Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM IPA TERAPAN

MEMBUAT ELEMEN LISTRIK SEDERHANA

Disusun oleh:

Tri Nur Anifah 18312241026

Aulia Nurlitasari 18312241035

Angela Alfina P. 18312241036

Puput Novia A. 18312241037

Pendidikan IPA A 2018

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Februari, 2021
HALAMAN PENGESAHAN:

PRAKTIKUM MEMBUAT ELEMEN LISTRIK SEDERHANA

oleh:

Kelompok 4

Yogyakarta, 23 Februari 202

Anggota:

Nama NIM Tanda Tangan


Tri Nur Anifah 18312241026
Aulia Nurlitasari 18312241035
Angela Alfina Purnama 18312241036
Puput Novia Anggraeni 18312241037

Diserahkan pada tanggal 24 Februari 2021, jam 07.30 WIB

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

(Ekosari Roektiningroem, M. P.)


A. JUDUL
Membuat Elemen Listrik Sederhana

B. TUJUAN
Menjelaskan susunan dan cara kerja elemen listrik primer yang terdiri atas:
Kegiatan 1: Elemen Volta
Kegiatan 2: Baterai Arang
Kegiatan 3: Baterai Elektrolit
Kegiatan 4: Baterai Buah

C. DASAR TEORI
Sel volta yaitu sel elektrokimia yang beroperasi secara spontan serta mengubah
energi kimia menjadi energi listrik, seperti baterai atau aki. Penamaan sel volta diambil
dari ilmuwan Italia yaitu Luigi Galvani dan Alessandro Volta. Sel volta terdiri atas dua
elektroda dan elektrolit. Dimana pada kedua elektroda tersebut terdapat kecenderungan
reaksi kimia, satu cenderung teroksidasi dan yang lain tereduksi. Reaksi akan terjadi bila
keduanya dihubungkan dengan kawat (logam), sehingga elektron dapat berpindah dari
satu elektroda ke elektroda yang lain melalui kawat tersebut (Chang, 2005:197).
Energi listrik yang terdapat di dalam kawat (logam) dapat digunakan untuk
berbagai keperluan. Adapun salah satu contoh kegunaan sel volta yang sering digunakan
adalah sebagai sumber energi listrik. Pada 250 tahun sebelum masehi, bangsa Paris
primitif menggunakannya sebagai perhiasan. Kini sel volta lebih dikenal sebagai baterai
(Rosenberg, 1999:259)
Dua elektroda yang terdapat dalam sel volta yaitu:
a. Anoda
Anoda dalam sel volta adalah elektroda tempat terjadinya reaksi oksidasi, yang diberi
tanda negatif (-). Dimana elektron akan dilepaskan oleh elektroda ini.
b. Katoda
Katoda adalah elektroda tempat terjadinya reaksi reduksi, yang diberi tanda positif
(+). Menuju katoda inilah pergerakan elektron
Untuk menentukan suatu logam bertindak sebagai katoda dan anoda dapat dilihat
melalui deret volta yaitu susunan unsur-unsur yang menunjukkan kekuatan pendesakan
suatu logam terhadap logam lain. Perjanjian menetapkan elektroda Hidrogen (H) sebagai
elektroda standar dengan potensial 0,0 volt. Semakin ke kanan letak suatu unsur dalam
deret volta, maka semakin besar potensial reduksinya, artinya dalam sel volta unsur
tersebut bertindak sebagai katoda (kutub positif). Semakin ke kiri letak suatu unsur dalam
deret volta, maka semakin rendah potensial reduksinya, artinya dalam sel volta unsur
tersebut bertindak sebagai anoda (kutub negatif) (Chang, 2005:198).

Suatu sel elektrokimia dapat terjadi secara spontan atau tidak spontan, dapat
diperkirakan dari nilai potensial sel atau E0 sel. Jika potensial sel (E0 sel) bernilai positif,
maka reaksi redoks berlangsung secara spontan. Sebaliknya jika potensial sel bernilai
negatif maka reaksi tidak berlangsung spontan.

Reaksi Reduksi Oksidasi (redoks) terjadi secara spontan ditandai dengan serah
terima elektron dari suatu partikel kepada partikel lain. Reaksi oksidasi adalah reaksi
dimana terjadinya pelepasan elektron, pengikat oksigen, dan kenaikan bilangan oksidasi.
Sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi dimana terjadi pengikatan elektron, penurunan
muatan, pelepasan oksigen, dan penurunan bilangan oksidasi.

Unsur-unsur dalam deret volta adalah sebagai berikut

Li K Ba Ca Na Mg Al Mn (H2O) Zn Cr Fe Ni Co Sn Pb (H) Cu Hg Ag Pt Au

Syarat-syarat sel volta yaitu:


- reaksi reduksi oksidasi terjadi secara spontan,
- hasil reaksi menghasilkan energi,
- E0 sel bernilai positif.
- Bahan pengoksidasi dan bahan pereduksi tidak berada dalam kontak fisik satu sama
lain, tetapi terdapat dalam satu kompartemen yang terpisah, yang disebut setengah
sel. Masing-masing setengah sel berisi larutan dan sebuah penghantar dari logam
(elektroda).
- Bahan pereduksi dan bahan pengoksidasi di dalam setengah sel itu mungkin elektroda
itu sendiri, atau suatu zat padat yang diendapkan pada elektroda itu, atau gelembung
gas di sekitar elektroda itu, atau zat terlarut dalam larutan di mana elektroda itu
berada.
- Larutan kedua setengah sel dihubungkan sedemikian rupa sehingga ion-ion dapat
bergerak di antara keduanya. Untuk mencapai hal itu digunakan antara lain susunan
berikut:
a) Larutan yang ringan dengan teliti dilapiskan di atas larutan yang berat.
b) Kedua larutan itu dipisahkan dengan bahan berpori, seperti gelas baur, porselen
tanpa glasir, atau serat yang disusupi oleh suatu elektrolit.
c) Kedua larutan itu dihubungkan dengan larutan elektrolit penghubung (jembatan
garam).

Baterai adalah perangkat penyimpanan energi elektrokimia. Energi kimia yang


terkandung dalam baterai dapat diubah menjadi energi listrik DC. Pada baterai isi ulang,
proses tersebut dapat dibalik yaitu mengubah energi listrik DC menjadi energi kimia
(Sidiq, 2015).
Kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan listrik dapat diuji dengan alat uji
elektrolit. Alat uji elektrolit tersebut terdiri atas sebuah bejana yang dihubungkan dengan
dua buah elektrode. Elektrode-elektrode tersebut dihubungkan pada saklar dan lampu.
Jika larutan elektrolit dimasukkan ke dalam bejana tersebut, lampu akan menyala.
Sedangkan jika larutan nonelektrolit yang dimasukkan, lampu tidak akan menyala. Arus
listrik dalam larutan elektrolit dihantarkan oleh migrasi partikel-partikel bermuatan.
Selain ditandai dengan menyalanya lampu, pada larutan elektrolit juga terdapat
perubahan-perubahan kimia yang dapat diamati. Salah satu perubahan tersebut berupa
timbulnya gelembung-gelembung gas, perubahan warna larutan, atau bahkan terbentuk
endapan (Setyiawati, 2009: 127).
Daya hantar larutan bergantung pada jenis dan konsentrasinya. Larutan elektrolit
kuat memiliki daya hantar listrik yang baik, meskipun memiliki konsentrasi yang relatif
kecil. Contoh larutan elektrolit kuat antara lain larutan HCl, H2SO4, air laut dan air
kapur, sedangkan larutan elektrolit lemah memiliki daya hantar listrik yang buruk
walaupun memiliki konsentrasi yang relatif besar (Hermawan, 2009: 124).
Contoh larutan elektrolit lemah antara lain larutan amonia, larutan cuka dan H2S
Pada konsentrasi yang sama larutan elektrolit kuat akan memiliki kemampuan hantaran
listrik yang lebih baik dibandingkan larutan elektrolit lemah, baik tidaknya daya hantar
listrik suatu larutan dapat diketahui dari intensitas nyala lampu dan ada tidaknya
gelembung gas (Hermawan, 2009: 124).
Larutan elektrolit kuat terbentuk dari senyawa elektrolit kuat yang terurai
sempurna Jika NaCl dilarutkan ke dalam air, seluruh ion Na+ dan ion Cl- pada kisi kristal
akan terlepas. Demikian pula, jika HCl dilarutkan ke dalam air, seluruh molekul HCl
akan terurai membentuk ion H+ dan ion Cl-. Dapat dikatakan bahwa NaCl dan HCl
terionisasi sempurna (terurai seluruhnya menjadi ion). Larutan elektrolit dapat dibedakan
kembali menjadi elektrolit kuat dan elektrolit lemah (Hermawan, 2009: 124).
Elektroda merupakan suatu sistem dua fase yang terdiri dari sebuah penghantar
elektrolit (misalnya logam) dan sebuah penghantar ionik (Rivai, 1995). Elektroda positif
(+) disebut anoda sedangkan elektroda negatif (-) adalah katoda (Svehla, 1985).
Elektrolit alami adalah zat elektrolit yang diperoleh dari bahan alam, contohnya
seperti bersumber dari buah-buahan. Buah yang mengandung elektrolit alami contohnya
jeruk nipis, terung asam dan blimbing wuluh. Zat elektrolit alamai yang berasal dari
buah-buahan tersebut cenderung lebih mudah didapat dan tidak tida berdampak negatif
bagi kesehatan manusia karena tida mengandung bahan kimia berbahaya.
Pada dasarnya, energi listrik dapat diperoleh dari berbagai sumber termasuk buah
dan sayur. Energi listrik dapat dihasilkan dari buah-buahan khususnya buah yang
mengandung banyak asam sitrat (Kartawidjaya, 2008).
Keasaman pada beberapa jenis buah mampu menghasilkan energi listrik karena
bersifat elektrolit. Buah-buahan yang mengandung asam mineral berupa asam klorida dan
asam sitrat, merupakan elektrolit kuat yang terurai sempurna menjadi ion dalam larutan
air. Buah-buahan selain memiliki asam, juga banyak mengandung air, sehingga apabila
ada dua logam yang berbeda dicelupkan pada larutan buah-buahan dan sayur-sayuran
tersebut akan menimbulkan beda potensial antara logam dan air sehingga terjadilah
potensial elektroda yang dapat menghasilkan arus listrik juga (Atina, 2015).
Beberapa buah dan sayur yang dapat menghasilkan listrik contohnya tomat, apel,
jeruk dan blimbing wuluh. Energi listrik dapat dihasilkan dari berbagai jenis buah yang
bersifat asam, sedangkan tingkat keasaman buah berbeda-beda antara buah yang satu
dengan buah yang lain. Dimana tingkat keasaman dapat diukur dengan pH yang dimiliki.
Keragaman pH ini tentu saja akan menghasilkan energi listrik yang beragam pula (Atina,
2015).
Suatu larutan konduktor elektrolit memiliki tingkat keasaman yang rendah (pH
besar) maka semakin sedikit ion yang dihasilkan sehingga arus listrik yang dihasilkan
juga semakin kecil dan akibatnya konduktorvitasnya juga semakin kecil. Secara
sederhana, arus listrik dapat didefinisikan sebagai aliran elektron-elektron pada suatu
penghantar dalam waktu tertentu. Pada konduktor elektrolit, aliran elektron-elektron ini
dibawa oleh ion-ion penghantar. Dimana semain asam suatu larutan maka semakin
banyak ion yang dihasilkannya, dengan kata lain larutan tersebut akan semakin elektrolit
(Atina. 2015).

Arang aktif adalah arang yang dimurnikan yaitu konfigurasi atom karbonnya
dibebaskan dari ikatan dengan unsur lain serta pori-porinya dibersihkan dari unsur lain
atau kotoran, sehingga permukaan karbon atau pusat aktif menjadi bersih dan lebih
luas. Keluasan pusat aktif ini menentukan efektifitas kegunaannya sebagai adsorben
(penyerap) cairan maupun gas (Putra, 2016).

Aluminium foil menyediakan pasokan aluminium yang terjangkau. Arang aktif,


yang sebagian besar terbuat dari karbon, bisa mengalirkan listrik dan tidak reaktif. Ini
menyediakan permukaan yang sangat berpori yang terkena oksigen di udara. Satu gram
arang aktif dapat memiliki luas permukaan internal lebih banyak daripada keseluruhan
lapangan basket. Permukaan ini menyediakan sejumlah besar lokasi dimana oksigen
dapat mengikat dan terlibat dalam reaksi di katoda (Mardwianta, 2017 :37).
D. METODOLOGI PERCOBAAN
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/tanggal : Rabu, 17 Februari 2021
Waktu : 09.20-11.00 WIB
Tempat : Rumah masing-masing

2. Variabel Penelitian
a. Kegiatan 1: Elemen Volta
1) Variabel bebas : jenis elektroda (besi, seng, alumunium)
2) Variabel terikat : nyala lampu (tidak menyala, redup, terang); tegangan
3) Variabel kontrol : kabel, lampu, jepit buaya, gelas plastik

b. Kegiatan 2: Baterai Arang


1) Variabel bebas : larutan garam
2) Variabel terikat : nyala lampu (terang, redup, tidak menyala)
3) Variabel control : kabel, lampu, penjepit buaya.

c. Kegiatan 3: Baterai Elektrolit


1) Variabel bebas : larutan (asam cuka, air garam, air)
2) Variabel terikat : nyala lampu (terang, redup, tidak menyala)
3) Variabel control : kabel, elektroda, lampu, penjepit buaya, gelas

d. Kegiatan 4: Baterai buah


1) Varibael bebas : jenis buah (jeruk,apel, dan pisang)
2) Variabel terikat : nyala lampu (terang, redup,tidak menyala)
3) Variabel control : kabel, lampu, paku, uang koin, penjepit buaya
3. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Kabel 7) Tissue
2) Lampu 8) Alumunium foil
3) Penjepit buaya 9) Paku
4) Elektroda (paku) 10) Uang Koin
5) Gelas 11) Timbangan
6) Gunting 12) Kardus
b. Bahan
1) Larutan asam cuka 5) Garam
2) Larutan garam 6) Buah jeruk
3) Air 7) Buah apel
4) Arang 8) Buah pisang
4. Prosedur Kerja
a. Kegiatan 1: Elemen Volta

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

Menuangkan asam sulfat encer ke dalam 2 gelas dengan ketinggian sama

Menyiapkan lempeng elektroda yang akan digunakan (Al dan Fe)

Memasang kabel dan lampu pada jepit buaya secara seri

Memasang multimeter secara paralel dengan lampu

Menghubungkan jepit buaya dengan masing-masing elektroda

Memvideo bagaimana peristiwa yang terjadi dan mencatat tegangan yang


dihasilkan

Melakukan langkah yang sama untuk pasangan elektroda Al-Cu dan Fe-Cu

b. Kegiatan 2: Baterai Arang

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

Menghancurkan arang kayu hingga halus

Menyiapkan larutan air garam dengan berbagai konsentrasi yaitu 30%, 40%, dan
50%

Membasahi arang kayu dengan larutan garam, kemudian bungkus dengan kertas
tisu, dan di lapisi dengan alumunium foil

Menghubungkan dengan lampu LED dengan kabel penjepit buaya

Mengamati keadan lampu

Mencatat hasil pengamatan pada tabel


c. Kegiatan 3: Baterai Elektrolit

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

Menyambungkan kabel pada ujung seng dan ujung tembaga.

Mengisi gelas dengan larutan asam cuka dan mencelupkan elektroda ke


dalamnya.

Mengecek tegangan menggunakan multimeter.

Menyambungkan kabel pada lampu dan mengamati apa yang terjadi pada lampu.

Mengulangi percobaan dengan mengganti larutan garam, dan juga air.

d. Kegiatan 4: Baterai Buah

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

Menyambungkan kabel pada lampu dan penjepit buaya

Menancapkan paku dan uang koin pada buah jeruk

Menjepitkan penjepit buaya pada paku dan uang koin yang ada pada buah

Mengamati keadan lampu

Mengulangi percobaan dengan mengganti buahnya dengan pisang dan apel


E. DATA HASIL
1. Kegiatan 1: Elemen Volta
No Elektroda Tegangan yang dihasilkan Keadaan
Lampu
1. Al-Zn 0.5 Volt +
2. Al-Fe 0.25 Volt +
3. Fe-Zn 0.58 Volt +
Keterangan:
- : lampu tidak menyala
+ : lampu menyala redup
++ : lampu menyala terang
+++ : lampu menyala sangat terang

2. Kegiatan 2: Baterai Arang


No Konsentrasi Garam Keadaan Lampu
misalkan
1. 30% -
2. 40% -
3. 50% +
Keterangan:
- : lampu tidak menyala
+ : lampu menyala redup
++ : lampu menyala terang
+++ : lampu menyala sangat terang
3. Kegiatan 3: Baterai Elektrolit
No Jenis Larutan Nyala Lampu
1. Larutan asam cuka ++
2. Larutan garam +++
3. Larutan air +
Keterangan:
- : lampu tidak menyala
+ : lampu menyala redup
++ : lampu menyala terang
+++ : lampu menyala sangat terang

4. Kegiatan 4: Baterai Buah


No Jenis Buah Nyala Lampu
1. Jeruk ++
2. Pisang +
3. Apel +
Keterangan:
- : lampu tidak menyala
+ : lampu menyala redup
++ : lampu menyala terang
+++ : lampu menyala sangat terang

F. PEMBAHASAN
1. Elemen Volta
Praktikum Membuat Elemen Listrik Sederhana memiliki tujuan untuk
menjelaskan susunan dan cara kerja elemen listrik primer, khususnya Elemen Volta.
Variabel bebas adalah jenis elektroda (besi, seng, alumunium), sedangkan variabel
terikat adalah nyala lampu (tidak menyala, redup, terang) dan tegangan. Sementera
variabel kontrol adalah kabel, lampu, jepit buaya, dan gelas plastik.
Gambar 1 Alat dan Bahan Praktikum
Sumber: Dokumen Pribadi
Langkah pengerjaan adalah menuangkan asam sulfat encer ke dalam gelas,
menyiapkan lempeng elektroda yang akan digunakan (Al dan Fe), memasang kabel
dan lampu pada jepit buaya secara seri, memasang multimeter secara paralel dengan
lampu, menghubungkan jepit buaya dengan masing-masing elektroda, memvideo
bagaimana peristiwa yang terjadi dan mencatat tegangan yang dihasilkan, melakukan
langkah yang sama untuk pasangan elektroda Al-Zn dan Fe-Zn, kemudian mencatat
hasilnya ke dalam tabel.
Langkah yang dilakukan praktikan sedikit berbeda dengan rancangan
praktikum, terutama pada jumlah gelas asam sulfat yang dipergunakan. Hal ini
dikarenakan larutan asam sulfat yang dimiliki terbatas, sehingga tidak mencukupi dua
gelas plastik. Jika dipergunakan dua gelas plastik, maka diperkirakan ketinggian
setiap gelas plastik kurang mencukupi untuk merendam elektroda dan akibatnya
reaksi yang terjadi amat sedikit. Untuk mengatasinya, praktikan mempergunakan satu
gelas plastik dengan menghilangkan jembatan garam.
a. Elektroda Zn-Al

Gambar 2 Tegangan yang dihasilkan


Pasangan elektroda pertama adalah Seng dan Alumunium. Yang berperan
sebagai katoda adalah Seng karena potensial reduksinya lebih besar daripada
alumunium yang berperan sebagai anoda. Lampu menyala redup karena tegangan
yang dihasilkan jauh lebih rendah dari tegangan optimum yang seharusnya
dimiliki. Tegangan optimum lampu yaitu 5 VA sedangkan tegangan rangkaian
hanya 0.5 V

b. Elektroda Zn-Fe
Pasangan elektroda kedua adalah Seng dan Besi. Yang berperan sebagai
katoda adalah besi karena potensial reduksinya lebih besar daripada. Lampu
menyala redup karena tegangan yang dihasilkan jauh lebih rendah dari tegangan
optimum lampu 5 VA. Sedangkan tegangan rangkaian adalah 0.58 Volt.

Gambar 3 Tegangan rangkaian

c. Elektroda Al-Fe

Gambar 4 Tegangan rangkaian


Pasangan elektroda terakhir adalah besi dan alumunium. Katoda adalah
besi sedangkan anoda adalah alumunium. Tegangan rangkaian adalah 0.25 Volt.
Lampu menyala sangat redup karena tegangan yang dibutuhkan 5 VA sedangkan
tegangan rangkaian jauh lebih sedikit.

Penentuan anoda/katoda dalam percobaan menggunakan deret Volta. Hal


tersebut sesuai dengan pernyataan berikut.

Semakin ke kanan letak suatu unsur dalam deret volta, maka semakin besar
potensial reduksinya, artinya dalam sel volta unsur tersebut bertindak sebagai
katoda (kutub positif). Semakin ke kiri letak suatu unsur dalam deret volta, maka
semakin rendah potensial reduksinya, artinya dalam sel volta unsur tersebut
bertindak sebagai anoda (kutub negatif) (Chang, 2005:198).

Lebih lanjut menurut Chang (2005:197), sel volta terdiri atas dua elektroda
dan elektrolit, satu cenderung teroksidasi dan yang lain tereduksi. Reaksi akan
terjadi bila keduanya dihubungkan dengan kawat (logam), sehingga elektron
dapat berpindah dari satu elektroda ke elektroda yang lain melalui kawat tersebut.
dalam percobaan, dipergunakan elektroda berupa besi, alumunium, atau seng
dengan elektrolit asam sulfat dan dihubungkan dengan kabel.

Evaluasi dari percobaan ini diantaranya adalah tidak adanya jembatan


garam sehingga reaksi akan otomatis berhenti saat permukaan elektroda tertutup
oleh oksigen, khususnya pada elektroda besi dan seng. Selain itu, larutan asam
sulfat yang digunakan sebaiknya merupakan larutan baru, bukan hasil penggunaan
aki. Hal ini dikarenakan air aki yang sudah lama digunakan efektifitas larutannya
menurun. Selain itu, terdapat banyak zat pengotor di dalam larutannya. Hal lain
yang harus diperhatikan adalah daya lampu yang digunakan harus disesuaikan
dengan tegangan rangkaian yang akan dihasilkan. Terakhir, pasangan elektroda
yang digunakan sebaiknya berada di sebelah kanan dan kiri (H) pada deret volta
sehingga tegangan yang dihasilkan lebih besar. Menurut Chang (2005:198),
elektroda Hidrogen (H) sebagai elektroda standar dengan potensial 0,0 volt.
2. Baterai Arang
Percobaan pembuatan baterai arang yaitu untuk menjelaskan susunan dan
cara kerja elemen listrik primer dari batrai arang, dimana dengan variabel
percobaannya terdiri dari variabel bebas : larutan garam; variabel terikat : nyala
lampu (terang, redup, tidak menyala); dan variabel kontrolnya kabel, lampu, dan
penjepit buaya.

Gambar : Alat dan Bahan


(Sumber : Dokumen Pribadi)

Langkah percobaan untuk membuat baterai arang ini yaitu menyiapkan


alat dan bahan yang dibutuhkan, kemudian menyiapkan larutan garam dengan
berbagai konsentrasi yaitu 30%, 40%, dan 50%, dilanjutkan dengan memotong
alumunium foil +/- 10 cm2 kemudian meletakkan tisu yang sudah dibasahi larutan
garam diatas alumunium foil, menambahkan arang dan menetesi dengan larutan
garam, menghubungkan dengan kabel, dan membungkus arang dengan menjaga
arang bagian alumunium foilnya tidak terkena arangnya, membuat beberapa baterai
dan dirangkai seri dengan bantuan kabel dan tahap selanjutnya menyambungkan
baterai arang yang sudah dibikin dengan lampu Led, serta mengamati keadaan
lampunya (tulis pada tabel pengamatan).
1. Baterai arang dengan larutan garam 30%

Gambar : Percobaan Baterai arang dengan larutan garam 30%


Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar diatas adalah hasil percobaan pada baterai arang dengan


menggunakan larutan garam berkonsentrasi 30%, dengan hasil lampu LED yang
tidak dapat menyala.

2. Baterai arang dengan larutan garam 40%

Gambar : Percobaan Baterai arang dengan larutan garam 40%


Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar diatas adalah hasil percobaan pada baterai arang dengan
menggunakan larutan garam berkonsentrasi 40%, dengan hasil lampu LED tidak
menyala seperti halnya pada percobaan pertama.
3. Baterai arang dengan larutan garam 50%

Gambar : Percobaan Baterai arang dengan larutan garam 50%


Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar diatas adalah hasil percobaan pada baterai arang dengan menggunakan
larutan garam berkonsentrasi 50%, dengan hasil lampu LED dapat menyala
redup.
Dalam percobaan dapat dilihat dari tabel percobaan bahwa baterai yang
menggunakan konsentrasi larutan garam 50% (tertinggi) keadaan lampu Led dapat
menyala, sedangkan yang menggunakan larutan garam 40% dan 30% keadaaan
lampunya tidak menyala. Hal ini menunjukan bahwa dalam penggunaan air larutan
garam sebagai penghantar listrik, jika semakin bertambah masa garam (konsentrasi
larutan semakin tinggi) maka daya hantar listrik yang dihasilkan semakin besar.
Menurut Hermawan (2009: 124) Daya hantar larutan bergantung pada jenis dan
konsentrasinya. Larutan elektrolit kuat memiliki daya hantar listrik yang baik,
meskipun memiliki konsentrasi yang relatif kecil.

Baterai menghasilkan listrik melalui serangkaian reaksi elektromagnetik


antara anoda, katoda, dan elektrolit. Anoda mengalami reaksi oksidasi di mana dua
atau lebih ion (atom atau molekul bermuatan listrik) dari elektrolit bergabung dengan
anoda, menghasilkan senyawa dan melepaskan satu atau lebih elektron. Pada saat
yang sama, katoda berjalan melalui reaksi reduksi, dimana zat katoda, ion dan
elektron bebas juga bergabung untuk membentuk senyawa.

Pada percobaan kinerja baterai melibatkan transfer electron melalui suatu


media yang bersifat konduktif dari alumunium foil (anoda) ke serbuk karbon aktif
(katoda) sehingga menghasilkan arus listrik.
Baterai memiliki dua elektroda yang disebut katoda dan anoda tempat reaksi
kimia menghasilkan elektron. Elektroda dihubungkan oleh larutan yang disebut
elektrolit supaya ion dapat bergerak menyelesaikan rangkaian listrik. Dalam aktivitas
ini, garam menyediakan ion yang bisa bergerak melalui handuk tisu basah dan biaya
transfer. Untuk menghasilkan energi listrik, baterai ini bergantung pada oksidasi
aluminium pada anoda, yang melepaskan elektron, dan pengurangan oksigen pada
katoda, yang menggunakan elektron. Menurut Mardwianta (2017:45) pergerakan
elektron melalui sirkuit eksternal menghasilkan arus listrik yang bisa digunakan
untuk menyalakan perangkat sederhana.

3. Baterai Elektrolit
Tujuan dari pembuatan baterai elektrolit ini yaitu menjelaskan susunan dan
cara kerja elemen listrik primer yang terdiri dari baterai elektrolit. Pada bagian
percobaan pembuatan baterai elektrolit, praktikan menggunakan varibel bebas antara
lain larutan cuka 5%, larutan garam, dan juga air mineral. Praktikan menetapkan
variable terikatnya yaitu terang nyala lampu, apakah tidak menyala, redup, terang,
atau sangat terang. Untuk variable controlnya praktikan menetapkan kabel, elektroda,
lampu, penjepit buaya, dan gelas.
a. Baterai elektrolit dari larutan cuka
Pada pembuatan baterai elektrolit menggunakan larutan cuka ini, pertama
praktikan menyiapkan alat dan bahan. Setelah itu merangkai kabel, seng,
tembaga, dan mencelupkannya di larutan cuka 5% pada 4 gelas berbeda seperti
berikut
Gambar x. Rangkaian baterai pada larutan cuka
Setelah itu praktikan mengecek tegangan yang dihasilkan pada larutan cuka
tersebut. Multimeter menunjukkan tegangan sebesar 2,97 volt.

Gambar x. Hasil tegangan larutan cuka pada multimeter


Kemudian praktikan menyambungkan rangkaian pada lampu dan lampu menyala
terang (++) seperti berikut
Gambar x. Hasil nyala lampu pada larutan cuka
Melalui percobaan ini, maka dapat dikatakan bahwa larutan cuka mampu
menghidupkan lampu karena larutan cuka termasuk dalam larutan elektrolit
lemah. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Hermawan (2009) yang
menyatakan bahwa contoh larutan elektrolit lemah antara lain larutan amonia,
larutan cuka dan H2S.
b. Baterai elektrolit dari larutan garam
Pada pembuatan baterai elektrolit menggunakan larutan garam ini,
pertama praktikan menyiapkan alat dan bahan. Setelah itu merangkai kabel, seng,
tembaga, dan mencelupkannya di larutan garam pada 4 gelas berbeda seperti
berikut

Gambar x. Rangkaian baterai pada larutan garam


Setelah itu praktikan mengecek tegangan yang dihasilkan pada larutan cuka
tersebut. Multimeter menunjukkan tegangan sebesar 3,95 volt.
Gambar x. Hasil tegangan larutan garam pada multimeter
Kemudian praktikan menyambungkan rangkaian pada lampu dan lampu menyala
sangat terang (+++) seperti berikut

Gambar x. Hasil nyala lampu pada larutan garam


Melalui percobaan ini, maka dapat dikatakan bahwa larutan garam mampu
menghidupkan lampu karena larutan garam termasuk dalam larutan elektrolit
kuat. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Hermawan (2009) yang
mengatakan bahwa daya hantar larutan bergantung pada jenis dan konsentrasinya.
Larutan elektrolit kuat memiliki daya hantar listrik yang baik, meskipun memiliki
konsentrasi yang relatif kecil. Contoh larutan elektrolit kuat antara lain larutan
HCl, H2SO4, air laut dan air kapur, sedangkan larutan elektrolit lemah memiliki
daya hantar listrik yang buruk walaupun memiliki konsentrasi yang relatif besar.
c. Baterai elektrolit dari air
Pada pembuatan baterai elektrolit menggunakan air ini, pertama praktikan
menyiapkan alat dan bahan. Setelah itu merangkai kabel, seng, tembaga, dan
mencelupkannya di dalam air pada 4 gelas berbeda seperti berikut

Gambar x. Rangkaian baterai pada air


Setelah itu praktikan mengecek tegangan yang dihasilkan pada larutan cuka
tersebut. Multimeter menunjukkan tegangan sebesar 2,45 volt.

Gambar x. Hasil tegangan air pada multimeter


Kemudian praktikan menyambungkan rangkaian pada lampu dan lampu menyala
redup (+) seperti berikut
Gambar x. Hasil nyala lampu pada air
Melalui percobaan ini, maka dapat dikatakan bahwa air mampu
menghidupkan lampu walaupun redup. Namun seharusnya air tidak mampu
menghidupkan lampu karena air tergolong dalam larutan non elektrolit. Percobaan
yang dilakukan praktikan tidak sesuai literatur dikarenakan air yang digunakan
praktikan mengandung mineral, sehingga mampu menghantarkan listrik. Hal tersebut
terbukti melalui pengecekan menggunakan multimeter, dimana multimeter tersebut
menunjukkan tegangan sebesar 2,45 volt.
Melalui ketiga percobaan tersebut maka dapat dikatakan bahwa larutan air
cuka dan larutan garam mampu membuat lampu menyala. Perbedaannya terletak pada
terang nyala lampu, larutan cuka menghasilkan lampu terang dan larutan garam
menghasilkan lampu sangat terang. Sementara itu air mampu membuat lampu
menyala meskipun dengan nyala redup.
Baterai dari elektrolit ini memanfaatkan larutan elektrolit sebagai sumber
listrik dengan bantuan penghantar elektroda. Elektroda yang digunakan yaitu seng
dan tembaga yang berfungsi sebagai penghantar. Hal tersebut sesuai dengan teori
menurut Rivai (1995) yang mengatakan bahwa Elektroda merupakan suatu sistem dua
fase yang terdiri dari sebuah penghantar elektrolit (misalnya logam) dan sebuah
penghantar ionic.
Seng berperan sebagai katoda (negatif) dan tembaga berperan sebagai anoda
(positif). Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Svehla (1985) yang mengatakan
bahwa elektroda positif (+) disebut anoda sedangkan elektroda negatif (-) adalah
katoda.
4. Baterai Buah
Praktikum Membuat Elemen Listrik Sederhana pada kegitan membuat Baterai
Buah bertujuan untuk menjelaskan susunan dan cara kerja elemen listrik primer pada
baterai buah. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tiga jenis buah
yaitu apel, jeruk dan pisang yang masing-masing berjumlah lima buah, kemudian ada
lima buah uang koin dan lima buah paku yang digunakan untuk menjadi katoda dan
anoda, selanjutnya untuk menyambungkannya menggunaan kabel dan penjepit buaya dan
ada lampu LED kecil berwarna merah untuk mendeteksi apakah rangkaian yang dibuat
menghasilkan listrik atau tidak, sedangkan alat-alat lain yang digunakan adalah pisau,
gunting, kain lap, alat tulis dan juga camera hp.
Prosedur kerja dalam membuat baterai buah adalah pertama menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan, kedua memasang penjepit buaya pada kabel, ketiga
menancapkan paku dan uang koin pada buah-buah yang akan digunakan, keempat
menyabungkan buah-buah menggunakan penjepit buaya dengan cara paku disambungkan
dengan uang kion di buah berikutnya sampai semua buah tersambung tapi sisakan satu
sambungan untuk tempat lampu LED, kelima mengamati nyala lampunya dan mencatat
hasilnya, dan melakukan langkah yang sama untuk buah yang lain.
Berikut ini adalah hasil dari percobaan membuat bateri buah menggunakan buah
jeruk, apel dan pisang.
1. Baterai Buah Jeruk

Gambar 1. Baterai Buah Jeruk


(sumber: dokumen pribadi)
Gambar diatas merupakan hasil dari percobaan membuat barterai buah dari buah
jeruk. Dan hasilnya lampu dapat menyala cukup terang. Disini digunakan lima buah jeruk
nipis yang masih muda.
2. Baterai Buah Apel

Gambar 2. Baterai Buah Apel


(sumber: dokumen pribadi)
Gambar diatas merupakan hasil dari percobaan membuat baterai buah dari buah
apel. Dan hasilnya lampu dapat menyala namun tidak sama terang dengan baterai buah
jeruk, pada baterai buah apel nyalanya sedikit redup. Dalam membuat baterai buah apel
ini digunakan lima buah apel hijau kecil.
3. Baterai Buah Pisang
Gambar 3. Baterai Buah Pisang
(sumber: dokumen pribadi)
Gambar diatas merupakan hasil percobaan membuat baterai buah dari buah
pisang. Dan hasilnya lampu bisa menyala namun nyalanya redup. Dalam percobaan ini
digunakan lima buah pisang kecil. Dari ketiga buah yang digunakan baterai buah pisang
yang nyalanya paling redup namun hanya berbeda sedikit dari buah apel.
Dari hasil praktikum yang sudah dilaukan dapat diketahui bahwa buah-buahan
bisa menghsilkan listrik. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukaan oleh Kartawidjaya
(2008) yang mengatakan bahwa pada dasarnya, energi listrik dapat diperoleh dari
berbagai sumber termasuk buah dan sayur. Energi listrik dapat dihasilkan dari buah-
buahan khususnya buah yang mengandung banyak asam sitrat. Jadi dari kutipan diatas
dapat diketahui bahwa buah dan sayur dapat menghasilkan listrik terlebih buah yang
mengandung banyak asam sitrat.
Dari ketiga buah yang digunakan yaitu jeruk, apel dan pisang dapat diurutkan
nyala lampu yang dihasilkan dari yang paling terang sampai redup dan urutannya adalah
jeruk, apel dan pisang. Jika dilihat dari buahnya urutan nyala lampunya sama dengan
urutan keasaman buahnya. Dengan kata lain buah yang asam bisa menghasilkan listrik
lebih besar. Dan hal ini sesuai dengan teori yang dikemukaan oleh Atina (2015) yang
mengatakan bahwa suatu larutan konduktor elektrolit memiliki tingkat keasaman yang
rendah (pH besar) maka semakin sedikit ion yang dihasilkan sehingga arus listrik yang
dihasilkan juga semakin kecil dan akibatnya konduktorvitasnya juga semakin kecil.
Secara sederhana, arus listrik dapat didefinisikan sebagai aliran elektron-elektron pada
suatu penghantar dalam waktu tertentu. Pada konduktor elektrolit, aliran elektron-
elektron ini dibawa oleh ion-ion penghantar. Dimana semain asam suatu larutan maka
semakin banyak ion yang dihasilkannya, dengan kata lain larutan tersebut akan semakin
elektrolit.
Jadi dapat diketahui bahwa semakin asam buah yang digunakan maka arus listrik
yang dihasilkan juga akan semakin besar. Dan begitu juga sebaliknya jika kadar asamnya
rendah maka arus listrik yang dihasilkan akan semkain kecil.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
1. Kegiatan 1: Elemen Volta
Susunan elemen volta berupa elektroda (seng/besi/alumunium) yang dicelupkan pada
elektrolit (asam sulfat) kemudian disambungkan dengan kabel pada lampu.
Sedangkan cara kerjanya adalah elektroda mengalami reaksi redoks (ada yang
tereduksi dan ada yang teroksidasi) ketika dicelupkan dalam elektrolit. Kemudian
kedua elektroda disambungkan dengan lampu sehingga lampu menyala. Dalam
prosesnya tadi, kedua elektroda bertukar muatan, ada yang melepaskan electron dan
ada yang menerima electron.

2. Kegiatan 2: Baterai Arang


Susunan baterai arang terdiri dari kabel yang disambungkan dengan
bungkusan (arang + larutan garam) dengan ujung kabel lainnya disambungkan ke
lampu Led. Baterai memiliki dua elektroda yang disebut katoda dan anoda tempat
reaksi kimia menghasilkan elektron. Pada percobaan kinerja baterai melibatkan
transfer electron melalui suatu media yang bersifat konduktif dari alumunium foil
(anoda) ke serbuk karbon aktif (katoda) sehingga menghasilkan arus listrik.

3. Kegiatan 3: Baterai Elektrolit


Susunan baterai elektrolit terdiri dari kabel yang disambungkan dengan seng dan
tembaga kemudian dicelupkan pada larutan elektrolit, dan ujung kabel lainnya
disambungkan ke lampu. Cara kerja elemen listrik yaitu listrik dihasilkan melalui
larutan elektrolit kemudian dihantarkan melalui seng dan tembaga kemudian listrik
diteruskan melalui kabel dan mampu menyalakan lampu.

4. Kegiatan 4: Baterai Buah


Susunan baterai buah terdiri dari paku dan uang koin yang disambungkan
menggunakan kabel dan pada ujungnya dihubungkan dengan lampu LED. Cara kerja
baterai buah adalah buah sebagai larutan elektrolit kemudian listrik dihantarkan oleh
paku dan uang kion kemudian sampai pada lampu dan lampu dapat menyala.
H. JAWABAN PERTANYAAN
1. Apa yang terjadi pada lampu LED setelah semua komponen rangkaian dihubungkan?
Lampu akan menyala
2. Amati apa yang terjadi pada lempeng tembaga dan lempeng seng yang tercelup di
dalam larutan Asam Sulfat!
Lempeng seng mengalami reduksi yang ditandai dengan keluarnya oksigen.
3. Apakah perubahan yang terjadi pada lampu LED setelah beberapa saat?
Lampu perlahan meredup
4. Bagaimanakah kondisi kedua bagian lempeng logam yang tercelup di dalam larutan
pada saat lampu LED tidak menyala lagi?
Pada permukaan seng, unsur seng mengalami oksidasi secara keseluruhan sehingga
menyisakan lempengan logamnya saja (dalam praktikum)
5. Jelaskan mengapa susunan baterai arang dapat menghasilkan listrik (jangan lupa
disertakan reaksi kimia yang terjadi).

Karena baterai ini bergantung pada oksidasi aluminium pada anoda, yang melepaskan
elektron, dan pengurangan oksigen pada katoda, yang menggunakan elektron.
Pergerakan elektron melalui sirkuit eksternal menghasilkan arus listrik yang bisa
digunakan untuk menyalakan perangkat sederhana.

Anoda : AL(s) + 3OH-(aq)  Al(OH)3(S) + 3e-

Katoda : O2(g) + 2H2O(l) + 4e-  4OH-(aq)

Keseluruhan : 4Al(s) + 3O2(g) + 6H2O(l) 4Al(OH)3(s)

6. Jelaskan mengapa konsentrasi larutan garam dapat mempengaruhi besar tegangan


listrik yang dihasilkan?
Karena pada larutan garam mengandung NaCl yang mengakibatkan adanya
perpindahan electron dari sutu atom ke atom yang lain, dimana dari hasil percobaan
lampu Led yang menyala yaitu pangkaian baterai arang yang menggunakan larutan
garam 50%, bukan yang larutan 30% maupun 40%. Hal ini menunjukan bahwa dalam
penggunaan air larutan garam sebagai penghantar listrik, jika semakin bertambah
masa garam (konsentrasi larutan semakin tinggi) maka daya hantar listrik yang
dihasilkan semakin besar.
7. Berdasarkan percobaan yang telah anda lakukan, tuliskan kesimpulan yang
didasarkan pada data dan pembahasan.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
1. Elemen Volta
Susunan elemen volta berupa elektroda (seng/besi/alumunium) yang
dicelupkan pada elektrolit (asam sulfat) kemudian disambungkan dengan kabel
pada lampu. Sedangkan cara kerjanya adalah elektroda mengalami reaksi redoks
(ada yang tereduksi dan ada yang teroksidasi) ketika dicelupkan dalam elektrolit.
Kemudian kedua elektroda disambungkan dengan lampu sehingga lampu
menyala. Dalam prosesnya tadi, kedua elektroda bertukar muatan, ada yang
melepaskan electron dan ada yang menerima electron.

2. Baterai Arang
Susunan baterai arang terdiri dari kabel yang disambungkan dengan
bungkusan (arang + larutan garam) dengan ujung kabel lainnya disambungkan ke
lampu Led. Baterai memiliki dua elektroda yang disebut katoda dan anoda tempat
reaksi kimia menghasilkan elektron. Pada percobaan kinerja baterai melibatkan
transfer electron melalui suatu media yang bersifat konduktif dari alumunium foil
(anoda) ke serbuk karbon aktif (katoda) sehingga menghasilkan arus listrik.

3. Baterai Elektrolit
Susunan baterai elektrolit terdiri dari kabel yang disambungkan dengan seng
dan tembaga kemudian dicelupkan pada larutan elektrolit, dan ujung kabel
lainnya disambungkan ke lampu. Cara kerja elemen listrik yaitu listrik dihasilkan
melalui larutan elektrolit kemudian dihantarkan melalui seng dan tembaga
kemudian listrik diteruskan melalui kabel dan mampu menyalakan lampu.

4. Baterai Buah
Susunan baterai buah terdiri dari paku dan uang koin yang disambungkan
menggunakan kabel dan pada ujungnya dihubungkan dengan lampu LED. Cara
kerja baterai buah adalah buah sebagai larutan elektrolit kemudian listrik
dihantarkan oleh paku dan uang kion kemudian sampai pada lampu dan lampu
dapat menyala.
DAFTAR PUSTAKA

Atina. 2015. Tegangan Dan Kuat Arus Listrik Dari Sifat Asam Buah. Jurnal SainmatikaVol.12
No.2, hal 28-42.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hermawan, Paris Sutarjawinata, dkk. 2009. Aktif Belajar Kimia. Jakarta: Mediatama.
Kartawidjaya, M, Abdurrocman, A dan Rumeksa, A. 2008. Pencarian Parameter Bio-Baterai
Asam Sitrat (C6H8O7). Prosding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II: 105-115.
Mardwianta. 2017. Kimia Unsur dan Radiokimia. Jakarta : PT. Citra Aditya Bakti.
Putra, H.P. 2006. Teknologi Pembuatan Arang. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press).
Rosenberg, Jeromel. 1999. Teori dan Soal-Soal Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Setyiawati, A. A. 2009. Kimia Mengkaji Fenomena Alam. Jakarta: Cempaka Putih.
Sidiq, R. K. 2015. Rancang Bangun Sistem Pengisi Baterai Mobil Listrik Berbasis
Mikrokontroler Atmega16. Jember: Universitas Jember.
Svehla,G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi Kelima.
Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai