Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

PERCOBAAN
PEMBUATAN LARUTAN

Nama : Faathir Hafiidh


NIM : 2007076017
Program Studi : Geofisika

LABORATORIUM KIMIA DASAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada praktikum kali ini akan membahas tentang pembuatan larutan. Praktikum
ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana proses cara membuat larutan dari bahan
padat dan cair dengan konsentrasi tertentu. Yang terdiri dari padatan NaOH, cairan
HCL, dan aquades. Pada kali ini padatan NaOH dan cairan HCL sebagai zat terlarut
dan akan dilarutkan oleh zat pelarut, yaitu aquades.
Larutan adalah percampuran secara homogen yang terdiri dari dua atau lebih
zat. Dalam sebuah larutan ada yang disebut dengan zat pelarut dan zat terlarut. Zat
pelarut adalah zat yang dapat melarutkan suatu zat telarut dan memiliki jumlah yang
lebih banyak dibanding dengan zat telarut. Sedangkan zat terlarut adalah suatu zat
komponen penyusun larutan dan memiliki jumlah yang lebih sedikit dibandingkan
dengan zat perlarut.
Konsentrasi adalah kuantitas relative suatu zat tertentu di dalam larutan.
Konsentrasi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan cepat atau
lambatnya reaksi berlangsung. Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat
terlarut yang terdapat dalam suatu pelarut dan terlarut, berarti larutan tersebut
konsentrasinya tinggi atau pekat. Sebaliknya bila megandung sejumlah kecil solute,
maka konsentrasinya rendah atau encer.
Dalam kehidupan sehari hari kita sering menemui banyak larutan diantaranya
adalah segelas teh manis. Di dalam segelas teh manis terdapat komponen yang
membuat segelas teh tadi menjadi sebuah larutan, yaitu air, teh, dan gula. Disini
yang sebagai zat terlarut adalah gula karena memiliki jumlah yang lebih sedikit
dengan zat pelarut. Sedangkan zat pelarutnya adalah air karena memiliki jumlah
yang banyak di banding dengan zat yang lainnya.

1.2 Tujuan Percobaan


- Membuat larutan NaOH dan HCL
- Mengetahui cara pembuatan larutan secara benar
- Menghitung konsentrasi larutan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Campuran zat-zat yang homogeny disebut larutan, yang memiliki
komposisi merata atau serba sama diseluruh bagian volumenya. Suatu larutan
mengandung satu zat terlarut atau lebih dari satu pelarut. Zat terlarut merupakan
komponen yang jumlahnya sedikit, seadangkan pelarut adalah komponen yang
terdapat dalam jumlah yang banyak (Achmad, 1996).
Jika dua zat yang berbeda dimasukkan dalam suatu wadah ada tiga
kemungkinan, yaitu bereaksi, bercampur, dan tidak bercampur. Jika bereaksi akan
menghasilkan zat baru yang sifatnya berbeda dari zat semula. Dua zat dapat
bercampur bila ada interaksi antara partikelnya. Interaksi itu ditentukan oleh wujud
dan sifat zatnya. Oleh sebab itu, campuran dapat dibagi atas gas – gas, gas – padat,
cair – cair, cair – padat, dan padat – padat (Syukri, 1999)
Bila dua atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur, campuran yang terjadi
ada 3 kemungkinan, yaitu campuran kasar, disperse kolid, dan larutan sejati. Dua
jenis campuran yang pertama bersifat heterogen dan dapat dipisahkan seacara
mekanis. Sedang larutan yang bersifat homogeny dan tidak dapat dipisahkan secara
mekanis. Atas dasar ini campuran larutan didefinisikan sebagai campuran
homogeny antara dua zat atau lebih. Keadaan Fisika larutan dapat berupa gas, cair,
atau padat dengan perbandingan yang berubah-ubah pada jarak yang luas
(Sukardjo, 1997)
Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutan yaitu pelarut dan zat
yang dilarutkan dalam pelarut tersebut. Zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut
(solute). Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakai larutan dalam
air. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang banyak dinamakan
larutan pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan dinamakan cairan dengan
cairan, padatan atau gas sebagai zat yang terlarut. Larutan dapat berupa padat dan
gas, karena molekul-molekul gas berpisah jauh, molekul-molekul dalam campuran
gas berbaur secara acak, semua gas ada; larutan, contoh terbaik larutan adalah udara
(Karyadi, 1994)
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat
yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat
berpariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah
larutan yang mengandung sebagian kecil solute, relative terhadap jumlah pelarut.
Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute.
Solute adalah zat terlarut. Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana
solute terlarut (Baroroh, 2004).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H2O), selain air
yang berfungsi sebagai pelarut adalah alcohol, amoniak, kloroform, benzena,
minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan
(Gunawan, 2004).
Larutan gas dibuat dengan mencampurkan suatu gas dengan gas lainnya.
Karena semua gas bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap campuran
gas adalah homogen ia merupakan larutan. Larutan cairan dibuat dengan
melarutkan gas, cairan atau padatan dalam suatu cairan. Jika sebagian cairan adlah
air, maka larutan disebut larutan berair. Larutan padatan adalah padatan-padatan
dalam mana satu komponen terdistribusi tak beraturan pada atom atau molekul dari
komponen lainnya (Syukri, 1999).
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan
konsentrasi. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap
satuan larutan atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut
dalam sejumlah volume (berat , mol) tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini
muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas,
normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume (Baroroh,
2004).
Satuan konsentrasi
Lambang Nama Definisi
Satuan Fisika
% w/w Persen berat
% v/v Persen volume

% w/v Persen berat volume

Ppm Parts per million

Ppb Parts per billion

Satuan kimia
X Fraksi mol

F Formal

M Molal

N Normal

m Eq Mili ekuivalen Seper seribu mol larutan


Osm Osmolar

M Molar

(Achmad, 2001)
1. Fraksi mol adalah perbandingan dari jumlah mol dari suatu komponen
dengan jumlah total mol dalam larutan. Contoh, dalam larutan yang
mengandung 1 mol alkohol dan 3 mol air, maka fraksi mol alkohol adalah
¼ dan air ¾ (syukri, 1999). Jumlah kedua fraksimol (fraksi mol zat terlarut
+ fraksi mol pelarut) sama dengan 1
2. Molaritas dari solute adalah jumlah mol solute perliter larutan dan biasanya
dinyatakan dengan huruf besar M. larutan 6,0 molar HCl ditulis 6,0 M,
bararti bahwa larutan dibuat dengan menambahkan 6,0 mol HCl pada air
yang cukup dan kemudian volume larutan dibuat menjadi satu liter.
3. Molalitas dari suatu solute adalah jumlah mol solute per satu kilogram
solvent. Molalitas biasanya ditulis dengan hurup kecil m. Tulisan 6,0 m HCl
dibaca 6,0 molal, dan menyatakan suatu larutan yang dibuat dengan
menambahkan 6,0 mol HCl pada satu kilogram air.
4. Normalitas dari suatu solute adalah jumlah gram ekuivalen solute per liter
larutan. Biasanya ditulis dengan huruf besar N. Tulisan 0,25 N
KMnO4 dibaca 0,25 normal, dan menyatakan larutan yang mengandung
0,25 gram ekuifalen dari kalium permanganat per liter larutan.

Persen dari solute dapat dinyatakan sebagai persen berat atau persen volume.
Sebagai contoh, 3% berat H2O2 adalah 3 gram H2O2 tiap 100 gram larutan.
Sedangkan 12% volulme adlah suatu larutan yang dibuat dari 12 ml alkohol dan
solvent ditambahkan hingga volume menjadi 100 ml (syukri, 1999).
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Neraca Analitik
- Labu Takar 100 mL
- Pipet Tetes
- Pipet Ukur 10 ml
- Batang Pengaduk
- Gelas Kimia 100 mL
- Corong kaca
- Kaca Arloji
3.1.2 Bahan
- Padatan NaOH
- Cairan HCL
3.2 Prodesur Kerja
3.2.1 Larutan NaOH
1. Ditimbang 2 gram NaOH menggunakan neraca digital dan kaca arloji
2. Dipindahkan ke dalam gelas kimia
3. Dibilas supaya tidak ada yang tertinggal dengan aquades
4. Lalu tambahkan aquades secukupnya ke dalam gelas kimia berisi zat
Naoh dan diaduk agar terlarut secara sempurana
5. Setelah itu dimasukkan ke dalam labu takar menggunakan corong kaca
untuk mencampur atau melarutkan secara sempurna dan ditambahkan
aquades secukupnya hingga tanda tera
6. Dihomogenkan agar tercampur secara sempurna
7. Lalu dimasukkan ke dalam botol reagen dan diberi label agar tidak
tertukar
3.2.2 Larutan HCL
1. Ditambahkan aquades secukupnya ke dalam gelas kimia
2. Diambil cairan HCL sebanyak 2 mL menggunakan pipet tetes
3. Masukkan cairan HCL tersebut ke dalam labu takar dengan
menambahkan aquades secukupnya
4. Masukkan labu takar ke dalam gelas kimia agar tidak terjadi reaksi
endoterm
5. Ditambahkan aquades secukupnya ke dalam labu takar hingga tanda
tera
6. Lalu dihomogenkan agar tercampur secara sempurna
7. Setelah itu dimasukkan ke dalam botol reagen dan diberi label agar
tidak tertukar
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No Perlakuan Hasil Pengamatan


1.
Larutan NaOH

• Dihitung gram NaOH • Ditentukan padatan


yang di perlukan NaOH sebanyak 2
gram

• Ditimbang padatan • Terlihat sifat fisik


NaOH dengan neraca padatan NaOH
analitik berwarna putih

• Dimasukkan ke • Dimasukkan
dalam gelas kimia padatan NaOH

• Ditambahkan • Ditambah aquades


aquades secukupnya agar zat NaOH
dapat terlarut

• Diaduk dan • Untuk dilakukan


dimasukkan NaOH pencampuran
ke dalam labu takar secara sempurna

• Ditambahkan • Ditambahkan agar


aquades sampai tanda dapat terpenuhi
tera sampai 100 mL

• Dilakukan
• Dihomogenkan pencampuran zat
NaOH dan
aquadesagar
tercampur
sempurna

• Dimasukkan ke • Dilakukan
dalam botol reagen pemberian tabel
dan diberi label agar larutan tidak
tertukar
2. Larutan HCL

• Dihitung mL HCL • Diambil


yang di perlukan sebanyak 2 mL

• Dimasukkan ke • Agar tidak terjadi


dalam gelas beaker reaksi eksoterm
aquades secukupnya

• Dimasukkan labu • Agar tidak terjadi


takar ke dalamgelas reaksi eksoterm
beaker berisi yang dilakukan
aquades oleh HCL karena
bersifat basa kuat

• Ditambahkan • Untuk
aquades ke dalam menghindari
labu takar hingga terjadinya reaksi
tanda tera eksoterm yang
dilakukan oleh
cairan HCL

• Dihomogenkan • Agar dilakukakn


pencampuran
secara homogen

• Dimasukkan ke • Agar tercampur


secara sempurna

• dalam botol reagen • Diberi label agar


dan di beri label tidak tertukar
dengan larutan
lain

4.2 Reaksi Kimia


4.2.1 NaOH + aquades
NaOH + H2O = H3O +cl
4.2.2 HCL + aquades
HCL + H2O + Na+ + OH-
4.3 Perhitungan
4.3.1 Larutan NaOH
NaOH = 100 mL = 0,1 L
[NaOH]= 0,1 M
M=…?
Mr NaOH= 40 g/m
M= n/v
0,1 mol/L = n/0,1 L
n= 0,1 mol/L x 0,1 L
= 0,01 mol
Massa = n x mr
=0,01 x 40 gr/mol
= 0,4 gram
4.3.2 Larutan HCL
C1= 10 x %larutan x massa jenis / mr
= 10 x 37% x 1,19 / 36,5
= 0,12 M
V1C1=V2C2
V1 x 0,12 M= 200 mL x 10,04 M
0,12 V1=2008
V1= 2008/0,12
= 16,73 mL

4.4 Pembahasan
Untuk membuat suatu larutan perlu dihitung konsentrasinya terlebih dahulu.
Dalam menghitung konsentrasinya dapat dinyatakan dengan molalitas, molaritas,
normalitas dan lain sebagainya. Sebelum dapa menghitung konsentrasi terlebih
dahulu kita perlu menentukan masa atom relative, massa molekul relative, volum
dari pelarut massa larutan tersebut. Dalam pembuatan larutan juga perlu
menggunakan ketelitian yang tinggi karena jika terjadi kesalahan yang kecil saja
larutannya tidak akan menjadi larutan yang diinginkan.
Pada praktikum ini saat kami mencoba membuat larutan dengan berbagai
konsentrasi kami masih membutuhkan bimbingan asistetn prktikum dan kami
sudah mendapatkan hasil saat membuat Larutan NaOH

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setealah melakukan praktikum ini kami dapat membuat larutan dan memahami
car acara dalam membuat larutan. Dimana nantinya ilmu ini akan bermanfaat
untuk menyetarakan larutan secara kuantitatif digunakan dalam konsentrasi.
Berdasarkan praktikum ini muncul satuan satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol,
molaritas, molalitas, normalitas, serta persen massa dan persen volume.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Achmad, Hiskia. 1996. Kimia Larutan. Bandung: Citra Aditya Bakti.


Anonim. 2008. Pelarutan dan Pengenceran. http://www.Anehnie.com
/2009/07/pelerutan–dan –pengenceran.html. (diakses 13 Juni 2013 pukul
20:11)
Baroroh, Umi L.U. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Banjar Baru : Universitas
Lambung Mangkurat.

Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Surabaya : Kartika.

Karyadi, Grenny. 1994. Kimia 2. Jakarta: DEPDIKBUD.


Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitasn
Indonesia

Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: PT Rineka Cipta.


Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB

Anda mungkin juga menyukai