Anda di halaman 1dari 6

Nama : Putri Wahida Amalina

Nim : 190402089
Unit : 01
Mk : Studi Syari‟at Islam di Aceh

TUGAS FINAL

1. Jawaban :
Syari‟at Islam hakikatnya mempunyai makna luas mencakup aqidah(teknologi Islam),prinsip
prinsip moral(etika dan karakter Islam,akhlak)dan peraturan-peraturanhukum (fikih) yang
bersumber pada Al-Qur‟an dan al-Sunnah. Pengertian initidak berbeda dengan makna
pendidikan Islam yang mempunyai makna sangat luas mencakup seluruh perikehidupan
manusia. Syariat dating dari Allah,mengandung aspek-aspek aqidah,syariah,ibadah,akhlak,
sains,teknologi,sosiologi,politik,ekonomi dan lain-lain.
Study Syariat Islam adalah usaha yang dilakukan secara terus menerus dan kritis dalam
melalukan kajian hukum-hukum yang berdalil pasti dan tegas, yang tertera dalam al-Qur‟an,
hadist yang sahih atau yang ditetapkan oleh ijma‟. Syariat Islam yakni berisi hukum dan aturan
Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat manusia, baik muslim maupun non- muslim.
Selain berisi hukum dan aturan, Syariat Islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh
kehidupan ini. Maka oleh sebagian penganut Islam, Syariat Islam merupakan panduan integral/
menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini.
Sebagaimana tersebut dalam Al Quran Surat Al Ahzab ayat 36, bahwa sekiranya Allah dan
Rasul- Nya sudah memutuskan suatu perkara, maka umat Islam tidak diperkenankan mengambil
ketentuan lain. Oleh sebab itu secara implisit dapat dipahami bahwa jika terdapat suatu perkara
yang Allah dan Rasul- Nya belum menetapkan ketentuannya maka umat Islam dapat menentukan
sendiri ketetapannya itu. Pemahaman makna ini didukung oleh ayat dalam Surat Al Maidah QS
5:101 yang menyatakan bahwa hal-hal yang tidak dijelaskan ketentuannya sudah dimaafkan
Allah SWT.
2. Jawaban :
Sejarah Aceh dan Indonesia telah menempatkan masyarakat Serambi Mekkah ini pada posisi
yang khas, dan kekhasan tersebut lebih-lebih lagi dalam soal agama. Syari'at Islam bagi
masyarakat Aceh adalah bagian tidak terpisahkan dari adat dan budayanya. Hampir seluruh
tatanan kehidupan keseharian masyarakat diukur dengan standar ajaran Islam, dalam artian
merujuk pada keyakinan keagamaan, walaupun mungkin dengan pemahaman-pemahaman atau
interpretasi yang tidak selalu tepat dan relevan. Latar belakang lahirnya syariat islam di aceh
berawal Pada tahun 1899-1987 Daud Bereueh memohon kepada Presiden Soekarno meminta izin
agar diizinkan pemberlakuan syariat islam di aceh, hal ini di lakukan karena aceh merupakan
bagian dari NKRI. Presiden soekarno menyetujui namaun tidak bersedia menandatangani surat
persetujuan yang disodorkan oleh Daud Bereueh. Dua tahun setelah kunjungan soekarno ke aceh
yang bertetapan tanggal 17 desember 1949 pemerintah darurat republik Indonesia
mengumumkan pembentukan provinsi aceh dan Daud Bereueh sebagai gubernurnya. Namun
belum genap setahun pemerintahan aceh berjalan, kebijakan pemerintah pusat kembali berubah
pada tahun 1950 provinsi aceh dilebur dan disatukan dalam provinsi sumatera utara dan
dijadikan keresidenan Aceh. Hal ini membuat para pejuang aceh marah dan kecewa kepada
pemerintah Republik Indonesia dan juga syariat islam yang dijanjikan tidak pernah direalisasikan
pleh pusat (Jakarta). Masyarakat aceh bergejolak. Pada tanggal 21 september 1953 terjadilah
pemberontakan DI/TII di Aceh. Pemberontakan ini merupakan awal dari terealisasikannya
syariat islam di aceh Pemeritah pusat langsung menanggapi pemberontakan DI/TII di Aceh
dengan mengeluarkan undang-undang Nomor 24 Tagun 1856 tentang pembentukan Provinsi
Swatantra Aceh-Daera Swatantra Tingkat I Aceh. Aceh adalah satu-satunya provinsi yang
menerapkan syariat Islam.
3. Jawaban :
 Qanun Aceh No. 02 Tahun 2002 Tentang Peradilan Syariat Islam
 Qanun Aceh No. 11 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan Syariat Islam Bidang Aqidah, Ibadah
dan Syi‟ar Islam
 Qanun Aceh No. 12 Tahun 2003 Tentang Minuman Khamar dan Sejenisnya
 Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003 Tentang Maisir (Perjudian)
 Qanun Aceh No. 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat (Mesum)
 Qanun Aceh No. 02 Tahun 2006 Tentang Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Teknologi
Informasi dan Sistem Informasi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
 Qanun Aceh No. 07 Tahun 2013 Tentang Hukum Acara Jinayat
 Qanun Aceh No. 06 Tahun 2014 Tentang Hukum Jinayat.
4. Jawaban :
Tafsir surat al-ahzab, ayat 36 .

‫ب‬

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin,
apabila allah dan rasul-nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan
(yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai allah dan rasul-nya, maka
sungguhlah dia telah sesat, dengan kesesalan yang nyata.
Al-aufi telah meriwayatkan dari ibnu abbas sehubungan dengan makna firman-nya: dan tidaklah
patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin. (al-ahzab: 36),
hingga akhir ayat. Pada mulanya rasulullah saw. Pergi untuk melamar buat pelayan laki-lakinya
yang bernama zaid ibnu harisah. Maka beliau masuk ke dalam rumah zainab binti jahsy al-
asadiyyah r.a., dan beliau saw. Langsung melamarnya buat zaid. Tetapi zainab binti jahsy
menjawab, “aku tidak mau menikah dengannya.” Rasulullah saw. Bersabda, “tidak, bahkan
kamu harus menikah dengannya.” Zainab binti jahsy berkata, “wahai rasulullah, apakah engkau
mengatur diriku?” Ketika keduanya sedang berbincang-bincang mengenai hal tersebut, allah swt.
Menurunkan firman-nya: dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila allah dan rasul-nya telah menetapkan suatu ketetapan. (al-
ahzab: 36), hingga akhir ayat. Akhirnya zainab binti jahsy bertanya, “wahai rasulullah, apakah
engkau rela menikahkan dia denganku?” Rasulullah saw. Menjawab, “ya.” Zainab berkata,
“kalau demikian, saya tidak akan menentang perintah rasulullah saw. Saya rela dinikahkan
dengannya.”
Quran surat at-taghabun ayat .

‫ب‬ ‫ٱ‬ ‫ٱ‬ ‫ٱ‬


‫ٱ‬
Artinya :” Dan taatlah kepada allah dan taatlah kepada rasul-nya, jika kamu berpaling
sesungguhnya kewajiban rasul kami hanyalah menyampaikan (amanat allah) dengan terang.”

Tafsir al-madinah al-munawwarah / markaz ta‟dzhim al-qur‟an di bawah pengawasan syaikh


prof. Dr. Imad zuhair hafidz, professor fakultas al-qur‟an universitas .
madinah islam dan taatlah kepada allah dan taatlah kepada
rasul-nya) yakni sibukkanlah diri kalian dengan ketaatan kepada allah dan rasulullah.
ika kamu berpaling) yakni jika kalian enggan untuk taat maka dosanya akan
kalian tanggung sendiri, dan itu tidak akan menimpakan kepada rasulullah sedikitpun.
‫ب‬ sungguhnya kewajiban rasul kami
hanyalah menyampaikan (amanat allah) dengan terang) tidak ada tanggungan atasnya selain hal
itu, dan rasulullah telah menyampaikan risalah itu.
Hadis tentang wajibnya syariat islam.
• Ibnu dhouyan al-hambaliy, berkata dalam kitab syarhud-daliil: ”jika ada dua orang atau lebih
bertahkim kepada seseorang yang layak untuk menyelesaikan masalah mereka, maka keputusan
hakam tersebut berlaku, hal itu pada setiap permasalahan yang keputusan qodhiy yang ditunjuk
oleh kholifah atau wakilnya berlaku”. Berdasarkan hadits abu syuroih ra, dalam hadits itu ia
mengatakan:
‫إ‬
‫إ‬
“wahai rasulullah, sesungguhnya kaumku jika berselisih pendapat pada masalah apa saja, mereka
datang kepadaku, maka saya putuskan permasalahan mereka dan kedua belah pihak rela dengan
keputusanku”, maka rasulullah saw mengatakan:

“alangkah baiknya ini” (hadits diriwayatkan oleh an nasa‟iy “„umar dan ubay juga bertahkim
kepada zaid bin tsabit. Juga „utsman dan tholhah bertahkim kepada jubair bin muth‟im ra,
padahal mereka bukan qodhiy”. Dalam matannya dikatakan: ”keputusannya itu sebagai pemutus
perselisihan, maka tidak halal bagi seorang pun untuk membatalkannya, bagaimanapun
keputusannya jika benar.” Dan dikatakan dalam syarah (penjelasan nya: ”karena orang yang
diperbolehkan untuk memutuskan perkara, keputusannya harus dilaksanakan, sebagaimana
qodhiy yang ditunjuk imam” (manaarussabiil syarhud-daliil ii/459 cet. Al-maktab al-islami 1404
h). Hadits abu syuroih tersebut adalah hadits hasan yang diriwayatkan oleh abu dawud dan an-
nasa‟iy.

• Ibnu qudamah merinci permasalahan ini dalam kitabnya al-kaafiy iv / 436 cet. Almaktab al-
islami 1402 h, dan dalam kitab al-mughniy ma‟asy syarhil kabir xi/483-484. Berikut ini
perkataannya dalam kitab al-mughniy: ”(pasal , apabila ada dua orang bertahkim kepada
seseorang yang mempunyai kelayakan untuk memutuskan perkara dan keduanya rela untuk
memutuskan perkara kepada orang tersebut, lalu orang itu memutuskan perkara dua orang
tersebut, maka hal ini diperbolehkan dan keputusan orang tersebut berlaku atas kedua orang
tersebut. Abu hanifah juga berpendapat seperti ini. Adapun asy syafi‟iy ada dua riwayat tentang
pendapatnya, salah satunya adalah: keputusan orang tersebut tidak berlaku kecuali atas kerelaan
kedua orang yang bertahkim tersebut, karena tahkim itu terjadi karena sama-sama rela, dan
kerelaan itu tidak ada kecuali setelah mengetahui keputusannya. Adapun dalil kami adalah hadits
yang diriwayatkan abu syuroih ra, bahwasannya rasulullah saw bersabda kepadanya:
‫إ‬ ‫؟‬ ‫إ‬
‫إ‬ .
: ‫ب‬ ‫؟‬ :

“sesungguhnya allah itu al-hakam (pemutus perkara , kenapa kamu dijuluki abul hakam?” Abu
syuroih menjawab: ”sesungguhnya kaumku jika berselisih pendapat pada masalah apa saja
mereka datang kepadaku, lalu aku putuskan perkara mereka, dan kedua belah pihak sama-sama
rela dengan keputusanku” maka beliau mengatakan: ”alangkah baiknya ini. Siapa nama anakmu
yang paling besar?” Abu syuroih menjawab: ”syuroih” rasulullah bersabda: ”kalau begitu kamu
abu syuroih”. (hr an-nasa‟iy .
5. Jawaban;
Menurut saya Sejauh ini,penerapan Syariat Islam sudah sangat berjalan dengan semestinya tetapi
belum secara keseluruhan menghasilkan perubahan kearah yang lebih positif dalam tata
kehidupan masyarakat.Penerapan Syariat Islam dilakukan ketika Aceh berada dalam pusaran
konflik, sehingga kelancaran pelaksanaan yang mengalami gangguan yang cukup serius,bahkan
isu Syariat Islam pernah berada di bawah bayang-bayang isu konflik. Meskipun telah
diberlakukan syariat islam,masiha ada juga masyarakat yang sudah akhil baligh belum begitu
mampu membaca AlQuran dengan lancar,tidak pernah menjalankan ibadah puasa di bulan
Ramadhan,padahal dia mengaku sebagai seorang muslim.Orang-orang seperti ini tidak pernah
mendapat hukuman,tetapi sudah bertindak sebagai penegak syariat dengan ikut serta dalam
berbagai penangkapan atas nama syariat,karena masih dan akalnya pemahaman tentang Syariat
Islam.

Anda mungkin juga menyukai