Buku Pelajaran Balaghah
Buku Pelajaran Balaghah
1
semantik adalah istilah yang digunakan dalam bidang
linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa
1
Ilmu Balaghah tetap dianggap sebagai ilmu yang
tersulit untuk dicerna, sebab ilmu ini akan
menterkaitkan antara komponen-komponen ilmu
bahasa Arab yang fushah (resmi),. Namun
jika dipelajari dengan penghayatan yang tinggi serta
dihubungkan pula kepada kegunaannya dari sisi ilmu-
ilmu agama jelas akan mendatangkan kenikmatan
tersendiri dan dapat memperkaya dan mempertajam
mata bathin manusia, sehingga menimbulkan dampak
kehidupan yang baik serta dapat mengusir kejenuhan
untuk mempelajarinya.
I
Pendahuluan
A. Latar belakang munculnya ilmu balaghah
Arab Jahiliyah (Pra Islam) sudah mengenal dunia
sastra jauh sebelumnya. Mereka dikenal sebagai
pujangga-pujangga ) ) اُ ِجـبءyang memiliki kecakapan
dalam menyusun dan merangkai kata-kata sehingga
indah didengar dan bagus diucapkan yang kemudian
menghasilkan karya sastra. Hal itu bukan diperolehnya
melalui lembaga-lembaga pendidikan formal atau
dengan mempelajari kaidah-kaidah ilmu tertentu, tetapi
terbentuk melalui fitrah dan insting bahasa yang sudah
ada dalam diri mereka.
Sejarah berhasil mengabadikan sejumlah nama
sastrawan Arab pra jahiliah yang telah memberikan
kontribusi besar dalam dunia sastra, di antaranya: An-
Nābighah2, Hasan bin Tsābit3, al Khansā‟, Umru‟ al-
2
Penyair ini memiliki nama asli An-Nabighah Az-Zibyani
Abu Umamah Ziyad bin Muawiyah. Namun, ia lebih dikenal
dengan panggilan an-Nabighah, yang berarti seorang yang pandai
Qais, Zuhair bin Abī Salmā, Tharfah bin al „Abd,
„Antarah bin Asy-Syaddād, „Amr bin Kultsum, Lubaid
bin Rabī„ah.
Salah seorang penguasa Arab saat itu an-Nābighah
az-Zibyānī sengaja membangun pasar bernama „Ukāzh,
yaitu pasar tahunan tempat bertemu dan berkumpulnya
para sastrawan ( )األكثبءdan penyair ( )اُشؼواءdari seluruh
penjuru Arab untuk melantunkan bait-bait syairnya.
Semua gubahan syair-syair terbaru dan kemunculan
penyair-penyair terkemuka tidak terlepas dari peran
pasar „Ukāzh dalam memperkenalkannya. Secara
alamiah semua itu mengalami proses penyeleksian yang
ketat melalui metode kritik sastra yang dikenal luas saat
itu. Semua transaksi jual beli syair berlaku di tempat
ini. Selain „Ukāzh ada beberapa pasar yang menjadi
tempat berkumpulnya para sastrawan. Yang terpenting
adalah Majinnah dan Dzul Majāz. Semuanya terletak
dekat Ka‟bah.
5
Ibid, 13
6
Al Lughah al basyariyah al yaumiyah
6
Damaskus. Kemunduran penggunaan bahasa Arab yang paling
hebat terjadi di Persia7.
Adanya kemunduran-kemunduran pada bahasanya,
membuat orang-orang Arab merasa prihatin dan mulailah
mereka berfikir untuk mengembalikan bahasa Arab pada
kemurniannya. Mereka mulai menyusun ilmu nahwu, sharaf
dan balâghah.
Para pakar bahasa Arab mulai menyusun ilmu balâghah
yang mencakup ilmu bayân, ma‟âni dan badî‟. Ilmu-ilmu
ini disusun untuk menjelaskan keistimewaan dan
keindahan susunan bahasa Alquran dari segi
kemukjizatannya.Ilmu itu disusun setelah muncul
dan berkembangnya ilmu nahwu dan sharaf.
B. Tokoh-tokoh dan Karya-karyanya
Pada awalnya struktur ilmu balâghah belumlah lengkap
seperti yang kitakenal sekarang ini. Setelah mengalami berbagai
fase perkembangan dan penyempurnaan akhirnya
disepakati bahwa ilmu ini membahas tiga kajian
utama,yaitu ilmu bayân, ma‟âni dan badî‟. Ilmu bayân
membahas prosedur pengungkapan suatu ide fikiran atau
perasaan ke dalam ungkapan yang bervariasi.Ilmu ma‟âni
membahas bagaimana kita mengungkapkan sesuatu ide
fikiran atau perasaan ke dalam bahasa yang sesuai dengan
konteksnya. Sedangkan badî‟ membahas bagaimana
menghaluskan, memperindah dan meninggikan suatu
ungkapan.
Tokoh pertama yang mengarang buku dalam bidang ilmu
bayân adalah Abû Ubaidah Ma‟mar ibn al Mutsanna (wafat,
208
H) dengan kitabnya Majâz Alquran8 Beliau adalah murid
7
Rinaharat Dauzi, Takmilah.......16
7
8
Sayid Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah, (Bairut,
Maktabah al „Ashriyah, 1999), 9
8
al-Khalil.Dalam bidang ilmu ma‟âni, kitab I‟jâz
Alquran yang dikarang oleh al-Jâhizh9 merupakan kitab
pertama yang membahas masalah ini. Sedangkan kitab pertama
dalam ilmu badî‟ adalah karangan Ibn al-Mu‟taz
dan Qudâmah bin Ja‟far10.
Pada fase berikutnya, munculah seorang ahli balâghah
yang termashur,beliau adalah Abd al-Qâhir al-Jurjâni yang
mengarang kitab Dalâil al-I„jâz dalam ilmu ma‟âni dan
Asrâr al- Balâghah dalam ilmu bayân11. Setelah itu
muncullah Abu Ya‟qub Yusuf Sakkâki yang mengarang
kitab Miftah al-Ulûm yang mencakup segala masalah
dalam ilmu balâghah12.
Selain tokoh-tokoh yang disebutkan di atas, masih banyak
lagi tokoh yang mempunyai andil dalam pengembangan
ilmu balâghah, yaitu:
1. Hasan bin Tsabit13, beliau seorangpenyair Rasullullah saw.
Orang Arab sepakat bahwa ia adalah seorang tokoh
penyair
9
Nama lengkapnya Abu „Utsman „Amar ibn Bahr ibn
Mahbub al Kinani beliau seorang tokoh mu‟tazilah lahir dan wafat
di bashrah (164-255H/780-869M)
10
Pengarang buku naqad asy-Syi‟ri, nama lengkapnya
Qudamah ibn Ja‟far ibn Qudamah ibn Ziyad al-Baghdadi, Abu al-
Faraj, penulis buku (balaghah, mantiq, filsafat, dll)
11
Abdul Muta‟ali as Sha‟idi, Bughyah al idlah, (Maktabah al
Adab, tt), 3
12
Ibid, 4
13
Nama lengkapanya Hassan bin Tsabit bin al-Mundzir al-
Hazrojy al-Anshory. Nama panggilannya Abul Walid , di antara
syi‟rnya yg memuji Nabi:
أَ ْعَٔ َ ٓ ْ٘ي َُ ْ َرِ ِل اَُِ٘بَـ ُءٝ # ٤ِ٘٢ْ ؽ َٖ ٓ ْ٘ي َُ ْ َر َو َهػَّ ػ
َ ْ َ أٝ
Yang lebih baik darimu tak pernah kulihat,yang lebih elok darimu
tak pernah terlahirkan
ف ْوذ َٓج َّوأً ٓ ْٖ ً َِّ ػ ْ ٤ت ً #أَّٗـي ِ
ف ْوذ ًٔبَـ َرشبَـ ُء ِ
dari kampung. Suatu pendapat menyatakan bahwa ia
hidup selama 120 tahun; 60 tahun dalam masa
Jahiliyah dan 60 tahun dalam masa keislaman. Ia
meninggal pada tahun 54 H
2 Abu-Thayyib, beliau adalah Muhammad bin al-Husain
seorang penyair kondang. Ia mendalami kata-kata bahasa
Arab yang aneh. Syi‟irnya sangat indah dan memiliki
keistimewaan, bercorak filosofis, banyak kata-kata
kiasannya dan beliau mampu menguraikan rahasia
jiwa. Ia dilahirkan di Kufah, tepatnya di sebuah tempat
bernama Kindah pada tahun 303 H, dan wafat tahun
354 H.
3 . Umru‟ al-Qais14, ia tokoh penyair Jahiliyah yang
merintis pembagian bab-bab dan macam-macam
syi‟ir. Ia dilahirkan pada tahun 130 sebelum
Hijriyah. Nenek moyangnya adalah para raja dan
bangsawan Kindah. Ia wafat pada tahun 80 sebelum
Hijriyah. Syi‟ir-syi‟irnya yang pernah tergantung di
Ka‟bah sangat masyhur.
4 . Abu Tammam (Habib bin Aus Ath-Tha‟i), ia seorang
penyair yang masyhur,satu-satunya orang yang mendalam
pengetahuannya tentang maâni, fashahatal-syâir dan
banyak hafalannya. Ia wafat di Mosul pada tahun 231
Hijriyah.
5. Jarir bin Athiyah al-Tamimi, ia seorang di antara
tiga penyair terkemuka pada masa pemerintahan
Bani Umayah. Mereka adalah al-Akhthal, Jarir,
15
Pengarang kitab talkhish al-bayan fi majazatil-quran, nama
lengkapnya Muhammad ibn al-Husain ibn Musa, Abu al-Hasan,
ar-Ridlo al-„Alawi al-Husaini al-Musawi (Mabahits al-
balaghah,hlm. 192)
menonjol. Ia wafat tujuh tahun sebelum kerasulan
Muhammad.
23. Ibnu Syuhaid al-Andalusi, ia dari keturunan Syahid al-
Asyja‟i. Ia seorang pemuka Andalus dalam ilmu sastra. Ia
dapat bersyi‟ir dengan indah dan karya tulisnya bagus.
Ia wafat di Kordova, tempat kelahirannya pada tahun
426 H.
24. Al-Abyuwardi, ia adalah seorang penyair yang fasîh, ahli
riwayat, dan ahli nasab. Karya-karyanya dalam bidang
bahasa tiada duanya. Ia wafat di Ishbahan pada tahun 558
H. Abiyuwardi adalah nama kota kecil di Khurasan.
25. Ibnu Sinan al-Kahfaji16 (423 H-466 H/1032 M-1073 M), ia
adalah seorang penyair dan sastrawan yang berpendirian
syi‟ah. Ia diangkat menjadi wali pada salah satu
benteng di Halab oleh Raja Mahmud bin Saleh,
tetapi ia memberontak terhadap raja.Akhirnya ia mati
diracun
26. Ibnu Nubatah Al-Sa‟di, ia adalah Abu Nashr Abd al-
Aziz, seorang penyair ulung yang sangat lihai dalam
merangkai dan memilih kata. Ia wafat pada tahun 405
H.
C. Pengertian Balâghah
Balâghah secara etimologi berasal d ari kata dasar ِثؾ
yang memiliki arti sama dengan kata ص ٝ َ yaitu
“sampai”. Makna ini dapat kita lihat pada firman Allah
surah al Ahqaf ayat 15:
16
Pengarang kitab Sirr al-Fashahah, nama lengkapnya
„Abdullah ibn Muhammad ibn Sa‟id, ibn Sinan, Abu Muhammad
13
al-Khafaji al-Halabi, ia belajar satra dari Abi al-„Ala‟ (Mabahits
al-balaghah,hlm. 205)
13
Sehingga apabila ia telah sampai dewasa dan umurnya
sudah sampai empat puluh tahun…
Dalam bahasa keseharian kita juga menemukan ungkapan,
َ ٝ ئ م ا١ اٙ ِثؾ كال ٕ ٓوا ك
٤ٚ ُ ص ئ
Fulan telah sampai pada tujuanya.
Pada intinya, balâghah mendatangkan makna yang
agung dan jelas, dengan ungkapan yang benar dan
fasih, memberi bekas yang efisien di lubuk hati, dan
sesuai dengan situasi, kondisi dan orang-orang yang
diajak bicara.
Secara ilmiah, balaghah merupakan suatu disiplin
ilmu yang berlandaskan pada kejernihan jiwa dan
ketelitian menangkap keindahan dan kejelasan
perbedaan yang samar diantara macam-macam uslub
(ungkapan). Kebiasaan mempelajari balaghah
merupakan modal pokok dalam membentuk tabiat
kesastraan dan menggiatkan kembali beberapa bakat
yang terpendam.
Unsur-unsur balaghah adalah kalimat, makna dan
susunan kalimat yang memberikan kekuatan, pengaruh
dalam jiwa, dan keindahan. Juga kejelian dalam
memilih kata-kata dan uslub sesuai dengan tempat
bicaranya, waktu, tema, kondisi para pendengar dan
emosional yang dapat mempengaruhi dan menguasai
mereka. Pada waktu yang lalu para sastrawan tidak
14
menyenangi penggunaan kata 'aidlan'. Mereka
menganggap kata tersebut monopoli para
ilmuwan. Oleh karena itu, mereka tidak mau
menulisnya dalam syair maupun tulisan prosa mereka.
Suatu hal yang perlu diperhatikan dengan serius
oleh seorang ahli balaghah adalah mempertimbangkan
beberapa ide yang bergejolak dalam jiwanya. Ide yang
dikemukakan itu harus benar, berbobot dan menarik
sehingga mempengaruhi sebagai hasil kreasi seseorang
yang berwawasan utuh dan bersifat lembut dalam
merangkai dan menyusun ide. Setelah hal itu selesai,
kemudian memilih kata-kata yang jelas, meyakinkan,
dan sesuai. Lalu menyusunnya dengan urutan yang
indah dan menarik. Jadi, balaghah itu tidak terletak
pada kata per kata, juga tidak pada makna saja,
melainkan balaghah adalah efek yang timbul dari
keutuhan paduan keduanya dan kompatibilitas
susunannya.
Dalam kajian sastra, Balâghah ini menjadi sifat
dari kalâm dan mutakallim sehingga lahirlah sebutan
ِ dan ؾ ٓ ٌِْز٤ث
ؾ ًا ّل٤ث ِ
Menurut Abd al-Qadir Husein (1984) Balâghah
dalam kalâm adalah
زٚ ؽٍب ٖـٖٓ ٍٔغ ٓغ كصبؽ٠ُٔوزعٚٓ طبثوز
dalam arti bahwa kalâm itu sesuai dengan situasi
dan kondisi para pendengar.Perubahan situasi dan kondisi
para pendengar menuntut perubahan susunan kalâm Situasi
dan kondisi yang menuntut kalâm ithnâb tentu berbeda
dengan situasi dan kondisi yang menuntut kalâm îjâz
Berbicara kepada orang cerdas tentu berbeda dengan berbicara
kepada orang dungu. Demikian juga dengan tuntutan fashâl
meninggalkan khithâb washâl, tuntutan taqdîm tidak
sesuai dengan ta‟khîr dan seterusnya bahwa untuk
setiap situasi dan kondisi ada kalâm yang sesuai
dengannya ( ٍ ٓ ٓوّب وب
ٌُ
َ)
Nilai Balâghah setiap kalâm bergantung kepada sejauh
mana kalâm itu dapat memenuhi tuntutan situasi dan
kondisi, setelah memperhatikan fashâhah-nya.
Kalâm fashîh adalah kalâm yang secara nahwu tidak
dianggap menyalahi aturan yangmengakibatkan dlo‟fut- ta‟lif (
lemah susunan ) dan ta‟qîd (rumit). Dari aspek bahasa
terbebas dari gharâbah (asing) dalam kata-katanya. Dan dari
aspek sharaf terbebas dari menyalahi qiyâs seperti tidak
menggunakan kata َاألَ ِع, karenamenurut qiyâs adalah
األَ َع. Sedangkan secara dzauq terbebas dari tanâfur
(berat pengucapannya) baik dalam satu kata, seperti kata
ََٓـٓز ي َهاد atau dalam beberapa kata sekalipun satuan
ْش
kata-katanya tidak tanâfur
D. Aspek-aspek Balâghah
Nilai ketinggian suatu ungkapan (kalâm balîgh) ada
pada dua aspek, yaitu :
1. Kalâm balîgh yaitu kalâm yang sesuai dengan
tuntutan keadaan serta terdiridari kata-kata yang fasîh
contoh:
ٖـٖٓ ػوة٤ٖو٣ اُلوٝ ِ ُا
٤ٖضو ٝ ٤ٌُٖٗٞل اٌـ٤ٍ ؾٓ ٔل
ْ ٓ ٖ ػغٝ
Muhammad itu junjungan dunia dan akhirat,
manusia dan jin serta junjungan dua golongan Arab
dan Ajam
Tujuan syi‟ir tersebut, yaitu untuk menerangkan bahwa
Muhammad adalahorang mulia.
2 Mutakalim balîgh, yaitu kepiawaian yang ada pada
diri seseorangdalam menyusun kata-kata balîgh
(indah dantepat), sesuai dengan keadaan waktu dan
tempat.
Kemampuan balâghah yang ada pada seseorang berupa
kemampuannya menghadirkan makna yang agung dan jelas
dengan ungkapan yang benar-benar fasîh, memberi bekas
yang berkesan di lubuk hati, sesuai dengan situasi
dankondisi serta sesuai dengan kondisi orang-orang yang diajak
bicara.
Secara ilmiah, ilmu Balâghah merupakan suatu
disiplin ilmu yang mengarahkan pembelajarnya untuk bisa
mengungkapkan ide fikiran dan perasaannya berlandaskan
kepada kejernihan jiwa danketelitian menangkap keindahan
dan kejelasan perbedaan yang sama di antara macam-macam
uslub (ungkapan). Dengan kemampuan menguasai konsep-
konsep balâghah, bisadiketahui rahasia-rahasia bahasa Arab dan
seluk beluknya serta akan terbuka rahasia-rahasia
kemukjizatan Alquran dan al-Hadits.
E. Uslub
uslub adalah makna yang terkandung pada kata-
kata yang terangkai sedemikian rupa sehingga lebih
cepat mencapai sasaran kalimat yang diinginkan dan
lebih menyentuh jiwa pendengar. Uslub juga dikenal
dengan gaya bahasa.Tiga macam uslub di dalam
menyusun kalimat:
1) Uslub Ilmiah: uslub ini adalah uslub yang paling
mendasar dan paling banyak membutuhkan logika
yang sehat dan pemikiran yang lurus dan jauh dari
khayalan syair.Karena uslub ini berhadapan dengan
akal dan berdialog dengan pikiran serta
menguraikan hakikat ilmu yang penuh
ketersembunyian dan kesamaran. Kelebihan yang
paling menonjol dari uslub ini adalah
kejelasannya. Dalam uslub ini harus jelas faktor
kekuatan dan keindahannya. Kekuatannya terletak
pada pancaran kejelasannya dan ketepatan
argumentasinya. Sedangkan keindahannya terletak
pada fasilitas ungkapannya, kejernihan kebiasaan
dalam memilih kata-katanya, dan bagusnya
penetapan makna dari berbagai segi kalimat yang
cepat dipahami. Untuk uslub ini sebaiknya
dihindari pemakaian kata atau kalimat majaz dan
badi 'yang dibagus-baguskan kecuali bila tidak
diprioritaskan dan tidak sampai menyentuh salah
satu prinsip atau kekhasan uslub ini. Biasanya
uslub ini digunakan dalam buku-buku berwacana
ilmiah, buku kuliah, sekolah dan pendidikan.
2) Uslub Sastra: Dalam uslub jenis ini keindahan
adalah salah satu sifat dan kekhasannya yang
paling menonjol. Sumber keindahannya adalah
khayalan yang indah, imajinasi yang tajam,
persentuhan beberapa titik keserupaan yang jauh di
antara beberapa hal dan pemakaian kata benda atau
kata kerja yang kongret sebagai pengganti kata
benda atau kata kerja yang abstrak. Secara garis
besar uslub ini harus indah, menarik inspirasinya
dan jelas serta tegas. Orang-orang yang baru terjun
ke dalam dunia sastra banyak yang beranggapan
bahwa uslub itu akan semakin baik bila banyak
memakai kata-kata majaz, tasybih (penyerupaan)
dan jauh imajinasinya. Anggapan ini sangat keliru,
sebab hilangnya keindahan uslub ini kebanyakan
justru karena dibuat-buat dan diada-adakan dan
tidak ada yang merusak keindahannya yang lebih
jelek dari pada kesengajaan menyusunnya. Kami
yakin bahwa syair berikut ini tidak menarik
perhatian kita:
ؼب ة
٘ ُا٠ػ ٌ إُا ٖـٖٓ ٗوٞ ُ كأٓطود
ِ ػعذٝ هكاٝ # وذٍٝع ٍـ
ثباُجوك
( Air matanya yang bagaikan butir-butir mutiara bunga
narjis turun membasahi pipinya yang putih kemerah-
merahan bagaikan bunga mawar dan jari jemari
tangannya yang lentik itu digigitkan ke giginya yang
putih bagaikan salju ).
3) Uslub Khithabi: Dalam uslub ini sangat menonjol
ketegasan makna dan redaksi, ketegasan
argumentasi dan data dan luas wawasan. Dalam
uslub ini seorang pembicara dituntut dapat
membangkitkan semangat dan mengetuk hati para
pendengarnya.Keindahan dan kejelasan uslub ini
memiliki peran yang besar dalam mempengaruhi
dan menyentuh hati. Di antara yang memperbesar
peran uslub ini adalah status si pembicara dalam
pandangan para pendengarnya, penampilannya,
keunggulan argumentasinya, volume dan
kemerduan suaranya, kebagusan penyampaiannya
dan ketepatan sasarannya. Di antara yang
menentukan kelebihan uslub ini yang menonjol
adalah pengulangan kata atau kalimat tertentu,
pemakaian sinonim, pemberian contoh masalah,
pemilihan kata-kata yang tegas. Baik sekali uslub
ini bila diakhiri dengan pergantian gaya bahasa
dari kalimat berita menjadi kalimat tanya, kalimat
berita yang menyatakan kekaguman, atau kalimat
berita yang menyatakan keingkaran.
F. Balâghah dalam konteks Linguistik Modern
Istilah linguistik berasal dari bahasa Latin lingua
Dalam bahasa Perancis berpadanan dengan kata langue dan
langage Sedangkan dalam bahasa Italiaberpadanan
dengan kata lingua dan dalam bahasa Spanyol bepadanan
dengan kata lengua Secara leksikal kata tersebut
bermakna bahasa.
Sedangkan secara terminologis linguistik
mempunyai pengertian seperti berikut ini:
1. Menurut kamus pringgodigdo dan Hassan
Shadily (1977: 633-634), linguistic adalah
penelaahan bahasa secara ilmiah.
2. Chaedar Alwasilah17 mengungkapkan, linguistik adalah
ilmu pengetahuan yang mempunyai obyek forma
bahasa lisan dan tulisan yang mempunyai ciri-ciri
pemerlain.
3. Al-Khully mengungkapkan, linguistik adalah
ilmu yang mempelajari bahasa
17
Nama Lengkapnya Prof. Dr. A. Chaedar Alwasilah, M, penulis
kreatif, hasil karya penelitian yang publikasikan lima tahun terakhir :
1. Developing Theories of Teaching Academic Indonesian to Non-
Language Majors. Indonesian JELT. (2005)
2. Jaminan Mutu Perguruan tinggi. Pikiran Rakyat. (2005)
3. Baca Tulis Masyarakat Madani. Pikiran Rakyat. (2005)
4. Membangun Mesin Reproduksi Pengetahuan. Pikiran Rakyat.
(2005)
5. Tujuh Ayat Pembinaan Mahasiswa. Pikiran Rakyat. (2005)
6. Tujuh Ayat Demokarasi Kampus. Pikiran Rakyat. (2005)
7. Mendamba Lahirnya Kritikus Mumpuni. Pikiran Rakyat. (2006)
8. Menaksir Buku Ajar. Pikiran Rakyat. (2005)
9. Dakwah “Bilqalam” Sunda. Pikiran Rakyat. (2006)
10. Redefinisi Profesi Dosen. Pikiran Rakyat. (2006)
11. Bangsa Indonesia Telat Mikir? Pikiran Rakyat. (2005)
12. Kurikulum Berbasis Literasi. Pikiran Rakyat. (2005)
13. Pokoknya Menulis. (2005)
14. Pokoknya budaya Sunda. (2006)
15. Filsafat Bahasa dan Pendidikan. (2008)
16. Jejak Langkah Orang Sunda. (2008)
Pokoknya BHMN: Ayat-ayat Pendidikan Tinggi. (2008)
17. Pengantar Penelitian Linguistik Terapan. Pusat Bahasa
Depdiknas. (2005)
18. TEFLIN Journal Vol. 16 No. 1, Februari (2005)
19. Situational Analysis on Education for International
understanding in South-East Asia (Indonesia). APCEIU. (2007)
20. Pendidikan di Indonesia -Masalah dan Solusi-. Kedeputian Bid.
Koor. Pendidikan, Agama, dan Aparatur Negara. (2008)
Dalam Bukunya Asâlîb Tadrîs al-Lughah al-
'Arabiyah, al-Khuli18,mengemukakan tentang cabang-cabang
linguistik ('Ilmu al-Lughah) sbb:
1) 'Ilmu al-Lughah al-Nazhari (Linguistik Teoritis),
Bidang kajian ilmu inimencakup;
a) Ilmu ashwat (fonetik); Ilmu yang membahas proses
terjadinya,penyampaian dan penerimaan bunyi bahasa,
seperti fonetik artikulasi (pengucapan bunyi), fonetik
akustis (perpindahan bunyi), dan fonetikauditoris
(pengurutan bunyi).
b) Ilmu Funimat (fonemik); ilmu ini membahas
fungsi-fungsi bunyi dan prosesnya menjadi fonem-
fonem, serta pembagiannya yang didasarkan pada
penggunaan praktis suatu bahasa.
c) Sejarah Linguistik; ilmu ini membahas
perkembangan bahasa dalam bentukwaktunya, serta
hal-hal yang terjadi pada rentang waktu tersebut
sepertiasimilasi, perubahan-perubahan pengaruhnya
terhadap bahasa lain atausebaliknya.
18
Amin al-Khuli adalah salah satu pemikir penting dari
Mesir yang dikenal karena usahanya untuk mengenalkan
pendekatan baru dalam tafsir Qur'an. Dia dianggap sebagai salah
satu tokoh pembaharu, " mujaddid ". Dia juga salah satu murid
Muhammad Abduh dan mewarisi gagasan-gagasan pembaharuan
yang ia kenalkan selama ini. Salah satu kontribusi penting Amin
al-Khuli adalah dalam bidang metode tafsir Qur'an. Dia, antara
lain, dikenal karena metode literer ( al-manhaj al-adabi ) dalam
penafsiran Qur'an yang kemudian diterapkan oleh sejumlah sarjana
seperti A'ishah bint al-Shathi ', istrinya sendiri, dan Muhammad
Ahmad Khalafullah yang menulis disertasi tentang kisah -kisah
dalam Qur'an yang kemudian dicekal oleh pihak Al-Azhar itu.
d) Ilmu Sharf (Morfologi); ilmu ini membahas
tentang morfem danpembagiannya.
e) Ilmu Nahw (Sintaksis); ilmu ini membahas urutan
kata-kata pada suatukalimat.
f) Ilmu Ma‟âni (semantik)
2) Ilmu al-Lughah al-Tathbîqî (Linguistik terapan);
bidang kajian ini mencakuppengajaran bahasa asing,
terjemah, psiko linguistik dan sosiolinguistik.
Dengan melihat penjelasan dari al-Khuli tersebut
kita bisa mengetahui bahwa dalam bidang Linguistik
ilmu balâghah termasuk pada bidang linguistik
teoritik. Posisi ilmu balâghah dalam bidang garapan
linguistik dapat kita lihat pada bagan berikut ini
ِْ
ػُاِـخ
٠و٤ػُاِـخ اُزطج
ِْ ػ ِاُـخ
ِْ
ٟ٘اُظو
واػلٞ ُا
اُجالؿخ
19
penyusun kamus Bahasa Gorontalo, sekaligus guru besar
di Universitas Negeri Gorontalo (UNG) sepanjang karir
akademiknya, menelurkan 30 karya buku yang diterbitkan secara
nasional, di antaranya yang terkenal adalah Kamus Bahasa
Gorontalo-Indonesia, Suwawa-Indonesia, bahasa Atinggola-
Indonesia, Karya terakhirnya adalah terjemahan Al Qur`an dalam
bahasa Gorontalo.
Teori ini menafsirkan kaitan makna antara kata atau
beberapa kata dalam kesatuan bidang semantic
tertentu.
Selain itu pula semantik mengkaji kata dan makna,
denotasi dan konotasi, pola struktur leksikal dan tata
urut taksonomi. Hal ini selaras dengan bidang
garapanilmu balâghah. Pada skema gambar di atas ilmu
balâghah adalah bidang kajian qawâ'id (linguistik
terotits) yang mengkaji tentang isi atau makna dari
kalimat.Terlepas dari kesamaan balâghah dan semantik,
ada satu hal yang tidak dibahas semantik dalam
ilmunya, yaitu ilmu badî‟. Ilmu ini mempelajari tata
cara membaguskan atau memperindah kalimat. Hal
ini tidak menjadi objek kajian emantik.
21
Mahmud Ahmad Najla adalah seorang Palestina yang lahir
dan dibesarkan di pengasingan. Ia telah menjadi seorang aktivis
dan ia mendapat gelar Sarjana Sosiologi dari Universitas Birzeit
susunannya, pengaruh jiwaterhadapnya, serta keindahan dan
kejelian pemilihan kata yang sesuai dengantuntutan. Untuk
sampai pada sasaran tersebut ada tiga sub ilmu yaitu:
1. Ilmu Bayân: suatu ilmu untuk mengungkapkan suatu
makna dengan berbagaiuslub. Ilmu ini objek
pembahasannya berupa uslub-uslub yang berbeda
untukmengungkapkan suatu ide yang sama. Ilmu Bayân
berfungsi untuk mengetahuimacam-macam kaidah
pengungkapan, sebagai ilmu seni untuk meneliti
setiap uslub dan sebagai alat penjelas rahasia balâghah.
Kajiannya mencakup tasybîh, majâz dan kinâyah
2. Ilmu Ma‟âni: Ilmu ini mempelajari bagaimana kita
mengungkapkan suatu ideatau perasaan ke dalam
sebuah kalimat yang sesuai dengan tuntutan
keadaan.Bidang kajian ilmu ini meliputi: kalâm dan
jenis-jenisnya, tujuan-tujuan kalâm, washl dan
fashl, qashr, dzikr dan hadzf, îjâz, musâwâh dan
ithnâb
3. Ilmu Badî‟: Ilmu ini membahas tata cara
memperindah suatu ungkapan, baikpada aspek lafazh
maupun pada aspek makna. Ilmu ini membahas dua
bidangutama, yaitu muhassinât lafzhîyyah dan
muhassinât ma‟nawiyyah Muhassinât lafzhîyyah
meliputi: jinâs, iqtibâs, dan saja‟ Sedangkan
Muhassinât ma‟nawiyyah meliputi: tauriyyah,
tibâq, muqâbalah, husn al-ta‟lîl, ta‟kîd al-
Madh bimâ yusybih al-al-Dzammm dan uslûb al-
hakîm
RANGKUMAN
1) Meningkatnya peran sosial, politik, ekonomi, dan
kebudayaan bahasa Arab memunculnya asimilasi
dengan budaya-budaya sekitarnya serta tidak dapat
dielakkan adanya kontaminasi terhadap bahasa
Arab murni. Kondisi inilah yang mendorong para
ulama untuk mengembangkan ilmu-ilmu
kebahasaaraban termasuk balâghah;
2) Tokoh pertama yang mengembangkan ilmu bayân
adalahAbu Ubaidah, ilmu ma‟âni oleh al-Jâhizh,
dan ilmu badî‟ oleh Ibn al-Mu‟taz;
3) Balâghah secara leksikal bermakna sampai.
Sedangkan secara terminologis balâghah adalah
kesesuaian suatu kalâm dengan situasi dan kondisi
disertai kefasihan yang tinggi serta terbebas dari
dha‟fu al-ta‟lîf dan tidak ta‟qîd maknawiwa al-
lafzhi
4) Fasâhah al-balâghah tergantung pada dua aspek, yaitu
balâghahal-kalâm dan balâghah al-mutakallim
5) Dalam linguistik modern balâghahsangat erat
kaitannya dengan semantic dan sosio linguistik;
6) Alquran adalah kitab suci yang mempunyai
tingkat balâghah yang tinggi. Salah
satu kemukjizatan Alquran adalah pada aspek
bahasa;
7) Ilmu balâghah mempunyai tiga bidang kajian, yaitu
ilmu bayân, ilmu ma‟âni, dan ilmu badî‟.
LATIHAN
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan
singkat dan tepat!
1. Jelaskan proses pengembangan peran dan
fungsi bahasa Arab dalam kehidupansosial,
politik, ekonomi, dan kebudayaan!
2. Bagaimana implikasi peningkatan peran tersebut
bagi kemurnian bahasa Arab? Berikan contoh
konkritnya!
3. Jelaskan pengertian balâghah secara leksikal dan
terminologis!
4. Apa yang anda ketahui tentang kalâm fashîh dan balîgh
5. Jelaskan secara singkat bahwa Alquran merupakan
kitab suci yang mempunyaikemukjizatan tinggi
dalam bahasany
II
Fashâhah dan Balâghah
Sebelum sampai kepada pembahasan bidang-bidang
kajian ilmu balâghah terlebih dahulu akan dikemukakan
konsep tentang fashâhah dan balâghah kedua istilah ini
sangat terkait dan merupakan bagian yang tidak bisa
dipisahkan dari ilmu balâghah
A. Definisi Fashāhah
1. Fashāhah Menurut Etimologi
Menurut etimologi fashāhah berarti jelas, terang
dan gamblang. Sebagaimana firman Allah swt. dalam
al-Qur‟an yang mengisahkan pernyataan nabi Musa
tentang nabi Harun:
"Dan saudaraku Harun, dia lebih jelas perkataannya
dibandingkan aku….” (QS. al-Qashash [28]: 34)
Kata " َْ ص
" ك أpada ayat di atas berarti "lebih jelas
ؼ
cara berfikir dan bertutur kata". Makna tersebut juga
diungkapkan Rasulullah dalam sabdanya:
صؼ ٖٓ َٗط ن عب ِك أََٗب أَ ْك
ِث ُب
"Saya orang yang paling fasih (jelas/terang) berbahasa
Arab.”
22
Dr. Fiti Abd. Al-Qadir Farid, Funun al Balaghah Bain al-
Quran wa kalam al-Arab, (Kuwait, Dar al-Liwa‟, 1980), 27
"Segala puji bagi Allah yang Maha Tinggi lagi
Maha Agung # Yang Esa, Maha Kekal lagi Maha
Permulaan."
susunan kata-kata yang dibentuk tidak
mengikuti kaidah-kaidah baku ilmu Sharf
pada contoh di atas adalah: َْ ِعَ األdi mana
bentuknya yang baku berdasarkan ilmu sharf
adalah َ األَع.
Contoh lain adalah kata هبدٞ( ثterompet), di
mana bentuknya yang baku berdasarkan ilmu
sharf adalah امٞ أثsebagaimana disebutkan
dalam sebuah syair:
هَبدٞ ُ٘اَّـب ً ثُـ٢كَِل ٝلًـب ُِ ْل٤ ْ ٍ ً ط ي َث ْؼ٣َ ْٕ كَ ِاـ
ٍخ ُ٘اَّـب
َ ٝ َبُٜ
ٍْٞ غثُـ
"Jika sebagian manusia menjadi pedang negara
# maka di antara mereka harus ada terompet dan
genderang."
b. Kalâm fashih atau Fashāhah al-Kalām ( kalimat
) Fashāhah al-Kalām (ال كصبؽخ ّ ٌُ )اyaitu kalimat
yang memenuhi unsur-unsur fashāhah. Hal ini
terwujud apabila semua kata-kata yang
membentuknya bernilai fashāhah juga. Untuk
itu ada beberapa kriteria yang harus terpenuhi,
di antaranya adalah harus terhindar dari hal-hal
berikut:
1) Susunan kalimatnya tidak tanâfur yakni tidak
tersusun dari kata-kata yang berat atau sukar
diucapkan. Bisa jadi kata-katanya fasîh akan
tetapi susunannya sulit diucapkan, maka ia termasuk
kepada tanafur al-kalimât ,contoh:
ُهـ ْوة ٤ٌْ َُ هَ ْلو َٔ ََه ْجو ؽو
ٝ
ٌَ َهْج ٍة َه ْجو
ب َؽ
ٕ ْوة
ٌ
و
Adapun kuburan musuh itu di tempat sunyi dan
tiada kuburan lain dekat kuburan itu
Susunan kalimat dalam syi'ir di atas dianggap
berat mengucapkannya, sebab berkumpul beberapa
kata yang hampir bersamaan hurufnya yakni
pada
kalimat ( )جو َه ؽوة ْجو َه ْوة هُْـterdapat
tiga
huruf qaf dan empat huruf ra, yang disebut secara
berulang ulang23 . Dalam bahasa Jawa kita
mengenal kalimat yang susah diucapkan karena
faktor pengulangan huruf huruf yang sama, yaitu:
laler menclok nyang lore rel
2) Susunan kalimatnya tidak dha'fu al-ta'lîf
yaitu susunan kalimat yang lemah sebab
menyalahi kaidah ilmu nahwu atau sharaf,
seperti ً ْ ال َؿال ظ (seharusnya)
ى٣ وة
ًلا٣ ْ ى ظوة
ؿاَل
Kecual : ُٓـَٚ ؿاَل ْظ ى ata ظ
i ٣ َوة u َوة
ٌل
ٌل٣ ْ َُٓـ ىٚ ؿُا َلـ
Kalimat ( jumlah) yang terakhir ini
dibolehkan karena ada dhamîr munfashil yang
kembali ke fa'il
3) Adanya ta‟qîd lafzhy (kerancuan pada kata-
kata). Suatu kalimat termasuk kategori ta‟qîd
lafzhy apabila ungkapan kata-katanya tidak
23
Dr. Fiti Abd. Al-Qadir Farid, Funun al Balaghah Bain al-
Quran...,30
menunjukkan tujuannya karena ada cacat dalam
susunannya, seperti kata Farazdaq:
ّ ُ٘ابَـ ً ئِـا َلـ٠ُــ ِكٚٓب ٓ ْ ُِض
III
ILMU MA’ÂNI
TUJUAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran ini
diharapkan peserta didik mengetahui: 1) Pengertian
ma‟âni; 2) Objek kajian ilmu ma‟âni; dan 3) Manfaat
mempelajariilmu ma‟âni.
BAHASAN
A. Pengertian
َ ِ ) َٓ ؼٗبmerupakan bentuk jamak dari (ْ٠َ) َٓ ٘ؼ.
Kata (٠
Secara leksikal katatersebut berati maksud, arti atau
makna. Para ahli ilmu Bayân mendefinisikannyasebagai
pengungkapan melalui ucapan tentang sesuatu yang ada
dalam pikiranatau disebut juga sebagai gambaran dari
pikiran
Sedangkan menurut istilah: Ilmu Ma‟âni adalah
ilmu untuk mengetahuihal-ihwal lafazh bahasa Arab
yang sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi
طبثن٣ ثبٜ ٠ اُز٢اُِلع ُاؼوث ٍاؽٞ ث أٚ ؼوف٣ ِْػ
ُاؾ ٍب٠ٓ وزع
Yaitu ilmu yang mempelajari kesesuaian antara konteks
pembicaraan dengan situasi dan kondisi sehingga
maksud dan tujuan bisa tersampaikan secara jelas dan
gamblang.
Yang dimaksud dengan hal ihwal lafazh bahasa
Arab adalah model-model susunan kalimat dalam
bahasa Arab, seperti penggunaan taqdîm atau ta‟khîr,
penggunaan ma‟rifat atau nakirah, disebut (dzikr ) atau
dibuang (hadzf ),dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud
dengan situasi dan kondisi adalah situasi dan kondisi
mukhâthab, seperti keadaan kosong dari informasi itu,
atauragu-ragu, atau malah mengingkari informasi
tersebut. Ilmu ma‟âni pertama kalidikembangkan oleh
Abd al-Qâhir al-Jurzâni.
Objek kajian ilmu bayân adalah kalimat-kalimat
berbahasa Arab.Ditemukannya ilmu ini bertujuan untuk
mengungkap kemukjizatan Alquran,hadits dan rahasia-
rahasia kefasihan kalimat-kalimat bahasa Arab, baik
puisimaupun prosa. Dengan melalui ilmu ini kita bisa
membedakan kalimat-kalimat yang sesuai dengan
situasi dan kondisinya mengetahui kalimat-kalimat
yang tersusun rapi, dan dapat membedakan antara
kalimat yang baik dan jelek.
Berdasarkan keterangan di atas, dalam ilmu
Ma„ānī terdapat dua unsur yang perlu diperhatikan,
yaitu kondisi audien (pendengar) dan obyek (topik
pembicaraan).
1. Kondisi Audien (pendengar)
Pembicaraan harus disesuaikan dengan kapasitas
intelektual audien. Bahasa yang digunakan ketika
berbicara dengan orang yang tingkat intelektualnya
tinggi, tentu berbeda dengan orang yang tingkat
intelektualnya rendah. Misalnya penggunaan cara
berbahasa dengan seorang mahasiswa di perguruan
tinggi berbeda dengan seorang murid Sekolah Dasar
atau orang yang pernah mengenyam pendidikan
dengan orang yang tidak pernah mengenyam
pendidikan.
Kalau berbicara dengan orang terdidik kita cukup
menggunakan kalimat yang singkat dan padat bukan
bertele-tele. Dengan cara itu mereka sudah bisa
memahami dan menangkap maksud dan tujuan sang
pembicara, tetapi sebaliknya kalau kita berbicara di
hadapan orang yang tidak terdidik maka dibutuhkan
penggunaan kata-kata yang panjang dan bertele-tele
sekalipun maksud dan tujuan yang ingin
disampaikan hanya sedikit.
2. Obyek/Topik Pembicaraan
Obyek pembicaraan memegang peranan penting
dan substansial dalam ilmu ma‟ani. Obyek
pembicaraan juga harus disesuaikan dengan kadar
intelektual audien. Karena ada obyek pembicaraan
yang bisa dijangkau oleh audien dan sebaliknya ada
obyek-obyek pembicaraan yang tidak bisa
terjangkau oleh akal dan kadar keilmuannya.
Kemampuan menganalisa dan problem solving
(memecahkan masalah) tentu tidak akan mampu
dilakukan oleh anak-anak yang masih belajar di
bangku sekolah tingkat dasar.
RANGKUMAN
1. Kata „٠ ٓ ؼب
ٗ ‟ merupakan bentuk jamak dari kata
ٓ ٘‟ؼ. Secara leksikal kata tersebut bermakna arti
„٠
atau makna. Sebagai sebuah disiplin ilmu ia
mempelajari bagaimana agar ungkapan itu sesuai
dengan tuntutan situasi dankondisi.
2. Objek kajian ilmu ini adalah mencakup tatanan
kalimat dan bagian bagiannya. Pada tatanan kalimat
ilmu ini mengkaji masalah fashl, dan washl, îjâz
musawât dan ithnâb. Sedangkan pada tataran bagian
kalimat ilmu ini membahas musnad dan musnad
ilaih,dan muta‟aaliqatul fi‟li
3. Manfaat yang diperoleh jika kita mempelajari ilmu
ini adalah dapatmengapresiasi ketinggian bahasa
Alquran dan bahasa Arab
LATIHAN
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini
dengan singkat dan tepat!
1. Jelaskan pengertian ma‟âni baik secara leksikal
maupun dalam terminologyilmu balâghah!
2. Tulislah objek yang menjadi kajian ilmu ma‟âni!
3. Kemukakan objek kajian ilmu ma‟âni pada tataran
kalimat dan bagiannya!
4. Manfaat apakah yang akan diperoleh setelah
mempelajari ilmu ma‟âni?
IV
MUSNAD DAN MUSNAD ILAIH
TUJUAN
Setelah proses pembelajaran diharapkan peserta
didik dapat menguasai masalah-masalah yang berkaitan
dengan: 1) Pengertian musnad dan musnad ilaih 2)
Tempat-tempat musnad ilaih 3) Tempat-tempat musnad
ilaih 4) Me-makrifat –kan musnad ilaih 5) Me-nakirah-
kan musnad ilaih 6) Menyebut musnad ilaih
7)Membuang musnad ilaih
BAHASAN
Jumlah atau kalâm paling tidak terdiri dari dua
unsur. Kedua unsur tersebut dalam ilmu ma‟âni adalah
musnad dan musnad ilaih. Dalam ilmu ushul fiqh
musnad biasa dinamakan mahkum bih dan musnad ilaih
dinamakan mahkum„alaih. Sedangkan dalam ilmu
nahwu posisi musnad dan musnad ilaih bervariasi
tergantung bentuk jumlah dan posisinya dalam kalimat.
Dalam istilah gramatikabahasa Arab dikenal istilah
„umdah dan fadhlah, „Umdah adalah unsur-unsur utama
dalam struktur suatu kalimat, sedangkan fadllah adalah
pelengkap. Fadllah dalam istilah ilmu ma‟âni dinamakan
qayyid
Kaitan antara musnad dan musnad ilaih dinamakan
isnâd. Isnâd adalah penisbatan suatu kata dengan kata
lainnya sehingga memunculkan penetapan suatu hukum
atas yang lainnya baik bersifat positif maupun negatif.
Contoh:
ُـَٚ اؽ ٌل ش يٝ هلال
ال و
٣
Pada contoh di atas ada dua unsur utama, yaitu kata
) dan ( اؽ ٌلٝ ) Makna dari kalimat di atas adalah
(ُهلال
sifat esa ditetapkan kepada Allah. Kata (هلال
ُ ) sebagai
musnad ilaih dan (ٌاؽٝ ) لsebagai musnad. Penisbatan
sifat esa kepadaAllah dinamakan isnâd.
A. Musnad Ilaih
Secara etimologi musnad ilaih bermakna yang
disandarkan kepadanya. Sedangkan secara terminologis
musnad ilaih adalah:
َُٔاَـ
ٞٛ ٤ٚٔل ُئ
ُا
ٗبئجٝ ػ
َ ُالب ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـٝ ُ فجوٚ نٟ ُٔجـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـزلأ ا
ٍأٝ
ٔبء
اٍـٞ٘ا ُ
Musnad Ilaih adalah mubtada yang mempunyai
khobar, fa‟il, naibul fa‟il, dan beberapa isim dari amil
nawasikh.
Dalam pengertian lain musnad ilaih adalah kata-
kata yang dinisbatkan kepadanya suatu hukum,
pekerjaan, dan keadaan. Posisi musnad ilaih dalam
kalimat terdapat pada tempat-tempat berikut ini
)fâ‟il 1 ثْٜٜ ِه ْـٞ ٠ػ
ِ ف ْز هلال
)fâ‟il al- nâib 2 ُّ ب٤ َ ٌُ ُْ ُاص٤ ْ ػ
َِ ًزِت
)mubtada 3 االهضٝ ٔادَُٞه اَـِٞللِ ُٗـ
)isim 4 ( ) ًٕبsejenisnya dan ب٤ٔؽ ِ بٕ هلالًٝـًٝ
ٌ ب٤ٔػ
٤ٖٕئ ُ٘ٔابكو
ٌُٞبمث
)isim 5 ( ) ٕئـsejenisnya dan ٕ
pertama ( ٖ )6 ) ظdan sejenisnya ٖاٍالزبم ظ
ؾال ؿبئجب
ٔ ٓ maf‟ul
7) maf‟ul kedua dari ( ٟ ) أهdan sejenisnya. أهٟ
زٍْٜ كها٣ٖزلٜاالٍزبم اُطالة ٓغ
B. Musnad
Musnad adalah sifat, fi‟il atau sesuatu yang bersandar
kepada musnad ilaih. Musnad berada pada tempat-
tempat berikut ini:
mubtada Khabar ٓشهحٞ ٜ اُغ ٓبؼخ .1
أه
ٚ
.Fi‟il-tâm 2 ل ٟ ٍُٜهُـ ثبٞ ُٞ َ
.fi‟il Isim 3 اُصالح٠ػ ِ ٢ؽ
.Khabar 4 ( ) ًٕبnya akhwat- dan لهاٞهلالـ ؿ
ُ ٕبًٝ
ب٤ٔهؽ
5. Khabar ( ) ٕئdan akhwat –nya ل اُطُبت ٕئُٜٔاغز
٘ ُبعؼ
dari kedua Maf‟ul ( ) ٖظakhwat-nya dan عب ظ ّ٘ذ٣ ٓو. 6
بٛػبئشخ أفب
ٟ ) dan akhwat-nya
7. Maf‟ul ketiga dari ( أه ِ ٗ َأ
٢ها
اَـَُ ُاؾن ؿُِبجًـب
C. Me-makrifat-kan Musnad Ilaih
Dalam konteks-konteks tertentu musnad ilaih
perlu dima‟rifatkan. Konteks-konteks tersebut
menunjukkan tujuan yang dimaksudkannya. Me-
makrifat-kan musnad ilaih bisa dengan berbagai cara,
seperti dengan mengungkapkan nama, dengan menggunakan
isim maushûl, dan dengan isim isyârah. Masing-masing
dari cara pen-takrif-an tersebut mempunyai tujuannya
masing-masing.
1. Me-makrifat-kan dengan isim alam
Me-makrifat-kan dengan cara „alamiyah
(menyebut nama) mempunyai beberapa tujuan sbb:
a) Menghadirkan dzat kepada ingatan pendengar
seperti firman Allah dalam surah al-Ikhlash ayat 1
b) Memulyakan atau menghinakan musnad ilaih,
seperti contoh di bawah ini,
ٞ أث
ا
ؽعو ٗأق٠ٔزؼ ُب
متٛ اُ٘بهخ
c) Optimis dan berharap yang baik
وي٣ كاه صل٠ُاَـَُلبػ كٝ كاهى٠ل ك٤ٍؼ
2. Me-ma‟rifat-kan musnad ilaih dengan dhamîr
Me-ma‟rifat-kan musnad ilaih dalam suatu
kalimat biasa juga dengan isim dhamîr. sedangkan isim
dhamîr mempunyai beberapa bentuk ,yaitu
a) Isim dhamîr dalam bentuk mutakallim. contoh
sabda Nabi saw
٘
ِ ُٔ ال نً ة ٗأب اٖث ػجل ا٢ٗأب اُج
طت
Sayalah nabi yang tiada berdusta. Sayalah putera
Abd al-Muthallib.
f) Mengejutkan karena
mengagungkan/menghina.
Contoh
Lalu mereka ditutup oleh laut yang
menenggelamkan mereka (Thaha; 78.)
g) Menganggap hina dalam menjelaskan nama
diri.contoh
٠ أَِث٢ٗبِـ٤َن هثّـٟ ِ ُاّـ
Orang yang memeliharaku adalah ayahku
24
Ibn. Ya‟qub al Gharbi, Syuruh a-Talkhish,Juz:1 (Kuwait,
Nasyr Adab al-Hauzah, tt), 362
dugaanya terhadap kamu benar, seolah olah dia
melihat dan mendengar.
25
„Ilal Nurim, Jadid ats-Tsalah al-Funun fi Syarh Jauhar
al-Maknun, juz,1 (at-Tar al-Baidla‟ 2007), 117
65
ٌ َغوه
Kata (خ َ ) pada contoh di atas berwazan ( ْ) َِؼخٌ َك
yang menunjukan arti satu kali pekerjaan atau
menunjukan ( ٓ) له ٓصَ وح, kemudian disifati
ٌ ٝ ) َاsebagai penguat atau
dengan kata (َ لح ؽ
penegas26.
f) untuk menentukan atau mengkongkretkan
musnad ilaih ( ص٤) اُز٘ص. Apa bila musnad ilaih
berupa kata yang relatif ( ََِٔ) ُٓ ؾز, Contoh,
االهض ئال َّ رَـ َـو َك٠ؽبَـ َٓخَ ِك
ٔ َ ال
Tidak ada seekor pun burung merpati di muka bumi
ini kecuali berkicau
musnad ilaih-nya (ؽبََٓـ
ٔ ) خَـsifatnya (٠) االهض ِك,
kalau tidak disifati dengan (٠ ) االهض ِك, bisa juga
dipahami burung merpati yang di kebun.27
g) menambah ke-umuman musnad ilah28, Contoh,
ّ ِ ئٚ ٤ ْ الَ غ َبِئو ِث٘غبَـؽٝ اال ْهض٠ِ ٓبَـ ٓ ْٖ َكاثَّـ ٍخ كٝ
َِ َ ال
٠ػ
ُـٔ َبـٜهلال ِه ْىه
Tidak ada binatang yang melata di muka bumi
dan
tiada pula burung yang terbang di udara
kecuali rizkinya di jamin oleh Allah
Dua kata (ٍّ خ كَاثَـdan َ )بِئو غberupa isim jins dan
sudah menunjukan arti umum, setelah disifati
dengan kata ( ٠ ْ هض اال ِك ٤ ْ غبَـؽ
٘ ) ِثsifat
dan ِٚ
umumnya lebih menyeluruh ( ٍز29) اال
10 م.Men-taukidi musnad ilah ـوا َ ْ
26
Ibid, 117
66
27
Ibid, 117
28
Hasil penemuan az-Zamakhsyari
29
Abdul Muta‟ali as Sha‟idi, Bughyah al idlah...., 110
67
Men-taukidi musnad Ilaih dalam ilmu ma‟ani
memiliki beberapa tujuan, antara lain:
a) Menetapkan makna musnad ilah kepada sami‟
( و٣ ْ ) و َرْ و ْ ى ْ ى٢ عبَـ َِٗء
seperti: ٣ ٣
ٌل ٌل
Dikatakan ْى ٌل٣ ْ ىdua kali agar sami‟
٣
ٌل
keyakinannya mantap bahwa yang datanh itu
zaid (musnad ilah) bukan orang lain.
b) Menolak prasangka sami‟ bahwa mutakallim
,seperti: lupa َلُـْٚ َٗ ٌل٣ ْ ى٢ ِعبَـ َٗء
Sebelum menyebutkan kata َُٚ ْ َٗ ل, boleh jadi
sami‟ berprasangka bahwa mutakallim lupa,
yang datang itu orang lain bukan zaid
c) Menolak prsangka majaz, seperti:
َٗ و٤ ْ ِٓ َعبَـ َء اال
َْو
ُـٚ
Sebelum menyebutkan kata َُٚ ْ َٗ ل, boleh jadi
sami‟ berprasangka bahwa yang datang itu
bukan raja melainkan ajudannya atau utusannya
d) Menolak anggapan tidak mencakup seluruhnya
ُّ ْٞ َعبَـ َء ا ُْو
( ٍْٞ ٌُ َ ِْ ػ َل ِّ ُاشٞٛ ََ َل ْكغ ر,ُ ) :seperti ْ ُـٜ
11. menyertakan athaf bayan pada musnad ilaih
bertujuan antara lain untuk:
a) memperjelas musnad ilaih dengan isim yang
khusus baginya ( عبػ ُال٣ ).
Contoh. (ل َِه َّ ص ِل فبَ ُِـ ٌلtemanmu khalid telah
datang) ُـ وي٣ ْ
Mendatangkan „Athaf bayan pada contoh di atas
untuk memperjelas maksud musnad ilaih dalam
arti menghilangkan relatifitas makna, kalau
hanya disebutkan (ص ْ وُـي ِل٣ ), mengandung
berbagai kemungkinan karena teman mukhathab
itu banyak tidak hanya khalid.
Dan lagi untuk memperjelas maksud musnad
ilaih, athaf bayan yang didatangkan tidak harus
berupa kata yang lebih khusus dan lebih terang,
sebab kejelasan maksud terkadang diperoleh
dari penggabungan ma‟thuf dengan ma‟thuf30
ilaih-nya.
Contoh: orang yang bernama umar tidak hanya
satu orang, melainkan ada sepuluh orang
bahkan lebih, dengan kinayah yang berbeda
beda, dan salah satunya Abu Hafsh. Sebaliknya
orang yang berkinayah Abu Hafsh juga ada
sepuluh orang bahkan lebih, dengan nama yang
berbeda beda, salah satunya Umar, kemudian
dikatakan ْ َأثُـ َء عبَُـٞ ( و َٔ ػ ْلص ؽtelah datang
Abu
Hafsh yang bernama umar) maka maksudnya
menjadi jelas.
Contoh lain:
ٜ َْٔ٣َ و٤ ْ ا ُُْٔ َإ ِّٖٓ ا ُْؼ َبِئنَاد ُاطٝ
َٖ ٤ ْ ه ًْجبَـ ُٕ ٓ ٌَّخَ َث# ؾ َبـ
ُاَ٘ ِلٝ ٤َْ ا ُْ َـ
Demi zat yang melindungi binatang binatang liar
yang berlindung (di tanah haram), yaitu burung
burung yang dibelai para rombongan menuju
mekkah yang berjalan melewati desa ghail dan
sanad.
30
Ibn. Ya‟qub al Gharbi, Syuruh a-Talkhish,Juz:1..., 373
68
30
Ibn. Ya‟qub al Gharbi, Syuruh a-Talkhish,Juz:1..., 374
68
Musnad ilaihnya berupa kata (
) ا ُْؼ َبـ ِئناyang
د
berarti binatang binatang liar yang berlindung di
tanah haram tidak hanya burung. Sedangkan
„Athaf bayan-nya (َْو اُط٤ ) yang berarti burung
baik yang berlindung di tanah haram ataupun
tidak. Setelah dua kata itu digabungkan dengan
cara „athaf bayan maka maksudnya menjadi
jelas yaitu burung burung yang berlindung di
tanah haram31
b) memuji musnad ilaih32. Contoh:
Allah telah menjadikan Ka'bah, rumah suci itu
sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi
manusia
Kata
(
) adalah „athaf bayan bagi kata
(), ia didatangkan tidak
untuk memperjelas melainkan untuk memuji,
sebab kata ()
maksudnya sudah jelas tanpa adanya kata
(
)33,
Perlu diketahui bahwa Athaf bayan itu hampir
sama dengan na'at / sifat , hanya perbedaannya sebagai
berikut:
31
33 Ibid, 374
Ibn. Ya‟qub al Gharbi, Syuruh a-Talkhish,Juz:1...,
374
69
32
Pendapat az-Zamakhsyari dalam tafsir al Kasyaf
33
Ibn. Ya‟qub al Gharbi, Syuruh a-Talkhish,Juz:1...,
374
69
a) Na'at untuk menjelaskan sifat sifat man'utnya
yang masih samar. Contoh:
ُْ ٣ ْ ؽ ْل ص وٞأَثُـ عبَـ َء
ٌَ ُْ ا
Telah datang Abu Hafsh yang bersifat mulia.
b) Athaf bayan untuk menjelaskan esensi maksud
ma'thuf alaih-nya. Contoh:
ؽ ْل ص ػَٔ ُوٞأَثُـ عبَـ َء
Telah datang Abu Hafsh yakni Umar
12. Mendatangkan badal bagi musnad ilaih dalam
ilmu ma‟ani bertujuan antara lain untuk:
a) Memperjelas dan memperkuat ketetapan hukum
bagi musnad ilaih yaitu bagi badal-kul minal-
kul. Contoh:
ٌل٣ ْ َأف ى عبَـ َء
Telah datang saudaramu si ىْٞ
zaid
Ketika disebut kata )َأ فpada contoh di atas,
(ى ْٞ
sesungguhnya sami‟ (audien) sudah faham, dan
ditambah dengan kata (ٌ َى٣ْ ) ل, pemahamannya
lebih mantap.
Contoh yang lain (AS. Al-Fatihah: 6-7)
70
Tunjukilah Kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan
orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada
71
mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan
bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
35
‘Ilal Nurem, Jadid ats-Tsalatsah al-Funun...Juz 1, 130
h) Optimis (selalu berharap kebaikan atau
berekah). Contoh,
ْا ػ ْ٘يٞ ْ ٍ َُأُـٕٞ ُ٘ابَـعؾ
Orang orang sukses menanyakan anda.
i)
prolog36
a)
1. Al-Hal
2. Dhahir Al-Hal
RANGKUMAN
LATIHAN
V
KALÂM KHABARI
TUJUAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran
ini diharapkan peserta didik dapat menguasai materi-
materi berikut ini: 1) Pengertian kalâm khabari; 2)
Tujuan kalâm khabari; dan 3) Bentuk-bentuk kalâm
khabari
BAHASAN
Kalâm dalam bahasa Arab atau kalimat dalam bahasa
Indonesia adalahsuatu untaian kata-kata yang memiliki
pengertian yang lengkap. Dalam konteksilmu balâghah
kalâm terdiri dari dua jenis, yaitu kalâm khabari dan
insyâi
.
A. Definisi al-Khabar (statement sentence)
Yaitu berita (kata-kata) yang bisa jadi sesuai (benar) atau
tidak sesuai (bohong) dengan fakta dan realita di lapangan
pada dirinya, tanpa memandang dan mempertimbangkan
subyek yang berbicara.
Jika suatu pembicaraan sesuai dengan kenyataan, maka
berita tersebut mengandung kebenaran. Tetapi sebaliknya
jika suatu berita tidak sesuai dengan kenyataan, maka berita
tersebut mengandung kebohongan.
Pada definisi di atas disebutkan ”tanpa memandang dan
mempertimbangkan subyek yang berbicara,” karena umat
Islam berkeyakinan bahwa berita-berita yang bersumber dari
Allah dalam al-Qur‟an dan Rasulullah dalam hadisnya pasti
mengandung kebenaran (sesuai antara berita dengan realita).
Contoh khabar 1:
jika tersebar berita bahwa si fulan meninggal dunia lalu
kita pergi ke rumahnya dan melihat keluarganya menangis
dan orang-orang berkumpul sambil bersiap-siap untuk
memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan
jenazahnya, maka kita berkeyakinan bahwa berita mengenai
kematian si fulan mengandung kebenaran karena sesuai
dengan fakta dan realita, dan begitu juga sebaliknya.
Contoh khabar 2 ,
ا َُُْ٘ٔبهَخ ؿ ًلا٠ؾعو ااٍلزَب ُم أَؽ َٔ ُل ِك٣َ ْٖ َُ : َهٍب اُطَُِبت
Seorang mahasiswa berkata “ Prof. Ahmad tidak bisa
hadir dalam munaqosah besuk”
Ucapan mahasiswa di atas bisa dikategorikan kalâm
khabari, setelah mahasiswa tersebut mengucapkan
kalimat itu kita bisa melihat apakah ucapannya benar
atau salah. Jika ternyata ustadz Ahmad keesokan
harinya tidak datang dalam perkuliahan, maka ucapan
mahasiswa tersebut benar. Sedangkan jika ternyata
keesokan harinya ustadz Ahmad datang pada
perkuliahan, maka kalimat tersebut tidak benar atau
dusta.
RANGKUMAN
VI
KALÂM INSYÂI
TUJUAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran
ini diharapkan peserta didik menguasai materi-materi
sbb: 1) Pengertian kalâm insyâi; 2) Kategorisasi kalâm
insyâi; 3) Variasi makna pada berbagai kategori kalâm
insyâi
BAHASAN
A. Pengertian
Kata ( ْٗ ) شبء ِئmerupakan bentuk mashdar dari kata
( َْٗ) شأَ أ Secara leksikal kata tersebut bermakna
membangun, memulai, kreasi, asli, menulis, dan
menyusun.Dalam ilmu kebahasaaraban insyâi merupakan
salah satu nama mata kuliah yang mengajarkan menulis.
Insyâi sebagai kebalikan dari khabari merupakan bentuk
kalimat yang setelah kalimat tersebut dituturkan kita
tidak bisa menilai benar atau dusta. Hal ini berbeda
dengan sifat kalâm khabari yang bisa dinilai benar atau
dusta Dalam terminologi ilmu ma‟âni kalâm insyâ'i
adalah,
ُا
ٌُ ٌ
ـُانةٝ ؾزَٔ ُاصلم٣ ٓب الٛٞ ٢ اٌ ّل اال ٗشبئ
Kalâm insyâi adalah suatu kalimat yang tidak bisa
disebut benar atau dusta
ص
Duhai malam yang panjang, munculkanlah # sinar
subuhmu, karena tidak ada yang menyerupai sinar
subuhmu ini.
5) At-Tai‟īs (mengungkapkan rasa penyesalan).
Contohnya pada lafaz ا الٝ رؼزنهsebagaimana
disebutkan dalam al-Qur‟an:
“Tidak usah kamu minta maaf, Karena kamu kafir
sesudah beriman….” (QS. At-Taubah [9]: 66)
6) At-Taubīkh (menjelekkan). Contoh-nya pada
lafaz الٚ٘ رpada kalimat berikut:
ُـٚ د ٓ َِْضٝ ٖػفُِن َ
َال ر
رَأ
Jangan engkau melarang seseorang berbuat jelek
sementara engkau melakukannya.
7) Al-Tahdid (mengancam). Contoh-nya pada lafaz
رطغ الpada kalimat berikut:
الَ ر طغ أَ ْٓو
Jangan engkau patuhi ١
perintahku
8) Al-Karāhah (membenci). Contoh-nya pada lafaz
ِرزلذ الpada kalimat:
ص َال ِح٢ ذ ِكٝ الَ َر ِْزَـِلذ
ُا ْٗ َأ
Jangan engkau menengok dalam keadaan sholat
9) Al-I‟tinās (menghibur). Contohnya pada lafaz
رؾ ٕي الsebagaimana disebutkan dalam al-
Qur‟an:
“…Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya
Allah beserta kita….” (QS. At-Taubah [9]: 40)
10) At-Tahqīr (menghina). Contohnya pada lafaz
ر ِطت الpada bait syair berikut:
ش َٓٓ َـز ْ ؾب ػ َْ ُاَجب ص ت َِ َ الَ ر ِطُ ت غ ٕ ا
ٍُٔٚ
َٗب٣ ػٝ ْؼ ا ُْ َٔ َل ئ ُْ َٔ ل
و
غ
Janganlah kalian mencari keutamaan,
sesungguhnya keutamaan itu tangganya # sulit.
Hiduplah dengan tenang dan hati yang damai.
Contoh lain pada lafaz ؽ ال
َ روpada bait syair:
٢ذ ػ ُْ ا ُْ ٌٍَب ا ْه ُؼ يٝ بَِٜز٤ َ كع ا َُْٔ ٌَب ه ال َر ْو ؽ َْ ُِجُـ ْـ
ُاطَـّب ْٗ ْل كَ ِا َٗــ َأ # َّ
Biarkanlah kemuliaan itu datang sendiri, janganlah
engkau berangkat untuk mencarinya # Duduklah
karena sesungguhnya engkau adalah pemberi
pangan dan sandang.
11) Ad-Dawām (perbuatan yang terus menerus).
Contohnya terdapat pada lafaz ال ر َؾج
ٖ
sebagaimana disebutkan dalam al-Qur‟an:
“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad)
mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat
oleh orang-orang yang zalim….” (QS. Ibrāhīm [14]:
42)
12) Bayān al-Āqibah (menjelaskan akibat). Seperti
dalam contoh lafaz ر َؾ ٖج الsebagaimana
disebutkan dalam al-Qur‟an:
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang
yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka
itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.”
(QS. Āli „Imrān [3]: 169)
At-Tamannī, yaitu meminta (menuntut) sesuatu
yang mustahil (tidak mungkin) terjadi atau mungkin
tetapi tidak bisa diharapkan.
Lafaz yang dipergunakan untuk at-tamannī yaitu ْذ٤ َُ
Contohnya sebagaimana dalam syair:
ت٤ ْ َٔ َ ُا ش ـ وُٙ ِث َٔب كَ َؼ ك َ أ فج ُؼ٣َ ة
# ْ ًٓبٞ ٣َ ْ ُكٞ ذ اُ شَجب َا أ٤ ْ َُ َل
Semoga masa muda itu bisa kembali lagi # Supaya saya
bisa memberitahu apa yang dilakukan seseorang di masa
tua.
Contoh lain sebagaimana disebutkan dalam al-
Qur‟an:
”...Semoga kita diberikan harta benda sebagaimana
yang diberikan kepada Karun.” (QS. Al-Qashash [28]:
79)
Sedangkan untuk meminta (menuntut) sesuatu yang
mungkin/bisa terjadi dinamakan at-tarajjī. Lafaz-lafaz
yang dipergunakan untuk at-tarajjī adalah ػَ dan َ َ َؼ.ُ
٠
Contohnya sebagaimana disebutkan dalan al-Qur‟an:
”... Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan
kemenangan (kepada Rasul-Nya)....” (Q.S. Al-Mā‟idah
[5]: 52)
Contoh lain sebagaimana firman Allah:
”... Kamu tidak mengetahui barangkali Allah
mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.” (QS.
Ath-Thalāq [65]: 1)
Namun karena faktor-faktor keindahan bahasa,
terkadang dipergunakan juga lafaz ُذ٤ dengan
makna at-tarajjī.
Jadi, lafaz yang dipergunakan untuk at-tamannī ada
4: satu yang asli yaitu ُذ٤ sementara yang 3, yaitu َْ
َٛ
dan ْٞ َُ serta ََُ ؼ menjadi pengganti, dan ini
dipergunakan karena memenuhi faktor-faktor
keindahan bahasa.
Contoh penggunaan َٛ sebagaimana disebutkan
dalam al-Qur‟an:
“… Maka adakah bagi kami pemberi syafaat yang akan
memberi syafaat bagi kami….” (QS. Al-A„rāf [7]: 53)
Contoh penggunaan ُٞ sebagaimana disebutkan
dalam al-Qur‟an:
“Maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke
dunia) niscaya kami menjadi orang-orang yang
beriman.” (QS. Asy-Syu„arā‟ [26]: 102)
Contoh penggunaan َُؼ sebagaimana disebutkan
dalam syair:
ذ٣ ْ ٞ ٓ هَ ْل
ٖ ِئ٢ # ؽُـ
ٚ ٖ َٛ أٍَو ة ُاوَطَب
ِؼ ع٣ُ ٓ
٠ َِؼ و ب٤ و٤ ْ أَ ِغ
Wahai kawanan burung qatha (mirip merpati), siapakah
yang mau meminjamkan sayapnya # Agar aku bisa
terbang kepada kekasihku
3. Istifhâm
Kata ( لبَْٜ ِ )ِئ ٍزmerupakan bentuk
ّْ
mashdar dari kata ( َْ َْلَـ ٍازٜ ) Secara leksikal kata
tersebut bermakna meminta pemahaman/meminta
pengertian Secara istilah istifhâm bermakna
ئ٤ ْ غت ا ُْ ِؼ ِْ ِْ ِثُبش
َِ َ
menuntut pengetahuan tentang sesuatu
Kata-kata yang digunakan untuk istifhâm
ialah : ini
– ٣ْٖ – َٕ – ً ق – َأ٠َٖٓ – ٓز – َٛ – أ
– ْ ً ب٣ََّأ
٤أ – ٠ََّٗأ
١
(d) َٓ َ) ز
(٠ yang digunakan untuk
meminta penjelasan tentang waktu, baik
waktu lampau maupun sekarang. Contoh,
َٗـصو هلالِ ؟٠َٓز
(e) ( ٕب٣َ َّ ) أdigunakan untuk meminta
penjelasan mengenai waktu yang akan
datang. Kata ini kebiasaannya digunakan
untuk menantang. Contoh,
٤
keadaan sesuatu. Contoh,
ق ؽُبُـي ؟٤ ْ ً
)g) ( َْ أ٣ٖ ) digunakan untuk menanyakan
tempat. Contoh,
ًزَب ُث ي ؟٣ْٖ َأ
)h) ( ٛ ) merupakan adat istifhâm yang
َ
digunakan untuk menanyakan penisbatan
sesuatu pada yang lain (tashdîq) atau
kebalikannya. Padaadat istifhâm ()َٛ
tidak menggunakan ّْ َ أdan mu‟adil-
nya. Adat istifhâm (َٛ) digunakan apabila
penanya (mutakallim) tidak mengetahui
nisbah antar musnad dan musnad
ilaih-nya. Adat ()َٛ tidakbisa masuk ke
dalam nafyu, mudhâri (makna sekarang)
syarath, dan tidak bisa pula pada huruf
„ athaf . Hal ini berbeda dengan hamzah
yang bisa memasuki tempat-tempat
tersebut;
(i) (َٟ َ
ٕ ) أmerupakan adat istifhâm yang
maknanya ada tiga, yaitu:
ًْ
1) maknanya sama dengan “
”Contoh: ٤
ق
2) bermakna َٖ َ أ٣
” Contoh:
َناَٛ َُي٠ ب ٍٓو ُْ أَّٗـ٣َ
3) maknanya sama
dengan “ ٠َٓ َز
” Contoh:
ش ْئذ٠ أَّٗـ٢ِه
ٗ ى
(j) ( ً ) merupakan adat istifhâm yang
ْ
maknanya menanyakan jumlah
yang masih samar. Contoh
ْ ً ْ َُِج ْضزُـ
(k) ( ١َأ
)untuk menanyakan dengan
mengkhususkan salah satu dari dua hal yang
berserikat. Contoh
و ٓوَـب ًٓب٤ ْ ف٤ْٖ َو٣ ْ ا لُْ َو١َأ
Kata ini digunakan untuk menanyakan hal
yang berkaitan denganwaktu, tempat,
keadaan, jumlah, baik untuk yang berakal
maupun yang tidak.
2) Nahyu (larangan)
Penggunaan adat istifhâm dalam praktek
berbahasa kadang juga digunakan untuk tujuan
nahyu. Contoh,
) 46 : زثخُٞ (ا
Apakah kalian takut terhadap
mereka? Padahal Allah lebih berhak
untuk ditakuti (at-Taubah:13)
5) Inkâr (penolakan)
Ungkapan istifhâmiyah juga kadang
mempunyai makna inkar atau penolakan.
Contoh,
ِ و٤ ْ أَؿ
ْ ؟ٕٞ هلال رَـ ْج ُـ
Bukankah Allah yang kamu cari?
6) Tasywîq (mendorong)
Ungkapan istifhamiyyah juga kadang
mempunyai makna untuk mendorong
mukhâthab agar
melakukan pesan yang disampaikan
mutakallim. Contoh firman Allah dalam
Alquran,
) 41 : ( اُ ق
ص
Maukah kalian aku tunjukkan
kepada suatu perniagaan
yang
dapat menyelamatkan kamu dari
adab yang pedih. (Ash-Shaff :10)
1) Ta‟zhîm (mengagungkan)
Contoh ungkapan istifhâmiyah yang
bermakna ta‟zhîm adalah firman Allah,
Tiada yang dapat memberi syafa'at
di sisi Allah tanpa izin-Nya?
وا ؟
٤ ْ َ َنا ُاّـ ِن ٓ ؽزَٛ َأ
ًض
َل
Inikah orang yang kamu puja-puja itu?
ILMU BAYÂN
TUJUAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran peserta didik
diharapkan dapat memahami 1)pengertian bayân; 2)
peletak dasar ilmu bayân; 3) manfaat ilmu bayân; dan
4)bidang kajian ilmu bayân.
BAHASAN
A. Pengertian Bayân
1) Al-Bayān Menurut Etimologi
Kata al-bayān (ٕب٤ )اُجdalam semua bentuk isytiqāq
(perubahan katanya) menunjukkan arti azh-zhuhūr
ٜ ُ)ا, al-kasyf ( )اٌُشقdan al-īdhāh (عبػ٣)اإل
(هٞظ
(menjelaskan atau menerangkan). Sebagaimana
disebutkan pada beberapa surat dalam al-Qur‟an. Di
antaranya adalah firman Allah swt.:
“… Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepada manusia supaya mereka bertakwa. “ (QS. al-
Baqarah [2]: 187)
“… Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepada kalian supaya kalian memikirkannya. “ (QS. al-
Baqarah [2]: 266)
“Allah hendak menerangkan (hukum syariat-Nya)
kepada kalian….” (QS. an-Nisā‟ [4]: 26)
“… Dan Kami turunkan kepadamu (Muhammad) al-
Qur‟an agar kamu menjelaskan kepada umat manusia
apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya
mereka memikirkan. “ (QS. an-Nahl [16]: 44)
“Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari orang-
orang yang telah diberi kitab (yaitu) hendaklah
kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia…. “
(QS. Āli „Imrān [3]: 187)
“Dan kalian telah berdiam di tempat-tempat kediaman
orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan
telah nyata bagi kalian bagaimana kami telah berbuat
terhadap mereka dan telah kami berikan kepada kalian
beberapa perumpamaan.“ (QS. Ibrāhīm [14]: 45)
Demikian makna al-bayān dalam al-Qur‟an. Masih
banyak kata-kata (ٕب٤ )اُجdengan berbagai macam bentuk
dalam al-Qur'an, namun di sini sekedar menjadi contoh
bagi ayat-ayat yang lain.
Menurut definisi ar-Rāghib al-Ashfahānī, al-
bayyinah adalah penunjukan makna yang jelas baik
pada hal-hal yang bersifat konkrit maupun abstrak. Al-
bayān merupakan ciri khas manusia yang
membedakannya dengan makhluk-makhluk lain. Allah
swt. berfirman:
“Ar-Rahmān, Yang mengajarkan al-Qur‟an,
Menciptakan manusia dan mengajarkannya al-bayān.”
(QS. ar-Rahmān [55]: 1-4).