Anda di halaman 1dari 4

Tugas Kependudukan

Resume Kuliah Tamu Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik


Universitas Hindu Indonesia
“Konflik Lahan di Bali”

Dosen Pengampu :
Nunung Nuring Hayati, S.T., M.T.
Rendra Suprobo Aji, S.T., M.T.

Disusun Oleh :
M. Fakhraen Fasya M. 191910501050

PROGRAM STUDI S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
MARET 2020
Resume Webinar :

Pada webinar yang diadakan oleh UNHI, topik yang diangkat sangat menarik yaitu
konflik lahan di Bali. Pemateri dalam webinar ini juga tidak tanggung tanggung yaitu Ketua
Kantor BPN Kanwil Prov. Bali yaitu Bapak Rudhi Rubijaya yang jelas dapat memberikan
pemahaman yang sangat komprehensif dan akuntabel.

Diketahui bahwa Bali memiliki keunikan tersendiri. Bali dapat dikatakan sebagai
provinsi yang berhasil melestarikan budayanya meskipun di era globalisasi ini. Adat dan
tradisi di Bali tidak hanya tertanam pada aspek sosialnya saja. Adat dan tradisi tersebut juga
tertanam pada pemanfaatan ruang.Ianya sangat unik.

Adat dan tradisi bali mengatur luas dan tinggi bangunan mereka. Jika kita pernah ke
Bali, kita pasti dapat langsung melihat wujud budaya mereka dari bangunan bangunan
dikanan kiri jalan. Sebagai contoh, bangunan di bali berdasarkan perda nomor 16 tahun 2009
pasal 95 disebutkan bahwa bangunan di Bali tidak boleh lebih tinggi dari 15 meter. Dalam
ayat b disebutkan, bahwa ketinggian bangunan yang memanfaatkan ruang udara di atas
permukaan bumi dibatasi maksimum 15 lima belas meter.

Dilain sisi, ianya merupakan hal yang baik dikarenakan kita dapat menjagai nilai adat
dan tradisi yang ada. Namun di sisi lain, hal ini menimbulkan masalah pemanfaatan ruang.
Berdasarkann perda tersebut maka perkembangan pembangunan di Bali akan terjadi secara
horizontal atau meluas. Sedangkan dalam ilmu perencanaan salah satu upaya untuk
meminimalisir pemanfaatan ruang guna menjaga ruang ruang pertanian dan alam adalah
dengan melakukan pembangunan secara vertikal.

Akibatnya, lahan pertanian di Bali semakin lama akan semakin terancam, dikarenakan
kebutuhan akan lahan akan meningkat, diiringi dengan pemanfaatan ruang yang terjadi secara
horizontal terus menerus. Terdapat banyak permasalahan mengenai pertanahan yang diawali
dengan jumlah bidang tanah yang terbatas namun keperluan akan tanah terus meningkat yang
menyebabkan terjadinya perselisihan yang berujung sengketa, konflik, atau perkara
pertanahan.

Selanjutnya ada strategic goal dari kementerian ATR/BPN yang mana terdiri dari 7
goal yaitu:

1. Terwujudnya keadilan pertanahan


2. Mendaftarkan bidang-bidang tanah di seluruh Indonesia
3. Penataan ruang berbasis RDTR untuk mewujudkan tujuan pembangunan
berkelanjutan yang mendorong pertumbuhan ekonomi
4. Meningkatkan standar kompetensi SDM menuju birokrasi berstandar dunia
5. Mewujudkan kantpr layanan modern
6. Mengoptimalkan layanan informasi pertanahan dan tata ruang
7. Mewujudkan kepastian hukum hak atas tanah
Terdapat 6 tipologi kasus dalam sengketa, konflik, dan perkara pertanahan ini.
Diantaranya adalah penetapan hak dan pendaftaran tanah, pelaksanaan putusan pengadilan,
penetapan batas/letak bidang tanah, pengadaan tanah, tanah ulayat/tanah adat, dan
pengasaan/pemilikan tanah belum terdaftar
Narasi Mengenai Observasi Kependudukan Yang Telah Dilakukan, Yang Menyangkut
Dengan Materi Yang Telah Diberikan

Tugas obervasi kependudukan ini merupakan tugas untuk mengumpulkan data dari
ruang linkup RT/RW dirumah kita. Dengan jumlah KK yang perlu dimasukkan adalah 10
KK. Dalam pelaksanaan tugas ini kita akan belajar bagaimana cara mendapatkan data primer
dan sekunder. Juga apa saja data yang didapatkan berdasarkan metode yang kita gunakan.

Selanjutnya setelah mengumpulkan data, kita akan melakukan sedikit analisis


mengenai data tersebut. salah satunya seperti perbandingan jenis kelamin, piramida
penduduk, mata pencahariann, dan lain lain. Hal ini guna mengetahui komposisi dan
karakteristik penduduk di sekitar rumah kita seperti apa.

“Lalu untuk apa kita mengetahui hal tersebut?”

Dalam perencanaan, salah satu variabel dasar dalam pengembangan program


perencanaan terhadap suatu wilayah atau kota adalah penduduk. Kita perlu mengetahui
karakteristik penduduk yang menempati suatu wilayah yang kita rencanakan agar program
yang kita tetapkann nantinya sesuai dengan kebutuhan penduduk.

Contoh kasus seperti pengadaan fasilitas kesehatan seperti puskesmas. Diketahui


standar pelayanan minimal untuk fasilitas kesehatan adalah harus terdapat satu puskesmas
setiap 120.000 penduduk. Jika suatu wilayah memiliki jumlah penduduk 250.000 jiwa maka
kita membutuhkan dua puskesmas.

Contoh lainnya seperti fasilitas peribadatan. Diketahui standar pelayanan minimal


suatu wilayah untuk faislitas peribadatan adalah harus ada satu mushola setiap 250 jiwa. Jika
kita membicarakan tentang fasilitas peribadatan, tentu kita tidak bisa hanya melihat dari
jumlah penduduk semata. Kita perlu tau komposisi didalamnya. Sepertijumlah penganut
agamanya. Jelas akan keliru jika suatu wilayah dengan penduduk 500 orang dengan 30 orang
yang beragama islam, kita malah memprioritaskan pembangunan mushola didalamnya.
Bukan berarti tidak dibangun, hanya sjaa mungkin bisa dikaji dalam tingkatan yang lebih
tinggi seperti melihat jumlah penduduk kecamatan. Lalu dibangun Mesjid kecamatan.

Anda mungkin juga menyukai