Anda di halaman 1dari 17

PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN GANGGUAN

ANXIETY(KECEMASAN)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi II

Dosen pengampu :

Dr. Carolina Nitimiharjo

Oleh :

Abiwardhani (19.04.006)

Ahmad Rayhan (19.04.056)

Sintia Setiawati (19.04.191)

Gendis Pangesthi W (19.04.237)

Elvina Nurfitasari (19.04.232)

1A Pekerja Sosial

PROGRAM STUDI PEKERJA SOSIAL


POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala rahmat, nikmat, serta hidayah – Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Pengetahuan dan Pemahaman Gangguan Anxiety (Kecemasan) dengan
tuntas dan tanpa halangan apapun. Dan semoga segala kegiatan kita senantiasa dalam
lindungan dan ridho dari – Nya. Aamiin.

Terima kasih kami ucapkan kepada para pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada ibu Carolina Nitimiharjo yang telah
membimbing saya dalam penyusunan makalah ini.

Mohon maaf bila dalam makalah ini masih terdapat kesalahan atau
kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
membangun demi perbaikan kualitas penulisan karya ilmiah kami selanjutnya.

Dan terakhir, semoga dengan adanya makalah ini menambah wawasan, baik
pada diri kami atuapun para pembaca akan pembagian logika.

Bandung, 30 Januari 2020


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kecemasan merupakan respon normal dalam menghadapi stres, namun
sebagian orang dapat mengalami kecemasan yang berlebihan sehingga
mengalami kesulitan dalam mengatasinya. Secara klinis, seseorang yang
mengalami masalah kecemasan dibagi dalam beberapa kategori, yaitu
gangguan cemas (anxiety disorder), gangguan cemas menyeluruh
(generalized anxiety disorder/GAD), gangguan panik (panic disorder),
gangguan fobia (phobic disorder) dan gangguan obsesif-kompulsif
(obsessive-compulsive disorder) (National Institute of Mental Health
(NIMH), 2013).
Jumlah penderita gangguan kecemasan mencapai 5% dari jumlah
penduduk dunia. Perbandingan penderita gangguan kecemasan pada wanita
dan pria adalah 2 banding 1. Diperkirakan 2%-4% penduduk dunia pernah
mengalami gangguan kecemasan (Sjahrir, 2008).
Penelitian di Uganda, Afrika menyatakan prevalensi gangguan
kecemasan sebesar 26,6 % dengan wanita lebih tinggi dari pria, yaitu 29,7%
pada wanita dan 23,1% pada pria (Catherine Abbo, et al., 2013). Wanita
cenderung menggunakan emosinya untuk memecahkan suatu masalah.
Mekanisme koping ini yang diduga menjadi penyebab mengapa prevalensi
wanita lebih tinggi dari pria (McLean, C.P., Emily R. A., 2009). Penelitian di
Asia didapatkan prevalensi gangguan kecemasan selama satu tahun berkisar
antara 3,4% sampai 8,6% (Stein, 2009). Penelitian di Indonesia didapatkan
prevalensi gangguan kecemasan 14% (Hidayat, 2010)
Kecemasan yang berlebihan dapat mengganggu kondisi psikis dan
mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga produktivitas
seseorang akan menurun atau berkurang (NIMH, 2013). Penelitian di Royal
Holloway, London University menyatakan bahwa kecemasan juga
berdampak negatif terhadap fungsi kognitif seseorang (Miguel, 2012).
Kecemasan juga diketahui sebagai salah satu faktor risiko tension-type
headache (Bellini et al., 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Francomichele (2000) di Italia
menemukan adanya hubungan angka kejadian tension-type headache (TTH)
yang disebabkan gangguan psikis yaitu kecemasan dan depresi. Penelitian
didapatkan prevalensi gangguan psikis berupa depresi dan kecemasan pada
penderita TTH lebih tinggi dibandingkan penderita migren (Francomichele,
et al., 2000).
Tension-type Headache (TTH) merupakan kondisi nyeri pada bagian
depan (frontalis) dan belakang kepala (occipitalis). Kontraksi otot bagian
kepala dan leher merupakan mekanisme penyebab nyeri. Kontraksi otot
tersebut dapat dipicu oleh faktor-faktor psikogenik yaitu stres, kecemasan,
depresi dan penyakit lokal pada kepala dan leher. Pasien umumnya akan
mengalami nyeri kepala sehari-hari yang dapat menetap selama beberapa
bulan atau tahun. (Lionel, 2007).
Tension-type headache adalah jenis sakit kepala yang hampir pernah
diderita semua orang. Tension-type headache tidak begitu serius namun
dapat
menimbulkan kesulitan untuk beraktivitas normal sehari-hari. Beberapa
orang yang menderita TTH merasa terganggu dan memerlukan penanganan
medis ketika bertambahnya frekuensi serangan (World Headache Alliance,
2009).
Tension-type Headache dapat terjadi pada siapa saja di seluruh dunia.
Penelitian Rasmussen et al., 59% dari populasi pernah mengalami TTH
selama 1 hari atau kurang dari 1 hari perbulannya. Wanita lebih banyak dari
pria dengan perbandingan 1.5:1. Penelitian tersebut juga melaporkan bahwa
risiko untuk terjadinya migren maupun TTH lebih tinggi pada penduduk
yang
berpendidikan dan berpendapatan rendah (Sjahrir, 2008).
Penelitian di negara Brazil menyebutkan prevalensi sakit kepala yang
pernah dialami penduduk Brazil didapatkan hasil yaitu 93% pada pria dan
99% pada wanita di beberapa daerah. Jenis nyeri kepala yang paling sering

dialami yaitu TTH dengan prevalensi sebesar 69% pada laki-laki dan 88%
pada wanita (Asosiasi Medika Brasil, 2013).
Penelitian di Indonesia tepatnya di poliklinik bagian neurologi FK
USU/RS H Adam Malik Medan, penderita TTH mencapai 78%, sedangkan
di
bagian Neurologi FK UNPAD/RS Hasan sadikin mencapai 65% (Sjahrir,
2008).
Seseorang yang cemas memiliki kecenderungan untuk merasa tegang
dan kesulitan untuk rileks. Kontraksi otot yang terus menerus dikarenakan
adanya rasa tegang mengakibatkan terganggunya aliran darah ke otot.
Gangguan aliran darah ini menyebabkan asam laktat terakumulasi dan
terlepasnya beberapa substansi penghasil nyeri pada kejadian TTH (Koji,
2002).
Penelitian `Steven, et al. menyatakan bahwa TTH memiliki hubungan
dengan gangguan mood dan kecemasan (Steven, 2006). Penelitian dengan
metode cross sectional yang dilakukan Ettore, et al,. mendapatkan hasil
berbeda dalam penelitiannya, kecemasan lebih banyak di jumpai pada pasien
migren kronis daripada TTH (Ettore, 2010). Penelitian Stephen D, TTH
tidak
berhubungan dengan kecemasan terutama TTH tipe episodik (Stephen,
1993).
Data epidemiologis mengenai hubungan kecemasan dengan
tension-type headache sangat bermanfaat dalam penatalaksanaan TTH baik
di klinik maupun di masyarakat luas. Penelitian mengenai hal tersebut belum
dilakukan di RSUD DR. Moewardi Surakarta.
Latar belakang tersebut menunjukan penelitian hubungan kecemasan
dengan tension-type headache masih mengalami kontroversi, sehingga
penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut di RSUD DR. Moewardi
Surakarta.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Psikologi Abnormal?
2. Apa yang dimaksud dengan kecemasan?
3. Criri-ciri dari kecemasan?
4. Jenis-jenis dari kecemasan?
5. Faktor-faktor dari kecemasan?
6. Dampak yang ditimbulkan dari kecemasan?
7. Penanganan dari gangguan kecemasan?
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan dan
untuk memberikan pengetahuan tentang masalah kecemasan yang dialami
oleh seseorang karena kecemasan merupakan suatu masalah jika kecemasan
tersebut bersifat terlalu dan sebagai pekerja social yang profesional kita akan
mendapatkan klien yang memiliki permasalahan yang bersangkutan dengan
jiwa klien atau salah satunya adalah sebagai contoh kecemasan yang terlalu
mendalam yang menimbulkan ketakutan dalam pribadi klien sehingga salah
satu tujuan kita mempelajari materi ini adalah sebagai bekal pengetahuan
kita untuk ke depan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Psikologi Abnormal


Psikologi abnormal merupakan salah satu cabang dari psikologi atau psikologi
khusus. Dalam psikologi abnormal membahas mengenai segala bentuk gangguan
atau kelainan jiwa baik yang menyangkut isi (mengenai apa saja yang mengalami
kelainan) maupun proses (mengenai faktor penyebab, manifestasi, dan akibat dari
gangguan tersebut).

2.2. Kecemasan (Anxiety)


Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang
mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi (Nevid,dkk 2005).
Banyak hal yang harus dicemaskan, misalnya kesehatan, relasi sosial, ujian, karir,
kondisi lingkungan dan sebagaianya. Adalah normal, bahkan adaptif, untuk sedikit
cemas mengenai aspek-aspek hidup tersebut. Kecemasan bermanfaat bila hal tersebut
mendorong untuk melakukan pemeriksaan medis secara reguler atau memotivasi
untuk belajar menjelang ujian. Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap
ancaman, tetapi kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai
dengan proporsi ancaman, atau sepertinya datang tanpa ada penyebabnya, yaitu bila
bukan merupakan respon terhadap perubahan lingkungan (Nevid, dkk 2005).
Gangguan kecemasan diklasifikasikan sebagai neurosis hampir sepanjang abad
ke-19. Istilah neurosis diambil dari akar kata yang berarti suatu kondisi abnormal
atau sakit dari sistem saraf‟ dan ditemukan oleh Cullen (Nevid, dkk, 2005) pada abad
ke 18. Neurosis dilihat sebagai suatu penyakit pada sistem saraf. Kemudian berganti
dengan pengertian dari Freud pada abad ke-20. Freud mengatakan bahwa tingkah
laku neurotik terjadi karena adanya ancaman bahwa ide-ide pembangkit kecemasan
yang tidak dapat diterima akan muncul ke dalam alam sadar. Semua gangguan ini
mencerminkan usaha ego untuk mempertahankan dirinya sendiri melawan
kecemasan. Saat ini beberapa klini mengelompokkan masalah tingkah laku yang
lebih ringan di mana orang-orang yang dikelompokkan di neurosis relatif masih
mempunyai kontak yang baik dengan realitas sedangkan psikosis mempunyai ciri
kehilangan kontak dengan realitas.

2.3. Ciri-Ciri Kecemasan (Anxiety)


Berikut ini dijelaskan ciri-ciri kecemasan (Nevid, dkk 2005):
1. Ciri – ciri fisik kecemasan
a. Kegelisahan, kegugupan
b. Tangan atau anggota tubuh bergetar
c. Banyak berkeringat
d. Telapak tangan berkeringat
e. Pening
f. Mulut atau kerongkongan terasa kering
g. Sulit berbicara
h. Sulit bernapas
i. Bernapas pendek
j. Jantung berdebar keras atau berdetak kencang
k. Suara yang bergetar
l. Jari-jari atau anggota tubuh menjadi dingin
m. Leher atau punggung terasa kaku
n. Sensasi seperti tercekik atau tertahan
o. Sakit perut atau mual
p. Sering buang air kecil
q. Wajah terasa memerah
r. Diare
2. Ciri – ciri behavioral (perilaku) kecemasan
a. Perilaku menghindar
b. Perilaku melekat dan dependen
c. Perilaku terguncang
3. Ciri – ciri kognitif dari kecemasan
a. Khawatir tentang sesuatu
b. Perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang
terjadi di masa depan
c. Keyakinan bahwa sesuatu yang buruk atau mengerikan akan segera terjadi,
tanpa ada penjelasan yang jelas
d. Terpaku pada sensasi tubuh
e. Sangat sensitif terhadap sensasi tubuh
f. Merasa terancam oleh orang atau peristiwa
g. Ketakutan akan kehilangan kontrol
h. Ketakutan akan ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah
i. Berpikir bahwa dunia akan runtuh
j. Berpikir bahwa semuanya sudah tidak bisa dikendalikan
k. Berpikir bahwa semuanya sangat membingungkan tanpa bisa diatasi
l. Khawatir terhadap hal sepele
m. Berpikir tentang hal yang mengganggu yang sama secara berulangulang
n. Pikiran terasa campur aduk
o. Tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran negatif
p. Berpikir akan segera mati
q. Khawatir akan ditinggalkan sendiri
r. Sulit berkonsentrasi atau memusatkan perhatian

2.4. Jenis Gangguan Kecemasan (Anxiety)


1. Generalized anxiety disorder (GAD)
GAD adalah jenis gangguan kecemasan yang ditandai dengan kecemasan
kronis serta rasa khawatir dan tegang yang berlebihan. Gejala-gejala ini bisa
muncul bahkan ketika Anda sedang tidak menghadapi situasi yang menegangkan
sama sekali. Ini tentu berbeda dengan kecemasan biasa yang muncul misalnya saat
Anda mau presentasi di depan orang banyak atau sedang menghadapi wawancara
kerja. Orang dengan GAD bisa tiba-tiba sangat cemas ketika tidak ada apa-apa.
2. Gangguan obsesif kompulsif (OCD)
OCD adalah munculnya pikiran yang membuat seseorang jadi sangat terobsesi
akan suatu hal dan akan melakukannya berulang-ulang kali (kompulsif). Bila tidak
dilakukan, orang dengan OCD akan merasa sangat cemas tak terkendali. Contoh
tindakan obsesif kompulsif yaitu menata pensil dan alat tulis dalam urutan tertentu
(misalnya dari panjang ke pendek). Namun, kalau sudah ditata rapi pun ia akan
mengulang-ulang lagi tindakan tersebut tanpa henti. Contoh lainnya yaitu
mengecek apakah pintu rumah sudah terkunci. Meskipun ketika meninggalkan
rumah Anda sudah mengunci pintu, pikiran obsesif bahwa pintu tadi belum dikunci
terus menghantui Anda. Akibatnya, Anda pun kembali lagi ke rumah dan mengecek
pintu lagi dan lagi sehingga aktivitas Anda terhambat.  
3. Gangguan panik
Tidak seperti kecemasan biasa, gangguan panik bisa menyerang tiba-tiba dan
menunjukkan gejala-gejala fisik yang sering disalahartikan sebagai serangan
jantung.Tanda munculnya gangguan panik antara lain rasa takut yang benar-benar
intens, nyeri dada, detak jantung tidak teratur (palpitasi), napas memburu, pusing,
dan sakit perut.
4. Post-traumatic stress disorder (PTSD)
PTSD atau gangguan stres pascatrauma umumnya terjadi setelah seseorang
mengalami kejadian yang mengerikan, mengancam nyawa, membahayakan
keselamatan, dan kejadian ekstrem lainnya. Tak heran kalau jenis gangguan
kecemasan ini sering sekali ditemui pada veteran perang, tentara, korban kekerasan,
korban bencana alam, atau korban kecelakaan. Orang dengan PTSD terus menerus
mengalami kilas balik atau flashback soal kejadian yang membuatnya trauma.
Terutama saat ada pemicu yang mirip dengan kejadian traumatis yang dialaminya.
Misalnya seorang korban gempa bumi mungkin akan mengalami kecemasan dan
ketakutan yang berlebihan ketika merasakan guncangan sedikit saja (meskipun
penyebabnya bukan gempa).
5. Fobia
Kata fobia berasal dari bahasa Yunani phobos, berarti takut. Takut adalah
perasaan cemas dan agitasi sebagai respon terhadap ancaman. Gangguan phobia
adalah rasa takut yang persisten terhadap objek atau situasi yang tidak sebanding
dengan ancamannya. Orang dengan gangguan fobia tidak kehilangan kontak dengan
realitas, mereka biasanya tahu bahwa ketakutan mereka itu berlebihan dan tidak pada
tempatnya. Fobia terdiri dari tiga tipe yaitu:
a. Fobia spesifik
Adalah ketakutan yang beralasan dan disebabkan oleh kehadiran atau
antisipasi suatu objek atau situasi spesifik. Contohnya dapat dilihat pada
orang yang menderita fobia lingkungan alami, orang tersebut takut pada
ketinggian sehingga hal-hal yang berhubungan dengan ketinggian
membuatnya cemas.
b. Fobia Sosial (gangguan kecemasan sosial)
Fobia Sosial adalah ketakutan menetap dan tidak rasional yang umumnya
berkaitan dengan keberadaan orang lain. Individu yang menderita fobia
sosial biasanya mencoba menghindari situasi yang membuatnya mungkin
dinilai dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau berperilaku secara
memalukan. Fobia sosial dapat bersifat umum atau khusus, tergantung
rentang situasi yang ditakuti dan dihindari. Contohnya seperti, gugup
ketika bertemu orang lain (terutama orang asing atau orang yang cukup
penting) itu wajar saja. Namun, ketika Anda selalu merasa gugup dan takut
berada di lingkungan baru hingga berkeringat dan merasa mual, Anda
mungkin mengalami kecemasan sosial. Kecemasan ini hadir karena
kekhawatiran bahwa perilaku Anda akan mempermalukan diri sendiri,
menyinggung perasaan orang lain, atau kehadiran Anda ditolak. Kondisi
ini tentu akan membuat Anda kesulitan untuk membangun hubungan
dengan orang lain.
c. Agoraphobia
Agoraphobia yaitu ketakutan akan tempat-tempat yang ramai dan terbuka.
Ini karena orang yang punya fobia juga menunjukkan gejala kecemasan
berlebihan. Agoraphobia dapat terjadi bersamaan dengan gangguan panik
yang menyertai. Orang-orang yang agoraphobia dengan gangguan panik
dapat mengalami sedikit simptom panik seperti pusing yang menghalangi
mereka untuk keluar daritempat tersebut.

2.5. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan (Anxiety)


Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar
tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwaperistiwa atau
situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut Savitri
Ramaiah (2003:11) ada beberapa faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan,
diantaranya yaitu :
a. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu
tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya
pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga,
sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa
tidak aman terhadap lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar
untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika
dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat
lama.
c. Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya
kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama
ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul,
dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.
Zakiah Daradjat (Kholil Lur Rochman, 2010:167) mengemukakan beberapa
penyebab dari kecemasan yaitu :
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam
dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya
terlihat jelas didalam pikiran
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang
berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula
menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat
dalam bentuk yang umum.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan
dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang
mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.

2.6. Dampak Kecemasan (Anxiety)


Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi yang
betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini tumbuh berlebihan
dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi ini menjadi tidak adaptif.
Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran
serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakitpenyakit fisik (Cutler, 2004:304).
Yustinus Semiun (2006:321) membagi beberapa dampak dari kecemasan
kedalam beberapa simtom, antara lain :
a. Simtom suasana hati, Individu yang mengalami kecemasan memiliki
perasaan akan adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu
sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan
tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah
marah.
b. Simtom kognitif, Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan
keprihatinan pada individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan
yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-
masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar
secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.
c. Simtom motor, Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa
tidak tenang, gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya
jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi
secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran rangsangan kognitif
yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya
dari apa saja yang dirasanya mengancam.
Kecemasan akan dirasakan oleh semua orang, terutama jika ada tekanan
perasaan ataupun tekanan jiwa.

2.7. Penanganan Gangguan Kecemasan (Anxiety)


1. Gangguan Panik/Cemas
Penanganan biologis diberikan obat-obatan antipanik. Beberapa obat-obatan
tersebut menunjukkan keberhasilan sebagai penanganan biologi bagi penderita
gangguan panik. Sisi negatif pemberian obat-obatan adanya efek samping,
berkurangnya ingatan serta kecanduan. Dari penanganan psikologis adalah
dengan dilakukannya terapi pengenadalian kepanikan.
2. Gangguan Cemas Menyeluruh
Gangguan cemas menyeluruh sulit ditangani dengan berhasil. Perlu dilakukan
terapi mencakup pendekatan psikoanalisis, behavioral, kognitif dan biologis.
a. Pendekatan psikoanalisis, gangguan kecemasan berakar dari konflik-konflik
yang ditekan, sehingga penting membantu pasien menghadapi sumber-
sumber konflik yang sebenarnya. Maka psikoanalisis menganalisa dan
mengontrol pada kehidupan pasien masa lalu dan masa kini untuk
berhubungan dengan orang lain.
b. Pendekatan behavioral, menangani kecemasan menyeluruh dan
menganggap serangkaian respon terhadap berbagai situasi yang dapat di
identifikasi. Terapi yang dilakukan seperti training relaksasi intensif, dengan
harapan bahwa belajar untuk rileks ketika merasa tegang seiring mereka
menjalani hidup akan mencegah kecemasan berkembang tanpa kendali.
c. Pendekatan kognitif, menekankan bahwa tingkah laku adalah proses
mental,dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai,
membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi.
Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum
memberikan reaksi atas stimulus yang datang.
d. Pendekatan biologis, pemberian obat-obatan khusus.
3. Gangguan Obsesif Komplusif
Penanganan gangguan obsesif komplusif dilakukan dengan pendekatan
psikoanalisis, pendekatan behavioral dan terapi rasional emotif dimana dalam
pendekatan ini pasien didorong untuk menguji ketakutan mereka bahwa
sesuatuyanng mengerikan akan terjadi serta penanganan biologis.

4. Gangguan Fobia
Penanganan fobia dilakukan dengan pendekatan psikoanalisis, pendekatan
behavioral, pendekatan kognitif serta pendekatan biologis.
5. Gangguan Stress Kaut / Gangguan Stress Pasca Trauma
Penanganan gangguan ini dilakukan dengan debriefing stress insiden kritikal,
pendekatan kognitif dan behavioral, pendekatan psikoanalisis serta pendekatan
biologis.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi yang sangat
mengancam karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa
sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan tersebut ditandai dengan adanya
beberapa gejala yang muncul seperti kegelisahan, ketakutan terhadap sesuatu yang
terjadi dimasa depan, merasa tidak tenteram, sulit untuk berkonsentrasi, dan merasa
tidak mampu untuk mengatasi masalah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah, kecemasan timbul karena individu melihat adanya bahaya yang
mengancam dirinya, kecemasan juga terjadi karena individu merasa bersalah karena
melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
Adanya berbagai macam kecemasan yang dialami individu dapat menyebabkan
adanya gangguan-gangguan kecemasan seperti gangguan kecemasan spesifik yaitu
suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau antisipasi terhadap
objek atau situasi yang spesifik. Sehingga dapat menyebabkan adanya dampak dari
kecemasan yang berupa simtom kognitif, yaitu kecemasan dapat menyebabkan
kekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai hal-hal yang tidak
menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan
masalah-masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar
secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.

3.2. Saran
JIka kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi yang sangat
mengancam karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan
bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Maka dalam mengatasi situasi tersebut
perlu adanya faktor pendorong agar kecemasan tersebut dapat hilang.
DAFTAR PUSTAKA

http://psikologi45.blogspot.com/2011/03/pengertian-psikologi-abnormal.html
https://eprints.uny.ac.id/9709/2/BAB%202%20-07104244004.pdf

Anda mungkin juga menyukai