Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

“dibuat untuk memenuhi praktik Keperawatan Medikal Bedah 1”

Dosen :

Epi Rustiawati, M.Kep., Sp. Kep.MB

Disusun oleh :

Saepullah

(8801190093) B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

TAHUN AJARAN

2020/2021
I. Tinjauan Teoritis/Konsep Teori

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Hipertensi terjadi sebagai respons peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi
terjadinya hipertensi (Kemenkes RI, 2016), yaitu :
1) Genetik : respons neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi
atau transport Natrium
2) Obesitas : terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat
3) Stress lingkungan
4) Hilangnya elasitisitas jaringan dan arterisklerosis pada usia lanjut
serta pelebaran pembuluh darah.
2. Etiologi
Hipertensi esensial (primer) tidak memiliki kelainan dasar patologis yang
jelas. Hipertensi ini lebih dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.
Sebaliknya, hipertensi yang disebabkan oleh kondisi tertentu atau
komplikasi dari penyakit lain termasuk dalam jenis hipertensi sekunder.
Tekanan darah tinggi jenis ini sering kali muncul secara tiba-tiba dan apat
menjadi lebih parah dibandingkan hipertensi esensial (primer). Berbagai
kondisi yang dapat melatarbelakangi hipertensi sekunder antara lain sleep
apnea, masalah tiroud, masalah ginjal, hingga konsumsi obat-obat tertentu
seperti pil KB, dekongestan, dan obat-obatan illegal.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi hipertensi antara lain :
1) Genetic : respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Natrium
2) Obesitas : terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
3) Stress lingkungan
4) Hilangnya elatisitas jaringan dan arterisklorosis, pada usia lanjut
serta pelabaran pembuluh darah.
3. Patofisiologi
Proses atau patofisiologi terjadinya hipertensi diawali dari meningkatnya
tekanan darah. Selain itu, hipertensi bisa terjadi melalui beberapa cara
sebagai berikut.
1) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak
darah pada setiap detiknya atau strokevolume
2) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Oleh sebab itu, setiap denyut jantung darah
dipaksa melalui pembuluh darah yang sempit dibandingkan
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darah. Hal ini juga
terjadi di usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menbal dan
kaku karena arteriosklorosis.
3) Tekanan darah juga dapat meningkat pada saat terjadi
vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) mengerut untuk
sementara waktu akibat perangsangan saraf hormone didalam
darah

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya


tekanan darah, hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal
sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam
tubuh, volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah
juga meningkat, kondisi akan lebih buruk pada usia lanjut, karena
penyempitan pembuluh darah yang disebabkan artrioklerosis.
Sebaliknya jika : aktivitas memompa jantung berkurang, arteri
mengalami pelebaran, karena tekanan darah tidak tinggi, sehingga
banyak cairan keluar dari sirkulaso, maka tekanan darah akan
menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan
oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian
dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara
otomatis).
PATHWAY

Hipertensi

Kerusakan Vaskular
pembuluh daerah

Perubahan Struktur

Penyumbatan
Pembuluh darah

Vasokonstriksi

Gangguan Sirkulasi

Otak Pembuluh darah

Sistemik
Suplai O2 otak
Resistensi pembuluh
menurun Vasokonstriksi
darah otak

Gangguan Perfusi Afterload


Nyeri Akut
Jaringan Serebral meningkat

Penurunan curah
Fatique
jantung

Intoleransi
Aktivitas
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada psien dengan hipertensi antara lain meningkatnya
tekanan systole di atas 140 mmHG atau tekanan diastole do atas 90
mmHg, sakit kepala bagian belakang, epistaksis/mimisan, rasa berat di
tengkung, sukar tidur, mata berkunang-kunang, lemah dan lelah.
Manifestasi klinis di atas tidak semua harus muncul yang terpenting adalah
adanya peningkatan kondisi tubuh sehat umumnya memiliki tekanan darah
sistolik normal sekitar 90 hingga 120 mmHg atau tekanan darah diastolic
normal sekitar 60 hingga 80 mmHg.
5. Komplikasi
Dengan adanya hipertensi, akan menimbulkan komplikasi pada
organ-organ tubuh yang lain. Orang tubuh yang sering mengalami
komplikasi akibat hipertensi antara lain berupa perdarahan retina bahkan
gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung, gagal ginjal,
pecahnya pembuluh darah otak/stroke.
Untuk menghindari komplikasi maka diperlukan penatalaksanaan,
yaitu penatalaksanaan farmakologis dan non-farmakologis (Kemenkes,
2016). Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan dengan
menggunakan obat-obatan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu : mempunyai
efektivitas yang tinggi, mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan
atau minimal, memungkinkan penggunaan obat secara oral, tidak
menimbulkan intoleransi, harga obat relative murah sehingga terjangkau
oleh pasien dan memungkinkan penggunaan dalam jangka panjang.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang untuk pasien hipertensi sebenernya cukup dengan
menggunakan tensi meter, tetapi untuk melihat komplikasi akibat
hipertensi maka diperlukan pemeriksaan penunjang antara lain :
1) Hemoglobin/hemaktrokit : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskosital) dan dapat mengidikasi faktor
risiko seperti hipokoagulabilitas, anemia..
2) Blood Urea Nitrogen (BUN)/kreatinin : untuk memberikan
informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3) Glukosa : untuk mengkaji tekanan darah, protein, glukosa
mengisyaratkan difungsi ginjal dan adanya Diabetes Mellitus.
4) EKG : untuk menunjukan pola regangan, di mana luas dan
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.
5) Foto thorak : untuk mengkaji adanya pembesaran jantung.

7. Penatalaksanaan Medis
Golongan obat-obatan yang diberikan pada pasien dengan hipertensi
antara lain golongan diuretic, golongan beta bloker, golongan antagonis
kalsium, golongan penghambat konversirennin angiotensin. Sementara itu,
penatalaksanaan hipertensi golongan non-farmakologis antara lain :
1) Diet dengan pembatasan atau pengurangan konsumsi garam,
penurunan berat badan akan dapat menurunkan tekanan darah
dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan
kadar aldosterone dalam plasma.
2) Pasien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan se-rual dengan kemampuan
seperti berjalan, jogging, bersepeda, atau berenang.
I. Konsep NCP (Nursing Care Planning)
Askep

1. Pengkajian
a. Biodata
Nama : Tn/Ny/Nn
Umur : Umur yang rentan terkena Hipertensi adalah > 40 tahun
Jenis kelamin : Faktor yang tidak dapat dikontrol terdiri dari jenis
kelamin, dimana menurut pendapat Jaya (2009), laki-
laki dianggap lebih rentan mengalami hipertensi
dibandingkan perempuan
Pendidikan : Pendidikan atau pengetahuan seseorang mengenai suatu
penyakit menjadi salah satu faktor sehingga timbul defisit
pengetahuan tentang suatu penyakit.

b. Keluhan Utama
Setelah dikaji biasanya pasien mengeluhkan Gejala yang muncul pada
penderita yaitu pengelihatan kabur karena kerusakan retina, nyeri
pada kepala, mual muntah akibat meningkatnya tekanan intra kranial,
edema dependen, adanya pembengkakan akibat adanya peningkatan
kapiler (Bianti, 2015 & Pudiastuti, 2013)
c. Riwayat Penyakit sekarang
Menurut pengkajian PQRST pada saat pasien Masuk ke RS dengan
keluhan utama kepalanya terasa sakit diikuti dengan mual dan muntah
serta badan terasa lemas. Sakit yang dirasakan menjalar pada bagian leher
dan tengkuk terasa tegang. Pasien menyebutkan sakit yang di rasakan
seperti tertimpa beban berat dengan skala nyeri 6 sehingga pasien
kesulitan saat berjalan dan hampir terjatuh. Sakit kepala semakin
dirasakan hebat dan terus menerus saat pasien sedang melakukan aktivitas
yang sedikit berat
d. Riwayat kesehatan Keluarga
Masalah utama pada hipertensi adalah bahwa lebih dari 95% dari
keseluruhan pasien hipertensi merupakan hipertensi esensial yang tidak
diketahui penyebabnya. Hipertensi esensial disebabkan oleh
multifactorial merupakan penyakit yang kompleks karena melibatkan
faktor genetic yang kuat atau lingkungan.
a) Pemeriksaan Fisik
1. Tanda- tanda vital
a. Keadaan umum : Compometis
b. Keadaan umum : Compos mentis
c. Kesadaran : * kualitatif :Lemah
* kuantitatif : GCS : 14
d. Flaping tremor / asterixia : Tidak ada Flaping tremor
e. Tekanan darah : 170/80mm/Hg
f. Nadi : 98x/menit
g. Suhu : 36,8˚C
h. RR : 24x/menit
1. Antropometri
a. BB : 67 kg
b. TB : 160 cm
c. IMT : 26, 17 (Gemuk)
3. Pemeriksaan Sistematika / persistem
A) Sistem pernafasan
1. Inspeksi :
 Bentuk hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada
peradangan, bentuk dada simetris, tidak ada pergerakan
otot-otot aksesoris pernapasan.
2. Palpasi :
 Tidak terdapat lesi, vocal premitus tidak ada
3. Perkusi :
 Suara Perkusi resonan
4. Auskultasi :
 Suara napas vesikuler.
B) Sistem Kardiovaskuler dan Limfe
1. Inspeksi :
 Mukosa bibir kering, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada peningkatan JVP.
2. Palpasi
 Nadi 98x/menit, akral hangat
3. Perkusi
 Perkusi Jantung Dullnes
4. Auskultasi
 Bunyi jantung murni regular pada S1 dan S2
C) Sistem Pencernaan
1. Inspeksi
Conjungtiva tidak anemis, tidak terdapat stomatitis, kebersihan
mulut sedikit kotor, reflek menelan baik.
2. Auskultasi
Bising Usus 21x/menit
3. Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan dan nyari lepas pada seluruh area
abdomen dan tidak terdapat pembesaran hati dan lien
4. Perkusi
Pada perkusi tympani pada lambung, dullness pada hepar.
D) Sistem persyarafan
Inspeksi, Palpasi & Perkusi
Keadaan umum Compometis, Kesadaran Lemah, GCS : 14, Tidak
ada Flaping tremor.
E) Sistem penglihatan
1. Inspeksi
 Bentuk mata simetris, warna sclera putih, reflek cahya pupil
mengecil.
2. Palpasi
Tekanan kelenjar laksimaris tidak ada.
F) Sistem Pendengaran
1. Inspeksi
 Pinna kanan dan kiri simetris, kebersihan telinga sedikit
kotor
2. Palpasi
 Nyeri tekan tidak ada,
3. Test kemampuan pendengaran
 Garpu tala : normal
 Detak jam : normal
 Test berbisik : normal
G) Sistem Perkemihan
1. Inspeksi
Tidak ada Edema, tidak terpasar kateter urine.
2. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan.
3. Perkusi
Tidak terdapat nyeri ketuk pada ginjal.
H) Sistem Muskuloskeletal
1. Inspeksi
Bentuk tubuh simetris, tubuh terasa lemah, tidak ada edema,
kemampuan bergerak sedang.
2. Palpasi

L ka 5 L ki 4
T ka 5 T ki 4
3. ROM
Rentang gerak :
Tingkat kemampuan mobiliasasi klien yaitu perlu bantuan /
bimbingan sederhana / pengawasan.
I) Sistem Endokrin
1. Inspeksi
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
2. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan.
J) Sistem Integumen
1. Inspeksi
Kulit tampak normal, kebersihan sedikit kotor,,, tidak ada
edema.
2. Palpasi
Turgor kulit kering.
 Pola kehidupan sehari-hari

No. Pola Sebelum Sakit Saat Sakit


1 2 3 4
1. Pola makan & minum Tidak ada pantangan atau Sebaiknya disarankan untuk
aturan sebelum sakit diet DASH
2. Pola istirahat & tidur Sebelum sakit biasanya Setelah sakit biasanya pasien
pasien tidur dan istirahat mengeluhkan rasa nyaman
dengan normal. dan tidak bisa tidur dan
istirahat dengan baik
dikarenakan sakit.
3. Personal Higiene Personal Hygiene sebelum Setelah sakit pasien tidak
sakit normal bisa melakukan personal
hygine sendiri sehingga
personal hygiene terganggu.
4. Eliminasi Eliminasi BAB dan BAK Eliminasi sedikit terganggu
BAB tidak terganggu karena pasien tidak bisa
BAK melakukan aktivitas sendiri
5. Pola aktivitas Pola aktivitas normal Pola akitivitas terganggu,
karena keadaan yang lemas
karena sakit yang
dideritanya

Index Barthel :
NO Item yang dinilai Skor
1. Makan 1 = sebagian dibantu
2. Mandi 0 = tergantung orang lain
3. Perawatan diri 1 = sebagian dibantu
4. Berpakaian 1 = sebagian dibantu
7 Penggunaan Toilet 1 = membutuhkan bantuan tetapi bisa melakukan beberapa
hal sendiri)
8 Naik turun tangga 1 = menggunakan alat bantu
10 Mobilitas 2 = berjalan dengan bantuan satu orang

A. Data Psikologis

Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum (RSU) Anutapura


palu menunjukkan bahwa dari 185 responden terdapat 21 responden mengalami
stres berat. Efek dari stres berat bisa menyebabkan perilaku kita tidak efisien
bahkan dalam kasus yang ekstrim stres bisa membebani dan mempengaruhi
kepribadian. Oleh sebab itu, semakin lama stres yang dialami seseorang dan
berkepanjangan maka akan menimbulkan tingkat stres yang berat pula dan
mengancam nyawa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan korelasi positif pada kecemasan, stres, dan depresi dengan
peningkatan tekanan darah. Adapun pengaruh faktor yang berhubungan terhadap
tekanan darah penderita hipertensi sebesar 45,5% sisanya dipengaruhi oleh faktor
lain yang tidak diteliti.

B. Data penunjang
a) Data penunjang Lab/pemeriksaan diagnostic :
1. Hasil pemeriksaan lab. :

JENIS PEMERIKSAAN NILAI NILAI NORMAL

DARAH LENGKAP

Hb 20 gr/dL L 13–18; P 12–16


gr/dL

Leukosit 15.300/uL 4,5-10,5x103/uL


Eritrosit 5800/uL L4,7-6,1 x106/uL

Hematocrit 44 40-50%

Trombosit 167000 /uL 150-450x103/uL

Na+ 160 mEq/L 136-145 mEq/L

K+ 4,8 mEq/L 3,8-5,1 mEq/L

Ca 9 mEq/L 9-12 mEq/L

Cl- 115 mEq/L 97-113 mEq/L

BUN 25 mg/dL 10-20 mg/dL

Serum Kreatinin 2,5 mg/dL 0,5-1,2 mg/dL

Asam urat 9 mg/dL L 3-7/ P 5-6 mg/dL

Creatinin Ureum 200 L 105-132 / P 110 –


150

Ureum 51 35-45

Hasil pemeriksaan EKG ;

1. Terapi dan Obat-obatan

Nama obat Dosis Fungsi


Untuk menurunkan
Captropil 25 Mg Tablet 3x/hari 12,5 Mg
tekanan darah
Furosemide 40Mg 40-80 Mg/hari Membuang kelebihan air
dan natrium dalam tubuh,
sehingga jumlah cairan
dan garam yang mengalir
dalam pembuluh darah
menurun
5-10 Mg/hari Menurunkan kecepatan
Bisoprolol 5 Mg denyut jntung, irama
jantung

Diet DASH

Garam (sodium/natrium) merupakan musuh utama penderita hipertensi karena


dapat memberikan efek langsung terhadap kenaikan tekanan darah. Untuk itu,
penderita hipertensi patut untuk mempertimbangkan diet DASH agar tekanan
darah dapat terkontrol dengan baik.

 Membatasi konsumsi natrium, baik itu dalam bentuk garam maupun


makanan bersodium tinggi, seperti makanan dalam kemasan (makanan
kalengan), dan makanan cepat saji.
 Membatasi konsumsi daging dan makanan mengandung gula tinggi.
 Mengurangi konsumsi makanan berkolesterol tinggi, dan mengandung
lemak trans.
 Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, dan olahan susu rendah
lemak.
 Mengonsumsi ikan, daging unggas, kacang-kacangan, dan makanan
dengan gandum utuh

Analisa Data

No. DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1 Ds : Hipertensi Risiko perfusi serebral tidak
- pasien mengatakan efektif
kepala terasa pusing, Kerusakan Vaskular pembuluh
tengkuk terasa kaku. darah
Do :
- pasien tampak lemas, Penyumbatan pembuluh darah
mata sulit untuk
dibuka, TD : 170/80, Vasokonstriksi
Nadi : 98x/menit,
Pernapasan : Gangguan sirkulasi di Otak
24x/menit, suhu :
36,8C Suplai O2 otak menurun

Risiko Perfusi serebral tidak efektif


2 Ds : Hipertensi Intoleransi Aktivitas
- pasien mengatakan
tidak mampu Kerusakan Vaskular pembuluh
menggerakan atau darah
melakukan aktivitas
akan terasa pusing Penyumbatan pembuluh darah
Do :
- Index barthel dibantu Vasokonstriksi
oleh keluarga
- ROM terganggu Afterload meningkat

Fatique

Intoleransi Aktivitas

Masalah Keperawatan
1. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakarnial
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Intervensi Keperawatan

No. Masalah SLKI SIKI


Keperawatan
1 Risiko perfusi Setelah dilakukan asuhan Pemantauan Tekanan Intrakranial
serebral tidak keperawatan selama 2x24 jam Observasi
efektif diharapkan Risiko perfusi  Identifikasi penyebab TIK (mis
serebral tidak efektif dapat hipertensi)
teratasi dengan kriteria hasil :  Monitor peningkatan tekanan darah
 Sakit kepala membaik  Monitor pelebaran tekanan nadi
 Tekanan darah sistolik (selisih TDS dan TDD)
menurun  Monitor penurunan frekuensi
 Tekanan darah diastolic jantung
menurun  Monitor ireguleritas irama napas
 Gelisah membaik  monitor penurunan tingkat
 Kecemasan membaik kesadaran
 monitor perlambatan atau
ketidaksimetrisan respon pupil
 monitor kadar CO2 dan
pertahankan dalam rentang yang
diindikasikan
 monitor tekanan perfusi serebral
 monitor efek stimulus lingkungan
terhadap TIK
 Ambil sampel drainase cairan
serebrospinal
 Kalibrasi transduser
 Pertahankan posisi kepala dan leher
netral
 Atur interval pemantauan sesuai
kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
2 Risiko Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energy
Intoleransi keperawatan selama 2x24 jam Observasi
Aktivitas diharapkan intoleransi aktivitas  Identifikasi gangguan fungsi tubuh
dapat teratasi dengan kriteria yang melibatkan kelelahan
hasil :  Monitor pola dan jam tidur
 Perasaan lemah menurun  Monitor lokasi dan
 Tekanan darah menurun ketidaknyamanan selama
 Kemudahan dalam melakukan aktivitas
melakukan aktivitas sehari- Terapeutik
hari membaik  Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis, cahaya,
suara, kunjungan)
 Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan /atau aktif
 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan URM (Unit
Rehabilitasi Medis)
 Kolaborasi dengan fisioterapi
PEMERIKSAAN FISIK KARDIOVASKULER
1. PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK SISTEM

KARDIOVASKULER
Nama :
Tanggal Ujian :
SKOR
No Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4
A. 1. Persiapan Alat:
a. Stetoscop e. 2 bh penggaris
b. Spygmanometer
c. Jam detik
d. Selimut Pasien
B. 2. Persiapan Pasien
a. Ucapkan salam
b. Cek identitas pasien
d. Kontrak dengan pasien (jelaskan maksud tujuan)
e. Posisi pasien tidur terlentang, dada terbuka
C 3. Ukur tekanan darah
4. Raba Denyut Nadi
a. Kekuatan
b. Frekuensi dan kualitas
5. Tangan
a. Sianosis
b. CRT < 2 detik
c. Bentuk kuku perhatikan sudut antara kuku dan
dasar kuku ( penurunan perpusi jaringan yang lama
terdapat jari tabuh : clubbing finger)
d. Area kuku dingin

6. Wajah:
Inspeksi:
Conjungtiva adanya anemis/tidak
Bibir ada tanda sianosis/tidak
7. Leher
Identifikasi vena jugularis
Posisikan pasien 45-600
Observasi denyut nadi vena jugularis
Ukur tinggi denyut vena jugularis dari sudut sternum
bila tinggi lebih dari 3,5 cm maka JVP meninggi
(terjadi pada CHF, obstruksi vena cava superior)
8. Dada:
Inspeksi
a. buka pakaian dan atur posisi pasien terlentang,
kepala ditinggikan 15-30
b. Pemeriksa berdiri sebelah kanan pasien setinggi
bahu pasien
c. Motivasi pasien tenang dan bernapas biasa
d. Amati dan catat bentuk precordial jantung
Normal  datar dan simetris pada kedua sisi,
Abnormal  Cekung, Cembung ( bulging
precordial )
e. Amati dan catat pulsasi apeks cordis
Normal  nampak pada ICS 5 MCL selebar 1-2
cm ( selebar ibu jari ).
Sulit dilihat payudara besar, dinding toraks yang
tebal, emfisema, dan efusi perikard.
Abnormal --> bergeser kearah lateroinferior , lebar
> 2 cm, nampak meningkat dan bergetar ( Thrill ).
f. Amati dan catat pulsasi daerah aorta, pulmonal,
trikuspidalis, dan ephygastrik
NormaL  Hanya pada daerah ictus
Auskultasi
a. Irama dan frekwensi jantung
Normal : reguler ( ritmis ) dengan frekwensi 60 –
100 X/mnt
b. Intensitas bunyi jantung
Normal :
 Di daerah mitral dan trikuspidalis intensitas
BJ1 akan lebih tinggi dari BJ 2
 Di daerah pulmonal dan aorta intensitas BJ1
akan lebih rendah dari BJ 2
e. Sifat bunyi jantung
Normal :
- bersifat tunggal.
- Terbelah/terpisah dikondisikan ( Normal Splitting )
 Splitting BJ 1 fisiologik
 Normal Splitting BJ1 yang terdengar saat “ Ekspirasi
maksimal, kemudian napas ditahan sebentar” .
 Splitting BJ 2 fisiologik
 normal Spliting BJ2, terdengar “ sesaat setelah
inspirasi dalam “:
Abnomal:
 Tedengar bunyi “ fruction Rub”  gesekan perikard
dg ephicard.
 Adanya Bising ( Murmur ) jantung
 adalah bunyi jantung ( bergemuruh ) yang
dibangkitkan oleh aliran turbulensi ( pusaran
abnormal ) dari aliran darah dalam jantung dan
pembuluh darah.
Normal : tidak terdapat murmur
Abnormal : terdapat murmur  kelainan katub ,
shunt/pirau
 Irama Gallop ( gallop ritme )
 Adalah irama dimana terdengar bunyi S3 atau S4
secara jelas pada fase Dyastolik, yang disebabkan
karena darah mengalir ke ventrikel yang lebih lebar
dari normal, sehingga terjadi pengisian yang cepat
pada ventrikel
Gallop akan terdengar bila ada kelainan pada CHF
akan terdengar pada apeks.
Normal : tidak terdapat gallop ritme
Abnormal :
 Gallop ventrikuler ( gallop S3 )
 Gallop atrium / gallop presystolik ( gallop
S4 )
 Gallop dapat terjadi S3 dan S4 ( Horse
gallop )

Cara Kerja :
1. Periksa stetoskop dan gosok sisi membran dengan
tangan
2. Tempelkan stetoskop pada sisi membran pada daerah
pulmonal, kemudian ke daerah aorta, simak Bunyi
jantung terutama BJ2, catat : sifat, kwalitas di
banding dg BJ1, splitting BJ2, dan murmur Bj2.
3. Tempelkan stetoskop pada sisi membran pada daerah
Tricus, kemudian ke daerah mitral, simak Bunyi
jantung terutama BJ1, catat : sifat, kwalitas di
banding dg BJ2, splitting BJ1, murmur Bj1,
frekwensi DJ, irama gallop.
4. Bila ada murmur ulangi lagi keempat daerah, catat
mana yang paling jelas.

- Daerah aorta : ruang IC 2 padastrenum kanan


- Daerah Pulmonal : ruang IC 2 pada sternum kiri
- Daerah tricuspidalis atau ventrikel kanan : IC 4 dan IC 5
pada sternum kiri
- Daerah Apec atau ventrikel kiri: Ruang IC5 pada
sternum kiri
9. Palpasi
Cara Kerja :
a. Dengan menggunakan 3 jari tangan dan dengan tekanan
ringan, palpasi daerah aorta, pulmo dan trikuspidalis.
catat : adanya pulsasi.
Normal  tidak ada pulsasi
1) Geser pada daerah mitral, catat : pulsasi, tentukan
letak, lebar, adanya thrill, lift/heave.
2) Normal  teraba di ICS V MCL selebar 1-2cm ( 1
jari ) atau letakkan impuls normal berada di
midklavikula sinistra pada ICS V bila terjadi
peningkatan diameter pada dilatasi ventrikel kiri
akibat kongestif jantung maka amplitudo menyebar
ke arah axila kiri dan bila raba impuls lebih kuat dan
bergeser ke kanan lebih dari 3 cm menunjukkan
adanya pembesaran jantung.
3) Abnormal  ictus bergeser kea rah latero-inferior,
ada thriil / lift
4) Geser pada daerah ephigastrik, tentukan besar
denyutan.
Normal : teraba, sulit diraba
Abnormal : mudah / meningkat
10. Perkusi
Cara Kerja :
a. Lakukan perkusi mulai intercota 2 kiri dari lateral
( Ant. axial line ) menuju medial, catat perubahan
perkusi redup
b. Geser jari ke ICS 3 kiri kemudian sampai ICS 6 ,
lakukan perkusi dan catat perubahan suara perkusi
redup.
c. Tentukan batas-batas jantung
Batas jantung kiri yang dapat dideteksi pada perkusi.
Memanjang dari garis mid klavicula di ruang IC 3
sampai IC 5
11. Abdomen bila dicurigai adanya asites
12. Ekstremitas bawah (kaki)
Edema:
a. Palpasi edema dengan tekan kuat selama 5 detik
dan lepaskan
b. Ukur cekungan

Daftar Pustaka
PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta : Dewan
pengurus pusat PPNI.

PPNI. 2016. Standar Intervesi Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta : Dewan


pengurus pusat PPNI.

PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta : Dewan


pengurus pusat PPNI.

Kardiyuandi, Ni Ketut dan Susanti, Briggita Ayu Dewi. 2019. Keperawatan


Medikal Bedah I. Yogyakarta. PT PUSTAKA BARU.

Anda mungkin juga menyukai