Ada istilah2 :
(obat) drug : zat aktif , co : parasetamol lepas dari tablet, rutenya
oral / topical / injeksi intravena . efek nya : local atau sistemik.
Kadang oral trus efeknya local co antasida. Rute topical tapi efeknya
sistemik (transdermal).
dosage form : bentuk sediaan
BCS 2 artinya sukar larut aja ya bukan tdk larut. Immediate : Sediaan
lepas segera. Untuk memperbaikinya dg meningkatkan kecepatan
kelarutan (kecepatan ada parameter waktu) beraa gr dlm berapa
detik, diluar konteks larut/gak.
Artinya ada parameter waktu dalam kelarutan, jadi ektika ada obat
cepat terdisolusi jadi bukan hanya kelarutan jenuh namun ada
waktunya (berapa lama aakan larut). Ketika makan tablet sakit
kepaal (paracetamol), inginnya cepet sembuh (memberikan efek
cepat), jadi seluruh proses paracetamol sampe berikatan dgn
reseptor harus secepat mungkin. Keitka pecahnya cepta, maka
terdisolusi cepat juga (missal 2 menit) lalu diabsorbsi ke srikulasi
sistemik lalu menemukan reseptor dan memebrikan efek.
Jadi ada urgensi utk meningktkan kecepatan disolusi, karena bisa saja
dia larut zatnya (tapi perlu waktu lama gitu). Makanya gk diperhatiin
bgt kelarutannya, lebih ke disolusinya ya gengs. (fisiologi oral
mulut – rectum). Ketika di sal. Pencernaan itu tdk lama, ketika sudah
larut obatnya berarti pengosongan lambungnya cepat.
Tujuan akhir uji disolusi : utk meyakinkan bahwa bentuk sediaan dpt
memberikan profil pelepasan obat yg dpt diprediksi scr in vitro ( tdk
dlm tubuh) walaupun gk menggambarkan kondisi tubuh, di in vivo
dilakukan scr in vitro. Jadi ada byk perbandingan studi in vitro dan in
vivo. Jadi kondisi in vitro dan in vivo itu berbeda (tdk sama).
Kebanyakan dilakukan uji BA scr in vivo tapi ada juga uji disolusi
terbanding (UDT), BCS 1 contohnya. Kalo konvensional BE itu pasti.
Istilah superdisintegran : ketika pake obat BCS1 scr zat aktif
disolusinya bagus namun bisa aja bioavailibitasnya rendah karena
formulasinya (proses hancurnya lambat) jadi kalo udh BCS 1 tapi
waktu hancurnya jelek / pengikat yg dikasih gk sebanding sama
disintegran (jdinya bisa nih kasih superdisintegran) ataupun binder
yg lebih better. Kalo bcs 2 dan bcs 4 kalo dkikasih disintegran tetep
aja disolusinya rendah, kecuali zat aktifnya bisa berinteraksi maka
bisa di kasih disintegran.
ABSORBSI
Utk obat oral diabsorbsi nya di gastrointestinal ( usus halus), scr
alami makanan diabsorbsi di tubuh juga. Usus halus punya luas
permukaan yg snagat luas 2 m2. Karena ada vili dan mikrovili. Jadi
harus tau absorbs di oral gimana. Yg memiliki permeabilitas itu
membrane thd senyawa x, jadi selalu ada pasangannya. Kalau dalam
tubuh, maka membrannya adalah membran mukosa dlm saluran
cerna. Jadi yg diliat kaya zat aktif apakah bisa permeable dgn
membrane mukosa. Dan di membrane yg beda mempunyai
permeabilitas yg beda juga.
Kedua zat aktifnya, dia punya nilai koefisien partisi. Koefisien partisi
perbandingan distribusi zat aktif pd pelarut polar dan non polar
(jadi ada berapa bagian yg di polar atau non polar), bagaimana suatu
zat terpartisi di pelarut polar dan non polar. Ada sebagian yg larut di
fase air dan organic. Jika sgt hidrofilik gk akan amsalah namun karena
terlalu polar nanti masalahnya di absorbsinya. Karena
karakteristiknya terdiri dari lipid bilayer (jadi yg terbaik punya nilai
koefisien partisi dibawah 5). Biasanya absorbs jelek karena ada
masalah degadasi enzimatik (metabolism pre….) misalnya di lambung
ada enzim lalu terdegradasi zat aktifnya, annti pas diabsorbsi dlm
darah jadi sedikit. Jadi lebih cepat terdegradasinya daipada
kecepatan absorbsinya. Ukur kadar obat dalam darah (uji absorbsi),
tapi penyebabnya susah guys. Kalo bioavailibitasnya rendah gk selalu
hanya disolusinya saja, dan gk selalu disolusi (karena polar) tapi
saking polarnya maka ada masalah di absorbs seperti di BCS 3. Jadi
cek BCS, STRUKTUR, PERMEABILITAS, KOEFISIEN PARTISI.
Efflux : syw yg sudah lewat akan terpompa kembali. Ini juga bisa
menyebabkan permeabilitas rendah. Kalo mau improve sediaan
immediate release juga harus ditelusuri kalo misalnya jelek gitu
apakah dia bcs berapa kalo bc 1 berarti bagus disolusinya, ternyata di
formulasinya yg salah (mungkin kasih disintegran), kalo bcs 2
mungkin bisa dikasih di formulasinya yaitu dissolution nenhancer,
kalo bcs 3 mugnkin masalah disolusinya mungin terlalu polar, terjadi
efflux, atau gk bagus koefisien partisi, atau degradasi enzim.
Kalo permeabilitas membrane absorbs dana pa yg diabsorbsi
Koefisien partisi perbandingan senyawa di pelarut polar dan non
polar.
Improve permeabilitasnya
Kalo ada obat yg susah diabsorbsi, metdoenya :
1. Prodrug absorbsinya lebih baik daripada zat aktifnya aja.
2. Peningkat absorbsi (absorbstion enhancer/ permeability
enhancer), mekanisme umumnya dgn mengganggu halangan
epitel mukosa scr sementara. Co: di oral, di emmbran
absorbsinya ada vili dan mikrovili jadi diganggu bagian
microvilinyaa (kaya rambut rapat2). Ada beberapa cara : kaya
dgn dibuka, memotong mikrovili jadinya mempermudah
absorbsi. Jadi dibaca enhancernya buat oral (kemanan lebih
tinggi tapi jgn sampe merusak bgt, jadi “reversible). Ketika tdk
makan obat ini, maka membrane epitelnya kembali normal lagi.
Ketika di stop, malah menjadi rusak epitelnya (ini yg
berbahaya).
3. Surfaktan (co : tween, tapi jgn kebanyakan nanti bisa diare) jadi
kecil digunainnya
4. Efflux di tekan , jadi jgn sampe keluar lagi kalo udh masuk.
Misalnya konsep membrane donan, metabolism (enzim
inhibitor) buat ngaatasin yg degradasi enzim, tapi ada efek
samping biasanya kalo enzimnya bereaksi sama makanan.