Anda di halaman 1dari 16

MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137

Volume 12, No.2, Juli 2015

EFEKTIVITAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


DALAM MEREDUKSI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)
DI KAWASAN PERKOTAAN BOROKO

Oleh:

Frankie Chiarly Rawung


(Mahasiswa Prodi Arsitektur Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi, frankierawung@gmail.com )

Abstrak

Kawasan perkotaan Boroko sebagi pusat pemerintahan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang
letaknya dilalui oleh jaringan jalan trans pulau Sulawesi memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembangnya
aktivitas perkotaan. Pertumbuhan kawasan perkotaan akan membawa dampak negatif bila tidak
direncanakan dan diarahkan sedini mungkin. Salah satunya adalah penurunan kualitas lingkungan berupa
meningkatnya suhu permukaan bumi akibat dari emisi gas rumah kaca. Menurut Badan Pengkajian
Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri, dari ke enam gas rumah kaca yang dinyatakan paling berkontribusi
terhadap gejala pemanasan global adalah karbondioksida (CO2), yaitu lebih dari 75%, dimana gas tersebut
sebagian besar di hasilkan oleh aktivitas manusia berupa penggunaan bahan bakar fosil pada sektor industri
maupun transportasi.
Penyediaan RTH merupakan bagian dari mitigasi pemanasan global sehingga dipandang sebagai
salah satu upaya penanganan terhadap meningkatnya emisi gas rumah kaca khusunya gas CO2 yang paling
implementatif dibandingkan cara lainnya. Selain itu fungsinya sebagai pengendali kualitas udara memiliki
manfaat sebagai sumber peningkatan cadangan oksigen dan memperbaiki iklim mikro di kawasan perkotaan.

Kata Kunci : Ruang Terbuka Hijau, Emisi Gas Rumah Kaca, CO2. Kawasan Perkotaan

I. PENDAHULUAN tertentu. Dalam konvensi PBB mengenai


Perubahan Iklim (United Nation Framework
1.1. Latar Belakang
Convention On Climate Change-UNFCCC),
Kawasan perkotaan Boroko merupakan
ada enam jenis yang digolongkan sebagai
pusat pemerintahan Kabupaten Bolaang
GRK yaitu karbondioksida (CO2), gas metan
Mongondow Utara. Terletak pada posisi
(CH4), dinitrogen oksida (N2O),
strategis, yaitu sebagai salah satu pintu
sulfurheksafluorida (SF6), perfluorokarbon
gerbang Provinsi Sulawesi Utara yang
(PFCS) dan hidrofluorokarbon (HFCS). Selain
menghubungkan dengan provinsi lain di Pulau
itu ada beberapa gas yang juga termasuk
Sulawesi. Keberadaan jaringan jalan trans
dalam GRK yaitu karbonmonoksida (CO),
nasional lintas pulau Sulawesi menjadikannya
nitrogen oksida (NOx), klorofluorokarbon
daya tarik untuk tumbuh dan berkembangnya
(CFC), dan gas-gas organik non metal
aktivitas perkotaan. Pertumbuhan kawasan
volatile. Menurut Badan Pengkajian
perkotaan akan membawa dampak negatif bila
Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri, dari ke
tidak direncanakan sedini mungkin, seperti
enam gas-gas rumah kaca yang dinyatakan
penurunan kualitas lingkungan berupa
paling berkonstribusi terhadap gejala
meningkatnya suhu permukaan bumi akibat
pemanasan global adalah karbondioksida
dari emisi gas rumah kaca.
(CO2), yaitu lebih dari 75%, dimana gas
Emisi gas rumah kaca diartikan sebagai
tersebut sebagian besar dihasilkan oleh
lepasnya gas rumah kaca ke atmosfer pada
aktivitas manusia berupa penggunaan bahan
suatu area tertentu dalam jangka waktu

EFEKTIVITAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


DALAM MEREDUKSI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)
DI KAWASAN PERKOTAAN BOROKO
- 17 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

bakar fosil pada sektor industri maupun II. TINJAUAN PUSTAKA


transportasi.
2.1. Kawasan Perkotaan
Penyediaan RTH merupakan bagian
Pembangunan kawasan perkotaan
dari mitigasi pemanasan global sehingga
secara fisik cenderung menghabiskan ruang-
dipandang sebagai salah satu upaya
ruang terbuka dan menjadikannya area
penanganan terhadap meningkatnya emisi gas
terbangun. Proporsi lahan yang tertutup
rumah kaca yang paling implementatif
perkerasan semakin besar dan secara ekologis
dibandingkan cara lainnya. Dengan dasar
mengakibatkan berbagai gangguan terhadap
pertimbangan itulah RTH dianggap sebagai
proses alam dalam lingkungan perkotaan. Di
cara tepat dalam upaya mereduksi emisi CO2
antara gangguan tersebut adalah
yang merupakan emisi terbesar dalam Gas
meningkatnya temperatur, frekuensi banjir
Rumah Kaca (GRK). Namun keberadaan
dan polusi udara, serta berkurangnya
vegetasi yang tidak sesuai dengan
keragaman hayati.
peruntukannya di ruang terbuka hijau juga
Berdasarkan konsep “eco-city”, salah
akan memberikan dampak yang negatif bagi
satu upaya yang dapat dilakukan adalah
lingkungan sekitarnya.
menjaga dan mengembalikan ruang terbuka
hijau ke dalam lingkungan perkotaan dengan
1.2. Rumusan Masalah
berbentuk sistem, sehingga dapat berperan
Rumusan masalah dalam penelitian ini
optimal dari sisi ekologi, sosial dan ekonomi.
ialah sebagai berikut :
1) Berapa besar emisi CO2 yang dihasilkan
2.2. Gas Rumah Kaca
dari aktivitas perkotaan?
Gas rumah kaca diartikan sebagai gas
2) Berapa besar daya serap RTH publik
yang terkandung dalam atmosfer, baik alami
eksisting dalam mereduksi emisi CO2?
maupun dari kegiatan manusia
3) Bagaimana rencana kebutuhan dan arahan
(antropogenik), yang menyerap dan
pengembangan RTH publik yang
memancarkan kembali radiasi inframerah.
diperlukan?
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup di
dalam Pedoman Penyelenggaraan
1.3. Tujuan
Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional,
Tujuan penelitian ini ialah sebagai
proses terjadinya efek rumah kaca disebabkan
berikut :
masuknya sebagian radiasi matahari dalam
1) Menghitung besaran emisi CO2 yang
bentuk gelombang pendek yang diterima
dihasilkan dari aktivitas perkotaan.
permukaan bumi dipancarkan kembali ke
2) Menghitung gambaran daya serap RTH
atmosfer dalam bentuk radiasi gelombang
publik eksisting dalam reduksi emisi CO2.
panjang (radiasi infra merah).
3) Menghasilkan rencana kebutuhan berupa
Menurut Badan Pengkajian Kebijakan
arahan pengembangan RTH publik yang
Iklim dan Mutu Industri pada tahun 2012,
sesuai dengan karakteristik kawasan.
karbon dioksida (CO2) memberikan kontribusi

EFEKTIVITAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


DALAM MEREDUKSI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)
DI KAWASAN PERKOTAAN BOROKO
- 18 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

terbesar terhadap pemanasan global diikuti kaca yang terdiri dari kegiatan Transportasi,
oleh gas methan (CH4). Lebih dari 75% Komersial, Perkantoran dan Perumahan.
komposisi GRK di atmosfir adalah CO2. Dikarenakan keterbatasan tenaga dan
Menurut Rukaisih dalam Yusratika, waktu untuk pengumpulan data primer
Lestari, dan Uttari (2009) Gas CO2 menyangkut konsumsi energi pada aktivitas
mempunyai persentase sebesar 50% dalam pemukiman, perkantoran dan komersil maka
total Gas Rumah Kaca. Emisi karbon dioksida peneliti menggunakan sampel yang
adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon diharapkan mampu mewakili atau
dioksida (CO2) ke udara. Emisi CO2 biasanya menggambarkan ciri-ciri dan keberadaan
dinyatakan dalam setara ton karbon dioksida populasi sebenarnya. Pengambilan sampel
(CO2). dilakukan mengikuti persamaan Slovin seperti
yang ditunjukkan pada persamaan 1 (Prasetyo,
2.3. Ruang Terbuka Hijau
2005):
Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan
komponen penting dari suatu kawasan 
 =
perkotaan. Levent dalam Farida, (2010)  + . 
............ (1)
mendefinisikan RTH sebagai ruang terbuka
Keterangan :
baik publik maupun privat yang n : jumlah sampel
permukaannya ditutupi oleh vegetasi, baik N : jumlah populasi
e : persentase/derajat kesalahan yang digunakan.
secara langsung atau tidak langsung tersedia dalam penelitian ini derajat kesalahan yang
digunakan adalah 10%.
bagi pengguna. Definisi yang sama juga
Tabel 1
tertulis dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Matriks Hubungan Populasi dan Sampel Penelitian
Umum No. 5 Tahun 2008, RTH Kawasan
Perkotaan merupakan bagian dari ruang Jenis Jumlah
Sampel
Populasi Populasi
terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi
oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung Berdasarkan Berdasarkan
Kelompok Transportasi perhitungan Perhitungan
manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan Populasi LHR LHR
Penghasil CO2
estetika. dari penggunaan Komersial 56 unit 36 unit
bahan bakar fosil
dan konsumsi Perkantoran 22 unit 18 unit
energi listrik
Perumahan 372 unit 79 unit
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Pengumpulan Data Pengambilan sampel ini bertujuan


3.1.1 Pengumpulan Data Primer untuk mengetahui penggunaan bahan bakar
Pengumpulan data primer bersumber minyak, gas dan energi listrik pada aktivitas
dari survei atau pengamatan langsung ke permukiman, perkantoran dan komersial di
lapangan atau objek penelitian, dalam hal ini kawasan penelitian. Pengambilan sampel ini
populasi penelitian. Populasi dalam penelitian diharapkan dapat mewakili jumlah populasi
ini yaitu kelompok penghasil emisi gas rumah yang ada.

EFEKTIVITAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


DALAM MEREDUKSI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)
DI KAWASAN PERKOTAAN BOROKO
- 19 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

3.1.2 Pengumpulan Data Sekunder 



  =

Data sekunder yaitu data berupa hasil  
  
    
 
 
penelitian sebelumnya atau kebijakan yang
............. (2)
berhubungan dengan penelitian yang
bersumber dari instansi atau lembaga-lembaga Keterangan :
Emisi GRK : EmisiGRK jenis tertentu menurut
terkait, serta hasil penelitian sebelumnya yang jenis bahan bakar
Konsumsi Energi : banyaknya bahan bakar yang
sifatnya merupakan data baku. dibakar menurut jenis bahan bakar
Faktor Emisi : Faktor emisiGRK jenis tertentu
menurut jenis bahan bakar
3.2. Metode Analisis Data
Faktor emisi menurut default IPCC
3.2.1 Analisis Besaran Emisi GRK
dinyatakan dalam satuan emisi per unit energi
Besaran emisi yang dihasilkan
yang dikonsumsi (kg GRK/TJ). Oleh karena
diketahui berdasarkan jumlah konsumsi bahan
itu sebelum digunakan pada Persamaan 1, data
bakar per jenisnya dengan mengacu pada
konsumsi energi harus dikonversi terlebih
metode yang telah dikeluarkan oleh
dahulu ke dalam satuan energi Terra Joule (tj)
Intergovernmental Panel on Climate Change
dengan Persamaan (3).
(IPCC) tahun 2006 mengenai Guidelines for
National Greenhouse Gas Inventories.
  
  ! =

Sumber emisi GRK hasil pembakaran   
  . " ! # #  
. " 
bahan bakar dikelompokan ke dalam 2 (dua) ........... (3)
kategori utama yaitu sumber tidak bergerak
Berbagai jenis bahan bakar yang
(stasioner) dan sumber bergerak.
digunakan di Indonesia berikut nilai kalor dari
Tabel 2 masing-masing bahan bakar diperlihatkan
Faktor Emisi GRK CO2 Pembakaran
dari Sumber Tak Bergerak dan Bergerak pada tabel berikut.

FE Default FE Default Tabel 3


IPCC 2006 CO2 IPCC 2006 CO2
sumber tak bergerak sumber bergerak
Nilai Kalor Bahan Bakar Indonesia
Jenis
Bahan Bakar (ton/gj) (ton/gj)
Bahan Bakar Nilai Kalor Penggunaan
Komersial Transortasi
Perumahan
& Kantor jalan raya Premium*
-6
33x10 tj/liter Kendaraan bermotor
Gas Bumi/BBG 56100 56100 56100
Solar -6 Kendaraan bermotor,
36x10 tj/liter
Premium (HSD, ADO) pembangkit listrik
- - 69300
(tanpa Katalis)
Minyak Diesel -6 Boiler industri,
Solar 74100 74100 74100 38x10 tj/liter
(IDO) pembangkit listrik
LPG 63100 63100 - -6
40x10 tj/liter
MFO -2 Pembangkit listrik
Minyak Tanah - 71900 - 4,04x10 tj/ton

-6 Industri,
Sumber : Adaptasi dari Pedoman penyelenggaraan 1,055x10 tj/scf
Inventarisasi GRK Nasional, Buku II Vol. 1, Kementerian Gas Bumi -6 rumah tangga,
38,5x10 tj/Nm3
Lingkungan Hidup tahun 2012 restoran

-6 Rumah tangga,
LPG 47,3x10 tj/kg
Untuk menghitung emisi pada sumber Restoran

bergerak dan sumber tidak bergerak akan Batu Bara


-3
18,9x10 tj/ton
Pembangkit listrik,
Industri
menggunakan persamaan (2).

EFEKTIVITAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


DALAM MEREDUKSI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)
DI KAWASAN PERKOTAAN BOROKO
- 20 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

Catatan : ()*+,-   =
*termasuk pertamax & pertamax plus ()*+./ & ,+0
HSD : High speed diesel
ADO : Automotive Diesel Oil …….... (5)
IDO : Industrial Diesel Oil
Keterangan :
Sumber : Adaptasi dari Pedoman penyelenggaraan Daya Serap RTH Eksisting : Kemampuan RTH eksisting
Inventarisasi GRK Nasional, Buku II Vol. 1, Kementerian dalam menyerap Emisi
Lingkungan Hidup tahun 2012 CO2
Daya Serap CO2 : Kemampuan jenis tutupan
Untuk perhitungan emisi dari konsumsi vegetasi menyerap CO2
Luas Tutupan Vegetasi : Luasan jenis RTH
energi listrik maka di gunakan persamaan (4) berdasarkan tutupan
vegetasi


= Untuk jenis tutupan pohon yang akan
$ %  &   ' digunakan adalah pohon jati, kemampuan
…………. (4) daya serap CO2 pada tutupan vegetasi pohon
Keterangan : jati menururt Junaedi (2007) sebesar 348
Emisi : Emisi CO2
Pemakaian Listrik : Konsumsi energi listrik (kWh) ton/ha/thn.
Faktor Konversi : Baseline Faktor emisi CO2 untuk
sistem ketenagalistrikan Sulawesi
Utara adalah 0,161 kg CO2/kWh 3.2.2 Analisis Kebutuhan RTH
Rencana kebutuhan dan arahan
Untuk mengetahui daya serap RTH
pengembangan RTH Publik dilakukan dengan
publik eksisting dalam mereduksi emisi CO2,
pendekatan kebutuhan berdasarkan hasil
maka pendekatan yang digunakan adalah
analisis sebelumnya serta arahan kebijakan
dengan menghitung luasan RTH eksisting
yang mengatur tentang RTH pada kawasan
kemudian dikalikan dengan kemampuan daya
perkotaan.
serap berdasarkan tipe tutupan vegetasi. Hasil
Sebelum melakukan perhitungan
dari perkalian tersebut akan menjadi nilai
kebutuhan RTH maka akan dilakukan
pengurang terhadap nilai emisi CO2 yang
perhitungan sisa emisi yang belum mampu
didapatkan dari perhitungan jumlah emisi
direduksi oleh RTH eksisting. Sisa emisi
pada wilatah penelitian. Perhitungan tersebut
didapatkan dari total emisi CO2 dikurangi
menggunakan persamaan (5).
daya serap RTH eksisting terhadap CO2
Menurut Prasetyo dalam Lubena HV,
dengan menggunakan persamaan berikut.
dkk (2012), Daya serap Gas CO2 berdasarkan
jenis tutupan vegetasi terdiri dari:
*   =
− Pohon : 129, 92 kg/ha/jam atau ,.
./ 1# − ()*+,-
 .
569,07 ton/ha/thn ……….. (6)
− Semak belukar : 12, 56 kg/ha/jam atau 55
Keterangan :
ton/ha/thn Sisa Emisi : Emisi CO2 yang belum
terserap
− Padang rumput : 2,74 kg/ha/jam atau 12 Total Emisi CO2 Aktual : Hasil perhitungan
produksi emisi CO2
ton/ha/thn Daya Serap RTH Eksisting : Kemampuan RTH eksisting
dalam menyerap Emisi
− Lahan pertanian : 2,74 kg/ha/jam atau 12 CO2

ton/ha/thn

EFEKTIVITAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


DALAM MEREDUKSI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)
DI KAWASAN PERKOTAAN BOROKO
- 21 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

Berdasarkan perhitungan sisa emisi


didapati, bahwa RTH eksisting belum mampu
mereduksi total emisi CO2 yang ada maka
dilanjutkan dengan menghitung kebutuhan
RTH tambahan. Perhitungan tersebut
menggunakan persamaan berikut.

3,- =
Gambar 1
* 
./ Segmen I Lokasi Studi
() +' 4+./
2) Segmen II, berada pada wilayah
......... (7)
administrasi Desa Bigo, Boroko Timur dan
Keterangan :
Kebutuhan RTH : penembahan RTH dalam Kuala. Panjang koridor ± 1,77 km dengan
mereduksi emisi CO2
Sisa Emisi : emisi CO2 yang belum terserap luas delinasi ± 16,67 ha. jumlah bangunan
Daya Serap Vegetasi : kemampuan vegetasi dalam
menyerap Emisi CO2 hunian sebanyak 185 unit. Aktivitas
komersial berupa perdagangan dan jasa
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN memiliki 32 unit bangunan dan aktivitas
perkantoran memiliki 7 unit bangunan.
4.1. Gambaran Umum Lokasi Studi
Didominasi oleh permukiman seluas 11,47
4.1.1. Administrasi dan Penggunaan Lahan
ha atau sebesar 68,84% luas Segmen II.
Lokasi penelitian berada di Kecamatan
Kaidipang pada koridor jalan trans nasional
yang melintasi Desa Boroko, Desa Bigo, Desa
Boroko Timur, Desa Kuala, dan Desa Kula
Utara dengan panjang koridor ± 5 Km dengan
luas delinasi wilayah penelitian ± 55,52 Ha,
yang terdiri dari 3 segmen, masing-masing :
1) Segmen I, berada pada wilayah Gambar 2
adminsitrasi Desa Boroko dan Bigo. Segmen II Lokasi Studi

Panjang koridor untuk segmen ini adalah ± 3) Segmen III, berada pada wilayah
1,66 km dengan luas delinasi ± 26,81 ha. administrasi Desa Kuala Utara. Koridor ini
jumlah hunian (aktivitas permukiman) sepanjang ± 1,57 km dengan luas delinasi
yaitu 62 unit, bangunan komersial ± 12,04 ha. Didomiasi oleh permukiman
sebanyak 16 unit dan bangunan penduduk yang berada pada wilayah
perkantoran sebanyak 12 unit. didomiasi pesisir pantai dan perkebunan kelapa.
oleh aktivitas perkantoran dengan luas Memiliki 125 unit bangunan hunian, 3 unit
lahan sebesar ± 11,61 ha atau setara bangunan perkantoran dan 8 unit
dengan 43,30% dari luas Segmen I. bangunan komersial.

EFEKTIVITAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


DALAM MEREDUKSI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)
DI KAWASAN PERKOTAAN BOROKO
- 22 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

Jumlah konsumsi bahan bakar minyak


pada aktivitas transportasi dilakukan dengan
perhitungan konsumsi bahan bakar per jenis
kendaraan berdasarkan jarak tempuh. Jumlah
konsumsi bahan bakar minyak per unit
berdasarkan jenis kendaraan didapatkan
dengan mengadaptasi pada konsumsi energi
Gambar 3
Segmen III Lokasi Studi spesifik per jenis kendaraan menurut Badan

Permukiman merupakan penggunaan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

lahan terbesar dengan luas 6,10 ha atau


Tabel 5
setara dengan 50,63% dari luas segmen. Konsumsi energi Spesifik

Jenis Konsumsi
4.1.2. Sumber Emisi Karbondioksida Jenis
Bahan Bakar Energi Spesifik
Kendaraan
Minyak (liter/100 Km)
A. Sumber Emisi Bergerak
Sepeda Motor Premium 2,66
Hasil perhitungan rata-rata volume
Sedan Premium 10,88
kendaraan yang melintasi koridor penelitian
Mini Bus Premium 11,35
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Perbedaan jumlah nilai tersebut disebabkan Truck Kecil/Pick up Premium 08,11

adanya persimpangan pada setiap segmen Bus Besar Solar 16,89

sehingga memungkinkan terjadi perbedaan Truk Besar Solar 15,82

dalam jumlah lalu-lintas harian rata-rata. Sumber : Diadaptasi dari BPPT dalm Jinca, tahun 2009

Tabel 4 Sebagai contoh jika 1 unit sepeda


Sumber Emisi Bergerak
motor membutuhkan 2,66 liter/100 km
Berdasarkan Hasil Survey LHR
(konsumsi energi spesifik menurut BPPT
Rata-rata
Volume Kendaraan/Hari
dalam Jinca, 2009) maka 1 unit sepeda motor
Jenis Bahan
Kendaraan Bakar
Segmen Segmen Segmen
membutuhkan ± 0,04 liter untuk menempuh
I II III
panjang jalan 1,66 km pada Segmen I.
Sepeda
Motor
Premium 1962 1862 1917 Diketahui bahwa pada Segmen I

Bentor Premium 584 494 506


jumlah konsumsi premium sebesar 100.118

Sedan Premium 75 62 49
liter/tahun dan solar sebesar 9.781 liter/tahun.

Mini Bus Premium 610 504 517


Pada Segmen II di dapati jumlah total
konsumsi premium pertahun 91.076
Pick Up Premium 248 177 153
liter/tahun dan konsumsi solar sebanyak
Bus Solar 29 31 29
10.232 liter/tahun. Jumlah konsumsi premium
Truck Solar 72 68 65
pada Segmen III sebanyak 80.725 liter/tahun
Jumlah 3580 3198 3236
dan 8.616 liter/tahun untuk konsumsi solar.
Sumber : Hasil survey dan pengolahan data tahun 2015

EFEKTIVITAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


DALAM MEREDUKSI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)
DI KAWASAN PERKOTAAN BOROKO
- 23 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

Tabel 6 B. Sumber Emisi Tidak Bergerak


Sumber Emisi Bergerak
Berdasarkan Penggunaan BBM pada Segmen I Sumber emisi tidak bergerak terdiri
dari penggunaan Liqued Petroleum Gas
Segmen I (1,66 km)
Konsumsi Rata-rata Total (LPG), minyak tanah dan penggunaan energi
Jenis Jenis BBM Volume Konsumsi BBM
Kendaraan BBM Per Unit Kendaraan Per listrik.
Per Hari Per Hari Jenis Kendaraan
(Ltr/Unit/Hr) (Unit/Hr) (Ltr/Hr) (Ltr/Thn) Untuk tiap unit hunian penduduk
Sepeda
Premium 0,04 1962 86,64 31624 mengkonsumsi rata-rata 3 kg/minggu LPG
Motor
Bentor Premium 0,04 584 25,79 9413
atau setara dengan 144 kg/tahun. Untuk
Sedan Premium 0,18 75 13,55 4944
Mini bus Premium 0,19 610 114,93 41949 konsumsi minyak tanah rata-rata
Pick up Premium 0,14 248 33,39 12187 membutuhkan 3 ltr/minggu atau setara dengan
Bus Solar 0,27 29 7,89 2880
Truck Solar 0,26 72 18,91 6901 144 ltr/tahun.
Sumber :Hasil survey dan pengolahan data tahun 2015 Penggunaan LPG pada permukiman
penduduk sebesar 65% dari total keseluruhan
Tabel 7
Sumber Emisi Bergerak unit hunian dan untuk penggunaan minyak
Berdasarkan Penggunaan BBM pada Segmen II
tanah sebesar 35% dari total keseluruhan unit
Segmen II (1,77 km) hunian. Penggunaan energi listrik pada tiap
Konsumsi Rata-rata Total
Jenis Jenis BBM Volume Konsumsi BBM hunian rata-rata mengkonsumsi 7 kWh/hari
Kendaraan BBM Per Unit Kendaraan Per
Per Hari Per Hari Jenis Kendaraan
atau setara dengan 2555 kWh/tahun.
(Ltr/Unit/Hr) (Unit/Hr) (Ltr/Hr) (Ltr/Thn)
Sepeda
Premium 0,05 1862 87,66 31997
Untuk kegiatan komersial, rata-rata
Motor
Bentor Premium 0,05 494 23,26 8489 konsumsi LPG sebesar 9 kg/minggu atau
Sedan Premium 0,19 62 11,94 4358 setara dengan 432 kg/tahun. Untuk
Mini bus Premium 0,20 504 101,25 36958
Pick up Premium 0,14 177 25,41 9274
penggunaan energi listrik rata-rata
Bus Solar 0,29 31 8,99 3282 mengkonsumsi sebanyak 20 kWh/hari atau
Truck Solar 0,28 68 19,04 6950
setara dengan 7300 kWh/tahun.
Sumber : Hasil survey dan pengolahan data tahun 2015
Sumber emisi yang berhasil
Tabel 8 diidentifikasi untuk kegiatan perkantoran
Sumber Emisi Bergerak
Berdasarkan Penggunaan BBM pada Segmen III hanya pada penggunaan energi listrik yang

Segmen III (1,57 km)


tiap harinya rata-rata mengkonsumsi 17
Konsumsi Rata-rata Total kWh/hari atau setara dengan 6205 kWh/tahun.
Jenis Jenis BBM Volume Konsumsi BBM
Kendaraan BBM Per Unit Kendaraan Per
Per Hari Per Hari Jenis Kendaraan Adapun sumber emisi dirinci menurut
(Ltr/Unit/Hr) (Unit/Hr) (Ltr/Hr) (Ltr/Unit/Hr)
penggunaan energi pertahun berdasarkan
Sepeda
Premium 0,04 1917 80,05 29220
Motor jumlah aktivitas per segmen dapat dilihat pada
Bentor Premium 0,04 506 21,13 7713
Sedan Premium 0,17 49 8,37 3055
tabel berikut.
Mini bus Premium 0,18 517 92,13 33627
Pick up Premium 0,13 153 19,48 7111
Bus Solar 0,26 29 7,46 2724
Truck Solar 0,25 65 16,14 5893

Sumber : Hasil survey dan pengolahan data tahun 2015

EFEKTIVITAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


DALAM MEREDUKSI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)
DI KAWASAN PERKOTAAN BOROKO
- 24 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

Tabel 9 semak belukar dengan luas total keseluruhan


Jumlah Konsumsi Bahan Bakar dan Listrik
Per Tahun Menurut Aktivitas dan Sumber Emisi sebesar 2,91 ha atau setara dengan 5,24%.

Jumlah
Konsumsi 4.2. Analisis Emisi Karbondioksida
Sumber Jumlah
Segmen Aktivitas BB & Satuan
Emisi Unit
Listrik Analisis emisi karbondioksida
(/tahun)
bertujuan untuk menjawab besaran emisi
LPG 40 5803 Kg

Permukiman
Minyak
22 3125 Ltr
karbondioksida yang dihasilkan dari empat
Tanah
Segmen Listrik 62 158410 kWh aktivitas perkotaan yakni transportasi,
I
LPG 16 6912 Kg
Komersial permukiman, komersial, dan perkantoran.
Listrik 16 116800 kWh
Perkantoran Listrik 12 74460 kWh
LPG 120 17316 Kg 4.2.1. Emisi Karbondiokasida dari Sumber
Minyak
Permukiman
Tanah
65 9324 Ltr Bergerak
Segmen Listrik 185 472675 kWh Jika konsumsi premium pertahun pada
II
LPG 32 13824 Kg
Komersial
Listrik 32 233600 kWh
Segmen I adalah 100118 liter dan nilai kalor
Perkantoran Listrik 7 43435 kWh premium di Indonesia sebesar 33x10-6 tj/liter
LPG 81 11700 Kg
Minyak
maka di dapati nilai konsumsi premium pada
Permukiman
Tanah
44 6300 Ltr
Segmen I dalam satuan terajoule adalah 3,30.
Segmen Listrik 125 319375 kWh
III Nilai tersebut didapat melalu hasil konversi
LPG 8 3456 Kg
Komersial
Listrik 8 58400 kWh
dari satuan fisik ke satuan energi. Setelah
Perkantoran Listrik 3 18615 kWh
mendapatkan konsumsi premium pertahun
Sumber : Hasil survey dan pengolahan data tahun 2015
dalam satuan energi yaitu 3,30 tj maka nilai
4.1.3. Kondisi Eksisting RTH tersebut dikalikan dengan faktor emisi CO2
Ruang terbuka hijau (RTH) eksisting
untuk bahan bakar premium pada sumber
yang ada di wilayah penelitian bedasarkan bergerak yaitu 69.300 kg/tj. Maka didapati
bobot kealamiannya terdiri dari RTH alami nilai emisi CO2 pada penggunaan premium
dan RTH non alami. RTH alami terdapat pada pada aktivitas transportasi di Segmen I adalah
areal sekitaran sempadan sungai di desa 228.959 kg/tahun atau setara dengan 229
Boroko dan Desa Kuala Utara yang terdiri ton/tahun.
dari jenis dan semak belukar. Luas areal Perhitungan emisi dari konsumsi bahan
sempadan sungai yang masuk kedalam bakar solar di Segmen I dilakukan dengan
wilayah penelitian adalah 2,33 ha. RTH non tahapan yang sama, dengan memperhatikan
alami atau RTH binaan terdiri dari alun-alun nilai kalor solar di indonesia dan faktor emisi
kota (lapangan kembar boroko) dengan luas CO2 untuk jenis bahan bakar solar.
3,34 ha yang di dominasi oleh jenis tutupan Nilai emisi CO2 pada Segmen II dan
vegetasi rumput. Terdapat pula lahan Segmen III baik dari penggunaan premium
pertanian/perkebunan yang dapat berfungsi ataupun solar didapati dengan cara yang sama
sebagai RTH binaan dengan rincian 1, 27 ha seperti perhitungan pada Segmen I.
persawahaan, dan 0,59 ha kebun jati. Lahan

EFEKTIVITAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


DALAM MEREDUKSI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)
DI KAWASAN PERKOTAAN BOROKO
- 25 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

Tabel 10
Emisi Karbondioksida Dari Sumber Bergerak Per Segmen

Total
Jenis Konsumsi BBM Nilai Kalor Konversi Faktor Emisi CO2 Emisi CO2 Emisi CO2
Segmen Per Jenis BBM
BBM
-6
(ltr) (x 10 tj/ltr) (tj) (kg/tj) (kg/tahun) (ton/tahun)
Premium 100118 33 3,30 69300 228959 229
Segmen
Solar 9781 36 0,35 74100 26092 26
I
Total Emisi Segmen I 255052 255
Premium 91076 33 3,01 69300 208281 208
Segmen
Solar 10232 36 0,37 74100 27296 27
II
Total Emisi Segmen II 235577 236
Premium 80725 33 2,66 69300 184611 185
Segmen
Solar 8616 36 0,31 74100 22985 23
III
Total Emisi Segmen III 207596 208

Sumber : Hasil perhitungan tahun 2015

Emisi total pemakaian bahan bakar Maka didapati nilai emisi CO2 pada
minyak pada aktivitas transportasi disetiap penggunaan minyak tanah untuk permukiman
segmentasi yang ada, masing-masing adalah; di Segmen I adalah 9.841 kg/tahun.
• Segmen I = 255.051 kg/tahun atau setara Untuk perhitungan emisi dari konsumsi
dengan 255,05 ton/tahun; bahan bakar LPG dilakukan dengan tahapan
• Segmen II = 235.576 kg/tahun atau setara yang sama. Tetapi harus memperhatikan nilai
dengan 235,58 ton/tahun; dan kalor LPG di Indonesia dan faktor emisi CO2
• Segmen III = 207.595 kg/tahun atau setara untuk jenis bahan bakar LPG.
dengan 207,60 ton/tahun Untuk mengetahui nilai emisi dari
penggunaan energi listrik cukup dengan
4.2.2. Emisi Karbondioksida dari Sumber mengalikan konsumsi energi listrik per tahun
Tidak Bergerak dengan faktor emisi energi listrik berdasarkan
Jika konsumsi minyak tanah per tahun wilayah. Jika konsumsi energi listrik untuk
untuk permukiman pada Segmen I adalah aktivitas permukiman pada Segmen I
3.125 liter dan nilai kalor (kerosen lainnya) sebanyak 158.410 kWh/tahun dan faktor emisi
minyak tanah di Indonesia sebesar 43,8x10-6 energi listrik pada PLN wilayah Sulutenggo
tj/liter maka didapati nilai konsumsi minyak adalah 0,161 kg/kWh maka nilai emisi
tanah pada Segmen I adalah 0,14 terajoule. penggunaan energi listrik untuk permukiman
Nilai tersebut didapat melalu hasil konversi sebesar 25.504 kg/tahun atau 25,50 ton/tahun.
dari satuan fisik ke satuan energi. Perhitungan nilai emisi CO2 untuk
Setelah mendapatkan konsumsi minyak Segmen II dan III pada tiap-tiap aktivitas
tanah pertahun dalam satuan energi yaitu 0,14 perkotaan dilakukan sama dengan contoh
tj maka nilai tersebut dikalikan dengan faktor perhitungan pada Segmen I di atas. Nilai
emisi CO2 untuk bahan bakar minyak tanah emisi dari setiap aktivitas perkotaan per
pada sumber tidak bergerak yaitu 71.900 kg/tj. segmentasi maka dapat dilihat pada tabel 11.

EFEKTIVITAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


DALAM MEREDUKSI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)
DI KAWASAN PERKOTAAN BOROKO
- 26 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

Tabel 11
Emisi Sumber Tidak Bergerak Pada Segmen I

Jenis Total Konsumsi Energi Faktor


Nilai Kalor Konversi Emisi CO2 Emisi CO2
Aktivitas Konsumsi Per Jenis Bahan Bakar Emisi CO2
Energi (ltr,kg,kWh)
-6
(x10 tj/ltr & kg/ltr) (tj) (kg/tj & kg/kWh) (kg/tahun) (ton/tahun)
MT 3125 43,8 0,14 71900 9841 9,84
LPG 5803 47,3 0,27 63100 17320 17,32
Permukiman
Listrik 158410 - - 0,161 25504 25,50
Total emisi permukiman 52665 52,66
LPG 6912 47,3 0,33 63100 20630 20,63
Komersial Listrik 116800 - - 0,161 18805 18,80
Total emisi komersial 39435 39,43
Listrik 74460 - - 0,161 11988 11,99
Perkantoran
Total emisi perkantoran 11988 11,99

Sumber : Hasil perhitungan tahun 2015

Tabel 12
Emisi Sumber Tidak Bergerak Pada Segmen II

Jenis Total Konsumsi Energi Faktor


Nilai Kalor Konversi Emisi CO2 Emisi CO2
Aktivitas Konsumsi Per Jenis Bahan Bakar Emisi CO2
Energi (ltr,kg,kWh)
-6
(x10 tj/ltr & kg/ltr) (tj) (kg/tj & kg/kWh) (kg/tahun) (ton/tahun)

MT 9324 43,8 0,41 71900 29363 29,36


LPG 17316 47,3 0,82 63100 51682 51,68
Permukiman
Listrik 472675 - - 0,161 76101 76,10
Total emisi permukiman 157146 157,14
LPG 13824 47,3 0,65 63100 41260 41,26
Komersial Listrik 233600 - - 0,161 37610 37,61
Total emisi komersial 78870 78,87
Listrik 43435 - - 0,161 6993 6,99
Perkantoran
Total emisi perkantoran 6993 6,99

Sumber : Hasil perhitungan tahun 2015

Tabel 13
Emisi Sumber Tidak Bergerak Pada Segmen IIII

Total Konsumsi Energi


Jenis Nilai Kalor Konversi Faktor Emisi CO2 Emisi CO2 Emisi CO2
Per Jenis Bahan Bakar
Aktivitas Konsumsi
Energi (ltr,kg,kWh)
-6
(x 10 tj/ltr & kg/ltr) (tj) (kg/tj & kg/kWh) (kg/tahun) (ton/tahun)

MT 6300 43,8 0,28 71900 19840 19,84


LPG 11700 47,3 0,55 63100 34920 34,92
Permukiman
Listrik 319375 - - 0,161 51419 51,42
Total emisi permukiman 106179 106,18
LPG 3456 47,3 0,16 63100 10315 10,31
Komersial Listrik 58400 - - 0,161 9402 9,40
Total emisi komersial 19717 19,71
Listrik 18615 - - 0,161 2997 2,99
Perkantoran
Total emisi perkantoran 2997 2,99

Sumber : Hasil perhitungan tahun 2015

EFEKTIVITAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


DALAM MEREDUKSI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)
DI KAWASAN PERKOTAAN BOROKO
- 27 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

4.3. Analisis Daya Serap RTH Eksisting 205,32 ton/tahun untuk kebun jati, 64,9
Analisis ini bertujuan untuk ton/tahun untuk semak belukar dan 0,96
mengetahui kemampuan RTH eksisting dalam ton/tahun untuk sawah. Perhitungan
mereduksi emisi CO2 yang dihasilkan oleh kemampuan daya serap CO2 pada Segmen II
aktivitas perkotaan. dapat dilihat pada tabel 16.
Kemampuan daya serap RTH dihitung
Tabel 15
berdasarkan luas tutupan vegetasi, hal ini Perhitungan Kemampuan Daya Serap CO2
Pada Segmen I
dilakukan karena keterbatasan data
Kemampuan
menyangkut jenis dan jumlah pohon yang ada Tipe Luas RTH
Daya Serap Daya Serap
Tutupan Eksisting
di wilayah penelitian. Adapun kemampuan CO2
Vegetasi
(ton/ha/tahun) (ha) (ton/tahun)
daya serap berdasakan luas tutupan vegetasi
Semak belukar 55 2,35 129,25
dapat dilihat pada tabel berikut. Rumput 12 3,34 40,08
Sawah 12 1,18 14,16
Tabel 14 Total Kemampuan Daya Serap CO2 183,49
Kemampuan Daya Serap CO2
Berdasarkan Tipe Tutupan Vegetasi Sumber : Hasil perhitungan tahun 2015

Tabel 16
Daya Daya Perhitungan Kemampuan Daya Serap CO2
Tipe Penutupan Serap CO2 Serap CO2 Pada Segmen II
(kg/ha/jam) (ton/ha/tahun)
Pohon Jati* - 348 Kemampuan
Tipe Luas RTH
Daya Serap Daya Serap
Semak belukar** 12,56 55 Tutupan Eksisting
CO2
Rumput*** 2,74 12 Vegetasi
(ton/ha/tahun) (ha) (ton/tahun)
Lahan Pertanian Pohon Jati 348 0,59 205,32
2,74 12
(sawah & kebun kelapa)
Semak belukar 55 1,18 64,90
Sumber : Adaptasi dari Prasetyo dalam Lubena (2012) Sawah 12 0,08 0,96
dan Junaedi (2007)
Total Kemampuan Daya Serap CO2 271,18
* tipe tutupan vegetasi untuk pohon yang akan Sumber : Hasil perhitungan tahun 2015
dilakukan adalah jenis pohon jati yang berada di
segmen II
** sempadan sungai digabungkan dalam tipe tutupan Kemampuan daya serap masing-
vegetasi semak belukar, berada pada segmen I & III
*** tipe tutupan vegetasi untuk rumput akan dilakukan masing RTH eksisting pada Segmen III adalah
pada RTH eksisting lapangan kembar pada segmen II
sebesar 94,05 ton/tahun untuk tipe tutupan
Kemampuan daya serap CO2 pada semak belukar dan 25,68 ton/tahun untuk tipe
Segmen I berdasarkan tipe tutupan vegetasi perkebunan kelapa.
adalah sebesar 129,25 ton/tahun untuk tipe
Tabel 17
semak belukar, 40,08 ton/tahun untuk tipe Perhitungan Kemampuan Daya Serap CO2
Pada Segmen III
tutupan vegetasi rumput, dan 14,16 ton/tahun
Kemampuan
untuk tipe tutupan vegetasi sawah. Detail hasil Tipe Luas RTH
Daya Serap Daya Serap
Tutupan Eksisting
perhitungan Segmen I dapat dilihat pada tabel CO2
Vegetasi
(ton/ha/tahun) (ha) (ton/tahun)
berikut di bawah ini 15.
Semak belukar 55 1,71 94,05
Adapun pada Segmen II , kemampuan Kebun kelapa 12 2,14 25,68

daya serap CO2 berdasarkan tipe tutupan Total Kemampuan Daya Serap CO2 119,73

vegetasi RTH eksisting yang ada sebesar Sumber : Hasil perhitungan tahun 2015

EFEKTIVITAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


DALAM MEREDUKSI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)
DI KAWASAN PERKOTAAN BOROKO
- 28 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

Berdasarkan hasil perhitungan di atas komersial. RTH publik difokuskan pada jalur
dapat dilihat bahwa kemampuan RTH hijau atau pada jalur tanaman tepi jalan. Hal
eksisting dalam mereduksi emisi CO2 sebagai tersebut dilakukan berdasarkan pada fakta di
salah satu emisi gas rumah kaca lapangan bahwa belum seluruhnya ruas jalan
persegmentasi adalah: trans Sulawesi di kawasan perkotaan Boroko
− Segmen I = 183,49 ton/tahun yang menjadi koridor penelitian telah
− Segmen II = 271,18 ton/tahun memiliki jalur hijau.
− Segmen III = 119,73 ton/tahun
Setelah didapati kemampuan RTH
eksisting dalam mereduksi CO2 aktual pada
setiap segmen wilayah perencanaan, maka
hasil tersebut akan di kurangi dengan jumlah
total emisi aktual CO2 yang telah didapati dari
hasil perhitungan sebelumnya, sehingga akan
didapati sisa emisi CO2 aktual yang belum
dapat direduksi. Hasil perhitungan sisa emisi Gambar 4
kemudian akan menjadi landasan dalam Contoh Tampilan Jalur Hijau

perhitungan kebutuhan dan distribusi ruang Salah satu jenis pohon yang
terbuka hijau pada wilayah penelitian. Adapun direkomendasikan untuk mereduksi sisa emisi
sisa emisi per segmentasi dapat dilihat pada CO2 aktual di wilayah penelitian adalah pohon
tabel berikut. tanjung atau dengan nama latin Mimosups

Tabel 18 Elengi yang dapat ditanami dengan jarak


Sisa Emisi CO2 Persegmentasi perpohonnya ± 12m. Jenis pohon ini mampu

Emisi Emisi CO2 Aktual Sisa mereduksi emisi CO2 sebesar 5,04
CO2 yang ireduksi Emisi ton/pohon/tahun atau ke tiga terbesar jika
Segmen Aktual RTH eksisting CO2
(ton/thn) (ton/thn) (%) (ton/thn) (%)
dibandingkan dengan jenis pohon lain yang
Segmen I 359,13 183,49 51 175,64 49 mampu mereduksi CO2 (Gratimah, 2009).
Segmen II 478,58 271,18 57 207,40 43
Segmen III 336,48 119,73 36 216,75 64

Sumber : Hasil perhitungan tahun 2015

4.4. Rencana Kebutuhan dan Arahan


Pengembangan RTH
Arahan pengembangan kebutuhan
RTH pada wilayah penelitian dilakukan
dengan meningkatkan kualitas maupun
kuantitas RTH privat yang terdiri dari Gambar 5
pekarangan rumah, kantor dan bangunan Bibit dan Pohon Tanjung di Kawasan Penelitian

EFEKTIVITAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


DALAM MEREDUKSI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)
DI KAWASAN PERKOTAAN BOROKO
- 29 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

Tabel 19 sisa emisi CO2 aktual adalah pohon


Kebutuhan Pohon Tanjung
Untuk Mereduksi Sisa Emisi CO2 Aktual tanjung dengan kemampuan daya serap
Per Segmentasi 5,04 ton/pohon/tahun. Untuk mampu
Sisa Daya Jumlah mereduksi sisa emisi pada segmen I, maka
Segmentasi Emisi Serap CO2 Kebutuhan
CO2 Pohon Tanjung Pohon dibutuhkan ± 35 buah pohon. Pada segmen
Segmen I 175,64 45 II dan III masing-masing membutuhkan ±
Segmen II 207,40 5,04 41
41 buah pohon dan ± 43 buah pohon.
Segmen III 216,75 43

Sumber : Hasil perhitungan tahun 2015


5.2. Saran
Yang dapat disarankan dari hasil
V. KESIMPULAN DAN SARAN penelitian ialah sebagai berikut :
5.1. Kesimpulan − Perlunya ditingkatkan kualitas dan
Hasil penelitian dapat disimpulkan kuantitas RTH eksisting untuk mampu
sebagai berikut : mereduksi CO2 yang merupakan Gas
− Emisi CO2 yang dihasilkan : Segmen I Rumah Kaca terbesar pada lapisan
sebesar 359,13 ton/tahun. Untuk Segmen atmosfer.
II sebesar 478,58 ton/tahun, dan untuk − Pemilihan jenis vegetasi yang memiliki
Segmen III sebesar 336,48 ton/tahun. daya serap CO2 harus juga
− Daya serap RTH eksisting dalam mempertimbangkan karakteristik kawasan
mereduksi emisi CO2 aktual adalah 183,49 dan tidak menimbulkan gangguan terhadap
ton/tahun atau setara dengan 51% dari dari aktivitas perkotaan.
total emisi pada Segmen I. Daya serap − Dikarenakan penelitian ini merupakan
pada Segmen II adalah 271, 18 ton/tahun penelitian awal yang pernah dilakukan
atau setara dengan 57% dan daya serap menyangkut perhitungan emisi CO2 di
RTH eksisting pada Segmen III adalah kawasan perkotaan Boroko maka ke depan
119,73 ton/tahun atau setara dengan 36% perlunya dilakukan penelitian lanjutan
dari jumlah emisi pada Segmen III. Sisa yang dapat memproyeksikan laju
emisi yang belum mampu direduksi pada pertumbuhan emisi CO2 yang dihasilkan
Segmen I adalah 175,64. Pada Segmen II oleh aktivitas perkotaan.
dan III masing-masing adalah 207,4
ton/tahun dan 216,75 ton/tahun. DAFTAR PUSTAKA
− Rencana kebutuhan RTH diarahkan untuk
• Anandita A.P, Boedisantoso R dan
dikembangkan dalam bentuk jalur hijau
Hermana J. 2011. Kajian Mengenai
atau jalur tanaman tepi jalan pada sisi Kemampuan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Dalam Menyerap Emisi Karbon di Kota
kanan-kiri jalan pada koridor penelitian
Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh
dengan jarak per pohonnya minimal 12 Nopember Surabaya.
meter. Salah satu jenis pohon yang • Adiastari R, Boedisantoso R dan Wilujeng
S.A. 2013. Analisis Kecukupan Ruang
direkomendasikan untuk dapat mereduksi
Terbuka Hijau (RTH) Privat Permukiman

EFEKTIVITAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


DALAM MEREDUKSI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)
DI KAWASAN PERKOTAAN BOROKO
- 30 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

Dalam Menyerap CO2 dan Memenuhi Dampak dan Adaptasi Terhadap


Kebutuhan O2 di Surabaya Selatan (Studi Pemanasan Lokal. Jurnal Arsitektur dan
Kasus: di Kecamatan Wonocolo Surabaya Perencanaan Oktober Vol.4 No.2
Selatan), Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya. • Federer, C. A., 1970. Effects Of Trees In
Modifying Urban Mirco Climate. Dalam
• Anugrah Teguh Prasetyo. 2012. Pengaruh Trees And Forest Urbanizing Environment
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Terhadap 1971. University Of Massachusetts.
Iklim Mikro Di Kota Pasuruan, UNM. Amherst
Malang
• Gratimah R.D.G 2009. Analisis Kebutuhan
• Arikunto S. 2002, Prosedur Penelitian Hutan Kota sebagai Penyerap CO2
Suatu Pendekatan Praktek, Rineika Cipta; Antropogenik di Pusat Kota Medan.
Jakarta Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera
• Aringga B.P. 2012. Analisis Kecukupan Utara. Medan.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat
Permukiman Dalam Menyerap Karbon • Hastuti I dan Sulistyatso H. 2012.
Dioksida (CO2) dan Memenuhi Penyediaan Ruang Terbuka Hijau
Kebutuhan Oksigen (O2) di Surabaya Berdasarkan Nilai Emisi CO2 di
Barat (Studi Kasus: di Kecamatan Kawasan Industri Surabaya, Institut
Lakarsantri), Jurnal Teknik POMITS Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Volume 1, No 1 hal 1-3.Surabaya.
• Herlambang S.P. dan Siti J. 2012. Alat Uji
• Bagas H.K dan Wakhidah K, 2013, Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor,
Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Jurnal Penelitian Pemerintah Kota
Sebagai Penopang Kawasan Mixed Use Yogyakarta Volume 7
pada Koridor Jalan Fatmawati Semarang.
Jurnal Teknik PWK Volume 2 No. 1, hal • Irawan, Z.D, 2005. Tantangan Lingkungan
152-159 . Undip. Semarang dan Lansekap Hutan Kota. Bumi Aksara.
Jakarta.
• Budiharjo E dan Hardjohubojo S. 1993,
Kota Berwawasan Lingkungan, • IPCC (2006).2006 IPCC Guidelines for
Alumni;Bandung National Greenhouse Gas Inventories:
Volume 2 - Energy, Prepared by the
• Cuak Ardani, Hanfi N dan Pribadi T. National Greenhouse Gas Inventories
2013. Perkiraan Luas Ruang Terbuka Programme, Eggleston H.S., Buendia L.,
Hijau Untuk Memenuhi Kebutuhan Miwa K., Ngara T. and Tanabe K. (eds).
Oksigen Di Kota Palangakaraya, Jurnal Published: IGES, Japan.
Hutan Tropis Volume 1 No. 1 Maret
• IPCC (2008). 2006 IPCC Guidelines for
• Didik S.H, Saputro S.H dan Woesono National Greenhouse Gas Inventories – A
H.B. 2012. Pengaruh Tingkat Luasan RTH primer, Prepared by theNational
Privat terhadap Kualitas Udara dan Greenhouse Gas Inventories Programme,
Persepsi Kenyamanan di Kota Eggleston H.S., Miwa K., Srivastava N.
Yogyakarta. Jurnal Penelitian Pemerintah and Tanabe K.(eds). IGES, Japan.
Kota Yogyakarta Volume 7
• Jinca, M.Y. 2009. Pencemaran Udara
• Fandeli, Chafid. 2001. Kriteria Karbonmonoksida dan Nitrogenoksida
Pembangunan Hutan Kota dalam Persektif Akibat Kendaraan Bermotor pada Ruas
Lingkungan. Prosiding Workshop Jalan Padat Lalu Lintas di Kota Makasar.
Pembangunan Hutan Kota, Fakultas Simposium. Makasar.
Kehutanan UGM, Yogyakarta.
• Junaedi A. 2007. Konstribusi Hutan
• Fandeli, Chafid. 2004. Perhutanan Kota. Sebagai Rosot Karbondioksida, Balai
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Penelitian Hutan Penghasil Serat Kuok.
Mada. Yogyakarta.
• Velayati L.H, Ruliyansyah A dan
• Farida Khuril Maula. 2010. Prospek dan Fitrianingsih Y. 2012. Analisis Kebutuhan
Permasalahan Pengembangan Ruang Ruang Terbuka Hijau (RTH) Berdasarkan
Terbuka Hijau sebagai Pengurangan

EFEKTIVITAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


DALAM MEREDUKSI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)
DI KAWASAN PERKOTAAN BOROKO
- 31 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 12, No.2, Juli 2015

Serapan Gas CO2 Di Kota Pontianak, • Yusratika N, Lestari dan Uttari, 2009.
Universitas Tanjungpura; Pontianak. Inventori Emisi Gas Rumah Kaca (CO2
dan CH4) Dari Sektor Transportasi Di Dki
• Pakpahan Edward, 2008. Upaya
Jakarta Berdasarkan Konsumsi Bahan
Peningkatan Peran Serta Masyarakat
Bakar. ITB. Bandung
Dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
(Rth) Di Kabupaten Bengkulu Selatan
Jurnal Governance Opinion edisi maret, Peraturan dan Perundang-undangan
• Pradiptiyas D, Assomadi A.F dan • _________. 2012. Pedoman
Boedisantoso R. 2013. Analisis Kecukupan Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah
Ruang Terbuka Hijau Sebagai Penyerap Kaca Nasional, Buku I Pedoman Umum,
Emisi CO2 Di Perkotaan Menggunakan Kementerian Lingkungan Hidup.
Program Stella (Studi Kasus: Surabaya
Utara Dan Timur), Institut Teknologi • _________. 2012. Pedoman
Sepuluh Nopember Surabaya. Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah
Kaca Nasional, Buku II Volume 1
• Prasetyo, Bambang. 2005. Metode Metodologi Perhitungan Tingkat Emisi
Penelitian Kuantitatif. PT.Raja Grafindo GRK Kegiatan Pengadaan & Penggunaan
Persada. Jakarta. Energi, Kementerian Lingkungan Hidup.
• Purnomohadi, S. 1995, Peran Ruang • Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007
Terbuka Hijau Dalam Pengendalian tentang Penataan Ruang
Kualitas Udara Di DKI Jakarta, disertasi
Program Pascaserjana,IPB. Bogor • Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 1999 tentang
• Siti R.P, Boedisantoso R dan Hermana J. Pencemaran Udara.
2012. Analisis Kecukupan Ruang Terbuka
Hijau Privat Permukiman Dalam • Peraturan Presiden Nomor 61 tahun 2011
Menyerap CO2 dan Memenuhi tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan
Kebutuhan O2 Manusia di Surabaya Emisi Gas Rumah Kaca.
Utara (Studi Kasus: Kecamatan • Peraturan Presiden No. 71 tahun 2011
Kenjeran), Institut Teknologi Sepuluh tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas
Nopember Surabaya. Rumah Kaca Nasional.
• Suparwo dan Firdaus F, 2007,. Profil • Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1
Pencemaran Udara Kawasan Perkotaan Tahun 2007 tentang Penataann RTH
Yogyakarta: Studi Kasus di Kawasan Kawasan Perkotaan
Malioboro, Kridosono dan UGM
Yogyakarta, DPPM UII; Yogyakarta • Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman
• Widyastri A.R, Faisal dan Soeriaatmadja, Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
2012. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
Kota Pada Kawasan Padat, Studi Kasus
Di Wilayah Tegallega, Bandung, Jurnal • Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman
Juli Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Non Hijau di Kawasan Perkotaan

EFEKTIVITAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


DALAM MEREDUKSI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)
DI KAWASAN PERKOTAAN BOROKO
- 32 -

Anda mungkin juga menyukai