Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TELAAH JURNAL PADA KASUS ANAK M DENGAN

BATUK BUKAN PNEUMONIA DAN DEMAM

Judul Jurnal yang diangkat :

1. Peran Keluarga Terhadap Penanggulangan Awal ISPA Bukan Pneumonia


Pada Balita
2. Uji Efektifitas Perasan Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia S) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro
3. Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Dan Tepidsponge
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami Demam di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Disusun oleh :

Siti Juarsih

2201110160047

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

APRIL 2018
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
BAB II ANALISIS JURNAL...............................................................................................................5
A. Peran Keluarga Terhadap Penanggulangan Awal ISPA Bukan Pneumonia
Pada Balita.........................................................................................................6

B. Uji Efektifitas Perasan Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia S) Terhadap


Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro...........................7

C. Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Dan Tepidsponge


Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami Demam di RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.........................................................9

BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................................11


BAB IV SIMPULAN DAN SARAN.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................14
LAMPIRAN.......................................................................................................................17

2
BAB I

PEMBAHASAN

Hasil observasi yang diperoleh dari praktik lapangan di ruang MTBS Puskesmas
L pada tanggal 19 April 2018 dengan hasil dari pengkajian yang dilakukan
diperoleh data sebagai berikut.

a. Anamnesis
Nama Anak : Anak M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa S
Nama Ayah : Tn. Y
Umur : 7 bulan
Anak sakit apa : Batuk sudah 3 hari dan demam
sudah 3 hari
Kunjungan : Pertama
Pemberian ASI : Ya
Makanan dan minuman : bubur anak 2 kali sehari
Alat untuk minum : Dot
b. Pemeriksaan fisik
Berat Badan : 6,1 kg
Panjang Badan/Tinggi Badan : 65 cm
Suhu : 37,5 0C
Frekuensi napas : 36 kali/menit
c. Klasifikasi dan tindakan/pengobatan
Berdasarkan data yang diperoleh :

Klasifikasi Tindakan/pengobatan
Batuk bukan pneumonia  Beri pelega tenggorokan dan
Pereda batuk
 Menganjurkan meminumkan
jeruk nipis : kecap yang sudah
dicampr dengan perbandingan

3
1:1
 Nasihat : apabila obat telah
habis namun batuk masih belum
sembuh, datang kembali; tidak
boleh terkena dingin yang
berlebihan; mandi menggunakan
air hangat; cara pemberian obat
Demam bukan DBD  Beri obat penurun panas dalam
bentuk sirup sesuai dosis

Nasihat tambahan yang diberikan bidan kepada orang tua:


1. Memberitahu cara membersihkan dot
2. Menganjurkan untuk memberikan MP-ASI melalui gelas dan sendok

4
BAB II
ANALISIS JURNAL

1. Peran Keluarga Terhadap Penanggulangan Awal ISPA Bukan Pneumonia


Pada Balita
Pendahuluan :
Penyakit menular yang selalu masuk dalam sepuluh besar penyakit
(Puskesmas) selama beberapa tahun terakhir adalah influensa, penyakit saluran
nafas (diantaranya pneumonia), hipertensi, diare, penderita ISPA bukan
pneumonia tercatat jumlahnya 70.942 (Dinkes DIY, 2011). Hasil pencatatan
dan pelaporan penderita ISPA bukan pneumonia pada balita yang berkunjung
ke Puskesmas Bantul II pada Bulan September tahun 2012 berjumlah 38 orang.
Pemerintah telah membuat berbagai kebijakan untuk mengatasi persoalan
kesehatan anak, khususnya untuk menurunkan angka kematian balita. Salah
satunya adalah meningkatkan peran serta keluarga dan masyarakat. Dalam
membantu perbaikan status kesehatan peran serta keluarga dan masyarakat ini
penting, sebab upaya pemerintah dalam rangka menurunkan angka kematian
bayi dan balita tidak dapat dilakukan hanya oleh pemerintah, melainkan perlu
peran serta masyarakat melalui partisipasi secara langsung (Hidayat, 2008).
Batuk juga termasuk kedalam faktor masalah yang sering dialami balita.
Metode:
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Alat pengumpul data
menggunakan kuesioner yang dikembangkan dari literatur mengenai cara
penanggulangan ISPA bukan pneumonia di keluarga. Kuesioner tersebut terdiri
dari 22 item yang terbagi atas 12 pernyataan positif (favourable) dan 10
pernyataan negatif (unfavourable). Jumlah responden sebanyak 60 orang. Uji
validitas dilakukan di Puskesmas Bantul I pada ibu rumah tangga yang
mempunyai balita dengan jumlah responden untuk uji validitas adalah
sebanyak 20 orang sebagai sampel minimal. Teknik sampling menggunakan
purposive sampling. Uji validitas menggunakan rumus Person Product
Moment. Dari hasil uji validitas didapatkan 22 item pertanyaan valid kemudian
dilanjutkan dengan uji reliabilitas untuk 22 pertanyaan. Dari hasil perhitungan

5
didapatkan adalah 0,884 maka karena nilai α > 0,600 maka dinyatakan
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipercaya atau reliabel.
Analisis yang digunakan dalam bentuk persentase dari variabel. Selanjutnya
perolehan persentase dimasukan ke dalam indikator yaitu: Peran positif: skor
51-100%, Peran negatif: skor 0-50%
Hasil :
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, 70% responden berperan positif
terhadap penanggulangan panas atau demam pada balita, 86% responden
berperan positif terhadap penanggulangan batuk pada balita, 80% responden
berperan positif terhadap penanggulangan sumbatan jalan nafas pada balita,
86% responden berperan positif terhadap cara pemberian nutrisi pada balita,
100% responden berperan positif terhadap cara pemberian cairan pada balita,
100% responden berperan positif terhadap pengamatan perkembangan
penyakit, 97% responden berperan positif terhadap cara mencari bantuan ke
sarana pelayanan kesehatan. Khususnya dalam hasil distribusi responden
berdasarkan peran keluarga terhadap penanggulangan sumbatan jalan nafas
pada balita di wilayah Puskesmas Bantul II Tahun 2013 diketahui status
responden dengan peran positif 80% (48 responden). langkah awal untuk
menanggulangi batuk pada balita yaitu dengan memberikan obat batuk yang
aman yaitu dengan memberikan ramuan tradisional seperti jeruk nipis ½
sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh yang diberikan
tiga kali sehari dan cara mengatasi sumbatan jalan nafas pada balita dan
sebagian menanggulangi dengan membersihkan jalan nafas atau hidung anak
dengan menggunakan kain bersih yang bertujuan untuk mempercepat
kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah (DepKes RI, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peran keluarga
dalam menanggulangi ISPA bukan pneumonia pada balita selama di rumah
sebagian besar memiliki peran positif.

6
2. Uji Efektifitas Perasan Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia S) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro
Pendahuluan :
Jeruk nipis dapat digunakan untuk obat batuk, peleruh dahak, influenza, dan
obat jerawat. Buah ini banyak dikonsumsi masyarakat dan mempunyai harga
relatif murah, mudah diperoleh, alamiah, serta tidak menimbulkan efek
samping bagi pemakainya. Jeruk nipis mengandung unsur-unsur senyawa
kimia yang bemanfaat, seperti asam sitrat, asam amino, minyak atsiri, damar,
glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang vitamin B1 dan C.
Kandungan Gizi dalam 100gram buah jeruk nipis mengandung vitamin C
sebesar 27 miligram, kalsium 40 miligram, fosfor 22 miligram, hidrat arang
12,4 gram, vitamin B1 0,04 miligram, zat besi 0,6 miligram, lemak 0,1 gram,
kalori 37 gram, protein 0,8 gram dan mengandung air 86 gram. Minyak atsiri
yang terkandung dalam jeruk nipis mempunyai fungsi sebagai antibakteri, yang
salah satu kandungan minyak atrisi yang mempunyai peran paling penting
dalam meghambat pertumbuhan bakteri ialah flavonoid.Staphylococcus aureus
merupakan salah satu bakteri gram positif berbentuk bulat yang merupakan
bakteri patogen bagi manusia. Staphylococcus aureus juga dapat menginfeksi
jaringan atau alat tubuh lain yang menyebabkan timbulnya penyakit dengan
tanda-tanda yang khas seperti nekrosis, peradangan dan pembentukan abses.
Metode :
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan
rancangan penelitian post test only control group design. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015. Subjek dari penelitian ini adalah
jamur Candida albicans. Variabel penelitian ini yaitu perasan air jeruk nipis
dan pertumbuhan Staphylococcus aureus yang diperoleh dari hapusan mukosa
rongga mulut yang telah dibiakkan. Perasan air jeruk nipis diperas dan disaring
airnya sebanyak 100 ml menggunakan saringan dimasukkan kedalam tabung
Erlenmeyer steril, lalu ditutup dengan aluminium foil steril dan disimpan pada
suhu 4°C sampai saat digunakan.

7
Hasil :
Hasil penelitian didapatkan Pengamatan dilakukan setelah 24 jam masa
inkubasi. Zona bening disekitar cakram merupakan petunjuk kepekaan bakteri
terhadap bahan antibakteri yang digunakan sebagai bahan uji dan dinyatakan
dengan luas zona hambat. Rata-rata luas zona hambat perasan air jeruk nipis
terhadap Staphylococcus aureus sebesar 735,13 mm² . Hasil perhitungan
statistik dengn uji Independent T-test diketahui p=0,036 dengan signifikansi p
< 0.05 maka H1 diterima karena terdapat perbedaan yang bermakna antara
kelompok perasan air jeruk nipis dan kelompok kontrol. Penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa perasan air jeruk nipis memilik efek antibakteri dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

8
3. Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Dan Tepidsponge
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami Demam di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Pendahuluan :
Di Indonesia penderita demam sebanyak 465 (91.0%) dari 511 ibu yang
memakai perabaan untuk menilai demam pada anak mereka sedangkan sisanya
23,1 saja menggunakan thermometer (Setyowati, 2013). Data Dinas Kesehatan
Provinsi Lampung tahun 2013 menyebutkan bahwa demam pada anak usia 1-
14 tahun mencapai 4.074 anak dengan klasifikasi 1.837 anak pada usia 1-4
tahun, 1.192 anak pada usia 5-9 tahun dan 1.045 anak pada usia 10-14 tahun.
Penyakit terbanyak dengan gejala awal demam di ruang Alamanda RSUD dr.
H. Abdul Moeloek pada tahun 2014 yaitu Bronkopneumonia, Demam Typhoid
dan DHF. Anak yang menderita demam dengan penyakit Bronkopneumonia
mencapai 442 anak, Demam Typhoid mencapai 279 anak dan DHF mencapai
46 anak. Demam pada anak dibutuhkan perlakuan dan penanganan tersendiri
yang berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini dikarenakan,
apabila tindakan dalam mengatasi demam tidak tepat dan lambat maka akan
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu. Demam
dapat membahayakan keselamatan anak jika tidak ditangani dengan cepat dan
tepat akan menimbulkan komplikasi lain.
Metode :

Desain penelitian ini adalah quasieksperiment dengan rancangan penelitian pre


test and post test designs with two comparison treatments. Rancangan
penelitian ini,kedua kelompok diberikan perlakuan dan peneliti mengukur suhu
tubuh sebelum pemberian perlakuan (pre test), dan setelah pemberian
perlakuan (post test). Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Alamanda RSUD
dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung, mulai tanggal 07 April sampai 07
Mei 2015. Populasi adalah semua anak yang mengalami demam dengan
penyakit bronkopneumonia, demam typhoid, dan DHF dari bulan November
sampai Desember yang dirawat di Ruang Alamanda berjumlah 185 anak.
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 30
orang terdiri dari 15 orang sebagai kelompok kompres hangat dan 15 orang

9
sebagai kelompok tepid sponge. Analisa pada penelitian ini menggunakan dua
uji hipotesa yaitu Dependent T test dan Independent T test karena data
berdistribusinormal setelah dilakukan uji kenormalan dengan shapiro wilk
dengan hasil p value> 0,05.

Hasil :

Rerata penurunan suhu tubuh setelah pemberian kompres hangat sebesar 0,5°C
sedangkan rerata penurunan suhu tubuh setelah pemberian tepid sponge
sebesar 0,7°C. Hasil uji statistik Independent Sample T-Test didapatkan nilai p
value = 0,003 pada alpha 5% maka dapat disimpulkan ada perbedaan efektifitas
penurunan suhu tubuh pada kompres hangat dan Tepid sponge. Hasil penelitian
juga menyebutkan bahwa tepidsponge lebih efektif menurunkan suhu tubuh
dibandingkan dengan kompres hangat. Tepid sponge lebih efektif menurunkan
suhu tubuh anak dengan demam dibandingkan dengan kompres hangat
disebabkan adanya seka tubuh pada tepidsponge yang akan mempercepat
vasodilatasi pembuluh darah perifer diseluruh tubuh sehingga evaporasi panas
dari kulit ke lingkungan sekitar akan lebih cepat dibandingkan hasil yang
diberikan oleh kompres hangat yang hanya mengandalkan dari stimulasi
hipotalamus. Perbedaan luas rasio body surface area dengan jumlah luas
washlap yang kontak dengan pembuluh darah perifer yang berbeda antara
teknik kompres hangat dan tepid sponge akan turut memberikan perbedaan
hasil terhadap percepatan penurunan suhu responden pada kedua kelompok
perlakuan tersebut.

10
BAB III

PEMBAHASAN

Masalah yang dapat diangkat dalam kasus ini adalah penanganan pada pasien
batuk dan demam. Pada hasil observasi di Puskesmas L, tindakan dan pengobatan
yang diberikan oleh bidan adalah pemberian pendidikan kesehatan secara umum
kepada orang tua Anak Y dan pemberian nasihat, memberikan perasan jeuk dan
kecap dengan perbandingan 1:1untuk mengatasi batuknya dan untuk
penatalaksanaan demam yaitu diperintahkan untuk kompres hangat. Pendidikan
kesehatan yang diberikan seharusnya tidak dilakukan secara umum saja tapi bisa
lebih spesifik sesuai dengan kebutuhan dan keluhan yang dirasakan. Untuk
pengobatan yang diberikan, telah sesuai dengan MTBS dan beberapa penelitian
yang telah dilakukan. Sesuai dengan Evidance Based Practice (EBP) mengenai
batuk dan demam, diperoleh 3 jurnal yang sesuai dengan pengobatan yang telah
dilakukan, yaitu pemberian perasan jeruk nipis dan kecap juga efektif dalam
penyembuhan batuknya dan untuk kompres hangat juga dapat menurunkan suhu
tubuh pasien. Berikut jurnal yang diambil, adalah sebagai berikut :
1. Peran Keluarga Terhadap Penanggulangan Awal ISPA Bukan Pneumonia
Pada Balita
2. Uji Efektifitas Perasan Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia S) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro
3. Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Dan Tepidsponge
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami Demam di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Dalam jurnal pertama, dijelaskan mengenai peran keluarga dalam


penanggulangan ISPA terkhusus batuk. langkah awal untuk menanggulangi batuk
pada balita yaitu dengan memberikan obat batuk yang aman yaitu dengan
memberikan ramuan tradisional seperti jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu ½ sendok teh yang diberikan tiga kali sehari dan cara mengatasi
sumbatan jalan nafas pada balita dan sebagian menanggulangi dengan

11
membersihkan jalan nafas atau hidung anak dengan menggunakan kain bersih
yang bertujuan untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi
yang lebih parah.
Jurnal yang kedua membahas mengenai Jeruk nipis dapat digunakan untuk
obat batuk dan peleruh dahak. Karena dalam jeruk nipis terkandung minyak atsiri
yang mempunyai fungsi sebagai antibakteri, yang salah satu kandungan minyak
atrisi yang mempunyai peran paling penting dalam meghambat pertumbuhan
bakteri ialah flavonoid. Sehingga dalam penyembuhan batuknya dapat cepat
teratasi.

Pada jurnal yang ketiga menjelaskan mengenai perbandingan Efektifitas


pemberian kompres hangat dibandngkan dengan penggunaan tepid sponge
terhadap penurunan suhu tubuh anak yang mengalami demam. Didapatkan hasil
bahwa Tepid sponge lebih efektif menurunkan suhu tubuh anak dengan demam
dibandingkan dengan kompres hangat disebabkan adanya seka tubuh pada
tepidsponge yang akan mempercepat vasodilatasi pembuluh darah perifer
diseluruh tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit ke lingkungan sekitar akan
lebih cepat dibandingkan hasil yang diberikan oleh kompres hangat yang hanya
mengandalkan dari stimulasi hipotalamus.

12
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

Batuk dan demam pada anak merupakan penyebab tertinggi morbiditas


(kesakitan) dan mortilitas (kematian) di dunia terutama di Negara yang sedang
berkembang, seperti Indonesia. Gejala ini bisa disebabkan oleh banyak faktor.
Pemberian jeruk dan kecap ternyata memberikan pengaruh terhadap
penyembuhan batuk anak dan dalam penatalaksanaan penyembuhan demamnya
kompres hangat juga berpengaruh namun lebih efektif jika menggunakan tepid
sponge.
Terkait dampak positif penggunaan tepid sponge ini maka harus lebih
dikembangkan agar dapat digunakan secara menyeluruh agar penanganan yang
diberikan dapat lebih baik lagi, dengan tetap memperhatikan gejala klinis yang
muncul pada setiap pasien yang mengalami demam.

13
DAFTAR ISI
Awalia, Syafa. Jumiyati. Dkk. 2013. Peran Keluarga Terhadap Penanggulangan
Awal ISPA Bukan Pneumonia Pada Balita.
http://jurnal.akbiduk.ac.id/assets/doc/170223081647-5.pdf diakses pada 21 April
2018

Bernart, S.P.H. Lauma, Sartika Widia. Dkk. 2015.Uji Efektifitas Perasan Air
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia S) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus Secara In Vitro.
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=377085&val=1015&title=UJI%20EFEKTIFITAS%20PERASAN%20AIR
%20JERUK%20NIPIS%20(Citrus%20aurantifolia%20S)%20TERHADAP
%20PERTUMBUHAN%20BAKTERI%20Staphylococcus%20aureus
%20SECARA%20IN%20VITRO
Diakses pada 21 April 2018

Setiawan Dwi, Setiawati. Dkk. 2014. Perbandingan Efektifitas Pemberian


Kompres Hangat Dan Tepidsponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang
Mengalami Demam di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/view/101 diakses pada 21 April 2018

14

Anda mungkin juga menyukai