Alat dan metode penentuan warna gigi (Shade Guide- Vita 3D master)
Shade menurut Glossary of Prosthodotics Terms adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan hue. Alat bantu untuk menentukan warna gigi
disebut shad guide, misalnya shade guide vita 3D-master.Shade guide vita 3d-
master memiliki kelebihan dibaningkan shade guide vitalumin yaitu mencakup
seluruh warna gigi.
Berdasarkan teori dasar warna terdapat tiga penentu dalam pemilihan warna
gigi dengan shade guide ini, yaitu value, chroma dan hue dimana memungkinkan
ketepatan warna.
Shade guide vita 3D master terdiri dari 11 set sampel berbentuk gigi
porselen. Tiap 11 set dibagi menjadi 26 sampel yang disusun berdsarkan value
terang ke gelap, dari intensitas rendah ke intensitas tinggi dan tersusun dari warna
kuning ke warna merah. Adapun susunan dari tiap set adalah 1M1, 1M2, 2L1.5,
2L2.5, 2M1, 2M2, 2M3, 2R1.5, 2R2.5, 3L1.5, 3L2.5, 3M1, 3M2, 3M3, 3R1.5, 3R2.5,
4L1.5, 4L2.5, 4M1, 4M2, 4M3, 4R1.5, 5L1.5, 5L2.5, 5M1, 5M2, 5M3, 5R1.5, 5R2.5.
cara membaca hasil penentuan warna pada shade guide 3D master adalah
sebagai berikut angka pertama pada kode shade tab adalah menunjukkan value,
makin tinggi nilai tersebut maka warna pada shade tab makin gelap, kode huruf
menunjukkan hue shade tab, L mempunya arti kuning, M merupakan pertengahan
warna antara kuning dan merah sedangkan R adalah warna kemerahan. Angka
terakhir menujukkan chroma, sama dengan value, makin tinggi nilainya maka
chroma makin tinggi saturasinya. Contoh pembacaan hasil penentuan warna shade
guide 3D master adaalh sebagai berikut 2L1.5 artinya shade tab mempunyai nilai
value 2, hue kuning dan chroma dengan nilai 1.5.
Umumnya shade guide visual yang sering dipakai di klinik adalah Vita Shade 3DMaster,
karena memiliki keunggulan kualitas warna yang dihasilkan lebih akurat. Sedangkan warna
gigi pasien yang paling banyak ditemukan adalah warna 3M2, atau A3 pada Vitalumin
Classical (Al-Hamdan dkk. 2010; Paul dkk. 2004; Li dkk. 2009; Hen dkk. 2012; Corcodel dkk.
2010). Prosedur penentuan warna berdasarkan shade guide Vita 3D-Master, antara lain:
a. Menentukan value (lightness) (Gambar 2.20).
• Pegang shade guide setentang lengan pasien, posisi pasien dalam keadaan tegak.
• Pilih kelompok 0,1,2,3,4,5
• Mulai memilih kelompok yang paling gelap (value: 5). Contohnya: terpilih
kelompok no 3.
Gambar 2.20. Menentukan level lightness Sumber: Sistem Vita 3D Master. www.vita-
zahnfabrik.com· info@vita-zahnfabrik.com
b. Menentukan chroma
• Pada tingkatan value yang telah ditentukan, pilih kelompok hue paling tengah (M),
kemudian untuk menentukan chroma pisahkan ketiga warna pada M seperti kipas,
dan pilih salah satu di antara ketiga warna yang terpilih. Contohnya: 3M2. 79
Gambar 2.21. Menentukan level chroma Sumber: Sistem Vita 3D Master. www.vita-
zahnfabrik.com·info@vita-zahnfabrik.com
c. Menentukan hue (Gambar 2.22).
Cocokkan warna telah dipilih ke gigi asli, bila lebih merah pilih R, atau lebih kuning
pilih L. Contoh: 3L2.5
Gambar 2.22. Menentukan level hue Sumber: Sistem Vita 3D Master. www.vita-
zahnfabrik.com·info@vita-zahnfabrik.com.
Teknik penentuan warna secara visual mempergunakan sistem warna Munsell.
Teknik penentuan warna secara visual ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain
bersifat subjektif, artinya hasil warna dapat berbeda, tergantung kondisi mata
individu yang memeriksa, keahlian dan pengalaman operator dalam menentukan
warna berdasarkan jenis shade guide yang dipakai, sehingga warna yang dihasilkan
kurang maksimal (Sikri 2010; Joiner 2004; Baltzer dkk. 2004).
Selanjutnya setelah penyusunan gigi posterior rahang atas dan bawah telah
selesai pasien dapat melakukan try-in dan penyesuaian susunan gigi tiruan
rahang atas dan bawah baik bagian anterior maupun posterior secara
keseluruhan, untuk pemeriksaan fonetik dengan cara menginstruksikan pasien
mengucapkan huruf S, D O, M, R, A dan T dengan jelas dan tidak ada gangguan
3. Macam-macam Gigi Abutment
a) Primary abutment : abutment berdekatan dengan ruang tidak bergigi
b) Secondary Abutment : abutment jauh dari ruang tidak bergigi
c) intermediate abutment : gigi asli yang terletak di antara abutment yang
berfungsi untuk mendukung protesa gigi cekat atau lepasan
4. Single denture
Single complete denture adalah gigi tiruan lengkap lepas dimana antagonisnya
terdapat gigi asli baik sebagian atau pun seluruhnya. Berbeda dengan complete
denture yang merupakan gigi tiruan lengkap lepas dimana rahang atas dan rahang
bawah sudah tidak bergigi. Pada proses pembuatan single complete denture
berbeda dengan complete denture karena pada single complete denture gigi
antagonisnya masih merupakan gigi asli dimana pada proses pembuatannya harus
memperhatikan kesejajaran oklusi (Bose, 2007).
Indikasi :
Pasien dengan diskrepansi ukuran rahang yang membutuhkan complete
denture.
Pasien dengan inoperable cleft atau palatum yang perforasi palatum. Hal ini
disarankan untuk mempertahankan gigi pada maxillary arch. Hal ini disebabkan
karena conventional maxillary complete denture akan gagal karena tidak ada
peripheral seal.
Referensi :
Veeraiyan Nallaswamy Deepak. Teksbook of Prosthodontics. Jaaypee Brothers :
Medical Publisher. New Delhi. 2003. P.251.