Oleh:
Abstrak
Kawasan perkotaan Boroko sebagi pusat pemerintahan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang
letaknya dilalui oleh jaringan jalan trans pulau Sulawesi memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembangnya
aktivitas perkotaan. Pertumbuhan kawasan perkotaan akan membawa dampak negatif bila tidak
direncanakan dan diarahkan sedini mungkin. Salah satunya adalah penurunan kualitas lingkungan berupa
meningkatnya suhu permukaan bumi akibat dari emisi gas rumah kaca. Menurut Badan Pengkajian
Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri, dari ke enam gas rumah kaca yang dinyatakan paling berkontribusi
terhadap gejala pemanasan global adalah karbondioksida (CO2), yaitu lebih dari 75%, dimana gas tersebut
sebagian besar di hasilkan oleh aktivitas manusia berupa penggunaan bahan bakar fosil pada sektor industri
maupun transportasi.
Penyediaan RTH merupakan bagian dari mitigasi pemanasan global sehingga dipandang sebagai
salah satu upaya penanganan terhadap meningkatnya emisi gas rumah kaca khusunya gas CO2 yang paling
implementatif dibandingkan cara lainnya. Selain itu fungsinya sebagai pengendali kualitas udara memiliki
manfaat sebagai sumber peningkatan cadangan oksigen dan memperbaiki iklim mikro di kawasan perkotaan.
Kata Kunci : Ruang Terbuka Hijau, Emisi Gas Rumah Kaca, CO2. Kawasan Perkotaan
terbesar terhadap pemanasan global diikuti kaca yang terdiri dari kegiatan Transportasi,
oleh gas methan (CH4). Lebih dari 75% Komersial, Perkantoran dan Perumahan.
komposisi GRK di atmosfir adalah CO2. Dikarenakan keterbatasan tenaga dan
Menurut Rukaisih dalam Yusratika, waktu untuk pengumpulan data primer
Lestari, dan Uttari (2009) Gas CO2 menyangkut konsumsi energi pada aktivitas
mempunyai persentase sebesar 50% dalam pemukiman, perkantoran dan komersil maka
total Gas Rumah Kaca. Emisi karbon dioksida peneliti menggunakan sampel yang
adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon diharapkan mampu mewakili atau
dioksida (CO2) ke udara. Emisi CO2 biasanya menggambarkan ciri-ciri dan keberadaan
dinyatakan dalam setara ton karbon dioksida populasi sebenarnya. Pengambilan sampel
(CO2). dilakukan mengikuti persamaan Slovin seperti
yang ditunjukkan pada persamaan 1 (Prasetyo,
2.3. Ruang Terbuka Hijau
2005):
Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan
komponen penting dari suatu kawasan
=
perkotaan. Levent dalam Farida, (2010) + .
............ (1)
mendefinisikan RTH sebagai ruang terbuka
Keterangan :
baik publik maupun privat yang n : jumlah sampel
permukaannya ditutupi oleh vegetasi, baik N : jumlah populasi
e : persentase/derajat kesalahan yang digunakan.
secara langsung atau tidak langsung tersedia dalam penelitian ini derajat kesalahan yang
digunakan adalah 10%.
bagi pengguna. Definisi yang sama juga
Tabel 1
tertulis dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Matriks Hubungan Populasi dan Sampel Penelitian
Umum No. 5 Tahun 2008, RTH Kawasan
Perkotaan merupakan bagian dari ruang Jenis Jumlah
Sampel
Populasi Populasi
terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi
oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung Berdasarkan Berdasarkan
Kelompok Transportasi perhitungan Perhitungan
manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan Populasi LHR LHR
Penghasil CO2
estetika. dari penggunaan Komersial 56 unit 36 unit
bahan bakar fosil
dan konsumsi Perkantoran 22 unit 18 unit
energi listrik
Perumahan 372 unit 79 unit
III. METODOLOGI PENELITIAN
-6 Industri,
Sumber : Adaptasi dari Pedoman penyelenggaraan 1,055x10 tj/scf
Inventarisasi GRK Nasional, Buku II Vol. 1, Kementerian Gas Bumi -6 rumah tangga,
38,5x10 tj/Nm3
Lingkungan Hidup tahun 2012 restoran
-6 Rumah tangga,
LPG 47,3x10 tj/kg
Untuk menghitung emisi pada sumber Restoran
Catatan : ()*+,-
=
*termasuk pertamax & pertamax plus ()*+./ &
,+0
HSD : High speed diesel
ADO : Automotive Diesel Oil …….... (5)
IDO : Industrial Diesel Oil
Keterangan :
Sumber : Adaptasi dari Pedoman penyelenggaraan Daya Serap RTH Eksisting : Kemampuan RTH eksisting
Inventarisasi GRK Nasional, Buku II Vol. 1, Kementerian dalam menyerap Emisi
Lingkungan Hidup tahun 2012 CO2
Daya Serap CO2 : Kemampuan jenis tutupan
Untuk perhitungan emisi dari konsumsi vegetasi menyerap CO2
Luas Tutupan Vegetasi : Luasan jenis RTH
energi listrik maka di gunakan persamaan (4) berdasarkan tutupan
vegetasi
= Untuk jenis tutupan pohon yang akan
$ %&
'
digunakan adalah pohon jati, kemampuan
…………. (4) daya serap CO2 pada tutupan vegetasi pohon
Keterangan : jati menururt Junaedi (2007) sebesar 348
Emisi : Emisi CO2
Pemakaian Listrik : Konsumsi energi listrik (kWh) ton/ha/thn.
Faktor Konversi : Baseline Faktor emisi CO2 untuk
sistem ketenagalistrikan Sulawesi
Utara adalah 0,161 kg CO2/kWh 3.2.2 Analisis Kebutuhan RTH
Rencana kebutuhan dan arahan
Untuk mengetahui daya serap RTH
pengembangan RTH Publik dilakukan dengan
publik eksisting dalam mereduksi emisi CO2,
pendekatan kebutuhan berdasarkan hasil
maka pendekatan yang digunakan adalah
analisis sebelumnya serta arahan kebijakan
dengan menghitung luasan RTH eksisting
yang mengatur tentang RTH pada kawasan
kemudian dikalikan dengan kemampuan daya
perkotaan.
serap berdasarkan tipe tutupan vegetasi. Hasil
Sebelum melakukan perhitungan
dari perkalian tersebut akan menjadi nilai
kebutuhan RTH maka akan dilakukan
pengurang terhadap nilai emisi CO2 yang
perhitungan sisa emisi yang belum mampu
didapatkan dari perhitungan jumlah emisi
direduksi oleh RTH eksisting. Sisa emisi
pada wilatah penelitian. Perhitungan tersebut
didapatkan dari total emisi CO2 dikurangi
menggunakan persamaan (5).
daya serap RTH eksisting terhadap CO2
Menurut Prasetyo dalam Lubena HV,
dengan menggunakan persamaan berikut.
dkk (2012), Daya serap Gas CO2 berdasarkan
jenis tutupan vegetasi terdiri dari:
*
=
− Pohon : 129, 92 kg/ha/jam atau ,.
./ 1# − ()*+,-
.
569,07 ton/ha/thn ……….. (6)
− Semak belukar : 12, 56 kg/ha/jam atau 55
Keterangan :
ton/ha/thn Sisa Emisi : Emisi CO2 yang belum
terserap
− Padang rumput : 2,74 kg/ha/jam atau 12 Total Emisi CO2 Aktual : Hasil perhitungan
produksi emisi CO2
ton/ha/thn Daya Serap RTH Eksisting : Kemampuan RTH eksisting
dalam menyerap Emisi
− Lahan pertanian : 2,74 kg/ha/jam atau 12 CO2
ton/ha/thn
3,- =
Gambar 1
*
./ Segmen I Lokasi Studi
()
+'
4+./
2) Segmen II, berada pada wilayah
......... (7)
administrasi Desa Bigo, Boroko Timur dan
Keterangan :
Kebutuhan RTH : penembahan RTH dalam Kuala. Panjang koridor ± 1,77 km dengan
mereduksi emisi CO2
Sisa Emisi : emisi CO2 yang belum terserap luas delinasi ± 16,67 ha. jumlah bangunan
Daya Serap Vegetasi : kemampuan vegetasi dalam
menyerap Emisi CO2 hunian sebanyak 185 unit. Aktivitas
komersial berupa perdagangan dan jasa
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN memiliki 32 unit bangunan dan aktivitas
perkantoran memiliki 7 unit bangunan.
4.1. Gambaran Umum Lokasi Studi
Didominasi oleh permukiman seluas 11,47
4.1.1. Administrasi dan Penggunaan Lahan
ha atau sebesar 68,84% luas Segmen II.
Lokasi penelitian berada di Kecamatan
Kaidipang pada koridor jalan trans nasional
yang melintasi Desa Boroko, Desa Bigo, Desa
Boroko Timur, Desa Kuala, dan Desa Kula
Utara dengan panjang koridor ± 5 Km dengan
luas delinasi wilayah penelitian ± 55,52 Ha,
yang terdiri dari 3 segmen, masing-masing :
1) Segmen I, berada pada wilayah Gambar 2
adminsitrasi Desa Boroko dan Bigo. Segmen II Lokasi Studi
Panjang koridor untuk segmen ini adalah ± 3) Segmen III, berada pada wilayah
1,66 km dengan luas delinasi ± 26,81 ha. administrasi Desa Kuala Utara. Koridor ini
jumlah hunian (aktivitas permukiman) sepanjang ± 1,57 km dengan luas delinasi
yaitu 62 unit, bangunan komersial ± 12,04 ha. Didomiasi oleh permukiman
sebanyak 16 unit dan bangunan penduduk yang berada pada wilayah
perkantoran sebanyak 12 unit. didomiasi pesisir pantai dan perkebunan kelapa.
oleh aktivitas perkantoran dengan luas Memiliki 125 unit bangunan hunian, 3 unit
lahan sebesar ± 11,61 ha atau setara bangunan perkantoran dan 8 unit
dengan 43,30% dari luas Segmen I. bangunan komersial.
Jenis Konsumsi
4.1.2. Sumber Emisi Karbondioksida Jenis
Bahan Bakar Energi Spesifik
Kendaraan
Minyak (liter/100 Km)
A. Sumber Emisi Bergerak
Sepeda Motor Premium 2,66
Hasil perhitungan rata-rata volume
Sedan Premium 10,88
kendaraan yang melintasi koridor penelitian
Mini Bus Premium 11,35
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Perbedaan jumlah nilai tersebut disebabkan Truck Kecil/Pick up Premium 08,11
dalam jumlah lalu-lintas harian rata-rata. Sumber : Diadaptasi dari BPPT dalm Jinca, tahun 2009
Sedan Premium 75 62 49
liter/tahun dan solar sebesar 9.781 liter/tahun.
Jumlah
Konsumsi 4.2. Analisis Emisi Karbondioksida
Sumber Jumlah
Segmen Aktivitas BB & Satuan
Emisi Unit
Listrik Analisis emisi karbondioksida
(/tahun)
bertujuan untuk menjawab besaran emisi
LPG 40 5803 Kg
Permukiman
Minyak
22 3125 Ltr
karbondioksida yang dihasilkan dari empat
Tanah
Segmen Listrik 62 158410 kWh aktivitas perkotaan yakni transportasi,
I
LPG 16 6912 Kg
Komersial permukiman, komersial, dan perkantoran.
Listrik 16 116800 kWh
Perkantoran Listrik 12 74460 kWh
LPG 120 17316 Kg 4.2.1. Emisi Karbondiokasida dari Sumber
Minyak
Permukiman
Tanah
65 9324 Ltr Bergerak
Segmen Listrik 185 472675 kWh Jika konsumsi premium pertahun pada
II
LPG 32 13824 Kg
Komersial
Listrik 32 233600 kWh
Segmen I adalah 100118 liter dan nilai kalor
Perkantoran Listrik 7 43435 kWh premium di Indonesia sebesar 33x10-6 tj/liter
LPG 81 11700 Kg
Minyak
maka di dapati nilai konsumsi premium pada
Permukiman
Tanah
44 6300 Ltr
Segmen I dalam satuan terajoule adalah 3,30.
Segmen Listrik 125 319375 kWh
III Nilai tersebut didapat melalu hasil konversi
LPG 8 3456 Kg
Komersial
Listrik 8 58400 kWh
dari satuan fisik ke satuan energi. Setelah
Perkantoran Listrik 3 18615 kWh
mendapatkan konsumsi premium pertahun
Sumber : Hasil survey dan pengolahan data tahun 2015
dalam satuan energi yaitu 3,30 tj maka nilai
4.1.3. Kondisi Eksisting RTH tersebut dikalikan dengan faktor emisi CO2
Ruang terbuka hijau (RTH) eksisting
untuk bahan bakar premium pada sumber
yang ada di wilayah penelitian bedasarkan bergerak yaitu 69.300 kg/tj. Maka didapati
bobot kealamiannya terdiri dari RTH alami nilai emisi CO2 pada penggunaan premium
dan RTH non alami. RTH alami terdapat pada pada aktivitas transportasi di Segmen I adalah
areal sekitaran sempadan sungai di desa 228.959 kg/tahun atau setara dengan 229
Boroko dan Desa Kuala Utara yang terdiri ton/tahun.
dari jenis dan semak belukar. Luas areal Perhitungan emisi dari konsumsi bahan
sempadan sungai yang masuk kedalam bakar solar di Segmen I dilakukan dengan
wilayah penelitian adalah 2,33 ha. RTH non tahapan yang sama, dengan memperhatikan
alami atau RTH binaan terdiri dari alun-alun nilai kalor solar di indonesia dan faktor emisi
kota (lapangan kembar boroko) dengan luas CO2 untuk jenis bahan bakar solar.
3,34 ha yang di dominasi oleh jenis tutupan Nilai emisi CO2 pada Segmen II dan
vegetasi rumput. Terdapat pula lahan Segmen III baik dari penggunaan premium
pertanian/perkebunan yang dapat berfungsi ataupun solar didapati dengan cara yang sama
sebagai RTH binaan dengan rincian 1, 27 ha seperti perhitungan pada Segmen I.
persawahaan, dan 0,59 ha kebun jati. Lahan
Tabel 10
Emisi Karbondioksida Dari Sumber Bergerak Per Segmen
Total
Jenis Konsumsi BBM Nilai Kalor Konversi Faktor Emisi CO2 Emisi CO2 Emisi CO2
Segmen Per Jenis BBM
BBM
-6
(ltr) (x 10 tj/ltr) (tj) (kg/tj) (kg/tahun) (ton/tahun)
Premium 100118 33 3,30 69300 228959 229
Segmen
Solar 9781 36 0,35 74100 26092 26
I
Total Emisi Segmen I 255052 255
Premium 91076 33 3,01 69300 208281 208
Segmen
Solar 10232 36 0,37 74100 27296 27
II
Total Emisi Segmen II 235577 236
Premium 80725 33 2,66 69300 184611 185
Segmen
Solar 8616 36 0,31 74100 22985 23
III
Total Emisi Segmen III 207596 208
Emisi total pemakaian bahan bakar Maka didapati nilai emisi CO2 pada
minyak pada aktivitas transportasi disetiap penggunaan minyak tanah untuk permukiman
segmentasi yang ada, masing-masing adalah; di Segmen I adalah 9.841 kg/tahun.
• Segmen I = 255.051 kg/tahun atau setara Untuk perhitungan emisi dari konsumsi
dengan 255,05 ton/tahun; bahan bakar LPG dilakukan dengan tahapan
• Segmen II = 235.576 kg/tahun atau setara yang sama. Tetapi harus memperhatikan nilai
dengan 235,58 ton/tahun; dan kalor LPG di Indonesia dan faktor emisi CO2
• Segmen III = 207.595 kg/tahun atau setara untuk jenis bahan bakar LPG.
dengan 207,60 ton/tahun Untuk mengetahui nilai emisi dari
penggunaan energi listrik cukup dengan
4.2.2. Emisi Karbondioksida dari Sumber mengalikan konsumsi energi listrik per tahun
Tidak Bergerak dengan faktor emisi energi listrik berdasarkan
Jika konsumsi minyak tanah per tahun wilayah. Jika konsumsi energi listrik untuk
untuk permukiman pada Segmen I adalah aktivitas permukiman pada Segmen I
3.125 liter dan nilai kalor (kerosen lainnya) sebanyak 158.410 kWh/tahun dan faktor emisi
minyak tanah di Indonesia sebesar 43,8x10-6 energi listrik pada PLN wilayah Sulutenggo
tj/liter maka didapati nilai konsumsi minyak adalah 0,161 kg/kWh maka nilai emisi
tanah pada Segmen I adalah 0,14 terajoule. penggunaan energi listrik untuk permukiman
Nilai tersebut didapat melalu hasil konversi sebesar 25.504 kg/tahun atau 25,50 ton/tahun.
dari satuan fisik ke satuan energi. Perhitungan nilai emisi CO2 untuk
Setelah mendapatkan konsumsi minyak Segmen II dan III pada tiap-tiap aktivitas
tanah pertahun dalam satuan energi yaitu 0,14 perkotaan dilakukan sama dengan contoh
tj maka nilai tersebut dikalikan dengan faktor perhitungan pada Segmen I di atas. Nilai
emisi CO2 untuk bahan bakar minyak tanah emisi dari setiap aktivitas perkotaan per
pada sumber tidak bergerak yaitu 71.900 kg/tj. segmentasi maka dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11
Emisi Sumber Tidak Bergerak Pada Segmen I
Tabel 12
Emisi Sumber Tidak Bergerak Pada Segmen II
Tabel 13
Emisi Sumber Tidak Bergerak Pada Segmen IIII
4.3. Analisis Daya Serap RTH Eksisting 205,32 ton/tahun untuk kebun jati, 64,9
Analisis ini bertujuan untuk ton/tahun untuk semak belukar dan 0,96
mengetahui kemampuan RTH eksisting dalam ton/tahun untuk sawah. Perhitungan
mereduksi emisi CO2 yang dihasilkan oleh kemampuan daya serap CO2 pada Segmen II
aktivitas perkotaan. dapat dilihat pada tabel 16.
Kemampuan daya serap RTH dihitung
Tabel 15
berdasarkan luas tutupan vegetasi, hal ini Perhitungan Kemampuan Daya Serap CO2
Pada Segmen I
dilakukan karena keterbatasan data
Kemampuan
menyangkut jenis dan jumlah pohon yang ada Tipe Luas RTH
Daya Serap Daya Serap
Tutupan Eksisting
di wilayah penelitian. Adapun kemampuan CO2
Vegetasi
(ton/ha/tahun) (ha) (ton/tahun)
daya serap berdasakan luas tutupan vegetasi
Semak belukar 55 2,35 129,25
dapat dilihat pada tabel berikut. Rumput 12 3,34 40,08
Sawah 12 1,18 14,16
Tabel 14 Total Kemampuan Daya Serap CO2 183,49
Kemampuan Daya Serap CO2
Berdasarkan Tipe Tutupan Vegetasi Sumber : Hasil perhitungan tahun 2015
Tabel 16
Daya Daya Perhitungan Kemampuan Daya Serap CO2
Tipe Penutupan Serap CO2 Serap CO2 Pada Segmen II
(kg/ha/jam) (ton/ha/tahun)
Pohon Jati* - 348 Kemampuan
Tipe Luas RTH
Daya Serap Daya Serap
Semak belukar** 12,56 55 Tutupan Eksisting
CO2
Rumput*** 2,74 12 Vegetasi
(ton/ha/tahun) (ha) (ton/tahun)
Lahan Pertanian Pohon Jati 348 0,59 205,32
2,74 12
(sawah & kebun kelapa)
Semak belukar 55 1,18 64,90
Sumber : Adaptasi dari Prasetyo dalam Lubena (2012) Sawah 12 0,08 0,96
dan Junaedi (2007)
Total Kemampuan Daya Serap CO2 271,18
* tipe tutupan vegetasi untuk pohon yang akan Sumber : Hasil perhitungan tahun 2015
dilakukan adalah jenis pohon jati yang berada di
segmen II
** sempadan sungai digabungkan dalam tipe tutupan Kemampuan daya serap masing-
vegetasi semak belukar, berada pada segmen I & III
*** tipe tutupan vegetasi untuk rumput akan dilakukan masing RTH eksisting pada Segmen III adalah
pada RTH eksisting lapangan kembar pada segmen II
sebesar 94,05 ton/tahun untuk tipe tutupan
Kemampuan daya serap CO2 pada semak belukar dan 25,68 ton/tahun untuk tipe
Segmen I berdasarkan tipe tutupan vegetasi perkebunan kelapa.
adalah sebesar 129,25 ton/tahun untuk tipe
Tabel 17
semak belukar, 40,08 ton/tahun untuk tipe Perhitungan Kemampuan Daya Serap CO2
Pada Segmen III
tutupan vegetasi rumput, dan 14,16 ton/tahun
Kemampuan
untuk tipe tutupan vegetasi sawah. Detail hasil Tipe Luas RTH
Daya Serap Daya Serap
Tutupan Eksisting
perhitungan Segmen I dapat dilihat pada tabel CO2
Vegetasi
(ton/ha/tahun) (ha) (ton/tahun)
berikut di bawah ini 15.
Semak belukar 55 1,71 94,05
Adapun pada Segmen II , kemampuan Kebun kelapa 12 2,14 25,68
daya serap CO2 berdasarkan tipe tutupan Total Kemampuan Daya Serap CO2 119,73
vegetasi RTH eksisting yang ada sebesar Sumber : Hasil perhitungan tahun 2015
Berdasarkan hasil perhitungan di atas komersial. RTH publik difokuskan pada jalur
dapat dilihat bahwa kemampuan RTH hijau atau pada jalur tanaman tepi jalan. Hal
eksisting dalam mereduksi emisi CO2 sebagai tersebut dilakukan berdasarkan pada fakta di
salah satu emisi gas rumah kaca lapangan bahwa belum seluruhnya ruas jalan
persegmentasi adalah: trans Sulawesi di kawasan perkotaan Boroko
− Segmen I = 183,49 ton/tahun yang menjadi koridor penelitian telah
− Segmen II = 271,18 ton/tahun memiliki jalur hijau.
− Segmen III = 119,73 ton/tahun
Setelah didapati kemampuan RTH
eksisting dalam mereduksi CO2 aktual pada
setiap segmen wilayah perencanaan, maka
hasil tersebut akan di kurangi dengan jumlah
total emisi aktual CO2 yang telah didapati dari
hasil perhitungan sebelumnya, sehingga akan
didapati sisa emisi CO2 aktual yang belum
dapat direduksi. Hasil perhitungan sisa emisi Gambar 4
kemudian akan menjadi landasan dalam Contoh Tampilan Jalur Hijau
perhitungan kebutuhan dan distribusi ruang Salah satu jenis pohon yang
terbuka hijau pada wilayah penelitian. Adapun direkomendasikan untuk mereduksi sisa emisi
sisa emisi per segmentasi dapat dilihat pada CO2 aktual di wilayah penelitian adalah pohon
tabel berikut. tanjung atau dengan nama latin Mimosups
Emisi Emisi CO2 Aktual Sisa mereduksi emisi CO2 sebesar 5,04
CO2 yang ireduksi Emisi ton/pohon/tahun atau ke tiga terbesar jika
Segmen Aktual RTH eksisting CO2
(ton/thn) (ton/thn) (%) (ton/thn) (%)
dibandingkan dengan jenis pohon lain yang
Segmen I 359,13 183,49 51 175,64 49 mampu mereduksi CO2 (Gratimah, 2009).
Segmen II 478,58 271,18 57 207,40 43
Segmen III 336,48 119,73 36 216,75 64
Serapan Gas CO2 Di Kota Pontianak, • Yusratika N, Lestari dan Uttari, 2009.
Universitas Tanjungpura; Pontianak. Inventori Emisi Gas Rumah Kaca (CO2
dan CH4) Dari Sektor Transportasi Di Dki
• Pakpahan Edward, 2008. Upaya
Jakarta Berdasarkan Konsumsi Bahan
Peningkatan Peran Serta Masyarakat
Bakar. ITB. Bandung
Dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
(Rth) Di Kabupaten Bengkulu Selatan
Jurnal Governance Opinion edisi maret, Peraturan dan Perundang-undangan
• Pradiptiyas D, Assomadi A.F dan • _________. 2012. Pedoman
Boedisantoso R. 2013. Analisis Kecukupan Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah
Ruang Terbuka Hijau Sebagai Penyerap Kaca Nasional, Buku I Pedoman Umum,
Emisi CO2 Di Perkotaan Menggunakan Kementerian Lingkungan Hidup.
Program Stella (Studi Kasus: Surabaya
Utara Dan Timur), Institut Teknologi • _________. 2012. Pedoman
Sepuluh Nopember Surabaya. Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah
Kaca Nasional, Buku II Volume 1
• Prasetyo, Bambang. 2005. Metode Metodologi Perhitungan Tingkat Emisi
Penelitian Kuantitatif. PT.Raja Grafindo GRK Kegiatan Pengadaan & Penggunaan
Persada. Jakarta. Energi, Kementerian Lingkungan Hidup.
• Purnomohadi, S. 1995, Peran Ruang • Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007
Terbuka Hijau Dalam Pengendalian tentang Penataan Ruang
Kualitas Udara Di DKI Jakarta, disertasi
Program Pascaserjana,IPB. Bogor • Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 1999 tentang
• Siti R.P, Boedisantoso R dan Hermana J. Pencemaran Udara.
2012. Analisis Kecukupan Ruang Terbuka
Hijau Privat Permukiman Dalam • Peraturan Presiden Nomor 61 tahun 2011
Menyerap CO2 dan Memenuhi tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan
Kebutuhan O2 Manusia di Surabaya Emisi Gas Rumah Kaca.
Utara (Studi Kasus: Kecamatan • Peraturan Presiden No. 71 tahun 2011
Kenjeran), Institut Teknologi Sepuluh tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas
Nopember Surabaya. Rumah Kaca Nasional.
• Suparwo dan Firdaus F, 2007,. Profil • Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1
Pencemaran Udara Kawasan Perkotaan Tahun 2007 tentang Penataann RTH
Yogyakarta: Studi Kasus di Kawasan Kawasan Perkotaan
Malioboro, Kridosono dan UGM
Yogyakarta, DPPM UII; Yogyakarta • Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman
• Widyastri A.R, Faisal dan Soeriaatmadja, Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
2012. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
Kota Pada Kawasan Padat, Studi Kasus
Di Wilayah Tegallega, Bandung, Jurnal • Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman
Juli Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Non Hijau di Kawasan Perkotaan