RMK Bab 15 Pengauditan II Pengauditan Siklus Pembelian Dan Pembayaran Kelompok 3
RMK Bab 15 Pengauditan II Pengauditan Siklus Pembelian Dan Pembayaran Kelompok 3
PENGAUDITAN II
Oleh:
KELOMPOK 3
Tujuan pengauditan atas siklus pembelian dan pembayaran adalah untuk menilai
apakah akun-akun yang dipengaruhi oleh pembelian barang dan jasa serta pengeluaran kas
untuk pembelian tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi
keuangan. Gambar 15-1 melukiskan bagaimana aliran informasi akuntansi melalui berbagai
akun di dalam siklus pembelian dan pembayaran. Ada tiga kelompok transaksi yang tercakup
dalam siklus ini, yaitu:
Ada 10 akun yang lazim digunakan dalam siklus pembelian dan pembayaran seperti
yang ada dalam akun T pada Gambar 15-1 di atas.
2.1 FUNGSI-FUNGSI BISNIS DAN DOKUMEN SERTA CATATAN DALAM
SIKLUS PEMBELIAN DAN PEMBAYARAN
Check Pembayaran
File transaksi kas
b. Memo Debet
Memo Debet juga merupakan dokumen yang diterima dari pemasok dan
menunjukkan pengurangan atas jumlah yang terutang yang disebabkan karena adanya
pengembalian (retur) barang ke pemasok atau diterimanya pengurangan harga.
c. Voucher
Voucher biasanya digunakan dalam suatu organisasi untuk menetapkan cara
yang formal dalam pencatatan dan pengawasan pembelian, terutama dengan membuat
agar setiap transaksi pembelian bernomor urut.
d. File Transaksi Pembelian
File transaksi pembelian adalah file yang dihasilkan komputer yang
mencakup semua transaksi pembelian yang diproses oleh sistem akuntansi untuk
suatu periode tertentu, misalnya satu hari, satu minggu, atau sebulan. File tersebut
berisi semua informasi.
e. Jurnal Pembelian
Jurnal Pembelian dihasilkan dari file transaksi pembelian dan biasanya berisi
nama pemasok, tanggal, jumlah, dan kelompok akun untuk setiap transaksi, seperti
reparasi dan pemerliharaan, persediaan, atau kelompok akun lainnya.
f. Master File Utang Usaha
Master file utang usaha mencatat transaksi pembelian, pengeluaran kas, dan
retur pembelian untuk setiap pemasok. Master file ini dimutahirkan (updated) dari file
transaksi komputer untuk pembelian, retur pembelian, dan pengeluaran kas.
g. Daftar Utang Usaha
Sesuai dengan namanya, daftar utang usaha berisi daftar jumlah yang terutang
kepada masing-masing pemasok atau untuk setiap faktur, atau voucher pada suatu saat
tertentu. Daftar ini dibuat langsung dari master file utang usaha.
h. Laporan dari Pemasok (Vendor's Statement)
Laporan dari pemasok adalah dokumen yang dibuat oleh pemasok setiap akhir
bulan dan menunjukkan saldo awal, pembelian, retur pembelian, dan pembayaran ke
pemasok tersebut, serta saldo akhir.
Dalam pengauditan pada umumnya, akun-akun yang paling banyak menyerap waktu
pemeriksaan adalah piutang usaha, persediaan, aset tetap, utang usaha, dan akun beban.
Pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi untuk siklus pembelian dan
pembayaran terbagi dalam dua bagian besar berikut:
1. Pengujian pembelian, yang berkaitan dengan tiga dari empat fungsi bisnis yang telah
disinggung di atas, yakni: order pembelian, penerimaan barang dan jasa, dan
pengakuan utang.
2. Pengujian pengeluaran kas, yang berkaitan dengan fungsi keempat, yakni; pengolahan
dan pencatatan pengeluaran kas.
1. Otorisasi Pembelian
Memastikan bahwa barang dan jasa yang diperoleh adalah demi memenuhi tujuan
perusahaan yang diotorisasi, dan menghindari pembelian yang berlebihan atau tidak
diperlukan.
2. Pemisahan Pemegang Aset Dari Fungsi Lainnya
Untuk mencegah pencurian dan penyalahgunaan, barang harus dikendalikan secara
fisik dari saat penerimaannya hingga penggunaan atau pelepasannya. Personel di
departemen harus independen dari bagian gudang dan departemen akuntansi.
3. Pencatatan Tepat Waktu dan Review Independen Atas Transaksi
Pembelian harus dicatat tepat waktu tergantung kebijakan perusahaan, bisa pada saat
penerimaan barang atau ditangguhkan sampai faktur pemasok diterima. Pencatat
pembelian tidak boleh memiliki akses ke kas, sekuritas, dan aktiva lainnya.
4. Otorisasi pembayaran
Pengendalian terpenting atas pengeluaran kas meliputi :
· Penandatanganan check oleh individu yang diberi otorisasi oleh perusahaan
· Pemisahan tanggungjawab untuk menandatangani check dan melaksanakan
fungsi utang usaha
· Pemisahan yang cermat atas dokumen pendukung oleh penandatanganan check
sebelum suatu check ditandatangani.
3.4 MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN PENGENDALIAN
Bukti audit untuk suatu perikatan audit akan bervariasi tergantung pada pengendalian
internal serta keadaan lainnya. Efisiensi audit yang signifikan akan tercapai dalam audit
apabila pengendalian beroperasi secara efektif. Empat dari enam tujuan audit golongan
transaksi pantas untuk mendapatkan perhatian khusus oleh karena itu akan dibahas lebih
dalam dibawah ini.
1. Pembelian terbukukan adalah untuk barang dan jasa yang diterima (keterjaadian)
Pengendalian yang memadai bisa mencegah terjadinya pencatatan transaksi yang tidak
pernah terjadi secara tidak sengaja, terutama yang berupa pencatatan pembelian ganda.
Pengendalian yang memadai juga bisa mencegah klien dari kesalahan mencatat beban
bukan beban perusahaan, atau ttransaksi penyalahgunaan aset atau hal-hal yang
mendatangkan keuntungan bagi manajemen dan bukan untuk kepentingan perusahaan
yang diaudit.
2. Pembelian yang terjadi telah dibukukan (kelengkapan)
Kegagalan mencatat pembelian barang dan jasa yang diterima menyebabkan utang usaha
kurang saji dan mengakibatkan laba bersih dan ekuitas pemilik lebih saji. Auditor kadang
kesulitan melakukan audit rinci saldo untuk menentukan apakah suatu transaksi tidak
tercatat, maka lebih mengandalkan pengendalian dan pengujian substantif golongan
transaksi untuk tujuan ini.
3. Pembelian dicatat dengan akurat (ketelitian)
Apabila auditor yakin bahwa transaksi aset tetap dicatat dengan benar dalam jurnal
pembelian, maka bisa diterima apabila auditor memutuskan untuk memeriksa dokumen
pendukung pembelian periode ini yang lebih sedikit selama melakukan pengujian rinci
saldo dibandingkan dengan apabila pengendalian tidak memadai. Apabila klien
mengunakan catatan persediaan perpetual, pengujian rinci saldo juga dapat dikurangi
secara signifikan seandainya auditor percaya bahwa catatan perpetual adalah akurat.
4. Pembelian digolongkan dengan benar (penggolongan)
Pengujian rinci akun individual tertentu dapat dikurangi apabila auditor yakin bahwa
pengendalian internal mencukupi untuk dapat memberikan keyakinan yang memadai
mengenai penggolongan yang benar dalam jurnal pembelian. Auditor akan banyak
membutuhkan waktu untuk melaksanakan pengujian dokumen pembelian aset tetap dan
akun-akun beban periode ini guna memeriksa ketelitian dan kebenaran penggolongan.
Oleh karena itu akan sangat menghemat waktu apabila pengendalian internal efektif.
3.6 PERANCANGAN PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANTIF GOLONGAN TRANSAKSI UNTUK PENGELUARAN KAS
Auditor biasanya melaksanakan pengujian pembelian dan pengeluaran kas pada
saat yang sama. Untuk transaksi-transaksi tertentu yang dipilih dari jurnal pembelian
untuk diperiksa, faktur penjual, laporan penerimaan barang, dan dokumen pendukung
lainnya diperiksa pada saat yang sama. Dengan demikian verifikasi dilakukan secara
efisien tanpa mengurangi efektivitas pengujian.
3.7 SAMPLING ATRIBUT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN
PENGUJIAN SUBSTANTIF GOLONGAN TRANSAKSI
Mengingat pentingnya pengujian pengendalian dan pengujian golongan transaksi
untuk pembelian dan pembayaran, maka penggunaan sampling atribut menjadi sangat
lazim dilakukan. Ada tiga hal yang berbeda pada siklus pembelian dan pembayaran
dibandingkan dengan siklus lainnya :
1. Siklus ini menyangkut banyak akun, baik yang berupa akun-akun laba rugi, maupun
akun neraca. Dampaknya ialah kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
penggolongan menjadi tinggi, bahkan beberapa diantaranya berpengaruh terhadap
laba bersih.
2. Dalam siklus ini sangat lazim diperlukan pertimbangan yang signifikan, kebutuhan
atas pertimbangan ini meningkatkan kemungkinan terjadinya kesalahan penyajian.
3. Jumlah rupiah untuk transaksi individual, seringkali berjumlah sangat besar.
Akibatnya, auditor menggabungkan unsur-unsur yang besar dan tidak biasa seperti itu
dan mengujinya 100%.
4.1 METODOLOGI UNTUK PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO UNTUK
UTANG USAHA
Utang usaha adalah kewajiban yang belum dibayar yang timbul dari pembelian barang
dan jasa yang telah diterima dalam kegiatan normal perusahaan. Utang usaha meliputi
kewajiban yang timbul dari pembelian bahan baku, peralatan, listrik, reparasi dan jenis
barang dan jasa lainnya yang diterima sebelum akhir tahun buku. Utang usaha dapat
diidentifikasi melalui keberadaan faktur dari penjual yang menunjukkan kewajiban
perusahaan. Utang usaha dibedakan dari utang biaya dan kewajiban utang bunga. Kewajiban
merupakan utang usaha hanya apabila total kewajiban diketahui dan terutang pada tanggal
neraca.
Seperti piutang usaha, sejumlah transaksi bisa memengaruhi utang usaha. Saldonya
seringkali berjumlah besar dan meliputi sejumlah besar pemasok dan biasanya akan mahal
untuk mengaudit akun tersebut. Auditor biasanya menetapkan materialitas kinerja untuk
utang usaha relatif tinggi dan sering menilai risiko inheren pada tingkat medium atau tinggi.
Auditor biasanya menaruh perhatian pada tujuan kelengkapan dan tujuan saldo pisah batas
karena potensi terjadinya kurang saji dalam saldo utang usaha.
1. Misalkan klien memiliki pengendalian internal yang efektif atas catatan dan pembayaran
untuk pembelian. Penerimaan barang didokumentasi melalui penggunaan laporan
penerimaan barang bernomor urut tercetak, voucher bernomor urut tercetak dibuat
dengan tepat dan efisien dan dicatat dalam file transaksi pembelian dan master file utang
usaha. Pengeluaran kas dilakukan tepat pada tanggal jatuhnya dan dicatat dalam file
transaksi pembayaran dan master file utang usaha. Saldo utang usaha individual dalam
master file direkonsiliasi secara bulanan dengan laporan dari pemasok, dan computer
secara otomatis merekonsiliasi total master file dengan buku besar. Verifikasi atas utang
usaha tersebut hanya membutuhkan sedikit usaha dari auditor, karena auditor
berkesimpulan bahwa pengendalian internal telah beroperasi dengan efektif.
2. Misalkan perusahaan tidak menggunakan laporan penerimaan barang, klien menunda
pencatatan pembelian hingga dilakukan pembayaran kas dan karena kekuranan kas,
tagihan dari pemasok sering dibayar beberapa bulan setelah tanggal jatuhnya. Dalam
situasi ini diperlukan pengujian rinci yang ekstensif untuk memastikan apakah utang
usaha telah ditetapkan dengan tepat pada tangal neraca.
Auditor harus membandingkan total beban tahun ini dengan tahun sebelumnya untuk
menemukan kesalahan penyajian dalam utang usaha maupun dalam akun beban. Karena
penggunaan pembukuan berpasangan (double entry accounting), suatu kesalahan penyajian
dalam akun beban biasanya juga akan berakibat kesalahan penyajian yang sama pada akun
utang usaha. Oleh karena itu, pembandingan beban-beban tahun ini misalnya sewa, listrik,
dan beban-beban terjadwal dengan regular dengan tahun sebelumnya merupakan prosedur
yang efektif dalam menganalisis utang usaha apabila beban dari tahun ke tahun relatif stabil.
Tujuan keseluruhan audit utang usaha adalah untuk menentukan apakah saldo utang
usaha telah disajikan secara wajar dan diungkapkan dengan tepat. Dalam audit utang usaha
diterapkan keberadaan, kelengkapan,penggolongan, pisah batas, kecocokan saldo, dan hak
serta kewajiban. Nilai bersih bisa direalisasi tidak bisa diterapkan pada utang usaha. Ada
perbedaan penting dalam penekanan audit atas liabilitas dan aset.
Apabila auditor mengaudit aset, auditor akan menekankan pada lebih saji melalui
verifikasi dengan konfirmasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dokumen. Sebaliknya pada
liabilitas auditor menekankan terjadinya kurang saji atau penghilangan liabilias. Apabila
penanamanmodal, kreditur, dan pengguna lainnya setelah diterbitkannya laporan keuangan
auditan menentukan laba dan ekuitas pemilik lebih saji material, maka tuntutan hukum pada
KPA dapat dilakukan.
Karena kesalahan penyajian ekuitas pemilik dapat timbul baik dengan membuat lebih
saji aset atau kurang saji liabilitas, wajar jika auditor memberi perhatian yang besar yang
ditimbulkan dari kesalahan penyajian berupa lebih saji dalam utang usaha. Berikut ini tjuan
audit saldo yang diterapkan dalam mengaudit piutang usaha yaitu:
a. Tujuan nilai bersih bisa direalisasi tidak diterapkan untuk liabilitas. Nilai bersih bisa
direalisasi hanya diterapkan untuk aset.
b. Aspek hak pemilikan dari tujuan hak dan kewajiban tidak diterapkan untuk liabilitas.
Untuk aset, auditor sangat menekankan pada hak klien atas penggunaan dan
penghapusbukuan aset. Untuk liabilitas, auditor memusatkan perhatian pada
kewajiban klien untuk membayar utang. Apabila klien tidak mempunyai kewajiban
untuk membayar, maka tidak akan dicantumkan sebagai liabilitas.
c. Untuk liabilitas, lebih ditekankan pada pencarian kurang saji daripada lebih saji.
Prosedur audit yang diterapkan auditor dapat bervariasi tergantung pada sifat
entitas, materialitas utang usaha, sifat dan efektivitas pengendalian internal, serta
risiko inheren.
Pembahasan tentang pengujian rinci atas saldo utang usaha di atas dititikberatkan
pada prosedur-prosedur audit yang lazim dilakukan dokumen dan catatan yang diperiksa,
serta saat pengujian. Auditor harus juga mempertimbangkan ukuran sampel dalam audit atas
utang usaha Ukuran sampel dalam pengujian utang usaha sangat bervariasi tergantung pada
berbagai faktor seperti misalnya: materialitas utana usaha, jumlah akun yang ada, hasil
penilaian risiko pengendalian, dan hasil audit tahun yang lalu. Apabila pengendalian internal
klien lemah, yang tidak jarang dijumpai pada utang usaha, hampir seluruh populasi harus
diperiksa. Dalam situasi yang lain hanya sebagian kecil dipandang perlu untuk diperiksa.
Sampling statistikal kurang lazim digunakan untuk pengauditan utang usaha dibandingkan
dengan untuk piutang usaha. Perumusan populasi dan penentuan ukuran populasi sering lebih
sulit untuk utang usaha. Karena tekanan audit adalah pada utang usaha yang tidak dicatat,
auditor harus mencoba agar populasi mencakup semua kewajiban potensial.
DAFTAR PUSTAKA