LP Hipertensi
LP Hipertensi
HIPERTENSI
Dosen :
Disusun oleh :
Saepullah
(8801190093) B
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN AJARAN
2020/2021
I. Tinjauan Teoritis/Konsep Teori
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Hipertensi terjadi sebagai respons peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi
terjadinya hipertensi (Kemenkes RI, 2016), yaitu :
1) Genetik : respons neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi
atau transport Natrium
2) Obesitas : terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat
3) Stress lingkungan
4) Hilangnya elasitisitas jaringan dan arterisklerosis pada usia lanjut
serta pelebaran pembuluh darah.
2. Etiologi
Hipertensi esensial (primer) tidak memiliki kelainan dasar patologis yang
jelas. Hipertensi ini lebih dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.
Sebaliknya, hipertensi yang disebabkan oleh kondisi tertentu atau
komplikasi dari penyakit lain termasuk dalam jenis hipertensi sekunder.
Tekanan darah tinggi jenis ini sering kali muncul secara tiba-tiba dan apat
menjadi lebih parah dibandingkan hipertensi esensial (primer). Berbagai
kondisi yang dapat melatarbelakangi hipertensi sekunder antara lain sleep
apnea, masalah tiroud, masalah ginjal, hingga konsumsi obat-obat tertentu
seperti pil KB, dekongestan, dan obat-obatan illegal.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi hipertensi antara lain :
1) Genetic : respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Natrium
2) Obesitas : terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
3) Stress lingkungan
4) Hilangnya elatisitas jaringan dan arterisklorosis, pada usia lanjut
serta pelabaran pembuluh darah.
3. Patofisiologi
Proses atau patofisiologi terjadinya hipertensi diawali dari meningkatnya
tekanan darah. Selain itu, hipertensi bisa terjadi melalui beberapa cara
sebagai berikut.
1) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak
darah pada setiap detiknya atau strokevolume
2) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Oleh sebab itu, setiap denyut jantung darah
dipaksa melalui pembuluh darah yang sempit dibandingkan
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darah. Hal ini juga
terjadi di usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menbal dan
kaku karena arteriosklorosis.
3) Tekanan darah juga dapat meningkat pada saat terjadi
vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) mengerut untuk
sementara waktu akibat perangsangan saraf hormone didalam
darah
Hipertensi
Kerusakan Vaskular
pembuluh daerah
Perubahan Struktur
Penyumbatan
Pembuluh darah
Vasokonstriksi
Gangguan Sirkulasi
Sistemik
Suplai O2 otak
Resistensi pembuluh
menurun Vasokonstriksi
darah otak
Penurunan curah
Fatique
jantung
Intoleransi
Aktivitas
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada psien dengan hipertensi antara lain meningkatnya
tekanan systole di atas 140 mmHG atau tekanan diastole do atas 90
mmHg, sakit kepala bagian belakang, epistaksis/mimisan, rasa berat di
tengkung, sukar tidur, mata berkunang-kunang, lemah dan lelah.
Manifestasi klinis di atas tidak semua harus muncul yang terpenting adalah
adanya peningkatan kondisi tubuh sehat umumnya memiliki tekanan darah
sistolik normal sekitar 90 hingga 120 mmHg atau tekanan darah diastolic
normal sekitar 60 hingga 80 mmHg.
5. Komplikasi
Dengan adanya hipertensi, akan menimbulkan komplikasi pada
organ-organ tubuh yang lain. Orang tubuh yang sering mengalami
komplikasi akibat hipertensi antara lain berupa perdarahan retina bahkan
gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung, gagal ginjal,
pecahnya pembuluh darah otak/stroke.
Untuk menghindari komplikasi maka diperlukan penatalaksanaan,
yaitu penatalaksanaan farmakologis dan non-farmakologis (Kemenkes,
2016). Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan dengan
menggunakan obat-obatan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu : mempunyai
efektivitas yang tinggi, mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan
atau minimal, memungkinkan penggunaan obat secara oral, tidak
menimbulkan intoleransi, harga obat relative murah sehingga terjangkau
oleh pasien dan memungkinkan penggunaan dalam jangka panjang.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang untuk pasien hipertensi sebenernya cukup dengan
menggunakan tensi meter, tetapi untuk melihat komplikasi akibat
hipertensi maka diperlukan pemeriksaan penunjang antara lain :
1) Hemoglobin/hemaktrokit : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskosital) dan dapat mengidikasi faktor
risiko seperti hipokoagulabilitas, anemia..
2) Blood Urea Nitrogen (BUN)/kreatinin : untuk memberikan
informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3) Glukosa : untuk mengkaji tekanan darah, protein, glukosa
mengisyaratkan difungsi ginjal dan adanya Diabetes Mellitus.
4) EKG : untuk menunjukan pola regangan, di mana luas dan
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.
5) Foto thorak : untuk mengkaji adanya pembesaran jantung.
7. Penatalaksanaan Medis
Golongan obat-obatan yang diberikan pada pasien dengan hipertensi
antara lain golongan diuretic, golongan beta bloker, golongan antagonis
kalsium, golongan penghambat konversirennin angiotensin. Sementara itu,
penatalaksanaan hipertensi golongan non-farmakologis antara lain :
1) Diet dengan pembatasan atau pengurangan konsumsi garam,
penurunan berat badan akan dapat menurunkan tekanan darah
dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan
kadar aldosterone dalam plasma.
2) Pasien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan se-rual dengan kemampuan
seperti berjalan, jogging, bersepeda, atau berenang.
I. Konsep NCP (Nursing Care Planning)
Askep
1. Pengkajian
a. Biodata
Nama : Tn/Ny/Nn
Umur : Umur yang rentan terkena Hipertensi adalah > 40 tahun
Jenis kelamin : Faktor yang tidak dapat dikontrol terdiri dari jenis
kelamin, dimana menurut pendapat Jaya (2009), laki-
laki dianggap lebih rentan mengalami hipertensi
dibandingkan perempuan
Pendidikan : Pendidikan atau pengetahuan seseorang mengenai suatu
penyakit menjadi salah satu faktor sehingga timbul defisit
pengetahuan tentang suatu penyakit.
b. Keluhan Utama
Setelah dikaji biasanya pasien mengeluhkan Gejala yang muncul pada
penderita yaitu pengelihatan kabur karena kerusakan retina, nyeri
pada kepala, mual muntah akibat meningkatnya tekanan intra kranial,
edema dependen, adanya pembengkakan akibat adanya peningkatan
kapiler (Bianti, 2015 & Pudiastuti, 2013)
c. Riwayat Penyakit sekarang
Menurut pengkajian PQRST pada saat pasien Masuk ke RS dengan
keluhan utama kepalanya terasa sakit diikuti dengan mual dan muntah
serta badan terasa lemas. Sakit yang dirasakan menjalar pada bagian leher
dan tengkuk terasa tegang. Pasien menyebutkan sakit yang di rasakan
seperti tertimpa beban berat dengan skala nyeri 6 sehingga pasien
kesulitan saat berjalan dan hampir terjatuh. Sakit kepala semakin
dirasakan hebat dan terus menerus saat pasien sedang melakukan aktivitas
yang sedikit berat
d. Riwayat kesehatan Keluarga
Masalah utama pada hipertensi adalah bahwa lebih dari 95% dari
keseluruhan pasien hipertensi merupakan hipertensi esensial yang tidak
diketahui penyebabnya. Hipertensi esensial disebabkan oleh
multifactorial merupakan penyakit yang kompleks karena melibatkan
faktor genetic yang kuat atau lingkungan.
a) Pemeriksaan Fisik
1. Tanda- tanda vital
a. Keadaan umum : Compometis
b. Keadaan umum : Compos mentis
c. Kesadaran : * kualitatif :Lemah
* kuantitatif : GCS : 14
d. Flaping tremor / asterixia : Tidak ada Flaping tremor
e. Tekanan darah : 170/80mm/Hg
f. Nadi : 98x/menit
g. Suhu : 36,8˚C
h. RR : 24x/menit
1. Antropometri
a. BB : 67 kg
b. TB : 160 cm
c. IMT : 26, 17 (Gemuk)
3. Pemeriksaan Sistematika / persistem
A) Sistem pernafasan
1. Inspeksi :
Bentuk hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada
peradangan, bentuk dada simetris, tidak ada pergerakan
otot-otot aksesoris pernapasan.
2. Palpasi :
Tidak terdapat lesi, vocal premitus tidak ada
3. Perkusi :
Suara Perkusi resonan
4. Auskultasi :
Suara napas vesikuler.
B) Sistem Kardiovaskuler dan Limfe
1. Inspeksi :
Mukosa bibir kering, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada peningkatan JVP.
2. Palpasi
Nadi 98x/menit, akral hangat
3. Perkusi
Perkusi Jantung Dullnes
4. Auskultasi
Bunyi jantung murni regular pada S1 dan S2
C) Sistem Pencernaan
1. Inspeksi
Conjungtiva tidak anemis, tidak terdapat stomatitis, kebersihan
mulut sedikit kotor, reflek menelan baik.
2. Auskultasi
Bising Usus 21x/menit
3. Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan dan nyari lepas pada seluruh area
abdomen dan tidak terdapat pembesaran hati dan lien
4. Perkusi
Pada perkusi tympani pada lambung, dullness pada hepar.
D) Sistem persyarafan
Inspeksi, Palpasi & Perkusi
Keadaan umum Compometis, Kesadaran Lemah, GCS : 14, Tidak
ada Flaping tremor.
E) Sistem penglihatan
1. Inspeksi
Bentuk mata simetris, warna sclera putih, reflek cahya pupil
mengecil.
2. Palpasi
Tekanan kelenjar laksimaris tidak ada.
F) Sistem Pendengaran
1. Inspeksi
Pinna kanan dan kiri simetris, kebersihan telinga sedikit
kotor
2. Palpasi
Nyeri tekan tidak ada,
3. Test kemampuan pendengaran
Garpu tala : normal
Detak jam : normal
Test berbisik : normal
G) Sistem Perkemihan
1. Inspeksi
Tidak ada Edema, tidak terpasar kateter urine.
2. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan.
3. Perkusi
Tidak terdapat nyeri ketuk pada ginjal.
H) Sistem Muskuloskeletal
1. Inspeksi
Bentuk tubuh simetris, tubuh terasa lemah, tidak ada edema,
kemampuan bergerak sedang.
2. Palpasi
L ka 5 L ki 4
T ka 5 T ki 4
3. ROM
Rentang gerak :
Tingkat kemampuan mobiliasasi klien yaitu perlu bantuan /
bimbingan sederhana / pengawasan.
I) Sistem Endokrin
1. Inspeksi
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
2. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan.
J) Sistem Integumen
1. Inspeksi
Kulit tampak normal, kebersihan sedikit kotor,,, tidak ada
edema.
2. Palpasi
Turgor kulit kering.
Pola kehidupan sehari-hari
Index Barthel :
NO Item yang dinilai Skor
1. Makan 1 = sebagian dibantu
2. Mandi 0 = tergantung orang lain
3. Perawatan diri 1 = sebagian dibantu
4. Berpakaian 1 = sebagian dibantu
7 Penggunaan Toilet 1 = membutuhkan bantuan tetapi bisa melakukan beberapa
hal sendiri)
8 Naik turun tangga 1 = menggunakan alat bantu
10 Mobilitas 2 = berjalan dengan bantuan satu orang
A. Data Psikologis
B. Data penunjang
a) Data penunjang Lab/pemeriksaan diagnostic :
1. Hasil pemeriksaan lab. :
DARAH LENGKAP
Hematocrit 44 40-50%
Ureum 51 35-45
Diet DASH
Analisa Data
Fatique
Intoleransi Aktivitas
Masalah Keperawatan
1. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakarnial
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Intervensi Keperawatan
KARDIOVASKULER
Nama :
Tanggal Ujian :
SKOR
No Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4
A. 1. Persiapan Alat:
a. Stetoscop e. 2 bh penggaris
b. Spygmanometer
c. Jam detik
d. Selimut Pasien
B. 2. Persiapan Pasien
a. Ucapkan salam
b. Cek identitas pasien
d. Kontrak dengan pasien (jelaskan maksud tujuan)
e. Posisi pasien tidur terlentang, dada terbuka
C 3. Ukur tekanan darah
4. Raba Denyut Nadi
a. Kekuatan
b. Frekuensi dan kualitas
5. Tangan
a. Sianosis
b. CRT < 2 detik
c. Bentuk kuku perhatikan sudut antara kuku dan
dasar kuku ( penurunan perpusi jaringan yang lama
terdapat jari tabuh : clubbing finger)
d. Area kuku dingin
6. Wajah:
Inspeksi:
Conjungtiva adanya anemis/tidak
Bibir ada tanda sianosis/tidak
7. Leher
Identifikasi vena jugularis
Posisikan pasien 45-600
Observasi denyut nadi vena jugularis
Ukur tinggi denyut vena jugularis dari sudut sternum
bila tinggi lebih dari 3,5 cm maka JVP meninggi
(terjadi pada CHF, obstruksi vena cava superior)
8. Dada:
Inspeksi
a. buka pakaian dan atur posisi pasien terlentang,
kepala ditinggikan 15-30
b. Pemeriksa berdiri sebelah kanan pasien setinggi
bahu pasien
c. Motivasi pasien tenang dan bernapas biasa
d. Amati dan catat bentuk precordial jantung
Normal datar dan simetris pada kedua sisi,
Abnormal Cekung, Cembung ( bulging
precordial )
e. Amati dan catat pulsasi apeks cordis
Normal nampak pada ICS 5 MCL selebar 1-2
cm ( selebar ibu jari ).
Sulit dilihat payudara besar, dinding toraks yang
tebal, emfisema, dan efusi perikard.
Abnormal --> bergeser kearah lateroinferior , lebar
> 2 cm, nampak meningkat dan bergetar ( Thrill ).
f. Amati dan catat pulsasi daerah aorta, pulmonal,
trikuspidalis, dan ephygastrik
NormaL Hanya pada daerah ictus
Auskultasi
a. Irama dan frekwensi jantung
Normal : reguler ( ritmis ) dengan frekwensi 60 –
100 X/mnt
b. Intensitas bunyi jantung
Normal :
Di daerah mitral dan trikuspidalis intensitas
BJ1 akan lebih tinggi dari BJ 2
Di daerah pulmonal dan aorta intensitas BJ1
akan lebih rendah dari BJ 2
e. Sifat bunyi jantung
Normal :
- bersifat tunggal.
- Terbelah/terpisah dikondisikan ( Normal Splitting )
Splitting BJ 1 fisiologik
Normal Splitting BJ1 yang terdengar saat “ Ekspirasi
maksimal, kemudian napas ditahan sebentar” .
Splitting BJ 2 fisiologik
normal Spliting BJ2, terdengar “ sesaat setelah
inspirasi dalam “:
Abnomal:
Tedengar bunyi “ fruction Rub” gesekan perikard
dg ephicard.
Adanya Bising ( Murmur ) jantung
adalah bunyi jantung ( bergemuruh ) yang
dibangkitkan oleh aliran turbulensi ( pusaran
abnormal ) dari aliran darah dalam jantung dan
pembuluh darah.
Normal : tidak terdapat murmur
Abnormal : terdapat murmur kelainan katub ,
shunt/pirau
Irama Gallop ( gallop ritme )
Adalah irama dimana terdengar bunyi S3 atau S4
secara jelas pada fase Dyastolik, yang disebabkan
karena darah mengalir ke ventrikel yang lebih lebar
dari normal, sehingga terjadi pengisian yang cepat
pada ventrikel
Gallop akan terdengar bila ada kelainan pada CHF
akan terdengar pada apeks.
Normal : tidak terdapat gallop ritme
Abnormal :
Gallop ventrikuler ( gallop S3 )
Gallop atrium / gallop presystolik ( gallop
S4 )
Gallop dapat terjadi S3 dan S4 ( Horse
gallop )
Cara Kerja :
1. Periksa stetoskop dan gosok sisi membran dengan
tangan
2. Tempelkan stetoskop pada sisi membran pada daerah
pulmonal, kemudian ke daerah aorta, simak Bunyi
jantung terutama BJ2, catat : sifat, kwalitas di
banding dg BJ1, splitting BJ2, dan murmur Bj2.
3. Tempelkan stetoskop pada sisi membran pada daerah
Tricus, kemudian ke daerah mitral, simak Bunyi
jantung terutama BJ1, catat : sifat, kwalitas di
banding dg BJ2, splitting BJ1, murmur Bj1,
frekwensi DJ, irama gallop.
4. Bila ada murmur ulangi lagi keempat daerah, catat
mana yang paling jelas.
Daftar Pustaka
PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta : Dewan
pengurus pusat PPNI.