Anda di halaman 1dari 39

KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN An.B DENGAN KASUS HARGA DIRI RENDAH
SITUASIONAL DI DESA KECUBUNG KECAMATAN PACE
KABUPATEN NGANJUK

OLEH :

YESI DWI AGUSTIN (202006045)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES


KARYA HUSADA KEDIRI TAHUN AJARAN
2020/2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada An.B dengan kasus Harga

Diri Rendah Situasional di Desa Kecubung Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk

oleh dosen pembimbing Pendidikan Profesi NERS Stikes Karya Husada Kediri

Tahun 2020/2021

Nama : Yesi Dwi Agustin

NIM : 202006045

Mahasiswa Pembimbing

Yesi Dwi Agustin Ns. Eko Arik Susmiatin, M.Kep.,Sp.Kep.J

2
DAFTAR ISI

..............................................................................................................................................
COVER .............................................................................................................................. 1
1. Konsep Harga Diri Rendah ......................................................................................... 4
1.1 Definisi Harga Diri Rendah ................................................................................ 4
2. ETIOLOGI .................................................................................................................. 4
3. KLASIFIKASI ............................................................................................................ 5
4. MANIFESTASI KLINIS ............................................................................................ 6
5. KOMPLIKASI ............................................................................................................ 7
6. POTOFISIOLOGI ...................................................................................................... 7
7. PATHWAY ................................................................................................................ 8
8. PENATALAKSANAAN ............................................................................................ 8
9. KONSEP ASKEP ..................................................................................................... 10
9.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan....................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 22

3
1. Konsep Harga Diri Rendah

1.1 Definisi Harga Diri Rendah


Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan
dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif
maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial
seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak sangat besar
terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien
gangguan jiwa(keliat, 2011).
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain.
Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku
orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat
harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang
memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu
beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu
yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan
menganggap sebagai ancaman. (Keliat, 2011).
Menurut (Herman, 2011), gangguan jiwa ialah terganggunya kondisi
mental atau psikologi seseorang yang dapat dipengaruhi dari faktor diri sendiri
dan lingkungan. Hal-hal yang dapat mempengangaruhi perilaku manusia ialah
keturunan dan konstitusi, umur, dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik,
keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan
kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang di cintai, rasa permusuhan,
hubungan antara manusia.

2. ETIOLOGI
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi peran.
Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang
mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria dianggap kurang
4
sensitive, kurang hangat, kurang ekspresif dibandingkan wanita. Sesuai
dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai
lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri.
Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan
perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan
menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam mengambil
keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu.
Control orang yang berat pada anak remaja akan menimbulkan perasaan
benci kepada orang tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang
berpengaruh pada identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan diakui
oleh kelompoknya,
4. Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon
secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak
berdaya.

3. KLASIFIKASI

Menurut fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Harga diri rendah situasional adalah keadaan di mana indvidu yang


sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan,
perubahan).
Harga diri rendah situasional adalah keadaan yang terjadi trauma
yang tiba-tiba misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami,
putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu
(korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).

Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena:

5
a) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangat alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
b) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/ sakit/ penyakit.
c) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai. Misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan
tanpa persetujuan.
b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan di mana individu mengalami
evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu yang
lama.
Harga diri rendah kronik merupakan perasaan negatif terhadap diri telah
berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara
berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang
maladaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien dengan gangguan fisik
yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan life span history
klien, penyebab Harga Diri Rendah adalah kegagalan tumbuh kembang,
misalnya sering disalahkan, kurang diharga, tidak dibei kesempatan, dan
tidak diterima dalam kelompok. (Yosep, 2007)

4. MANIFESTASI KLINIS
a. Mengejek dan mengkritik diri.
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.
c. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan
penggunaan zat.
d. Menunda keputusan.
e. Sulit bergaul.
f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan halusinasi.

6
h. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klieb untuk mengakhiri
hidup.
i. Merusak atau melukai orang lain.
j. Perasaan tidak mampu.
k. Pandangan hidup yang pesimitis.
l. Tidak menerima pujian.
m. Penurunan produktivitas.
n. Penolakan tehadap kemampuan diri.
o. Kurang memperhatikan perawatan diri.
p. Berpakaian tidak rapi.
q. Berkurang selera makan.
r. Tidak berani menatap lawan bicara.
s. Lebih banyak menunduk.
t. Bicara lambat dengan nada suara lemah.

5. KOMPLIKASI
a Isolasi social
b Perilaku kekerasan
c Halusinasi pendengaran dan halusinasi penglihatan
d Waham

6. POTOFISIOLOGI

Proses terjadinya harga diri rendah dimulai dari akibat faktor


predisposisi yang diantaranya pengalaman kanak-kanak yang merupakan
faktor kontribusi pada gangguan konsep diri, arah yang tidak menerima
kasih sayang, individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan kehidupan
akan gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri, penolakan orang
tua, harapan realistis. Selain faktor predisposisi, faktor presipitasi juga salah
satu penyebab terjadinya harga diri rendah yang diantaranya pola asuhan
anak yang tidak cepat atau dituruti, kesalahan dan kegagalan berulang kali,
cita-cita yang tidak dapat dicapai gagal, bertanggung jawab tehadap diri
sendiri.

7
7. PATHWAY

Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :

8. PENATALAKSANAAN
a. Psikofarmako
i. Cloppromazine (CPZ)
Indikasi untuk sindrom psikologis yaitu berat dalam kemampuan
menilai realistis, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi,
gangguan perasaan dan perilaku aneh
Efek samping sedasi, gangguan otonomik dan endokrin
ii. Haloperidol (HPL)
Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realistis dalam
fungsi netral serta fungsi kehidupan sehari-hari
Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.
iii. Trihexypheridyl (THP)
Indikasi : Segala jenis penyakit parkinson, termasuk
pascaenchepalitis dan idiopatik
Efek samping : hpersensitive terhadap trihexyphenidyl, psinosis
berat, psikoneurosis, dan obstruksi saluran cerna
b. Psikoterapi
i. Terapi okupasi/ rehabilitasi

8
Terapi terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan
menggunakan aktivitas terpilih sebagai media. Aktivitas tersebut
berupa kegiatan yang direncanakan sesuai tujuan.
ii. Terapi psikososial
Rencana pengobatan skizofrenia harus ditujukan pada kemampuan
dan kekurangan pasien. Selain itu sebagai strategi penurunan stress
dan mengenal masalah dan perlibatan kembali pasien ke dalam
aktivitas.
iii. Psikoterapi
Psikoterapi dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif
dan individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan
maksud untuk
c. Manipulasi lingkungan
i. Bersikap menerima psien dan negatifismenya
ii. Melibatkan pasien dalam aktivitas kelompok dan aktivitas
di ruangan
iii. Memberi kesempatan pada pasien untuk mengerjakan tugas
dan tanggungjawabnya sendiri. Misalnya, menata tempat
tidur, membersihkan alat makan, dan minum obat.
iv. Memberikan umpan balik positif untuk tugas-tugas yang
dilakukan secara mandiri

9
9. KONSEP ASKEP
9.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Beberapa faktor yg harus dikaji adalah faktor predisposisi dan faktor
presipitasi (Stuart & Laraia, 2005)
a. Faktor predisposisi yg harus dikaji adalah penolakan orangtua, harapan
orangtua yg tidak realistis, kegagalan yag berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain
dan ideal diri tidak realistis. Sedangkan yg paling sering terjadi adalah
gangguang dalam mencapai tugas perkembangan sehingga individu
tidak dapat hubungan interpersonal yg sehat. Seperti kurangnya
perhatian dan stimulasi pada masa bayi, kurang komunikasi antara
orangtua dan anak, penganiayaan pada masa kanak-kanak.
b. Faktor presipitasi yg harus dikaji adalah ketegangan peran stres yg
berlebihan berhubungan dgn frustasi yg dialami individu dlm peran spt
konflik peran yg tidak jelas, menurunnya kestabilan keluarga,
terjadinya perpisahan dgn orangtua yg berarti (perceraian,kematian),
ansietas berat yg berkepanjangan dan tidak dapat diatasi(kegagalan
dlm berhubungan), malu pada saat berhubungan dgn orang lain. Secara
objektif dapat dilihat perilaku klien yg khas dan berhubungan dgn
harga diri rendah, keracunan identitas dan depersonalisasi. Perilaku
perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan terhadap
tindakan penyakit, rasa percaya kurang, merendahkan martabat diri
sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, mencederai diri sendiri
akibat harga diri rendah, sukar mengambil keputusan dan mempunyai
harapan yang suram.
c. Tanda dan gejala
 Perasaan malu pada diri sendiri.
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri
 Merendahkan martabat.
 Gangguan hubungan sosial.
 Percaya diri kurang..

10
 Mencederai diri akibat harga diri rendah disertai dgn harapan
yg suram mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
 Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.
d. Mekanisme koping pada gangguan konsep diri, mekanisme koping
dapat dibagi 2 yaitu koping jangka pendek dan koping jangka panjang
(Stuart & Laraia, 2005):
 Koping jangka pendek (Suliswati,2005) membagi menjadi 4
kategori, yaitu: aktivitas yg memeberi pelarian sementara dari
krisis (pemakaian obat), aktivitas yg memebri kehidupan
(memenuhi kebutuhan hidup dgn kerja), aktivitas yg memberi
kesempatan mengganti identitas sementara (memiliki
kelompok tertentu/pengikut kelompok tertentu), aktivitas yg
memberikan kekuatan/dukungan sementara terhadap konsep
diri (aktivitas yg kompetisi, kontes, prestasi,akademik)
 Koping jangka panjang adalah penutupan identitas prematur yg
diinginkan oleh orang yg penting bagi individu tanpa
memperhatikan keinginan aspirasi dan potensi dari individu
tersebut dan identitas negatif dgn mengasumsi identitas yg
tidak wajar untuj dapat diterima oleh nilai dan harapan
masyarakat.
e. Sumber koping merupakan suatu evauasi terhadap pilhan koping dan
strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dgn
menggunakan sumber koping yg ada di lingkungannya. Sumber
koping tersebut dujadikan sebagai modal untuk menyelesaikan
masalah. Dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu
sesorang mengintegrasikan pengalaman yg menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yg efektif.

Menurut Towsend ( 1998 ) pada pasien dengan gangguan harga diri


rendah akan ditemukan batasan karakteristik :
a. Kurang kontak mata
b. Ungkapan yang mengaktifkan diri

11
c. Ekspresi rasa malu
d. Mengevaluasi diri sebagai individu yang tidak mampu untuk
menghadapi berbagai peristiwa.
e. Menolak umpan balik yang positif dan melebih-
lebihkan umpan balik yang negatif tentang dirinya.
f. Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal yang baru
g. Hipersensitif terhadap kritik,
mudah tersinggung dengan pembicaraan orang lain.

2. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Tujuan umum : klien memilih konsep diri yang positif

Tujuan khusus Kriteria Intervensi


1. Klien dapat Klien dapat menunjukan  .Bina hubungan saling percaya
membina ekspresi wajah bersahabat, dengan menggunakan prinsip
hubungan saling menunjukan rasa senang, ada komunikasi terapeutik, yaitu sapa
percaya dengan kontak mata, mau berjabat klien dengan ramah baik verbal
perawat tangan, mau menyebutkan maupun non verbal, perkenalkan
nama, mau menjawab salam, diri dengan sopan, tanyakan nama
klien mau duduk lengkap dan nama panggilan yang
berdampingan dengan disukai klien, jelaskan tujuan
perawat, mau mengutarakan pertemuan, jujur dan menepati
masalah yang dihadapi janji, tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya, beri
perhatian dan perhatikan kebutuhan
dasar klien.

2. Klien dapat Klien dapat mengidentifikasi  Diskusikan dengan klien tentang :


mengidentifikasi kemampuan dan aspek aspek positif yang dimiliki klien,
aspek positif dan positif yang dimiliki yaitu : keluarga, lingkungan, kemampuan
kemampuan aspek positif dan yang dimiliki klien. Bersama klien

12
yang dimiliki kemampuan yang dimiliki buat daftar tentang : aspek positif
klien, aspek positif keluarga, klien, keluarga, lingkungan,
aspek positif lingkungan kemampuan yang dimiliki klien.
klien. Beri pujian yang realistis,
hindarkan memberi penilaian
negatif
3. Klien dapat Klien menyebutkan  Diskusikan dengan klien
menilai kemampuan yang dapat kemampuan yang dapat
kemampuan dilaksanakan. dilaksanakan, diskusikan
yang dimiliki kemampuan yang dapat dilanjutkan
untuk pelaksanaannya.
dilaksanakan
4. Klien dapat Klien membuat rencana  Rencanakan bersama klien
merencanakan kegiatan harian. aktivitas yang dapat dilakukan
kegiatan sesuai setiap hari sesuai kemampuan
dengan klien, meliputi : kegiatan mandiri,
kemampuan kegiatan dengan bantuan keluarga,
yang dimiliki tingkatkan kegiatan sesuai kondisi
klien, beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang dapat klien lakukan.

5. Klien dapat Klien melakukan kegiatan  Anjurkan klien untuk


melakukan sesuai jadual yang dibuat melaksanakan kegiatan yang telah
kegiatan sesuai direncanakan, pantau kegiatan yang
dengan rencana dilaksanakan klien, beri pujian atas
yang dibuat usaha yang dilakukan klien,
diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah
pulang.

6. Klien dapat Klien memanfaatkan sistem  Beri pendidikan kesehatan pada


memanfaatkan pendukung yang ada di keluarga tentang cara merawat

13
sistem keluarga klien dengan harga diri rendah,
pendukung yang bantu keluarga memberikan
ada dukungan selama klien di rawat,
bantu keluarga menyiapkan
lingkungan di rumah.

2. Isolasi sosial berhubungan dengan harga diri rendah


Isolasi sosial
 Menurut Townsend, M.C (1998:152), Isolasi sosial merupakan
keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya.
 Menurut DEPKES RI (1989: 117) penarikan diri atau
withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik
perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara
langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.

Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara


optimal
KRITERIA
TUJUAN INTEVENSI
EVALUASI
TUK 1  Ekspresi wajah  Bina hubungan saling percaya
Klien dapat bersahabat, dengan mengungkapkan prinsip
membina hubungan menunjukkan komunikasi terapeutik
saling percaya rasa senang, ada a. Sapa klien dengan ramah
kontak mata, mau baik verbal maupun non verbal
berjabat tangan, b. Perkenalkan diri dengan sopan
mau c. Tanyakan nama lengkap klien
menyebutkan dan nama panggilan yang
nama, mau disukai klien
menjawab salam, d. Jelaskan tujuan pertemuan
klien mau duduk e. Jujur dan menepati janji

14
berdampingan f. Tunjukkan sikap empati dan
dengan perawat, menerima klien apa adanya.
mau menguraikan g. Beri perhatian kepada klien
masalah yang dan perhatikan kebutuhan
dihadapi dasar klien
TUK 2  Klien dapat  Diskusikan kemampuan dan
Klien dapat mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki klien
mengidentifikasi kemampuan dan  Setiap bertemu klien hindarkan
kemampuan dan aspek positif dari memberi nilai yang negatif
aspek positif yang yang dimiliki.  Utamakan memberi pujian yang
dimiliki a. Kemampuan realistis
yang dimiliki
klien
b. Aspek positif
keluarga
c. Aspek positif
lingkungan yang
dimiliki

TUK 3  Klien dapat  Diskusikan dengan klien


Klien dapat menilai menilai kemampuan yang masih dapat
kemampuan yang kemampuan digunakan selama sakit
dapat digunakan yang dapat  Diskusikan kemampuan yang
digunakan dapat dilanjutkan pengunaanya
dirumah sakit  Berikan pujian
 Klien menilai
kemampuan
yang dapat
digunakan di
rumah
TUK 4  Klien memiliki  Meminta klien untuk memilih
Klien dapat kemampuan satu kegiatan yang mau dilakukan

15
menetapkan dan yang akan di rumah sakit
merencanakan dilatih  Bantu klien melakukan jika perlu
kegiatan sesuai  Klien mencoba beri contoh
dengan sesuai jadwal  Beri pujian atas keberhasilan
kemampuan yang harian klien
dimiliki  Diskusikan jadwal kegiatan harian
atas kegiatan yang di latih
TUK 5  Klien  Beri kesempatan pada klien untuk
Klien dapat melakukan mencoba kegiatan yang telah
melakukan kegiatan yang direncanakan
kegiatan sesuai telah dilatih  Beri pujian atas keberhasilan
kondisi sakit dan (mandiri atau klien
kemampuannya dengan bantuan)  Diskusikan kemungkinan
 Klien mampu pelaksanaan dirumah
melakukan
beberapa
kegiatan secara
mandiri
TUK 6  Keluarga  Beri pendidikan kesehatan pada
Klien dapat memberi keluarga tantang cara merawat
memenfaatkan dukungan dan klien dengan harga diri rendah
sistem pendukung pujian  Bantu keluarga memberikan
yang ada  Keluarga dukungan selama sakit
memahami  Bantu keluarga menyiapkan
jadual kegiatan lingkungan dirumah
harian klien  Jelaskan cara pelaksanaan jadual
kegiatan klien dirumah
 Anjurkan memberi pujian pada
klien setiap berhasil

16
3. Resiko perubahan persepsi sensori: Halusnasi berhubungan dengan
menarik diri.
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang
salah (Stuart, 2007).

Tujuan umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain supaya tidak
terjadi halusinasi

Tujuan Khusus Kriteria Intervensi


1 . Klien dapat Klien mampu,  Bina hubungan saling
membina hubungan menunjukan ekpresi percaya dengan klien
saling percaya menerima/ bersahabat, menggunakan prinsop
kontak mata baik, komunikasi terapeutik.
mengatakan masalah
yang dihadapi
2 . Klien dapat Klien mampu  Kaji pengetahuan klien
mengenal perasaan mengungkapkan tentang perilaku menarik
yang menyebabkan perasaannya yang diri dan tanda tandanya.
perilaku menarik menyebabkan menarik  Beri kesempatan kepada
diri. diri. klien untuk
mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri
atau tidak mau bergaul.
 Diskusikan bersama klien
tentang perilaku menarik
diri, tanda-tanda serta pe-

17
nyebab yang muncul.
 Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
3. Klien dapat Klien dapat  Kaji pengetahuan klien
menyebutkan menyebutkan manfaat tentang manfaat dan
keuntungan dan keuntungan keuntungan berhubungan
berhubungan dengan berhubungan dengan sosial dengan orang lain
orang lain. orang lain. dan kerugian bila yidak
berhubungan dengan
orang lain.
 Beri kesempatan kepada
klien untuk mengung-
kapkan perasaan tentang
keuntu-ngan berhubungan
sosial dengan orang lain.
 Diskusikan dengan klien
tentang manfaat
berhubungan so-sial
dengan orang lain.
 Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan
klien mengungkapkan
kemampuan berhubungan
dengan orang lain
 Kaji pengetahuan pasien
tentang kerugian bila
tidak berhubungan denga
n orang lain.
 Beri kesempatan kepada
klien untuk mengung-

18
kapkan perasaan tentang
kerugian bila tidak
berhubungan dengan
orang lain.
 Diskusikan dengan klien
tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan
orang lain.
 Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan
klien mengungkapkan
kemampuan berhubungan
dengan orang lain.

4. Resiko bunuh diri berhubungan dengan harga diri rendah

Bunuh diri adalah sebagai sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang
ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu yang memandang bunuh diri
sebagai solusi terbaik dari sebuah isu (Schneidman). Dia mendeskripsikan bahwa
keadaan mental individu yang cenderung melakukan bunuh diri telah mengalami
rasa sakit psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan lama sehingga individu
melihat bunuh diri sebagai satu-satunya penyelesaian untuk masalah yang
dihadapi yang bisa menghentikan rasa sakit yang dirasakan (dalam Maris dkk.,
2000).

Tujuan jangka pendek : klien akan mencari bantuan perawat bila ada
perasaan ingin mencederai diri.

Tujuan jangka panjang : klien tidak akan mencederai diri

No. Intervensi Rasional

1. Observasi perilaku klien lebih sering Observasi ketat dibutuhkan


melalui aktivitas dan interaksi rutin, supaya intrvensi dapat terjadi

19
hindari kesan pengamatan dan jika dibutuhkan untuk
kecurigaan pada klien memastikan keamanan klien

2. Tetapkan kontak verbal dengan klien mendiskusikan perasaan ingin


bahwa ia akan meminta bantuan jika bunuh diri dengan orang yang
keinginan bunh diri dirasakan dipercaya memberikan derajat
keringanan untuk klien, sikap
penerimaan klien sebagai
individu dapat dirasakan

3. Dorong klien untuk bicara tentang Agar memecahakn masalah


perasaan yang dimiliknya sebelum dan memahami factor pencetus
perilaku bunuh diri terjadi

4. Bertindak sebagai model dalam Perilaku bunuh diri dipandang


mengekspresikan kemarahan yang sebagai marah yang
tepat diarahakan pada diri sendiri

5. Rancang anggota tim perawat untuk Untuk memantau kondisi klien


memonitor secara kontinyu. setiap waktu.

6. Instruksikan pengunjung untuk Mencegah penggunaan benda-


membantasi barang bawaan ( yakinkan benda tertentu untuk
untuk tidak memberikan makanan melanjutkan ide bunuh dirinya.
dalam tas plastic)

7. Batasi orang dalam ruangan klien dan Stimulus untuk bunuh diri bisa
perlu adanya penurunan stimuli. timbul ketika klien melihat
keramaian.

8. Informasikan kepada keluarga dan Dukungan social dapat


saudara klien bahwa klien meringankan stimulus.
membutuhkan dukungan social yang

20
adekuat

9. Bersama pasien menulis daftar Untuk mempermudah


dukungan sosial yang di punyai menghubungi keluarga yang
termasuk jejaring sosial yang bisa di bisa membantu meringankan
akses. stimulus.

10. Dorong klien untuk melakukan Mengalihkan stimulus ke


aktivitas social. kegiatan lain.

21
DAFTAR PUSTAKA

Elinia, Sury,.2016. Tinjauan Tero dan Konsep Harga Diri Rendah

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas:


CMHN(Basic Course). Jakarta: EGC

Mulyono, Andri,.2013. Asuhan Keperawatan dengan HArgaDiri


Rendah

Saktian, Yusuf,.2018. Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial

Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore:


Elsevier

Halifah, Nur Eka,.2016. Bab II Tinjauan Teori

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015).


Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
DOKUMENTASI

39

Anda mungkin juga menyukai