Dosen Pengampu :
Nunung Nuring Hayati, S.T., M.T.
Rendra Suprobo Aji, S.T., M.T.
Disusun Oleh :
M. Fakhraen Fasya M. 191910501050
Pada webinar yang diadakan oleh UNHI, topik yang diangkat sangat menarik yaitu
konflik lahan di Bali. Pemateri dalam webinar ini juga tidak tanggung tanggung yaitu Ketua
Kantor BPN Kanwil Prov. Bali yaitu Bapak Rudhi Rubijaya yang jelas dapat memberikan
pemahaman yang sangat komprehensif dan akuntabel.
Diketahui bahwa Bali memiliki keunikan tersendiri. Bali dapat dikatakan sebagai
provinsi yang berhasil melestarikan budayanya meskipun di era globalisasi ini. Adat dan
tradisi di Bali tidak hanya tertanam pada aspek sosialnya saja. Adat dan tradisi tersebut juga
tertanam pada pemanfaatan ruang.Ianya sangat unik.
Adat dan tradisi bali mengatur luas dan tinggi bangunan mereka. Jika kita pernah ke
Bali, kita pasti dapat langsung melihat wujud budaya mereka dari bangunan bangunan
dikanan kiri jalan. Sebagai contoh, bangunan di bali berdasarkan perda nomor 16 tahun 2009
pasal 95 disebutkan bahwa bangunan di Bali tidak boleh lebih tinggi dari 15 meter. Dalam
ayat b disebutkan, bahwa ketinggian bangunan yang memanfaatkan ruang udara di atas
permukaan bumi dibatasi maksimum 15 lima belas meter.
Dilain sisi, ianya merupakan hal yang baik dikarenakan kita dapat menjagai nilai adat
dan tradisi yang ada. Namun di sisi lain, hal ini menimbulkan masalah pemanfaatan ruang.
Berdasarkann perda tersebut maka perkembangan pembangunan di Bali akan terjadi secara
horizontal atau meluas. Sedangkan dalam ilmu perencanaan salah satu upaya untuk
meminimalisir pemanfaatan ruang guna menjaga ruang ruang pertanian dan alam adalah
dengan melakukan pembangunan secara vertikal.
Akibatnya, lahan pertanian di Bali semakin lama akan semakin terancam, dikarenakan
kebutuhan akan lahan akan meningkat, diiringi dengan pemanfaatan ruang yang terjadi secara
horizontal terus menerus. Terdapat banyak permasalahan mengenai pertanahan yang diawali
dengan jumlah bidang tanah yang terbatas namun keperluan akan tanah terus meningkat yang
menyebabkan terjadinya perselisihan yang berujung sengketa, konflik, atau perkara
pertanahan.
Selanjutnya ada strategic goal dari kementerian ATR/BPN yang mana terdiri dari 7
goal yaitu:
Tugas obervasi kependudukan ini merupakan tugas untuk mengumpulkan data dari
ruang linkup RT/RW dirumah kita. Dengan jumlah KK yang perlu dimasukkan adalah 10
KK. Dalam pelaksanaan tugas ini kita akan belajar bagaimana cara mendapatkan data primer
dan sekunder. Juga apa saja data yang didapatkan berdasarkan metode yang kita gunakan.