Anda di halaman 1dari 43

1

Laporan Praktikum 2 Senin, 26 Oktober 2020


Mata Kuliah: Ekologi dan Estetika Hutan

IDENTIFIKASI EKOSISTEM SEKITAR


(Studi Kasus : Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kecamatan Cibadak, Kabupaten
Sukabumi Provinsi Jawa Barat)

Disusun Oleh:
Kelas Praktikum Q1
Rizki Aditio J1302201011

Dosen:
Helianthi Dewi, S.Hut., M.Si.
Dr. Melewanto Patabang, S. Hut, M.Si.
Wulandari Dwi Utari, S.Hut., M.Si.

Asisten Dosen:
Esti Menur Sukanti, A.Md.
Danang Windrapurna, A.Md.

PROGRAM STUDI EKOWISATA


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2
I. PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Tujuan Praktikum 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 4
A. Ekosistem 4
B. Biotik 4
C. Abiotik 4
D. Identifikasi 4
III. METODE PRAKTIKUM 5
A. Waktu dan Tempat 5
B. Alat dan Bahan 5
C. Tahapan Kerja 5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 5
A. Komponen Biotik 5
B. Jaring-jaring Makanan dan Struktur Trofik Piramida Ekologi 13
C. Komponen Abiotik 15
D. Interaksi Dalam Ekosistem 21
E. Interaksi Organisme Dalam Habitat 24
F. Identifikasi Penyebaran dan Pergerakan Makhluk Hidup 30
V. KESIMPULAN 38
DAFTAR PUSTAKA 40
LAMPIRAN Error! Bookmark not defined.
3

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa
dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Ekosistem merupakan
penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik
antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu
struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme
dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.
Keseimbangan ekosistem diperankan oleh setiap komponen penyusunnya.
Komponen biotik menjadi salah satu penyususnnya yang berupa mahluk hidup,
mahluk hidup ini memiliki peran dan tingkat troifknya sendiri. Komponen abiotik
merupakan komponen tak hidup yang terdiri dari komponen fisik dan kimia tempat
berlangsungnya kehidupan. Kedua komponen ini memiliki keterkaitan dengan
bukti terjadinya berbagai pola interaksi yang disebut simbiosis.
Ancaman dan kemungkinan rusak atau bahkan hilangnya suatu ekosistem akan
selalu ada. Pengawasan dan penjagaan keseimbangannya hingga kelestarianya
diperlukan secara khusus dan mendalam oleh segala pihak tanpa terikat oleh
apapun. Wilayah Cianjur mengalami perubahan besar yang berdampak pada rusak
dan hilangnya lahan ekosistem yang terus terjadi dan bertambah.Oleh karena itu
diperlukannya pengetahuan dengan metode identifikasi terhadap satu ekosistem
sehingga mengetahui setiap komponen dan perannya hingga dampak jika hilangnya
komponen tersebut terhadap ekosistem. Hal ini dibarengi dengan tujuan
meningkatnya kesadaran perhatian terhadap keadaan lingkungan hususnya
ekosistem
B. Tujuan Praktikum
Praktikum identifikasi ekosistem sekitar memiliki tujuan sebagai berikut, yaitu :
1. Mengidentifikasi komponen penyusun biotik ekosistem;
2. Mengidentifikasi struktur trofik piramida ekologi dan jaring-jaring makanan;
3. Mengidentifikasi komponen abiotik beserta peranannya dalam ekosistem;
4. Mengidentifikasi interaksi antar komponen abiotik dalam ekosistem;
5. Mengidentifikasi Interaksi komonen dalam Habitat;
6. Mengidentifikasi penyebaran dan pergerakan makhluk hidup.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Ekosistem
Ekosistem menurut Odum (1993) Seperangkat unit fungsional dasar dalam
suatu ekologi yang di dalamnya tercakup organisme dan lingkungan. Lingkungan
dalam hal ini yaitu lingkungan biotik dan abiotik, dimana di antara keduanya
kemudian akan saling memengaruhi. Selain itu dalam ekosistem juga terdapat
komponen yang secara lengkap memiliki relung ekologi lengkap serta proses
ekologi yang juga lengkap, sehingga dalam unit tersebut siklus materi dan arus
energi terjadi berdasarkan kondisi ekosistem.

Ekosistem menurut Woodbury (1954) merupakan tatanan kesatuan secara


kompleks di sebuah wilayah yang terdapat habitat, tumbuhan dan binatang. Kondisi
ini kemudian dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh, sehingga
semuanya dapat menjadi bagian mata rantai siklus materi serta aliran energi.
B. Biotik
Komponen biotik Menurut Kimball (1983)adalah semua komponen hidup yang
meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan, hewan maupun manusia.
Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai
konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer.

C. Abiotik
Abiotik Menurut National geographics adalah bagian ekosistem yang tidak
hidup yang membentuk lingkungannya. Dalam ekosistem terestrial, contoh
mungkin termasuk suhu, cahaya, dan air. Dalam ekosistem laut, faktor abiotik akan
mencakup salinitas dan arus laut. Faktor abiotik dan biotik bekerja bersama untuk
menciptakan ekosistem yang unik.

D. Identifikasi
Menurut Sudarsono (1999:175) identifikasi memiliki tiga arti yaitu: 1). Bukti
diri: penentuan atau penetapan seseorang, benda dan sebagainya, 2). Proses secara
kejiwaan yang terjadi pada seseorang karena secara tidak sadar membayangkan
dirinya seperti orang lain yang dikaguminya, 3). Penentuan seseorang berdasarkan
bukti-bukti sebagai petunjuknya. Menurut Hardaniwati (2003: 237) identifikasi
adalah 1). tanda kenal diri, 2). penentu atau penetapan identitas seseorang.
Menurut Komarudin dan Yooke Tjupanah (2000: 92) bahwa identifikasi berasal
dari bahasa latin, identitas, persamaan, identitas. Fakta, bukti, tanda, atau petunjuk
mengenai identitas. Pencarian atau penelitian ciri-ciri yang bersamaan. Pengenalan
tandatanda atau karakteristik suatu hal berdasarkan pada tanda pengenal. Proses
identifikasi terjadi apabila individu meniru perilaku seseorang atau sikap kelompok
lain dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dianggapnya sebagai bentuk
hubungan yang menyenangkan antara dia dengan pihak lain termaksud.
5

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Sabtu, 24 September 2020, pukul 16.00-18.00 WIB.
Bertempatan di Hutan dekat rumah. Lokasi tepatnya di KP. Batununggal RT04/04, Kec.
Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.

Gambar 1. Hutan Pendidikan Gunung Walat


Sumber : Dokumentasi Rizki Aditio, 2020
B. Alat dan Bahan
Berikut merupakan alat dan bahan yang di pergunakan untuk melakukan pengamatan
komponen biotik :
No Alat dan Bahan Fungsi
1 Alat tulis Untuk menulis hasil praktikum.
2 Buku catatan Media untuk mencatat hasil
3 Hand Phone Untuk mencari sumber informa
4 Papan Alas untuk buku catatan
5 Laptop Untuk membuat laporan
6 Hewan Objek yang diamati
7 Tumbuhan Objek yang diamati

C. Tahapan Kerja
Metode yang digunakan pada proses pengamatan yaitu dengan meng observasi objek
secara langsung. Hal pertama yang dilakukan yaitu :
1. Menyiapkan alat tulis dan hal-hal yang dibutuhkan untuk melakukan pengamtan;
2. Berjalan ke tempat yang akan kita datangi untuk melakukan pengamatan;
3. Menentukan mana saja objek yang akan diamati;
4. Melihat secara teliti apa saja yang menjadi ciri khas tanaman atau hewan
Tersebut dan mencatat apa saja yang ditemukan
5. Menyusun pengamatan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Komponen Biotik
6

Biotik artinya merujuk kepada seluruh makhluk yang hidup , sehingga komponen biotik
bisa didefinisikan sebagai komponen-komponen penyusun ekosistem yang berupa mahluk
hidup, termasuk di dalamnya yaitu manusia, hewan, dan tumbuhan
1. Komponen Biotik Tumbuhan
Adapun hasil pengamatan ekosistem yang didapat terhadap jenis tanaman antara lain
sebagai berikut ;
Tabel 2. Tallysheet Inventarisasi dan Identifikasi jenis Tumbuhan
No Jenis Nama Jumlah Ciri Fisik Penyebaran Pemanfaatan
Tumbuhan Ilmiah (Individu) oleh hewan
1 Petai Cina Leucaena 1 Memiliki Individu Biasanya
leucocephala biji yang dapat
mirip digunakan
dengan sebagai pakan
petai, ternak
namun
berukuran
lebih kecil
dan
berpenamp
ang lebih
kecil.
2 Putri Malu Mimosa 3 Memiliki Kelompok Sebagai
pudica karakter sumber
unik yang hewan kecil
dimiliki untuk tempat
tumbuhan tinggal
ini, daun
akan
menguncup
bila ada
objek yang
menyentuh
daun.
3 Pohon Bambuseae 1 Tumbuhan Kelompok Sebagai
Bambu ini tempat
memiliki tinggal hewan
bentuk dan makanan
batangnya bagi hewan
yang bulat
dan tumbuh
tinggi
keatas.
4 Tumbuhan Pterophyta 3 Memiliki Kelompok Sebagai
Paku Sejati daun-daun tempat tinggal
yang hewan dan
memanjang makanan bagi
bertangkai hewan
banyak
tulang dan
pada sisi
bawahnya
terdapat
spongarium
7

Pembahasan :

Identifikasi dari hasil pengamatan studi kasus terhadap ekosistem, diambil dan
disimpulkan berdasarkan beberapa sumber literatur mnegenai jenis tumbuhan, berikut
adalah pemaparan mengenai tabel.

a. Petai Cina (Leucaena leucocephala)

Petai Cina (Leucaena leucocephala) dikenal dengan nama lokal lamtoro,


kemlandingan atau petai cina, perdu atau pohon anggota keluarga polongpolongan
(Fabaceae). Terdapat 3 sub spesies, satu diantaranya perdu (tinggi 5m). Asli Meksiko
bagian selatan dan Amerika Tengah, namun sudah ditanam di Jawa sejak ratusan tahun di
bidang pertanian dan kehutanan, menyebar ke pulau-pulau lain di Indonesia. Banyak
ditanam sebagai peneduh di kebun kopi, penghasil kayu bakar, pakan ternak, sebagai pagar
hidup, sekat api, penahan angin, rambatan hidup bagi lada, vanili, markisa dan gadung,
serta bahan pupuk hijau. Daun, tunas bunga dan polong muda biasa dilalap mentah atau
dimasak terlebih.

Gambar 1 Petai Cina ( Leucaena leucophala)

Sumber : Dokumentasi Rizki Aditio, 2020

b. Putri Malu (Mimosa pudica)

Putri Malu ( Mimosa pudica ) dapat dikenali dari daunnya yang berbentuk jari-jari kecil.
Daunnya yang hijau itu langsung menutup ketika terkena sentuhan. Daunnya terlihat
seakan-akan layu, gerakan menguncup daun ini disebut gerakan nasti. Selain peka terhadap
sentuhan, putri malu juga peka terhadap cahaya. Saat gelap malam hari, daun putri malu
juga menutup. Daun itu akan membuka kembali keesokan paginya.

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub Divisi : Tracheopyta
8

Ordo : Rosales
Famili : Mimosaceae
Genus : Mimosa
Species : Mimosa pudica Linn

Gambar 2 Putri Malu (Mimosa pudica)


Sumber: Dokumentasi Rizki Aditio, 2020

c. Pohon Bambu (Bambuseae)

Pohon Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang terdapat rongga dan ruas
pada batangnya. Secara ilmiah tanaman ini memiliki banyak jenis yang tersebar hampir di
seluruh dunia. Di Indonesia, sebutan lain untuk bambu adalah bulur, aur, awi, buluh eru dan
aur.
Dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman Bambu
(Bambuseae) dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisio : Trachephyta
Sub-Divisio : Spermatophytina
Kelas : Magnoliospida
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Bambusa Schreb.
Spesies : Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C. Wendl.

Bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat di dunia.
Sistem perakaran rhizoma-dependen yang unik membuatnya dapat tumbuh sepanjang 60
cm bahkan hingga 100 cm dalam 24 jam tergantung jenis tanah dan iklim habitatnya.
9

Gambar 3 Pohon Bambu (Bambuseae)


Sumber: Dokumentasi Rizki Aditio, 2020

d. Tumbuhan Paku (Pterophyta)

Tumbuhan Paku merupakan salah satu tanaman yang tumbuh hampir di seluruh belahan
dunia. Umumnya kelompok flora ini hidup di lingkungan lembap. Akan tetapi tanaman
paku juga memiliki kemampuan beradaptasi dan bertahan hidup di lingkungan lain. Salah
satu ciri dari tumbuhan paku adalah spora yang dihasilkan serta struktur tubuhnya.
Tanaman paku-pakuan dibagi menjadi beberpa jenis berdasarkan pada jumlah kelas yang
dibawahi oleh divisi pteridophyta. Oleh masyarakat umumnya tanaman paku sering
dimanfaatkan sebagai bahan makanan.

Gambar 4 Tumbuhan Paku (Pterophyta)

Sumber: Dokumentasi Rizki Aditio, 2020

2. Komponen Biotik Satwa

Adapun hasil pengamatan ekosistem jenis satwa berjumlah 7 jenis individu. Data hasil
pengamatan diinventarisir dan didentifikasi pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Inventarisir dan identifikasi jenis Satwa
10

No Jenis Satwa Nama Ciri Fisik Jumlah Penyebaran Aktivitas


Ilmiah (Individu)
1 Monyet ekor Macaca Memiki kaki 2 Individu Sedang
panjang fascicularis dan tangan melakukan
yang kuat pencarian
bergelantungan. makanan

2 Burung Gereja Passer Berukuran 3 Kelompok Singah di


montanus kecil, memilki dataran
bulu berwarna setelah
coklat bercorak letih
putih. terbang

3 Capung Anisoptera Memiliki mata 2 Kelompok Sedang


majemuk yang mencari
besar serta makanan
memiliki empat
kaki.

4 Nyamuk Aedes Mempunyai 6 Kelompok Sedang


aegypti tubuh berwarna mencari
hitam dan makan
loreng-loreng
putih di sekujur
tubuhnya.

Pembahasan :
Identifikasi dari hasil studi kasus terhadap ekosistem mengenai satwa, diambil dan
disimpulkan berdasarkan beberapa sumber literatur, berikut merupakan pemaparan
mengenai satwa tersebut

a. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)

Monyet atau kera ekor panjang (Macaca fascicularis) adalah fauna primata yang berjalan
dengan empat kaki ‘quadrupedalism’ dan sering ditemui di lingkungan sekitar.Monyet
memiliki ekor lebih panjang dari panjang kepala dan badan ini merupakan jenis paling
populer dikalangan primata, dikarenenakan populasinya yang cenderung masih banyak.
Keunikan monyet yang mudah beradaptasi serta terbiasa dengan kehadiran manusia
membuat monyet ini banyak dipelihara. Hewan berekor panjang ini kadang kala
meresahkan manusia karena sifat mereka yang agak “usil”. Karena sifatnya tersebut maka
monyet ini tergolong spesies yang sangat cerdas atau ‘agile spesies’.
11

Gambar 5. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)


Dokumentasi : Rizki Aditio, 2020

b. Burung Gereja (Passer montanus)

Panjang tubuh sekitar 14 cm. Pada jantan, bagian atas kepala berwarna merah bata,
tenggorakan berwarna hitam dengan tepi leher berwarna putih. Bagian perut putih kebu-
abuan. Pada betina mirip jantan, namun kesuluruhan warnanya sedikit pucat. Burung-gereja
erasia tersebar luas dari Eropa hingga Asia Tenggara, menghuni daerah perkotaan dalam
jumlah yang besar. Terdapat sembilan subspesies berdasarkan daerah persebarannya.

Burung gereja disebut juga burung pingai adalah jenis disebut burung pipit kecil yang
berasal dari keluarga Passeridae. Burung-burung ini mendiami kotakota dalam jumlah yang
sangat besar Sparrow merupakan burung jinak dari semua burung liar pada umumnya,
burung gereja berbentuk kecil, berwarna coklatkelabu, gemuk berekor pendek, dan memilih
paruh yang kuat. Makanan burung ini adalah biji dan serangga kecil. Pada awalnya, sparrow
berasal dari Eropa, Afrika dan Asia. Kemudia burung ini disebarkan ke Australia dan
Amerika oleh penduduk. Saat ini House Sparorow (jenis burung gereja) lebih banyak
ditemukan di Amerika Utara, Australia dan Amerika Selatan.

Gambar 6 Burung Gereja (Passer montanus)

Sumber: Dokumentasi Rizki Aditio, 2020


12

c. Capung (Anisoptera)

Capung adalah serangga indah yang sering kita jumpai di taman, persawahan atau
halaman rumah. Meski terlihat kecil dan tidak berbahaya, sebenarnya capung adalah
predator ganas dengan rahang tajam, penglihatan 360 derajat, kecepatan terbang 30 mil per
jam dan memiliki kemampuan terbang mundur.

Capung merupkan hewan purba yang telah ada sejak 300 tahun yang lalu. Di
Indonesia sendiri, hidup sekitar 900 spesies capung yang tersebar di berbagai wilayah.

Gambar 7 Capung (Anisoptera)


Sumber: Dokumentasi Rizki Aditio, 2020

d. Nyamuk (Aedes aegypti)

Serangga kecil ini diketahui membunuh lebih dari 700.000 orang setiap tahunnya dan
merupakan penyebab utama penyakit menular di seluruh dunia, termasuk Dengue, Zika dan
Malaria.

Umumnya, makanan utama dari nyamuk jantan dan betina adalah nektar dan zat manis
lainnya yang sebagian besar diperoleh dari tanaman. Namun, nyamuk jantan cukup
memakan nektar untuk energi dan kelangsungan hidup, karena mereka tidak membutuhkan
zat protein tambahanan untuk bertelur.

Sementara nyamuk betina membutuhkan protein tambahan dengan memakan darah


manusia dan setidaknya dua kali sehari untuk bertelur. Darah manusia terdiri dari protein
dan asam amino yang penting bagi nyamuk betina untuk menghasilkan dan
mengembangkan sel telur mereka.
13

Gambar 8 Nyamuk (Aedes aegypti)


Sumber: Dokumentasi Rizki Aditio, 2020

B. Jaring-jaring Makanan dan Struktur Trofik Piramida Ekologi

Jaring-jaring makanan adalah representasi terbatas dari ekosistem nyata karena mereka
harus mengumpulkan banyak spesies menjadi spesies trofik, yang merupakan kelompok
spesies fungsional yang memiliki predator dan mangsa yang sama di jaring-jaring makanan.
Para ahli ekologi menggunakan penyederhanaan ini dalam model-model kuantitatif (atau
matematis) dinamika trofik atau sistem sumber daya-konsumen. Piramida ekologi adalah
gambaran susunan antar trofik dapat disusun berdasarkan kepadatan populasi, berat kering,
maupun kemampuan menyimpan energi pada tiap trofik. Struktur trofik dapat disusun
secara urut sesuai hubungan makan dan dimakan antar trofik yang secara umum
memperlihatkan bentuk kerucut atau piramid. Piramida ekologi ini berfungsi untuk
menunjukkan gambaran perbandingan antar trofik pada suatu ekosistem. Pada tingkat
pertama ditempati produsen sebagai dasar dari piramida ekologi,
selanjutnya konsumen primer, sekunder, tersier sampai konsumen puncak.

1. Jaring-jaring Makanan
Jaring makanan pada ekosistem terdiri dari produsen, konsumen tingkat 1, konsumen
tingkat 2, dan konsumen tingkat 3. Produsen adalah makhluk hidup yang dapat membuat
makanannya sendiri dengan cara fotosintesis, yang artinya produsen tersebut yaitu
tumbuhan. Jumlah produsen pada jaring makanan tersebut sebanyak 14 jenis tumbuhan.
Konsumen tingkat 1 adalah kelompok hewan herbivora dan berarti mereka memakan
produsen. Yang merupakan konsumen tingkat 1 yaitu, ulat bulu, kupu-kupu, burung gereja
dan kelelawar. Lalu konsumen tingkat 2 merupakan hewan omnivora yang berarti dapat
memakan produsen dan konsumen tingkat 1 yaitu Semut hitam karena Ketika hewan-hewan
pada konsumen satu mati, hewan tersebut bisa dimakan oleh semut. Kemudian konsumen
tingkat 3 yang berperan memakan konsumen tingkat 2 yaitu Cecak kayu, dan kucing.
14

Komponen biotik tumbuhan dan hewan pada ekosistemberdasarkan Tabel 2 dan


Tabel 3.memiliki keterkaitan satu sama lain sebagai produsen, konsumen, dan pengurai
sehingga membentuk sebuah jaring makanan seperti berikut.

Leucaena leucocephala (Petai cina)


Mimosa pudica (Putri malu)

Bambu (Bambuseae)

Pterophyta (tumbuhan paku sejati) Passer montanus

(Burung Gereja)
Anisoptera (Capung)

Aedies aegypti (Nyamuk)

Macaca pascicularis

(Monyet ekor panajng)

Gambar 1. Jaring Makanan


Sumber : Rizki Aditio, 2020

Dapat dilihat dari jaring-jaring makanan yang diatas bahwa, pohon pisang beserta
tumbuhan lainnya berperan sebagai produsen atau menyediakan bahan makanan untuk
konsumen 1 atau bisa dikatakan satwa kelas herbivora. Kemudian, beranjak kepada
konsumen tingkat 2 yang di dominasi oleh karnivora ataupun omnivora. Kemudian,
konsumen tingkat 2 yang telah mengkonsumsi bahan makanannya akan mengalami
kematian yang akan diuraikan oleh dekomposer atau pengurai seperti lalat.

2. Trofik Piramida Ekologi

Komponen biotik pada ekosistem memiliki tingkat trofik tersendiri bagi satu jenis
individu dan trofik ini tersusun berdasarkan kepadatan populasi sehingga membentuk
sebuah kerucut. Berikut adalah susunan trofik tersebut
15

Gambar 2. Piramida Ekologi ( Struktur Strofik)


Sumber: Rizki Aditio, 2020
Piramida ekologi adalah gambaran susunan antar trofik dapat disusun berdasarkan
kepadatan populasi, berat kering, maupun kemampuan menyimpan energi pada tiap trofik.
Struktur trofik dapat disusun secara urut sesuai hubungan makan dan dimakan antar trofik
yang secara umum memperlihatkan bentuk kerucut atau piramid. Piramida ekologi ini
berfungsi untuk menunjukkan gambaran perbandingan antar trofik pada suatu ekosistem.
Pada tingkat pertama ditempati produsen sebagai dasar dari piramida ekologi, selanjutnya
konsumen primer, sekunder, tersier sampai konsumen puncak. Bagian produsen merupakan
tumbuhan-tumbuhan yang bisa membuat makanannya sendiri, konsumen tingkat 1
merupakan hewan pemakan produsen (herbivora), konsumen tingkat 2 merupakan hewan
yang biasanya memakan konsumen tingkat 1 dan konsumen tingkat 3 umumnya merupakan
hewan pemakan daging yang memakan hewan pada konsumen 2.

C. Komponen Abiotik
Komponen abiotik merupakan komponen yang ada di permukaan bumi, yang merujuk
kepada benda yang tak hidup. Adapun hasil identifikasi yang didapat sebagai berikut;
Tabel 4. Hasil Identifikasi Komponen Aiotik
16

No Komponen Lokasi Peran dalam Ekowisata


1 Air Sungai, danau, laut dan - Menopang
pegunungan kebutuhan hidup
manusia
- Diperlukan
tumbuhan untuk
proses fotosintesis
- Tempat hidup bagi
satwa aquatik
2 Udara Terdapat di lingkungan - Baik hewan,
sekitar tumbuhan, dan
manusia
memerlukan untuk
bernapas
3 Tanah Daratan permukaan bumi - Tempat tinggal
makhluk hidup.
- Penyedia air dan
nutrisi
4 Cahaya Matahari Atmosfer - Sumber energi
utama bagi
kehidupan yang
terdapat dalam
ekosistem
- Membantu
tumbuhan dalam
proses fotosintesis
- Penyeimbang dan
5 Iklim Permukaan bumi unsur pembentuk
ekosistem
- Penentu kualitas
pertumbuhan dan
Terkandung dalam udara
6 Kelembapan penyeimbang
dan tanah
kesehatan mahluk
hidup

Pembahasan :

Pembahasan komponen abiotik penyusun ekosistem pada Tabel 4. Diambil dan


disimpulkan berdasarkan beberapa literatur. Berikut merupakan pemaparan mengenai
komponen abiotik;

a. Air
Air adalah suatu zat cair yang tidak mempunyai rasa, bau dan warna dan terdiri dari
hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O. Karena air mempunyai sifat yang hampir
bisa digunakan untuk apa saja, maka air merupakan zat yang paling penting bagi semua
bentuk kehidupan (tumbuhan, hewan, dan manusia) sampai saat ini selain matahari yang
merupakan sumber energi. Air dapat berupa air tawar dan air asin (air laut) yang merupakan
bagian terbesar di bumi ini. Di dalam lingkungan alam proses, perubahan wujud, gerakan
aliran air (di permukaaan tanah, di dalam tanah, dan di udara) dan jenis air mengikuti suatu
siklus keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus hidrologi (Kodoatie dan Sjarief,
2010).
17

a. Air Laut
Merupakan air dengan jumlah ketersediaan paling tinggi, yaitu 96,5% dari jumlah
seluruh air global. Air ini memiliki sifat asin karena mengandung garam NaCI.
Kadar garam NaCI yang terlarut dalam air laut mencapai 3%, dengan demikian air laut
tidak dapat dikatakan sebagai air bersih yang dapat langsung diminum. Air ini menjadi
habitat bagi seluruh hewan laut.

b. Air Asin Lain


Air asin ini dimaksudkan untuk seluruh air asin diluar kawasan laut. Hal terjadi secara
alami hingga derajat tertentu pada sebagian besar akuifer pantai, dikarenakan adanya
hubungan hidrolik antara air tanah dan air laut. Air ini hanya berjumlah sebanyak 0,9% di
bumi.

c. Air Tawar
Jenis air ini menjadi penyangga kehidupan di setiap ekosistem darat karena semua
mahluk hidup hingga microorganisme yang ada di darat memerlukan air
tawar untuk tetap hidup. Air ini umumnya tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa. Air ini hanya berjumlah 2,5% dari jumlah keseluruhan air global. Air tawar dibagi
kembali menjadi gletser dan es sebanyak 68,7%; air tanah 30,1%; dan air permukaan
sebanyak 1,2%. Air permukaan lah yang sangat diandalkan oleh sebagian besar mahluk
hidup darat untuk menyambung hidup. Air permukaan dibagi lagi menjadi es sebanyak
69%; danau sebanyak 20,9%; air tanah sebanyak 3,8%; rawa sebanyak 2,6%; sungai
sebanyak 0,49%; air pada mahluk hidup sebanyak 0,26%; dan air atmosfer (air hujan)
sebanyak 3%.

Gambar 1 Air
Sumber : GOOD.INDONESIA

b. Udara
Udara memiliki peranan yang sangat penting bagi seluruh makhluk hidup dalam
kehidupan sehari-hari. Udara tersusun dari berbagai macam gas yang mengelilingi bumi
dan memiliki beberapa komponen utama yaitu 78,09% gas nitrogen dan 20,94% gas
oksigen (Mukono, 2008). Komponen udara tersebut memiliki perbandingan yang tidak
selalu tetap, dapat dipengaruhi oleh keadaan suhu udara, tekanan udara, dan lingkungan
disekitarnya. Adanya zat asing dalam udara menyebabkan perubahan komposisi udara
dalam keadaan normalnya. Perubahan komposisi dalam udara dapat berupa sifat fisiK
maupun kimiawi. Keadaan seperti itu biasa disebut dengan pencemaran udara. Udara yang
mengandung satu atau lebih bahan pencemar atau kombinasi zat asing di dalamnya dalam
jumlah tertentu dan dalam waktu yang cukup lama akan mengganggu kehidupan manusia,
hewan, dan tumbuhan (Wardhana, 2007).
18

Gambar 2 Udara
Sumber: theconversation.com
c. Tanah
Tanah merupakan produk alami dari gabungan mineral dan bahan organik pada
permukaan bumi. Peranan tanah sebagai tempat hidup tumbuhan menjadikan .tanah dasar
dari ekosistem terestial. Tanah merupakan tempat terjadinya dekomposisi materi organik
dan tempat kembalinya elemen mineral pada siklus materi. Tanah juga merupakan habitat
hewan, penyedia air dan nutrisi bagi tumbuhan.
Tanah terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami modifikasi atau pelapukan
akibat dinamika faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan relief permukaan bumi
(topografi) seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamikan kelima faktor
tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.
1. Tanah Organik
a) Organosol
Bahan fibrik serat kasar >75%, Organosol Fibrik (Hf) Bahan hemik/saprik dan
horison sulfurik di dalam 50 cm dari permukaan tanah. Organosol Sulfurik (Hy) Bahan
hemik/saprik dan bahan sulfidik di dalam 100 cm dari permukaan tanah. Organosol
Sulfidik (Ht) Bahan hemik, serat kasar 15-75% Organosol Hemik (Hh) Bahan saprik,
serat kasar.
2. Tanah Mineral :
- Litosol - Umbrisol - Renzina - Aluvial
- Regosol - Grumusol - Arenosol - Andosol
- Latosol - Molisol - Kambisol - Gleisol
- Nitosol - Podsolik - Mediteran - Planosol
- Podsol - Oksisol - Lateriti

Gambar 3 Tanah

Sumber: madridforcongress.com

d. Cahaya Matahari
19

Cahaya matahari merupakan sumber energy bagi segala aktivitas kehidupan organisme
hidup di permukaan bumi. Hampir 99% dari energy yang dipergunakan bumi berasal dari
cahaya matahari dan sisanya berasal dari aktivitas vulkanik, proses penghancuran sisa-sisa
organisme yang telah mati, proses fermentasi serta pembakaran fosil-fosil yang tersimpan
dalam tanah, seperti gas alam, minyak bumi, batubara, mineral, panas bumi, air terjun dan
lain sebagainya (Arifin, 1989) Berdasarkan hal tersebut di atas maka secara global radiasi
matahari berperan sebagai :
1. Sumber energy bagi berbagai aktivitas proses-proses fisik yang terjadi di permukaan
bumi.
2. Penyebab utama terjadinya perubahan-perubahan terhadap keadaan cuaca ataupun
faktor iklim lainnya.
3. Sebagai sumber energy dalam proses penguapan air, yang selanjutnya akan sangat
menentukan proses penyebaran air di permukaan bumi.
4. Sebagai sumber energy bagi aktivitas kehidupan oerganisme dalam berbagai proses
metabolisme, serta sumber energi untuk proses fotosintesis bagi tanaman.

Gambar 4 Cahaya Matahari


Sumber: bobo.grid.id
e. Iklim
Iklim mengandung pengertian kebiasaan cuaca yang terjadi di suatu tempat atau
daerah, dan juga memberi pengertian bahwa iklim adalah ciri kecuacaan suatu tempat atau
daerah, dan bukan cuaca rata-rata. Iklim berperan sebagai penyeimbang habitat berbagai
mahluk hidup, jika iklim pada suatu ekosistem tentunya akan membunuh banyak jenis
satwa dan tumbuhan bahkan mikroorganisme yang tidak bisa beradaptasi dengan
perubahannya. Berbagai perbedaan ekosistem terjadi karena perbedaan jenis iklim, yaitu:
a. Aspek Wilayah:
a) Iklim Kutub (Polar Climate): Iklim Kutub dicirikan dengan suhu sangat rendah.
Koppen memberi kriteria suhu paling tinggi di bawah 2 °C atau 52 °F tetapi lebih
tinggi dari 0 °C atau 32 °F.
b) Iklim Tengah (Temperate Climate): Iklim Tengah adalah jenis iklim yang
terdapat di lintang tengah antara kawasan kutub dan kawasan tropik, tetapi
batasnya tidak jelas. Iklim Subtropis (Subtropical Climate): Iklim Subtropis
dicirikan utamanya kemarau di musim panas dan hujan di musim dingin.
c) Iklim Tropis (Tropical Climate): Iklim Tropis jenis iklim di kawasan tropik yang
dicirikan dengan suhu selalu tinggi dan variasi tahunannya kecil, hujan hampir
dapat terjadi di sembarang waktu dalam setahun.,
d) Iklim Khatulistiwa (Equatorial Climate): Iklim Khatulistiwa dicirikan dengan
variasi suhu harian kecil dan hujan di sembarang waktu dan dalam setahun hujan
dua kali maksimum.
b. Terbentuk Oleh Lingkungan:
20

a) Iklim Benua (Continental Climate): Iklim Benua adalah iklim yang dimiliki
daratan luas skala benua, dicirikan dengan julat yang besar dari suhu tahunan dan
suhu harian, kelembapan nisbah rendah serta (umumnya) curah hujan sedang,
kecil atau yang tak menentu. Suhu tahunan ekstrem terjadi langsung setelah
matahari berbalik. Dalam keadaan ekstrem iklim benua menyebabkan terjadinya
penggurunan.
b) Iklim Bahari (Maritime/ Marine Climate): Iklim Bahari adalah jenis iklim yang
dicirikan dengan perbedaan yang kecil antara suhu tahunan dan suhu udara
harian. Iklim tersebut terdapat di pulau-pulau yang kecil, dan di bagian dunia
yang menghadap angin, misalnya kepulauan Inggris utamanya di bagian paling
barat.
c) Iklim Monsun (Monsoon Climate): Iklim Monsun jenis iklim di kawasan
monsun; dicirikan dengan perubahan unsur-unsur iklim secara musiman. Hujan
banyak pada waktu matahari di atas kawasan yang bersangkutan. Umumnya
dimiliki tempattempat di kawasan tropik.
d) Iklim Mediteran (Mediterranian Climate): ): Iklim Mediteran adalah jenis iklim
yang dicirikan 5 dengan panas, kering, musim panas yang cerah dan musim
dingin banyak hujan. Jenis iklim mediteran mempunyai ciri yang hampir
berlawanan dengan iklim monsun.
e) Iklim Tundra (Tundra Climate): Iklim Tundra adalah iklim yang sesuai dengan
tumbuh dan hidupnya tumbuhan lumut, dicirikan dengan suhu sangat rendah
tetapi tidak tertutup salju.
f) Iklim Gunung (Mountain Climate): Iklim Gunung adalah iklim di tempattempat
tinggi, dicirikan dengan makin ke atas suhu makin rendah, demikian pula tekanan
makin rendah. Selain itu, penyuryaan matahari banyak, makin ke atas sampai
ketinggian tertentu hujan makin banyak, dan di atasnya hujan makin berkurang.
Daerah ketinggian dengan hujan makin berkurang disebut daerah sungsangan
hujan (rain inversion). Hujan banyak terdapat di daerah yang menghadap angin.

Gambar 5 Ilustrasi Iklim

Sumber: tirto.id

f. Kelembapan
21

Kelembapan merupakan salah satu komponen abiotik yang berada di udara dan tanah.
Kelembapan udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara atau atmosfer.
Besarnya tergantung dari masuknya uap air ke dalam atmosfer karena adanya penguapan
dari air yang ada di lautan, danau, dan sungai, maupun dari air tanah. Disamping itu
terjadi pula dari proses transpirasi, yaitu penguapan dari tumbuhtumbuhan. Sedangkan
banyaknya air di dalam udara bergantung kepada banyak faktor, antara lain adalah
ketersediaan air, sumber uap, suhu udara, tekanan udara, dan angin. Uap air dalam
atmosfer dapat berubah bentuk menjadi cair atau padat yang akhirnya dapat jatuh ke
bumi antara lain sebagai hujan. Kelembapan udara yang cukup besar memberi petunjuk
langsung bahwa udara banyak mengandung uap air atau udara dalam keadaan basah.
Berbagai ukuran dapat digunakan untuk menyatakan nilai kelembapan udara. Fungsi
kelembapan bagi ekosistem dan penyusunnya salah satunya adalah penentu kualitas
pertumbuhan tumbuhan dan sebagai penyeimbang kesehatan satwa dan mahluk hidup lain
pada ekosistem tersebut.

Gambar 6: Kelembapan

Sumber: labsmk.com

D. Interaksi Dalam Ekosistem


Di dalam ekosistem terjadi interaksi antara komponen ekosistem. Interaksi tersebut
dapat terjadi antara komponen biotik dengan komponen abiotik atau antar komponen biotik.
Bentuk interaksi yang terjadi disebut symbiosis dan terbagi dalam beberapa kelompok,
yaitu simbiosis mutualisme, simbiosis komensalisme, simbiosis parasitisme, simbiosis
predasi, dan kompetisi.
Kegiatan pengamatan simbiosis antar komponen biotik pada lokasi studi kasus di lahan
terbuka hijau di sekitar rumah Daerah Cianjur, Jawa Barat diidentifikasi dan diinventarisir
pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Interaksi antar Komponen


22

Diuntun
N Komponen Kompone Kompo Dirugi- Net- Tipe
g-
o 1 n2 nen 3 Kan (-) Ral (0) Interaksi
Kan (+)
Monyet ekor Pohon
panjang Damar Simbiosis
1. - √ √ -
(Macaca (Agthis Parasitisme
fascicularis) dammara)
Semut Putri Malu
Simbiosis
2 (Lasiusniger (Mimosa - √ - √
Komensalisme
) pudica)
Lebah Hutan Bunga
Simbiosis
3 (Apis (Magifera - √ - -
Komensalisme
dorsata) indica L,)
Pohon
Burung
Bambu Simbiosis
4 Kapanis - √ - √
(Bambusea Komensalisme
(Apus apus)
e)
Katak Sawah
Sawah Simbiosis
5 (Fejervarya - √ - √
Komensalisme
cancrivora)

Pembahasan :
Pembahasan simbiosis antar komponen biotik penyusun ekosistem pada Tabel 5
dibahas dan diuraikan mengacu pada hasil pengamatan pada studi kasus dan beberapa
sumber literatur.
1. Interaksi Komponen Biotik

a. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan Pohon Damar (Aghatis dammara)

Dalam ekosistem hutan monyet ekor panjang menjadikan pohon damar sebagai tempat
bertengger. Interaksi ini dapat dikategorikan simbiosis parasitisme karena pohon damar
dirugikan oleh monyet ekor panjang yang menjadikan pohon damar sebagai tempat
bertengger yang tidak sengaja merusak daun-daun yang ada di pohon itu. Sedangkan
monyet ekor panjang diuntungkan oleh pohon damar karena kebutuhannya terpenuhi, yaitu
mendapat tempat untuk berteduh.

Gambar 1 Monyet ekor panjang dengan Pohon Damar


Sumber: Dok. Rizki Aditio, 2020
23

b. Semut (Lasius niger) dan Putri Malu (Mimosa pudica)


Antara semut dan putri malu memiliki interaksi simbiosis komensalisme pada ekosistem
hutan. Hal ini terjadi karena semut mendapat keuntungan, yaitu tempat perlindungan dan
memudahkan semut mendapat maknannya dan berarti kebutuhan pokok semut terpenuhi.
Sedangkan putri malu (Mimosa pudica) sama sekali tidak dirugikan oleh semut karena
dengan ada ataupun tidaknya semut putri malu tersebut dapat terus hidup dan tumbuh
dengan normal.

Gambar 2 Semut dan Putri Malu


Sumber: Dok. Rizki Aditio, 2020

c. Lebah Hutan (Apis dorsata) dan Bunga (Mangifera indica L.)

Interaksi yang terjadi antara komonen biotik yaitu lebah dan bunga adalah simbiosis
mutualisme. Karena dalam substansinya lebah mendapatkan makanan dengan menyerbuki
bunga, sedangkan bunga juga membutuhkan penyerbukan. Maka interaksi ini di sebut
simbiosis mutualisme.

Gambar 3 Lebah Hutan dan Bunga


Sumber: Dok. Rizki Aditio, 2020
d. Burung Kapanis (Apus apus) dan Pohon Bambu (Bambuseae)
Interaksi ini terjadi antara dua komponen, yaitu burung kapanis dan pohon bambu dan
simbiosis yang terjadi adalah komensalisme. Hal ini terjadi karena burung kapanis (Apus
apus) mendapat keuntungan, yaitu tempat perlindungan dan menjadi tempat bertengger dan
berarti kebutuhan pokok burung tersebut terpenuhi. Sedangkan pohon bambu (Bambuseae)
sama sekali tidak dirugikan oleh burung kapanis karena dengan ada maupun tidak adanya
burung kapanis, pohon bambu tersebut akan dapat terus hidup dan tumbuh dengan normal.
24

Gambar 4 Pohon Bambu dan Burung Kapanis


Sumber: Dok. Rizki Aditio, 2020

e. Katak Sawah (Fejervarya carcrivorya) dan Sawah Merah

Interaksi yang terjadi antara komponen biotik dan abiotik ini adalah simbiosis
komensalisme karena peranan katak sawah (Fejervarya carcrivora) yang berada di sawah
tidak memberikan keuntungan maupun kerugian bagi sawah. Sedangkan untuk katak sawah
mendapat tempat tinggal, tempat singgah maupun tempat berlindung dari pemangsanya
membuat keberlangsungan dan kebutuhan hidup katak terpenuhi.

Gambar 5 Sawah Gambar 6 Katak Sawah

Sumber: Dok. Rizki Aditio, 2020 Sumber: Dok. Rizki Aditio, 2020

E. Interaksi Organisme Dalam Habitat


Kegiatan Praktikum pengamatan Komponen habitat pada lokasi studi kasus,
diidentifikas dan diinventarisir pada Tabel 6.

Tabel 6. Jenis Organisme dan Komponen Habitat.

Tabel 2. Jenis-Jenis Organisme Dan Komponen Habitat.


25

Uraian Karakteristik Jenis 1 Jenis 2 Jenis 3 Jenis 4 Jenis 5


Habitat
Bambu Putri Malu Monyet ekor Capung
Burung Gereja
panjang

Bambu dapat Daerah kebun, Monyet ekor Daerah Daerah hutan-


tumbuh di pinggiran sungai, panjang hidup di pemukiman, hutan, kebun,
Komponen habitat utama
berbagai iklim hutan-hutan kawasan hutan persawahan sawah, sungai
dunia, mulai hingga sekunder, hutan atau dan danau
dari iklim perkarangan mangrove, pergudangan. hingga
dingin rumah. pesisir pantai perkarangan
pegunungan dan hutan di rumah.
hingga wilayah pinggiran
tropis panas. sungai.
Tanah humus Tanah yang Tempat yang Ruang Tempat yang
adalah tanah memiliki memiliki banyak terbuka hijau disekitarnya
Komponen habitat
yang cocok bagi kandungan air yang pohon-pohon yang luas serta terdapat sumber
pendukung
bambu karena tidak melimpah. tinggi dan ditimbuni air dan banyak
kaya akan zat mempunyai banyak oleh tumbuhan.
hara. tanaman. pepohonan
penghasil
makanan
burung.

Habitat Habitat yang Habitat yang Umumnya Umumnya


Bambu adalah memiliki tanah memiliki burung gereja Capung
Komponen habitat untuk
tanah yang tidak terlalu komponen biotik memanfaatkan mencari
memenuhi kebutuhan
banyak melimpah kadar sebagai komponen kebutuhan
makanan (termasuk air)
mengandung airnya untuk makanannya biotik seperti makan di
air dan zat mengambil air seperti tumbuh- semak belukar sekitaran
hara untuk tanah dan tumbuhan dan untuk sungai,
memenuhi memenuhi memiliki kadar air memenuhi persawahan
kebutuhan kebutuhan. berlimpah untuk kebutuhan. atau daerah
nutrisinya. memenuhi yang
kebutuhan dan mempunyai
menjaga sumber mata
keberlangsungan. air.
Hewan ini
Kedalaman Tumbuhan ini Burung Tempat yang
umumnya
tanah yang dapat tumbuh pada Gereja memiliki
Komponen habitat untuk tumbuh dengan
berkisar >70 rentang suhu tumbuh di sumber air
tempat tumbuh kondisi habitat
Cm sampai 150 berkisar 20°-30°C. pepohonan yang cukup
yang memiliki
Cm. Bambu yang memliki dan sumber
udara, tempratur,
dapat tumbuh ketinggian makanannya.
makanan dan
0,3 M hingga 30 yang
minuman yang
M. bervariasi.
cukup.

Tempat Tempat yang


Pada dasarnya
seperti terdapat
monyet dapat
pepohona berbagai macam
bersarang di
Komponen habitat untuk - - n yang tumbuhan yang
kedalaman hutan,
tempat bersarang rindang. beragam.
dengan catatan
bahwa, tempat
tersebut memiliki
kondisi dan
keamanan yang
menjamin bagi
keberlangsungannya.
Bangunan-
bangunan
26

yang dibuat
oleh
Umumnya monyet manusia Tempat yang
beristirahat diatas untuk mengandung
- pohon yang rindang beristirahat kelembapan
Komponen habitat untuk - ntuk beristirahat. dan udara dan
beristirahat Karena bulu mereka memenuhi tumbuhan yang
rentan sekali jika kebutuhan. beragam
terkena sesuatu yang
basah atau lembap.
Burung
Gereja
Capung pada
Umumnya kucing berlindung
umumnya
berlindung pada dengan
berlindung pada
dahan pohon yang memanfaat
tumbuhan yang
tinggi atau kan
lebat seperti
Komponen habitat - memanfaatkan kerindanga
- ilalang.
untuk perlindungan kecepatannya n pohon.
ancaman

Pembahasan :
Habitat adalah istilah yang banyak digunakan dalam Ekologi dan merujuk pada tempat
di mana spesies tertentu hidup dan berkembang, yaitu, habitat adalah lingkungan yang
menguntungkan bagi suatu spesies untuk dapat memberi makan dan bereproduksi.
Setiap makhluk hidup memiliki perbedaan jenis habitat, sekalipun makhluk itu
habitatnya sama tetapi komponen yang makhluk itu butuhkan akan berbeda. Hal ini
dikarenakan cara makhluk tersebut beradaptasi dan kebutuhan setiap makhluk yang berbeda
beda. Seperti pada ulat dan belalang habitat kedua hewan tersebut sama, tapi hewan-hewan
itu memiliki karakteristik berbeda untuk dapat tetap hidup.
Ada beberapa jenis makhluk hidup yang memiliki komponen habitat yang sama, namun
terdapat sedikit perbedaan. Contohnya seperti komponen yang memenuhi pohon bambu,
dan tanaman putri malu yang karakteristiknya tumbuh di wilayah tropis. Pohon bambu
dapat tumbuh normal pada suhu udara berkisar antara 25-32̊C, dan tanamanan putri malu
juga dapat tumbuh normal pada suhu udara yang sama antara 25-32̊C. tetapi yang
membedakan antara kedua tumbuhan tersebut yaitu durian tumbuh di ketinggian maksimal
800 mdpl sedangka pohon mangg di ketinggian 20-1500 mdpl.
Ketika ada komponen habitat yang hilang bagi hewan yaitu monyet ekor panjang ,
burung gereja dan capung. Ketika ada komponen habitat yang hilang dari hewan belalang
dan ulat bulu, kedua hewan tersebut dapat berpindah untuk menemukan sumber makanan,
atau tempat berlindung yang mereka butuhkan. Sedangkan jika ikan nila ada komponennya
yang hilang contohnya air, hewan itu tidak akan bisa hidup karena, air merupakan
komponen penting bagi setiap hewan yang habitat utamanya yaitu air.
Jenis persebaran yang makhluk hidup yang diamati, terbilang tidak ada persebaran yang
sempit. Belalang dan ulat bulu memeliki sebaran habitat yang sangat luas, hal ini
dikarenakan kemampuan adaptasi dari kedua hewan tersebut sangat mudah beradaptasi
terhadap lingkungan yang baru, dan hamper di temukan di setiap wilayah. Ikan nila pun
persebarannya luas dan bahkan sudah banyak sekali di budidayakan. Pada jenis tumbuhan
yaitu pohon durian dan mangga, persebaran kedua tumbuhan itupun luas dikarenakan dapat
27

tumbuh di seluruh wilayah Indonesia, dan sudah banyak orang yang menanam kedua pohon
tersebut.

Deskripsi setiap Organisme :


a. Pohon Bambu (Bambuseae)
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang terdapat rongga dan ruas pada
batangnya. Secara ilmiah tanaman ini memiliki banyak jenis yang tersebar hampir di
seluruh dunia. Di Indonesia, sebutan lain untuk bambu adalah bulur, aur, awi, buluh eru dan
aur.
Bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat di dunia.
Sistem perakaran rhizoma-dependen yang unik membuatnya dapat tumbuh sepanjang 60
cm bahkan hingga 100 cm dalam 24 jam tergantung jenis tanah dan iklim habitatnya.

Klasifikasi Pohon Bambu adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Sub-divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Bambusa Schreb.
Spesies : Bambusa Vulgaris Schrad. ex J.C. Wendl.

Gambar 1 Pohon Bambu (Bambuseae)


Sumber: Dokumentasi Rizki Aditio, 2020

b. Putri Malu (Mimosa pudica)

Putri Malu ( Mimosa pudica ) dapat dikenali dari daunnya yang berbentuk jari-jari kecil.
Daunnya yang hijau itu langsung menutup ketika terkena sentuhan. Daunnya terlihat
seakan-akan layu, gerakan menguncup daun ini disebut gerakan nasti. Selain peka terhadap
sentuhan, putri malu juga peka terhadap cahaya. Saat gelap malam hari, daun putri malu
juga menutup. Daun itu akan membuka kembali keesokan paginya.
28

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub Divisi : Tracheopyta
Ordo : Rosales
Famili : Mimosaceae
Genus : Mimosa
Species : Mimosa pudica Linn

Gambar 2 Putri Malu (Mimosa pudica)


Sumber: Dokumentasi Rizki Aditio, 2020

c. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)

Monyet atau kera ekor panjang (Macaca fascicularis) adalah fauna primata yang
berjalan dengan empat kaki ‘quadrupedalism’ dan sering ditemui di lingkungan
sekitar.Monyet memiliki ekor lebih panjang dari panjang kepala dan badan ini merupakan
jenis paling populer dikalangan primata, dikarenenakan populasinya yang cenderung masih
banyak.
Keunikan monyet yang mudah beradaptasi serta terbiasa dengan kehadiran manusia
membuat monyet ini banyak dipelihara. Hewan berekor panjang ini kadang kala
meresahkan manusia karena sifat mereka yang agak “usil”. Karena sifatnya tersebut maka
monyet ini tergolong spesies yang sangat cerdas atau ‘agile spesies’.

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Primata
Family : Cercopithecidae
Genus :Macaca
Species : Macaca fascicularis
29

Gambar 3 Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)


Sumber: Dokumentasi Rizki Aditio, 2020

d. Burung Gereja (Passer montanus)

Panjang tubuh sekitar 14 cm. Pada jantan, bagian atas kepala berwarna merah bata,
tenggorakan berwarna hitam dengan tepi leher berwarna putih. Bagian perut putih kebu-
abuan. Pada betina mirip jantan, namun kesuluruhan warnanya sedikit pucat. Burung-gereja
erasia tersebar luas dari Eropa hingga Asia Tenggara, menghuni daerah perkotaan dalam
jumlah yang besar. Terdapat sembilan subspesies berdasarkan daerah persebarannya.

Burung gereja disebut juga burung pingai adalah jenis disebut burung pipit kecil yang
berasal dari keluarga Passeridae. Burung-burung ini mendiami kotakota dalam jumlah yang
sangat besar Sparrow merupakan burung jinak dari semua burung liar pada umumnya,
burung gereja berbentuk kecil, berwarna coklatkelabu, gemuk berekor pendek, dan memilih
paruh yang kuat. Makanan burung ini adalah biji dan serangga kecil. Pada awalnya, sparrow
berasal dari Eropa, Afrika dan Asia. Kemudia burung ini disebarkan ke Australia dan
Amerika oleh penduduk. Saat ini House Sparorow (jenis burung gereja) lebih banyak
ditemukan di Amerika Utara, Australia dan Amerika Selatan.

Klasifikasi Burung Gereja adalah sebagai berikut :


Filum : Chordata
Kelas : Aves
Family : Passeridae
Genus : Passer
Spesies : Passer domesticu
30

Gambar 4 Burung Gereja (Passer montanus)


Sumber: Dokumentasi Rizki Aditio, 2020
e. Capung (Orhetrum sabina)

Capung adalah serangga indah yang sering kita jumpai di taman, persawahan atau
halaman rumah. Meski terlihat kecil dan tidak berbahaya, sebenarnya capung adalah
predator ganas dengan rahang tajam, penglihatan 360
derajat, kecepatan terbang 30 mil per jam dan memiliki kemampuan terbang mundur.
Capung merupkan hewan purba yang telah ada sejak 300 tahun yang lalu. Di Indonesia
sendiri, hidup sekitar 900 spesies capung yang tersebar di berbagai wilayah.

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Classic : Insecta
Ordo : Odonata
Famili : Lasiocampidae
Genus : Orhetrum
Spesies : Orhetrum sabina

Gambar 5 Capung (Orhetrum sabina)


Sumber: Dokumentasi Rizki Aditio, 2020

F. Identifikasi Penyebaran dan Pergerakan Makhluk Hidup


Kegiatan praktikum pengamatan penyebaran dan pergerakan makhluk hidup, pada lokasi
studi kasus, diinventarisir pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Identifikasi Penyebaran dan Pergerakan Makhluk Hidup.


31

Karakteristik
Pergerakan
Jenis 1 Jenis 2 Jenis 3 Jenis 4 Jenis 5
dan
Perpindahan
Lalat Hijau
Pisang Kelapa Semut Kupu-kupu

Macam alat Sayap dan Kaki dan


- - kaki
gerak kaki sayap
Bulat dengan
Seperti bulan ujung bagian
sabit, ujung bawah
Bentuk buah - - -
dari buah ini sedikit
runcing. melancip.

Bulat
Asimetris Bulat dengan
Bentuk biji dengan diameter 2,5- - - -
diameter 0,5 3 cm
cm
Bergerak
Bergerak
Bergerak mengguna-
merayap
dengan cara kan kaki
mengguna-
- - merayap untuk
kan kaki
Mekanisme memakai mengitari
mengitari
pergerakan kaki. tempat yang
sekitar bunga.
dihinggapi.
Mekanisme Berpindah
Berpindah
perpindahan dari satu Berpindah
dari satu
tempat ke dari satu
tempat
tempat lain tempat ke
menuju
dengan tempat lain
- - tempat
menggunakan dengan
lainnya
sayapnya, merayap
dengan
sehingga bisa menggunakan
menggunakan
berpindah kaki.
sayap.
dengan cepat.
Mekanisme Penyebaran Penyebaran
Penyebaran
penyebaran aktif yang Penyebaran aktif Penyebaran
aktif dengan
dilakukan aktif menggunaka aktif
menjatuhkan
dengan cara menggunaka n sayapnya mengguna-
buahnya lalu
menumbuhkan n kakinya untuk kan sayap
biji yang
tunas untuk untuk pindah berpindah untuk
terdapat pada
memperbanyak dari sarang dari satu berpindah ke
buah kelapa
atau lama ke tumbuhan ke tempat
akan
berkembang sarang baru tumbuhan bertelur
berkecambah
biak lain
Carrier (agen
- - - - -
penyebaran)
Kecepatan
15
perpindahan - - 2 meter/menit 5meter /menit
meter/menit
(jarak/menit)

Pembahasan :

Mahluk hidup melakukan pergerakan yang meski hanya bergeser dari satu
tempat ke tempat lain bahkan melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempat
32

lain. Perpindahan dan pergerakan ini dilatar belakangi oleh berbagai motif, yaitu
untuk mempertahankan diri dari predatornya, mencari makan, mencari sarang,
berkembang biak, dan pemenuhan kebutuhan hidup yang lain.

Pergerakan dan perpindahan yang dilakukan memiliki batas gerak bebasnya


sendiri atau dapat dikatakan terdapat hambatan. Hambatan ini datang dari
komponen biotik dan abiotik yang ada pada habitatnya. Contohnya pada tumbuhan,
mereka hanya dapat melakukan pergerakan bukan perpindahan. Lalu pada semut
pergerakan dan perpindahannya terbatas oleh air karena mereka akan sulit untuk
melewati air.

Daya penyebran mahluk hidup tidak terkait dengan kecepatan yang dimiliki.
Hal ini dapat dicontohkan oleh kupu kupu dan semut, meskipun kupu-kupu
memiliki kecepatan lebih tinggi dibandingkan semut jumlah individu kupu-kupu
lebih sedikit dibandingkan semut. Metode penyebaranlah yang mempengaruhi saya
penyebaran mahluk hidup. Terdiri dari penyebaran aktif dan pasif, dalam
penyebaran aktif mahluk hidup menyebar melakukan alat gerak yang mereka miliki
biasanya dilakukan oleh hewan sehingga penyebaran yang mereka lakukan menjadi
lebih efektif dalam melakukan penyebaran karena tidak bergantung terhadap
komponen lain. Sedangkan metode pergerakan pasif cenderung tidak efektif karena
ketergantungan pada komponen habitat lain yaitu komponen abiotik dan biotik.

Setiap mahluk hidup memiliki pola tersendiri, yaitu pola mengelompok, acak,
dan seragam. Pola mengelompok dilakukan oleh semut yang menyebar bersamaan
dengan koloninya pada tempat dan waktu yang sama. Pola acak dilakukan oleh
kupu-kupu karena mereka terbiasa hidup sendiri dan berkembang biak jika sudah
dalam usia kawin. Sedangkan pola seragam dilakukan oleh pohon rambutan karena
melakukan kawin secara generatif dan memiliki waktu kawin yang musiman.

Deskripsi Setiap Organisme :

a. Pisang (Musa paradiciaca)

Tanaman pisang termasuk dalam golongan terna monokotil tahunan berbentuk pohon
yang tersusun atas batang semu. Batang semu 9 ini merupakan tumpukan pelepah daun
yang tersusun secara rapat teratur. Percabangan tanaman bertipe simpodial dengan
meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu buah. Bagian bawah batang pisang
menggembung berupa umbi yang disebut bonggol. Pucuk lateral (sucker) muncul dari
kuncup pada bonggol yang selanjutnya tumbuh menjadi tanaman pisang. Buah pisang
umumnya tidak berbiji atau bersifat partenokarpi.
Tanaman pisang dapat ditanam dan tumbuh dengan baik pada berbagai macam topografi
tanah, baik tanah datar atau pun tanah miring. Produktivitas pisang yang optimum akan
dihasilkan pisang yang ditanam pada tanah datar pada ketinggian di bawah 500 m di atas
permukaan laut (dpl) dan keasaman tanah pada pH 4,5-7,5. Suhu harian berkisar antara
250C-280C dengan curah hujan 2000-3000 mm/tahun. Pisang merupakan tanaman yang
berbuah hanya sekali, kemudian mati. Tingginya antara 2- 9 m, berakar serabut dengan
batang bawah tanah (bongol) yang pendek. Dari mata tunas yang ada pada bonggol inilah
bisa tumbuh tanaman baru.
Kedudukan tanaman pisang dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah sebagai
berikut.
Divisi : Spermatophyta
33

Sub Devisi : Angiospermae


Kelas : Monocotyledonae
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca L. (Tjitrosoepomo, 2000)

Gambar 1. Pisang (Musa paradiciaca)


Sumber: Dokumentasi Moch Padika Prasaja, 2020
b. Kelapa (Cocos nucifera)
Pohon kelapa ini terdiri atas batang tunggal, memiliki akar dengan bentuk serabut
yang juga memiliki struktur yang tebal serta berkayu, berkerumun dan juga
membentuk bonggol. Batang pohon beruas dan jika pohon sudah tua, ruas-ruas
tersebut semakin lama akan semakin berkurang. Batang kelapa adalah jenis kayu
yang bisa dibilang cukup kuat. Hanya saja, kurang baik untuk dijadikan bangunan.
Daun kelapa ini jenisnya adalah daun tunggal dengan pertulangan yang menyirip.
Bunga kelapa ini adalah bunga majemuk serta terletak pada rangkaian yang
dilindungi oleh bractea. Bunganya juga terdiri dari bunga jantan dan juga bunga
betina. Bunga betina letaknya berada di pangkal karangan, sedangkan bunga
34

jantan letaknya di bagian yang jauh dari pangkal. Daun kelapa adalah daun tunggal
dengan pertulangan yang menyirip. Pada buah kelapa yang umurnya besar,
memiliki diameter sekitar 10 cm sampai dengan 20 cm, bahkan juga bisa lebih.
Warna dari buah kelapa ini juga akan tergantung dari jenis pohonnya sendiri. Dapat
berwarna kuning atau hijau. Sedangkan buah yang sudah tua akan berubah warna
menjadi coklat.

Kingdom Plantae
Sub kingdom Tracheobionta
Sub divisi Spermatophyta
Divisi Magnoliophyta
Kelas Liliopsida
Sub kelas Arecidae
Ordo Arecales
Famili Arecaceae
Genus Cocos
Spesies Cocos nucifera L.

Gambar2. Pohon Kelapa (Cocos nucifera)


Sumber: Dokumentasi Rizki Aditio, 2020
c. Semut Kebun (Lagius niger)
Semut memiliki tempat hidup di setiap daratan dunia, kecuali diperairan.
Semut memiliki jenis yang beragam, semut ini termasuk serangga sosial, perilaku
semut dijadikan contoh kerukunan hidup bagi serangga-serangga lainnya, pada
setiap koloni semut tidak pernah ada perkelahian baik di dalam sarang maupun di
luar sarang ataupun ketika mendapatkan makanan. Semut juga mempunyai sistem
kasta, seperti halnya rayap dan lebah. Semut disebut dengan serangga sosial karena
kehidupannya yang sangat suka bergotong royong, hidup bersama-sama seperti
halnya dalam bermasyarakat dan saling membantu satu sama lain. Koloni semut
akan membantu semut yang lainnya jika diserang oleh para musuh dengan beramai-
ramai untuk menyerang lawan. Bentuk tubuh semut yaitu tidak mempunyai tulang
di dalam badannya, namun badan semut dibalut oleh lapisan kulit yang keras,
35

seperti serangga lainnya, badan semut terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, thorax
dan abdomen.

Kerajaan Animalia
Filum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Hymenoptera
Upaordo Apocrita
Infraordo Aculeata
Superfamili Formicoidea
Famili Formicidae
Spesies Lasius niger

Gambar3. Semut Kebun (Lagius niger)


Sumber: Dokumentasi Rizki Aditio, 2020
d. Kupu-kupu (D. plexippus)
Kupu-kupu merupakan serangga yang masuk dalam ordo Lepidoptera.
Lepidoptera artinya adalah "scaled wings" atau "bersayap sisik" (lepis, sisik dan
pteron, sayap). Sisik-sisik ini yang nantinya akan membuat sayap kupu-kupu
mempunyai warna yang cerah. Kebanyakan kupu-kupu mempunyai struktur tubuh
atau anatomi yang sama. Tubuh kupu-kupu dewasa terdiri dari 3 bagian , kepala
(head), dada (thorax) dan perut (abdomen).
Kepala (Head) adalah bagian dari serangga yang berisi otak, 2 mata kompon,
probosis dan faring (tenggorokan, dimana merupakan awal dari sistem
pencernaaan), dan 2 antena yang terpasang di kepala. Antena (Antennea) adalah
alat sensor yang terdapat di kepala serangga dewasa. Antena ini digunakan untuk
mencium dan keseimbangan. Kupu-kupu mempunyai 2 antena dengan ujung yang
sedikit membulat yang disebut sebagai antennal club. Mata kompon (Compound
Eye) terdiri dari banyak lensa hexagonal seperti halnya pada mata kompon serangga
lainnya. Kupu-kupu hanya dapat melihat warna merah, hijau dan kuning saja.
Probosis (Proboscis) kupu-kupu dewasa menghisap nektar bunga dan cairan lainnya
dengan menggunakan probosis atau mulut penghisap yang seperti sedotan spiral.
Ketika tidak digunakan, probosis ini akan digulung melingkar seperti selang
36

air. Palp labial (Labial palps) membantu kupu-kupu untuk menentukan apakah
sesuatu itu merupakan makanan atau bukan. Dada (Thorax) adalah bagian diantara
kepala (head) dan perut (abdomen) dimana kaki dan sayap terpasang. Sayap depan
(Forewing) sepasang sayap yang berada paling atas. Sayap belakang (Hindwing)
sepasang sayap yang berada paling bawah. Kaki (Legs) kupu-kupu mempunyai
sepasang kaki pendek yang berada di depan, dan 2 pasang kaki yang lebih panjang
di belakangnya. Kaki, terutama sepasang yang ditengah, dilengkapi dengan sensor
penciuman yang membuat kupu-kupu dapat "merasakan" kandungan kimia pada
tempatnya hinggap.Perut (Abdomen) – perut merupakan bagian ekor serangga yang
mempunyai segmentasi yang memiliki organ vital seperti jantung, tubulus atau
pembuluh Malphigi untuk alat ekresi (pembuangan sisa metabolisme dan benda
tidak berguna lainnya), organ reproduksi dan sebagian besar sistem pencernaan.

Kerajaan Animalia
Filum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Lepidoptera
Superfamili Papilionoidea
Famili Nymphalidae
Subfamili Danainae
Bangsa Danaini
Genus Danaus
Spesies D. plexippus

Gambar4. Kupu-kupu ( ssp. niladana)


Sumber: Dokumentasi Rizki Aditio, 2020

e. Lalat Hijau (Lulica sericata)


Lalat hijau dewasa biasanya panjangnya 6 sampai 7 mm dengan lebar sayap 13
sampai 15 mm. Betina cenderung bersayap lebih besar daripada jantan, sementara
jantan memiliki kaki yang relatif lebih panjang. Betina cenderung lebih bervariasi
dalam ukuran dan ada variasi geografis dengan individu yang lebih besar di garis
lintang yang lebih tinggi. Kepala lalat ini sangat cembung di depan serta rata dan
37

sedikit berbentuk kerucut di belakang. Sepasang mata majemuk besar


hampir bersentuhan pada jantan, tetapi lebih terpisah pada betina. Lalat hijau
memiliki tiga mata sederhana (oselus) dan sepasang antena pendek. Mulut,
menunjukkan pseudotrakea, alur semitubular (pita paralel gelap) yang
digunakan untuk menyedot makanan cair. Lalat hijau memiliki
kemoreseptor yang merupakan organ perasa pada tarsus di kakinya,
sehingga lalat rumah dapat mengidentifikasi makanan seperti gula dengan
berjalan di atasnya. Lalat sering terlihat membersihkan kakinya dengan
menggosoknya bersama-sama, memungkinkan kemoreseptor untuk
merasakan apa yang mereka jalani selanjutnya. Di ujung setiap kaki ada
sepasang cakar, dan di bawahnya ada dua bantalan perekat yang disebut
pulvilli yang memungkinkan lalat untuk berjalan di dinding dan langit-
langit yang mulus menggunakan gaya Van der Waals.

Cakar membantu lalat untuk melepaskan kaki dari permukaan untuk


langkah selanjutnya. Lalat berjalan dengan gaya berjalan yang umum pada
permukaan horizontal dan vertikal dengan tiga kaki bersentuhan dengan
permukaan dan tiga kaki bergerak. Pada permukaan terbalik, lalat
mengubah gaya berjalan agar empat kaki menempel di permukaan. Lalat
mendarat di langit-langit dengan terbang lurus ke arah langit-langit; sesaat
sebelum mendarat, lalat membuat setengah putaran dan mengarahkan
keenam kaki di permukaan, menyerap guncangan dengan kaki depan dan
menempel beberapa saat kemudian dengan empat lainnya.

Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
(tanpa takson): Antilophora
Kelas: Insecta
Subkelas: Pterygota
Infrakelas: Neoptera
Superordo: Panorpida
Ordo: Diptera
Spesies Lucilia sericata

Gambar5. Lalat hijau (Lulica sericata)


Sumber: Dokumentasi Rizki Aditio, 2020
38

V. KESIMPULAN

Pada praktikum identifikasi ekosistem ruang terbuka hijau sekitar rumah,


bahwa dalam suatu ekosistem terdapat berbagai macam interaksi yang terjadi antar
komponen penyusun lingkungannya. Pada pengamatan yang dilakukan di ruang
terbuka hijau, dapat disimpulkan sebagai berikut;

1. Ekosistem yang berada di Kp. Batununggal, Desa Batununggal, Kecamatan


Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat merupakan ekosistem
tempat terbuka di halaman rumah, dan didapatkan hasil pengamatan 4 jenis
tumbuhan dan 4 jenis satwa. Terdapat komponen biotik sebagai penyusunn
ekosistem tersebut. Komponen biotik ini terdiri dari produsen, konsumen
tingkat 1, konsumen tingkat 2, dan konsumen tingkat 3. Dalam suatu
ekosistem akan terjadi interaksi antara tumbuhan dan satwa. Tumbuhan
dimanfaatkan oleh satwa sebagai sumber makanan dan sebagai tempat
tinggalnnya, dan tumbuhan pun membutuhkan hewan untuk proses
penyerbukan.
2. Dalam suatu ekosistem pasti memiliki komponen penyusun, salah satunya
yaitu komponen abiotik. Komponen abiotik memiliki peran penting dalam
keberlangsungan hidup dan keseimbangan ekosistem. Seperti udara, air,
tanah, dan matahari. Keempat komponen abiotik tersebut menjadi garis
besar yang Menyusun ekosistem.
3. Komponen penyusun ekosistem yang ada di ruang terbuka hijau halaman
rumah saling berhubungan dan ada pula yang berkaitan erat. Komponen
tersebut melakukan interaksi bai kantar komponen biotik dan biotik,
maupun biotik dan abiotik. Bentuk dari interaksi komponen tersebut ada
yang berupa simbiosis komensalisme, yaitu semut dengan tanaman putri
malu; lebah hutan dengan bunga; burung kapanis dengan bambu; katak
sawah dengan sawah. Dan yang terkahir imbiosis parasitisme yang
diperankan oleh monyet ekor panjang dengan pohon damar.
4. Dapat disimpulkan bahwa habitat ersusun atas komponen biotik dan abiotik,
yang memiliki peran penting untuk memenuhi kebutuhan suatu makhluk
hidup, baik itu hewan maupun tumbuhan dalam suatu ekosistem.
Komponen dalam setiap habitat harus dijaga sehingga memungkinkan tidak
akan hilang penyusun habitat tersebut. Karena ketika komponen habitat
hilang satu, maka akan merusak pertumbuhan dan keseimbangan, bagi
makhluk hidup yang tinggal di habitat tersebut. Contohnya seperti air, yang
memiliki peran sangat penting terhadap penyusun habitat, ketika air hilang
atau habis, maka Sebagian tumbuhan tidak akan bisa melakukan fotosintesi,
dan hewan pun akan mengalami kehausan bahkan bisa sampai mati. Karena
pada dasarnya semua makhluk hidup membutuhkan air untuk proses
kelangsungan hidupnya.
5. Semua makhluk hidup bergerak,berdasarkan berbaga pola tertentu untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Pergerakan dan penyebaran ini dilakukan
dengan berbagai organ tubuh yang dimiliki setiap jenis hewan tersebut,
seperti kupu-kupu dan belalang yang menggunakan sayapnya untuk
39

berpindah mencari habitat lain, dan semut yang merayap menggunakan kaki
untuk mencari tempat bersarang baru. Dan pada setiap perpindahannya,
makhluk hidup pasti melakukan persebaran atau perkembangbiakan agar
tidak akan habis atau punah, metode yang digunakan hewan yaitu
persebaran aktif. Sedangkan persebaran pasif dimiliki oleh tumbuhan
seperti klengkeng dan pisang.
40

DAFTAR PUSTAKA

A Yulianti.2015. Tentang Pengadilan Kualitas Air Dan Pengadilan Kualitas


Pencemaran. BAB II Hal 4 Http://Eprints.Polsri.Ac.Id/1954/3/Bab%202.Pdf

Anna Anggriana, Muhardi, Rostiati. 2017. Karakteristik Buah Nangka (Artocarpus


Heterophyllus Lamk) Siap Saji Yang Dipasarkan Di Kota Palu (Diakses Pada 20
September 2020 03.01 WIB)

Anon.-.Peranan Tanah Sebagai Tempat Hidup Tumbuhan


Menjadikan Tanah Dasardariekosistemterestial
Http://File.Upi.Edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/1973031720011
22-TINA_SAFARIA_NILAWATI/Ekum_Tanah.Pdf

Ardianto. 2013. Jambu Air Mengandung Tanin Yang Berguna Sebagai Obat Diare
Dan Demam (Diakses Pada 20 September 2020 02.40 WIB)

Bimo Ghifari.2016. Keanekaragaman Dan Kelimpahan Jenis Burung Pada Taman


Kota Semarang, Jawa Tengah (Diakses Pada 20 September 10.16 WIB)

Ervi Husni.2016. Efek Zat Aktif Ekstrak Daun Jambu Biji Merah (Psidium
Guajava.L) Terhadap Spermatogenesis Pada Tikus Putih Jantan (Rattus
Norvegicus) ( Diakses Pada 20 September 2020)

Hikmiyah Fairuz Amanda.-. Analisis Kadar Debu Dan No2 Di Udara Ambien Serta
Keluhan Pernapasan Pada Pekerja Penyapu Di Terminal Purabaya Kabupaten
Sidoarjo.
Https://Media.Neliti.Com/Media/Publications/28939-ID-Karakteristik-
Morfologi-Dan-Pembentukan-Bintilakar-Pada-Cemara-Udang.Pdf (Diakses Pada
20 September 2020 09.45 WIB)

I Made Sukerta.-. Perbaikan Pertumbuhan Bibit Soka (Ixora Coccinea L.) Dengan
Perendaman Setek Dalam Urine Sapi (Diakses Pada 20 September 2020 03.18
WIB)

Kemal Prihatman.2000. Palem (Palem Putri, Botol, Merah Dan Raja).


Https://Distan.Jogjaprov.Go.Id/Wp-Content/Download/Tanaman_Hias/Palem.Pdf
(Diakses Pada 20 September 2020 03.30 Wib)

Ms. Utami. Ir.2018. Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman. Bab I


Pendahuluan Hal 5
41

Https://Simdos.Unud.Ac.Id/Uploads/File_Penelitian_1_Dir/D860383bd2d687fa31
df0088e0450033.Pdf

Muhammad Hatta.2009. Kajian Cempaka Kuning (Michelia Champaca L.) Sebagai


Tumbuhan Obat Https://Jurnalfloratek.Wordpress.Com/2009/07/23/Kajian-
Cempaka-Kuning-Michelia-Champaca-L-Sebagai-Tumbuhan-Obat/ (Diakses Pada
20 September 2020 08.56 WIB)

Muhfid Deris Tamura.2015variasi Jenis Dan Kultivar Kelengkeng (Nephellium


Longan L.) Unggulan Di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
Https://Media.Neliti.Com/Media/Publications/130465-ID-Variasi-Jenis-Dan-
Kultivar-Kelengkeng-Ne.Pdf ( Diakses Pada 20 September 2020 08.14 WIB)

Munifah.2012.Keanekaragaman Kupu-Kupu Di Kawasan Taman Kyai Langgeng


Magelang.Modul Keanekaragaman Kupu-Kupu Di Taman Kyai Langgeng
Magelang Hal.57.

Murnawati.2018. Monitoring Ketahanan Hidup Semut Hitam Dolichoderus


Thoracicus Smith Pada Sarang Buatan Di Tanaman Kakao (Diakses Pada 20
September 2020 10.10 WIB)

Nuri Hermawan. 2014. Senyawa Anti Kanker Dan Antioksidan Pada Tanaman
Dadap Serep Http://News.Unair.Ac.Id/2019/07/11/Senyawa-Anti-Kanker-Dan-
Antioksidan-Pada-Tanaman-Dadap-Serep/ (Diakses Pada 20 September 2020
02.25 WIB)

Santinuryanti.2015. Pemanfaatan Tumbuhan Arecaceae (Palem-Paleman) Oleh


Masyarakat Dayak Randu' Di Desa Batu Buil Kecamatan Belimbing Kabupaten
Melawi.Https://Jurnal.Untan.Ac.Id/Index.Php/Jprb/Article/Viewfile/9662/9450
(Diakses Pada 20 September 2020 09.06 WIB)

Setiyorini.2011. Drynaria Quercifolia Klasifikasi Ilmiah Kerajaan


Https://Rini0406.Wordpress.Com/2011/04/30/Tumbuhan-Paku-Drynaria/
(Diakses Pada 20 September 2020 10.04 WIB)

Sherly Ochtavia.2014. Biosistematika Varietas Pada Jambu Biji (Psidium Guajava


L.) Melalui Pendekatan Morfologi Di Agrowisata Bhakti Alam Nongkojajar,
Pasurua (Diakses Pada 20 September 2020 04.00 WIB)

Wahyu Ashri Aditya, Zelika Mega Ramadhania.2013. Kandungan Dan Aktivitas


Farmakologi Tanaman Cempaka Kuning (Michelia Champaca Linn.)
42

.Http://Jurnal.Unpad.Ac.Id/Farmaka/Article/View/17295 (Diakses Pada 20


September 2020 03.35 WIB)
Wina Dwi Atmanto. 2012. Karakteristik Morfologi Dan Pembentukan Bintil Akar
Pada Cemara Udang
43

LAMPIRAN

Tabel 6. Bentuk Interaksi Dalam Ekosistem.


Komponen Komponen Komponen Bentuk interaksi
No Peran Dalam
1 2 3
Ekosistem
- Pohon Damar
Monyet ekor Monyet sedang
panjang - sebagai tempat
1. Pohon bertengger diatas
(Muntiacus bertengger dan
Damar pohon.
Muntjak) tempat berteduh
(Agathis bagi monyet.
dammara)

- Bunga kencana
Semut menjadi tempat
2. Semut Putri Malu - sedang berlindung dan
( Mimosa berjalan dan mendapat makanan
(Lasius niger ) pudica) berkumpul bagi semut
pada pohon
pepaya.

- Lebah mendapatkan
3. Lebah Hutan ( Bunga - Lebah hinggap di
makanan dari bunga
Apis Dorsata) bunga.
dan bunga mendapatkan
penyerbukan.

- Pohon bambu sebagai


Burung Burung Kapanis tempat tempat
4. Bambu
Kapanis ( Apus - sedang hinggap di berlindung dan
(Bambuseae) bertengger burung
apus ) dedaunan pohon
bambu. kapanis.

- Sawah sebagai
Katak sedang tempat tinggal
Katak Sawah
mencari makan di katak.
5. (Fejervarya Sawah - tengah sawah
carcrivorya )

Anda mungkin juga menyukai