Anda di halaman 1dari 4

Tata Cara Shalat di atas Kendaraan

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du

Safar merupakan sepotong siksaan dalam hidup. Demikian yang


disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena ketika safar,
seseorang tidak bisa melakukan banyak aktivitasnya secara normal,
termasuk melaksanakan shalat. Di saat itulah kaum mukminin teruji.
Siapa diantara mereka yang sanggup bersabar sehingga tetap
menjalankan kewajiban, ataukah menjadi pecundang kemudian
meremehkan kewajiban shalat.

Mengingat kita di atas kendaraan, bisa jadi tidak memungkinkan


untuk shalat dengan sempurna. Karena itu, ada beberapa catatan
penting yang perlu kita perhatikan:

Pertama, shalat wajib harus dilakukan dengan cara sempurna, yaitu


dengan berdiri, bisa rukuk, bisa sujud, dan menghadap kiblat. Jika di
atas sebuah kendaraan seseorang bisa shalat sambil berdiri, bisa
rukuk, bisa sujud, dan menghadap kiblat maka dia boleh shalat wajib
di atas kendaraan tersebut. Seperti orang yang shalat di kapal.

Kedua, jika di atas sebuah kendaraan seseorang tidak mungkin


shalat sambil berdiri dan menghadap kiblat, maka dia tidak boleh
melaksanakan shalat wajib, KECUALI dengan dua syarat:

1. Khawatir keluar waktu shalat sebelum sampai di tujuan.

2. Tidak memungkinkan baginya untuk menghentikan kendaraan


sejenak untuk shalat. Semacam orang yang naik pesawat, kereta api,
dst.

1
Dari Ya’la bin Murrah radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,

'‫ والسماء من فوقهم‬، ‫أن النبي صلى هللا عليه وسلم انتهى إلى مضيق هو وأصحابه وهو على راحلته‬
‫والبلة من أسفل منهم فحضرت' الصالة فأمر المؤذن ف''أذن وأق''ام ثم تق''دم رس''ول هللا ص''لى هللا علي''ه‬
‫وسلم على راحلته فصلى بهم يومئ إيماء يجعل السجود' أخفض من الركوع‬

Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para sahabat


berada di sebuah daerah yang sempit ketika safar dan beliau di atas
kendaraan. Ketika itu turun hujan, dan suasana tanah becek di
bawah mereka. Kemudian datanglah waktu shalat. Beliau
memerintahkan muadzin untuk adzan dan iqamah. Kemudian
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maju dengan hewan
tunggangannya dan mengimami mereka. Beliau shalat dengan
isyarat kepala, dimana sujudnya lebih rendah dari pada rukuknya.
(HR. Ahmad, dan Turmudzi. Hadis ini diperselisihkan statusnya oleh
para ulama).

Ketiga, jika tidak bisa shalat sambil berdiri, cara shalat yang
dibolehkan adalah duduk semampunya. Dari Imran bin
Husain radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫ فإن لم تستطع فعلى جنب‬، ً‫ص ِّل قائما ً فإن لم تستطع فقاعدا‬

“Shalatlah sambil berdiri, jika tidak mampu, sambil duduk, dan jika
tidak mampu shalatlah sambil tiduran.” (HR. Bukhari 1117)

Keempat, jika di atas kendaraan mampu shalat sambil menghadap


kiblat maka wajib shalat dengan menghadap kiblat, meskipun sambil
duduk. Namun jika tidak memungkinkan menghadap kiblat, dia bisa
shalat dengan menghadap sesuai arah kendaraan.

Allah berfirman,
2
‫ال يُكلف هللا نفسا ً إال وسعها‬

“Allah tidak membebani satu jiwa kecuali sebatas kemampuannya.”


(QS. Al-Baqarah: 286).

Allah juga berfirman,

'‫فاتقوا هللا ما استطعتم‬

“Bertaqwalah kepada Allah semampu kalian.” (QS. At-Taghabun: 16).

Kelima, ketentuan di atas hanya berlaku untuk shalat wajib. Adapun


shalat sunah, boleh dilakukan dengan duduk dan tidak menghadap
kiblat, meskipun dua hal itu bisa dilakukan. Jabir bin
Abdillah radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,

‫ كان يصلي التطوع' وهو راكب في غير القبلة‬ ‫أن النبي صلى هللا عليه وسلم‬

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat sunah di atas


kendaraan tanpa menghadap kiblat. (HR. Bukhari 1094)

Cara Shalat sambil Duduk di Atas Kendaraan

a. Duduk sesuai posisi normal orang naik kendaraan, punggung


disandarkan di jok kursi, pandangan mengarah ke depan bawah.

b. Takbiratul ihram, membaca surat dengan posisi seperti di atas.

c. Rukuk dengan sedikit menundukkan badan.

d. Bangkit i’tidal kembali ke posisi semula.

3
e. Sujud dengan menundukkan badan yang lebih rendah dari pada
ketika rukuk.

f. Duduk diantara dua sujud dengan posisi duduk sempurna, seperti


ketika takbiratul ihram.

g. Gerakan yang lainnya sama seperti di atas.

h. Ketika tasyahud mengacungkan isyarat jari telunjuk dan


pandangan tertuju ke arah telunjuk.

i. Salam, menoleh ke kanan ke kiri dalam posisi duduk.

Allahu a’lam

Referensi: Fatawa Lajnah Daimah, 8:126

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina


KonsultasiSyariah.com)

Read more https://konsultasisyariah.com/14796-tata-cara-shalat-di-atas-
kendaraan.html

Anda mungkin juga menyukai