CRT < 2 detik
- TD: 100/71 mmHg
- Nadi: 100 x/menit
- Nafas : 30 x/menit
- Suhu :36,9 0C
A:
Masalah
teratasi
P:
- Minum obat rutin
- Kontrol kerumah sakit
28 2 S:
Oktober “ Ibu pasien mengatakan anaknya
2020
sudah tidak terlihat lemah lagi dan
anaknya mau menghabiskan
makanan yang dibuatnya”
O:
- Pasien tampak sudah
mulai aktif
- Konjungtiva tidak
anemis
- BB 5,8 kg (masih
dibawah nilai normal)
A:
Masalah
teratasi
sebagia
n
P:
- Kontrol kerumah sakit
- Menerapkan diet yang sudah
diajarkan untuk pasien
24 3 S:
Oktober “ Ibu pasien mengatakan sudah
2020
memahami tentang penyebab
penyakit anaknya”
O:
- Tampak mampu menyebutkan
kembali cara mengurangi sesak
nafas
- Ibu pasien tampak tenang
- Mampu menyebutkan kembali
diet untuk anak dirumah
A:
Masalah
teratasi
P: -
BAB V
PEMBAHASAN KASUS
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian asuhan keperawatan yang dilakukan An. n (9 bulan)
didapatkan keluhan sesak nafas, batuk, tampak lesu, lemah, dan
pucat. Ibu pasien mengatakan anaknya lebih senang tidur dengan
cara digendong dengan ibunya. Dari hasil pengkajian kasus
tersebut, ditemukan keluhan yaitu sesak nafas, lemah, lesu dan
tampak pucat.
Kurniawan (2015) dalam penelitiannya mengatakan penyakit
jantung bawaan merupakan suatu penyakit kelainan jantung
dimana paling sering ditemukan pada bayi dan anak. Menurut
Ruslie & Darmadi (2013), keluhan utama pada pasien dengan
penyakit jantung bawaan ditandai dengan adanya nafas sesak,
pucat, berkeringat, ujung-ujung jari hiperemik, cepat lelah dan
dispnea.
Menurut analisa peneliti keluhan yang terdapat pada pasien
tersebut seperti sesak nafas, lemah dan tampak pucat itu sesuai
dengan teori yang ada. Sesak nafas terjadi karena duktus yang
masih terbuka menyebabkan darah dari aorta ke arteri pulmonalis
menuju ke paru-paru dan seharusnya mengalir ke seluruh tubuh,
namun kembali ke paru-paru sehingga memenuhi pembuluh darah
paru, akibatnya beban kerja paru meningkat maka terjadilah
hipertensi pulmonalis dan menyebabkan pertukaran oksigen tidak
adekuat. Namun saat hari ke 2 pasien sudah tidak terlalu sesak
nafas dan sudah mulai bisaberadaptasi sehingga pasien sudah tidak
memakai alat bantuan oksigenasi.
Hasil pengkajian pada pada An. N ditemukan keadaan umum
pasien tampak lemah, berat badan 5,8 Kg (normal 7,4 Kg),
konjungtiva anemis pada mata kiri dan kanan, sklera tidak ikterik,
bibir tampak kering, An. N susah makan terkadang hanya
menghabiskan ½ dari porsi yang diberikan ibunya. Saat ini An. H
diberikan susu formula 4x60 cc dan SUN.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nur’ain (2015) yaitu
asupan energi yang rendah akibat kurangnya nafsu makan pada
anak dengan PJB merupakan salah satu penyebab terjadinya gagal
tumbuh. Sesak nafas, anoksia atau kurangnya suplai oksigen dapat
mengganggu bayi dan anak saat menelan sehingga tidak mampu
mempertahankan volume makanan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan gizi.
Menurut analisa peneliti gangguan nutrisi yang terjadi pada
pasien karena curah jantung ke seluruh tubuh menurun, akibat
adanya sebagian darah dari aorta ke arteri pulmonalis menuju ke
paru-paru, sehingga suplai darah ke seluruh tubuh berkurang,
karena darah bersih yang disuplai tersebut membawa oksigen dan
nutrisi menyebabkan nutrisi pasien tidak cukup, ditambah lagi anak
sulit beraktifitas karena sesak nafas yang mengakibatkan anak
malas makan, sehingga anak kekurangan zat gizi, hal ini terjadi
karena daya imunnya menurun.
Hasil pemeriksaan fisik pada pada An. N ditemukan
ekstremitas atas tampak pucat, terdapat jari tabuh (clubbing finger)
pada kuku jari An.N, capillary refill kembali kurang dari 2 detik.
Forum Ilmiah Kesehatan Anak (2017) menyebutkan bahwa
terdapat beberapa tanda dan gejala anak yang mengalami penyakit
jantung bawaan yang diantaranya kelainan bentuk ujung jari dan
kuku yang dikenal dengan jari tabuh (clubbing fingers),
pembengkakan pada jaringan atau organ tubuh (edema), pada
sebagian kasus, gejala tersebut bisa tidak terlihat pada waktu bayi
lahir, namu baru muncul sesuai perkembangan usia.
2. Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa diagnosa yang muncul
pada An. N diagnosa keperawatan yang muncul adalah penurrunan
curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas
jantung, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan dan koping keluarga
tidak efektif berhubungan dengan kurang informasi.
Berdasarkan kasus yang ditemukan daiagnosa utama yang
penelitia angkat untuk An.N sama yaitu penurunan curah
jantung berhubungan dengan kontraktilitas jantung yang ditandai
dengan Ibu pasien mengatakan anak tampak lemah, bertambah
sesak saat batuk, tampak lesu, malas berinteraksi dengan
lingkungan, konjungtiva anemis, terdengar bunyi murmur pada
jantung, iktus cordis teraba 1 cm di RIC V mid clavicula sinistra
dan terdapat clubbing finger pada kuku jari tangan.
Menurut analisa peneliti, tegaknya diagnosa penurunan curah
jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung
karena adanya kegagalan penutupan duktus arteriosus
menyebabkan darah mengalir dari aorta ke arteri pulmonalis ke
paru-paru sehingga darah yang disuplai ke jaringan tubuh tidak
maksimal dan berkurang, akibatnya beban kerja jantung kiri
bertambah dan lama kelamaan terjadi kelemahan pada otot jantung.
Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan, menurut
analisa berdasarkan pada data yang diperoleh pada An. N maka
ditegakkan diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
sudah sesuai dengan teori yang ada karena berat badan pasien
berada dibawah batas normal, hal ini terjadi akibat sistem
metabolisme tubuh yang tidak sempurna, karena beban kerja
jantung meningkat maka aktifitas makan anak menjadi terganggu,
sehingga zat gizi yang masuk dan yang beredar keseluruh tubuh
juga akan berkurang.
Hal tersebut sesuai dengan batasan karakteristik yang terdapat
pada anak, An.N berat badannya saat lahir 2,9 Kg sekarang 5,8 Kg
(normalnya 7,4 Kg), anak terlihat lemah, sulit untuk menyusu dan
makan, tampak kurus, kongjungtiva anemis, mukosa bibir pucat,
dari hasil laboratorium didapatkan An. H Hb nya 10,09 gr/dl.
Diagnosa koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan
kurang informasi menurut analisa masalah keperawatan,
berdasarkan pada data yang diperoleh pada An. N ditegakkan
diagnosa koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan
kurangnya informasi karena saat dilakukan pengkajian ibu pasien
mengatakan khawatir dengan kondisi anaknya dan sangat panik
jika melihat anaknya sesak, dari observasi saat pengkajian
didapatkan orang tua pasien bingung saat diberi pertanyaan tentang
penyebab penyakit anaknya, dan orang tua sangat antusias saat
dijelaskan penyakit yang diderita anaknya.
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa
penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan
kontraktilitas adalah mengukur tekanan darah, menghitung frekuensi
pernafasan dalam satu menit, menghitung frekuensi nadi dalam satu
menit, mengukur suhu di aksila, mendengarkan suara nafas, melihat
gerakan dada pasien saat inspirasi dan ekspirasi, mendengarkan
suara jantung, melakukan penilaian capilary refill tim, memberikan
obat sesuai terapi.
Menurut analisa pelaksanaan intervensi pada diagnosa ini
sangat penting untuk mengetahui perubahan status kardiovaskuler
anak. Seperti mengetahui kompensasi tubuh terhadap hipotensi
atau hipertensi, mengetahui adanya suara tambahan jika ditemukan
hipertrofi atrium, atau hipertrofi ventrikel, adanya suara mengi atau
abnormal dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap
terjadinya gagal jantung, pucat, dingin, kulit lembab, dan masa
pengisian kapiler lambat akan mencerminkan penurunan curah
jantung. Perubahan ini harus selalu dimonitor untuk mengetahui
pengaruh yang terjadi pada proses pengobatan selanjutnya.
Implementasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan makan dan kurang asupan
makanan adalah memonitor pemberian MC seperti susu melalui
slang sonde, memonitor berat badan pasien, mengukur tanda tanda
vital, menganjurkan kepada ibu untuk memberikan ASI sedikit tapi
sering. Tindakan yang diberikan pada An. N diberikan ASI dan
makanan tambahan tanpa menggunakan NGT.