Mata Kuliah
Ayat Ayat dan Hadis Ekonomi
Pendahuluan
Pada saat ini pada waktu sistem kapitalistik mendominasi sistem negara-negara
di dunia dimana pemerintah hanya menggunakan instrumen Pajak (T) dan Pengeluaran
Pemerintah (G) yang tidak didasari spirit religius (Umer Chapra, 1985), maka peran
kebijakan fiskal yang Islami menjadi sangat penting mengingat dua hal yang mendasar
yaitu :
1. Dilarangnya riba
(QS. Al Baqarah 2 : 276-278, QS 3:130, QS 4:161, QS 30:39) )
”277. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan ber, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat
dan menunaikan zakat, mereka memperolehmendapat pahala disisi Tuhan mereka dandi sisi
Tuhannya. tidak ada ketakutankekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka berduka
cita” (QS 2 : 277)bersedih hati.
”278. Hai orang -orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa sisa
riba,Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
[177] Yang dimaksud dengan memusnahkan Riba ialah memusnahkan harta itu atau meniadakan
berkahnya. dan yang dimaksud dengan menyuburkan sedekah ialah memperkembangkan harta yang telah
dikeluarkan sedekahnya atau melipat gandakan berkahnya.
[178] Maksudnya ialah orang-orang yang menghalalkan Riba dan tetap melakukannya.
[228] Yang dimaksud Riba di sini ialah Riba nasi'ah. menurut sebagian besar ulama bahwa Riba nasi'ah itu
selamanya haram, walaupun tidak berlipat ganda. Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah
ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu
barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan
mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba
yang dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab
zaman jahiliyah.
[287] Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh
orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan.
Hadits Nabi :
“Allah melaknat pemakan riba, agennya, para saksinya dan penulisnya.” Beliau
bersabda, “Mereka adalah sama dalam riba”. (HR.Muslim, Ahmad,Abu Daud,al-
Nasa’I,al-Turmudzi,al-Baihaqi,al-Darimi dan al-Thabrani)
Dari ayat ayat Al Qur’an dan hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
pengelolaan kebijakan fiskal sistem ekonomi Islam, tingkat bunga tidak mempunyai
peran sama sekali dalam ekonomi Islam dan Allah memerintahkan untuk
menggantikannya dengan shodaqoh (ZISWAF).
(QS. Al Baqarah 2:261)
261. perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.
[166] Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad,
pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
[168] Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat
pahala di akhirat.
[647] Yang berhak menerima zakat Ialah: 1. orang fakir: orang yang Amat sengsara hidupnya, tidak
mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. 2. orang miskin: orang yang tidak
cukup penghidupannya dan dalam Keadaan kekurangan. 3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas
untuk mengumpulkan dan membagikan zakat. 4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam
dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. 5. memerdekakan budak: mencakup
juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. 6. orang berhutang: orang yang
berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun
orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat,
walaupun ia mampu membayarnya. 7. pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan
Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup
juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 8. orang
yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.
[658] Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan
kepada harta benda
[659] Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan
memperkembangkan harta benda mereka.
Hadits Nabi:
“Hadits riwayat Hakim bin Hizam r.a. dari Nabi saw, beliau bersabda: “Tangan yang
di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Mulailah (berinfak itu) kepada orang
yang menjadi tanggunganmu, dan sebaik-baik shadaqah adalah (pemberian) dari
(orang) yang berkecukupan. Barang siapa orang yang meminta perlindungan
(kepada Allah) maka Allah akan menjaganya, barang siapa yang meminta
kecukupan, maka Allah akan memberinya kecukupan”.(ditakhrij oleh al- Bukhari
dalam kitab zakat)
Akan tetapi dalam prakteknya saat ini dalam pengelolaan keuangan negara kita
dapat melihat peran bunga yang sangat besar dicerminkan dalam pembayaran
bunga obligasi pemerintah dan pembayaran hutang luar negeri sedemikian
dominan dalam APBN mencapai 51 pct dari total penerimaan pajak (Gusfahmi,
sumber : APBN 2004) sehingga sangat mempengaruhi alokasi anggaran pada sektor
sektor lainnya seperti pendidikan, pembangunan infrastruktur, kesejahteraan sosial,
keamanan dll.
Disamping itu kita juga melihat peran bunga yang sangat dominan dalam
sistem moneter konvensional melalui kebijakan suku bunga diskonto yang
dilakukan melalui kebijakan pasar terbuka, yang menyebabkan distorsi antara
sektor riil dan sektor keuangan karena tidak tercapainya full employment.
[434] Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. orang Arab Jahiliyah menggunakan anak
panah yang belum pakai bulu untuk menentukan Apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau
tidak. Caranya Ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. setelah ditulis
masing-masing Yaitu dengan: lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa,
diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. bila mereka hendak melakukan sesuatu
Maka mereka meminta supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti
Apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang
diambil itu. kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian diulang sekali
lagi.
Bagaiamana jika hukum pajak itu haram dan bukankah kita semua telah
memungut dan makan dari barang haram? Persoalan kedua adalah adanya dualisme
pemungutan pajak dan zakat bagi seorang muslim di Indonesia berdasarkan UU No.
38 tahun 1999 tentang kewajiban zakat dan UU No.17 tahun 2000 tentang
kewajiban Pajak sehingga akan terasa berat bagi seorang muslim atas PPh. Belum
lagi jika seorang muslim dibebankan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) dengan uang
atau harta simpanan yang telah dizakati, ditambah pajak PPN jika seorang muslim
tadi mengkonsumsi barang dan jasa yang tergolong barang mewah seperti
komputer, tiket pesawat dan lain lain.
Kunci ketiga tujuan di atas sesuai tujuan fiskal di atas adalah pada negara yang
dalam hal ini diwakili oleh fungsi Baitul Mal (National Treasury) atau saat ini dapat
dalam bentuk Departemen Keuangan. Pengaturan mekanisme pemerataan ini dapat
dibagi menjadi menjadi 3 bagian pokok :
1. Baitul Mal.
Baitul mal adalah kas negara yang dikhususkan untuk pemasukan dan
pengeluaran harta yang menjadi hak kaum muslimin dimana mekanismenya
ditentukan oleh syariat Islam atas dasar Al Quran dan Sunnah Rasul. Sektor
pemasukkan dari Baitul Mal terdiri dari :
Pemasukan dari hak milik pribadi terdiri dari zakat, infaq, sedekah dan
wakaf. Sektor ini harus masuk kas khusus dan tidak boleh dicampur
dengan sektor lainnya sehubungan dengan aturan Allah tentang 8 Ashnaf
penerima zakat dan tidak mengikuti pendapat manusia seperti
persetujuan DPR dan Presidan sebagaimana penetapan APBN.
[1595] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.
[647] Yang berhak menerima zakat Ialah: 1. orang fakir: orang yang Amat sengsara
hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. 2. orang
miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam Keadaan kekurangan. 3.
Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat. 4.
Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam
yang imannya masih lemah. 5. memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan
Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. 6. orang berhutang: orang yang berhutang
karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun
orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu
dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya. 7. pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu
untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang
berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti
mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 8. orang yang sedang dalam perjalanan
yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.
Hak milik umum adalah harta yang telah ditetapkan hak miliknya oleh
As-syari’ (Allah) dan menjadikan harta tersebut sebagai milik bersama
(Yuliadi, 2001).
Contoh pemasukkan lain dari sektor ini adalah dari bahan tambang
seperti minyak mentah di Dumai (Riau) yang dikelola oleh Calltex,
hasil hutan (Pemberian HPH mencapai ratusan juta hektar kepada
beberapa pengusaha, gas seperti proyek pemerintah LNG di Arun
(Aceh) dan Bontang (KalTim), listrik seperti PLTA dan PLTG, bahan
bakar minyak yang dikelola Pertamina dan lainnya.
”Kaum Muslim itu berserikat dalam tiga hal, yaitu air, padang
rumput dan api”
Jadi air, padang rumput dan api merupakan sebagian harta yang
pertama kali dibolehkan oleh Rasulullah SAW untuk seluruh manusia.
Padang rumput bisa diartikan hasil hutan berupa hak pengelolaan
hasil hutan (HPH) atau gurun untuk penggembalaan ternak ternak
pada tanah tanah tidak bertuan atau laut yang diaktualisasikan dalam
hak pengelolaan laut dalam batas 200 km Zone Ekonomi Eksklusif
oleh negara yang diatur oleh PBB. Sedangkan api, dalam dunia
modern sekarang bisa berarti energi seperti Gas, Nuklir, Batu Bara
dalam deposit yang tidak terbatas yang harus dikelola oleh negara.
Menurut Al Maliki (2001), Hak Umum jenis ini jika berupa sarana
umum seperti halnya pemilikan jenis kedua, maka dalilnya adalah
dalil yang mencakup sarana umum.
Pemasukkan dari sektor ini juga harus masuk kas khusus dan alokasi
dari sektor ini ada di tangan khalifah atau negara dan digunakan
untuk :
Hak milik negara didefinisikan sebagai harta hak seluruh umat yang
pengelolaannya menjadi wewenang kepala negara (Yusanto, 2002).
Menurut Yuliadi (2002), hak milik negara tersebut misalnya Fai, Ghanimah,
Kharaj, Jizyah, Harta orang murtad, harta yang tidak memiliki ahli
waris(Amwal Fadhla) dan tanah milik negara.
[658] Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-
lebihan kepada harta benda
[659] Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan
memperkembangkan harta benda mereka.
Dasar yang lain terdapat dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Jamaah
kecuali Bukhari dan Ibnu Majah berbunyi :
Namun untuk Fay’i (harta yang didapat tidak dari peperangan) dapat
digunakan untuk pembiayaan umum negara seperti perintah Al Qur’an
dalam Surat Al Hasyr 59 : 6 – 7 :
Dan ”
6. dan apa-apa ( saja harta) rampasan (fai-i)[1465] yang diberikan Allah (harta)
kepada Rasul-Nya (dari harta benda) mereka, maka (Maka untuk
mendapatkannya)mendapatkan itu kamu tidak mengerahkan seekor kudapun dan
(tidak( pula) seekor untapun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada Rasul-
rasul-Nya terhadap siapaapa saja yang dikehendaki-Nya. Dandan Allah Maha
Kuasan atas segala sesuatu.Arti_Ayat6
7. apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta
benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan,
supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang
diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras
hukumannya.
[1465] Fai-i ialah harta rampasan yang diperoleh dari musuh tanpa terjadinya
pertempuran. Pembagiannya berlainan dengan pembagian ghanimah. ghanimah harta
rampasan yang diperoleh dari musuh setelah terjadi pertempuran. pembagian Fai-i sebagai
yang tersebut pada ayat 7. sedang pembagian ghanimah tersebut pada ayat 41 Al Anfal
dan yang dimaksud dengan rampasan perang (ghanimah) adalah harta yang diperoleh dari
orang-orang kafir dengan melalui pertempuran, sedang yang diperoleh tidak dengan
pertempuran dinama fa'i. pembagian dalam ayat ini berhubungan dengan ghanimah saja.
Fa'i dibahas dalam surat al-Hasyr.Maksudnya: seperlima dari ghanimah itu dibagikan
kepada: a. Allah dan RasulNya. b. Kerabat Rasul (Banu Hasyim dan Muthalib). c. anak
yatim. d. fakir miskin. e. Ibnussabil. sedang empat-perlima dari ghanimah itu dibagikan
kepada yang ikut bertempur.
[638] Jizyah ialah pajak per kepala yang dipungut oleh pemerintah Islam dari orang-orang
yang bukan Islam, sebagai imbangan bagi keamanan diri mereka.
Sistem ekonomi Islam telah menentukan bahwa standar mata uang yang
”Dari Abu Said Al Khudri, Transaksi pertukaran emas dengan emas harus
sama takaran, timbangan dari tangan ke tangan (tunai), kelebihannya
adalah riba ....”
Terdapat dua pendapat mengenai hal ini, yaitu pendapat bahwa negara
Islam tidak seharusnya melakukan pembiayaan defisit (pengeluaran lebih
besar daripada pendapatan), dengan konsekuensi pemerintah
Dan pendapat yang kedua dari Ekonom Islam yang berpendapat sudah
tidak waktunya lagi bagi negara -negara Islam mempertahankan konsep
anggaran berimbang yang berkonsekuensi lambatnya pertumbuhan
ekonomi dan tidak tergalinya sumber daya alam seperti emas, minyak, gas,
batubara karena tidak adanya modal. Untuk menghindari riba, negara-
negara Islam bisa mengeluarkan Sukuk atau Surat Investasi Negara (bukan
Nabihadis nabi :
Hanya syariat yang boleh memutus perkara apakah suatu jenis pajak
boleh dipungut atau tidak sesuai Alqur’an :
[288] Lihat orang-orang yang Termasuk ahli waris dalam surat An Nisaa' ayat 11 dan 12.
“….dan (jika ada) orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka, Maka berilah
kepada mereka bahagiannya”
Kalimat tersebut menegaskan bahwa pekerja itu mempunyai hak atas apa yang telah
dikerjakannya dan sebesar apa yang sudah diperjanjikan. Majikan wajib membayar upah segera
setelah pekerjaannya selesa, tidak diperkenankan unutk menunda/menahan upah pekerja
apalagi tdak membayar haknya seperti yang telah diperjanjikan. Seperti disebutkan dalam hadits
Rasulullah :
“Allah berfirman bahwa ada tiga orang yang akan menjadi lawan-Ku pada hari Kiamat, yaitu
seorang yang berjanji atas nama-Ku, kemudian melanggar janjinya,……………seorang yang
mempekerjakan seorang abdi tetapi tidak membayar upahnya”
Sedangkan Adam Smith berpendapat pekerja kaya atau miskin, diberi imbalan
baik atau buruk, sebanding dengan harga nyata, bukan harga nominal atas jerih
payahnya.
Teori upah yang pada umunya diterima adalah Teori Produk Marginal. Menurut Teori
ini upah ditentukan oleh keseimbangan antara kekuatan permintaan dan persediaan.
Dengan mengasumsikan penyediaan tenaga kerja dalam suatu jangka waktu yang
panjang dan konstan, maka permintaan akan buruh dalam kerangka masyarakat
kapitalis, datang dari majikan yang mempekerjakan buruh dan faktor produksi lainnya
untuk membuat keuntungan dari kegiatan usahanya. Selama hasil hasil bersih tanaga
kerja lebih besar dari tarif upah itu, majikan akan terus mempekerjakan semakin banyak
satuah tenaga kerja. Masing masing majikan akan memberi upah buruh yang akan
bernilai sama dengan hasil kerja marjinal dengan tarif upah yang berlaku.
Kelemahan teori upah (Teori Produk Marginal) ini adalah bahwa teori ini hanya
absah jika kondisi persaingan benar benar murni. Dalam kenyataannya kondisi
persaingan tidak betul betul murni. Dan diketahui bahwa diantara semua komoditi,
tenaga kerjalah yang paling tidak tahan lama sebaliknya majikan berada di dalam posisi
yang menguntungkan. Professor Marshall berkata , ”Ingatlah bahwa sesorang yang
memperkerjakan seribu orang lain, seolah olah merupakan suatu gabungan yang ketat
dari seribu unit di kalangan pembeli di pasaran tenaga kerja”. Disebabkan oleh
kelemahan mereka dalam perundingan maka para pekerja di bawah kapitalisme
mungkin mendapat upah yang jauh lebih rendah dari produk marginal mereka.
Sedangkan dalam sistem Islam, penghisapan terhadap buruh dilarang, sesuai
dengan pernyataan Nabi Muhammad SAW :
”Manusia tidak berhak atas bagian yang tidak diberikan Tuhan kepadanya, Tuhan
memberikan kepada setiap orang haknya, oleh karena itu jangan mengganggu apa
yang dimiliki orang lain”.
Nabi SAW juga mengatakan (Abdul Manan, dalam Ekonomi Islam, 1997):
”Upah seorang buruh harus dibayarkan kepadanya sebelum keringat badannya kering”
Dalam Hadist lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Nabi SAW berkata:
”Kewajiban para majikan hanya menerima pekerjaan yang mudah dilakukan oleh para
karyawannya. Janganlah memperkejakan mereka sedemikian rupa sehingga berakibat
buruk bagi kesehatannya”
Dalam prakteknya, dalam sistem Islam, upah yang layak bukan hanya konsesi,
tetapi juga suatu hak asasi, yang dapat dipaksakan oleh kekuasaan negara. Jika
reorientasi sikap negara telah disesuaikan dengan prinsip Islam ini maka penetapan
upah dan perumusan produktivitas sesungguhnya dapat dilaksanakan. Di semua negara
Islam, sangat diperlukan penegasan kemabli cita cita yang dinamis untuk mengatur
kembali Undang Undang Tenaga Kerja dan menerima hak hak buruh yang diakui seluruh
dunia seperti : Hak untuk mogok, mendapat upah yang layak, jaminan sosial, laba,
aturan jam kerja dan lain lain. Dalam hal aturan kerja misalnya Al Ghazali telah
memiliki konsep yang sama dengan standard WHO yaitu 8 jam kerja dimana Al Ghazali
membagi pembagian waktu seorang muslim kedalam 3 bagian yaitu (1) 8 Jam untuk
ibadah kepada Allah (2) Jam untuk bekerja mencari nafkah (3) Jam sisanya untuk
istirahat .
Akan tetapi diterimanya hak-hak pekerja ini tidak berarti para pekerja memliki
kebebasan tidak terbatas untuk melakukan apa saja. Islam mengutuk penyelewengan
dan kecurangan dalam menggelapkan apapun milik majikan, sesuai Hadist Nabi SAW :
32. dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih
banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka
usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada
Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
1. Islam sebagai suatu sistem kehidupan yang kaffah tidak saja mengatur hubungan
manusia dengan Allah tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan manusia
baik dalam bidang politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta
ekonomi. Dalam bidang ekonomi, Islam telah mengatur baik sistem moneter
dan sistem fiskal dalam suatu negara.
2. Kebijakan Fiskal yang dianut bisa berupa kebijakan anggaran berimbang seperti
yang telah diterapkan oleh Rasulullah dan Khulafaurasyidin kecuali Umar bin
Khattab atau anggaran defisit seperti yang dipraktekan oleh Umar bin Khattab,
Umar bon Abdul Aziz dan Harun Al Rasyid, untuk mernggali sumber daya alam
yang kaya di negara negara Islam yang kekurangan modal kerja.
3. Kebijaksanaan fiskal Islam dalam masalah penerimaan negara dan pengeluaran
negara, memiliki sejumlah prinsip dasar yang tidak boleh dilanggar oleh
pemerintah karena ada aturan baku yang sudah diatur oleh Al Qur’an seperti
Ghanimah dan Shodaqoh (Termasuk zakat, wakaf dan usher) yang termasuk ke
dalam penerimaan tidak resmi negara dan ada yang tidak diatur Al Qur’an secara
baku dan termasuk penerimaan resmi negara seperti Fay’i dan turunannya.
4. Pajak (dharibah) yang tidak sesuai dengan syariah tidak diperbolehkan dalam
sistem Islam namun bukan karena berdasarkan nash Al Qur’an atau hadist tetapi
menurut Ijma Ulama.
5. Zakat karena berbeda dengan pajak maka seharusnya dapat menjadi pengurang
pajak terutang karena terjadi dualisme perpajakan seperti dalam PPh agar tidak
terjadi 2 kali pemungutan pajak, dalam PBB dan PPN karena Indonesia bukan
tanah taklukan dan tidak sesuai dengan sistem ekonomi Islam (Gusfahmi, 2007).
6. Penggunaan uang pajak (dharibah) yang sesuai dengan syariah adalah
diutamakan untuk pendidikan, kesehatan, keamanan dan musibah/bencana
alam dan bukan untuk pembayaran hutang luar negeri (Gusfahmi, 2007).
Saran-saran
Daftar Pustaka
Mata Kuliah :
AYAT DAN HADITS EKONOMI
Disusun oleh :