Anda di halaman 1dari 15

“Peranan Ilmuwan di Masyarakat”

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Dasar-Dasar Sains
yang diampu oleh Bapak Prof. Dr. Abdul Gofur, M.Si
Disusun oleh :

Abdul Hakim 200312614027

Anisa Ulfa Ramadhani 200312614131

Bekti Deva Rizki Darlian 200312614126

Kharisma Putri Andayani 200312614006

Latifatun Nisa 200312614076

Novella Novi Wijayanti 200312614035

Wirda Aliyatut Darojah 200312614090

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

S1 MATEMATIKA

JANUARI 2021
DAFTAR ISI

Daftar Isi .....................................................................................................................................i


Kata Pengantar ...........................................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Peran Ilmuwan di Masyarakat.........................................................................................3
2.2 Pengertian Etika Keilmuan.............................................................................................4
2.3 Rekayasa Genetika..........................................................................................................6
2.3.1 Pengertian Rekayasa Genetika................................................................................6
2.3.2 Contoh Rekayasa Genetika.....................................................................................7
2.4 Pengertian dan Contoh Senjata Kimia............................................................................8
2.4.1 Pengertian Senjata Kimia.......................................................................................8
2.4.2 Contoh Senjata Kimia............................................................................................8
2.5 Contoh Sains yang Memiliki Problem Etika...................................................................9
BAB III : Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................11
3.2 Saran .............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................13

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan hidayah-Nya
lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tidak lupa juga dihaturkan
kepada Nabi besar Muhammad saw. karena berkat beliau sampai sekarang kita masih bisa
merasakan nikmat iman dan islam. Pada saat ini, kami telah berhasil menyelesaikan makalah
yang berjudul “Peranan Ilmuwan di Masyarakat”. Makalah “Peranan Ilmuwan di
Masyarakat” disusun guna memenuhi tugas Bapak Prof. Dr. Abdul Gofur, M.Si pada mata
kuliah Dasar-Dasar Sains di Universitas Negeri Malang.

Makalah “Peranan Ilmuwan di Masyarakat” kami susun dengan kapasitas


kemampuan yang kami miliki sebagai mahasiswa baru sehingga akan sangat jauh dari kata
sempurna. Selain itu, sumber yang kami jadikan sebagai rujukan masih belum kaya dan
beragam. Maka dari itu, tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua yang telah mendidik dan membesarkan kami hingga akhirnya sekarang kami
dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini;
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Gofur, M.Si selaku dosen mata kuliah Dasar-Dasar Sains;
3. Semua guru yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada kami selama ini yang tidak
dapat kami sebutkan satu per satu;
4. Anggota kelompok kami sendiri karena telah menyusun makalah tersebut dengan sebaik
mungkin;
5. Pihak lain yang telah membantu menyelesaikan pembuatan makalah ini secara langsung
maupun tidak langsung.

Karena makalah yang kami susun tidak bisa dibilang sempurna, maka dari itu sangat
dipersilakan bagi para pembaca untuk memberikan tanggapan berupa kritik maupun saran
yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi kami dalam pembuatan makalah selanjutnya di
waktu yang akan datang.

Banyak hal-hal baik yang diharapkan setelah tersusunnya makalah ini. Semoga
dengan terselesaikannya makalah ini dapat menambah wawasan yang akan bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari, baik bagi diri kami sendiri maupun para pembaca yang berbahagia.

Tanah Bumbu, 07 Januari 2021

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada kenyataanya ilmuwan harus hidup disekitaran masyarakat. Ilmuwan


merupakan seseorang yang sangat professional di bidangnya, tetapi jika di kalangan
masyarakat ilmuwan hanyalah masyarakat yang biasa. Seperti yang kita ketahui, ilmu
pengetahuan akan terus menerus mengalami yang namanya pengembangan ilmu.
Pengembangan ilmu sudah menjadi tugas pokok seorang ilmuan. Pengembangan ilmu
ini dapat terjadi ketika ilmuwan telah menemukan percobaan baru. Karena seorang
ilmuwan harus selalu berpikir, mencoba dan meneliti sesuatu yang baru.

Seorang ilmuan juga bertanggung jawab atas penemuanya. Temuan tersebut


harus bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Maka dari itu para ilmuwan dapat
sangat membantu dalam hal memecahkan masalah di kalangan masyarakat. Karena
ilmuwan memiliki cara berpikir yang objektif, logis dan tentunya universal. Dalam hal
ini tidak semestinya terjadi di kalangan para ilmuan akan tetapi masyarkat juga harus
memberi spirit umum dalam mewujudkanya.

Pada era saat ini terdapat aspek mendasar yang menjadi tantangan bagi setiap
ilmuwan yaitu adalah etika keilmuan. Etika menjadi tantangan yang tidak mudah untuk
ditundukan. Seorang ilmuan akan kehilangan arah dan titik pijak dalam menjalankan
tugas dan peranya jika tidak mempunyai landasan etika yang kuat. Maka dari itu
seorang ilmuwan harus memahami betul apa itu etika. Banyak ilmuan yang
pintar,cerdas,dan berpikir kritis akan tetapi itu saja tidak cukup. Ilmuan juga harus
memiliki integritas dan moral kebangsaan yang tinggi . Dengan dibuatnya makalah ini
diharapkan penulis dan pembaca dapat memahami tentang sains di masyarakat, etika
keilmuan,serta peranan ilmuwan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan pada latar belakang, maka dapat diambil rumusan


masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana peran ilmuan di masyarakat ?

1
2. Apa yang dimaksud dengan etika keilmuan ?
3. Apa pengertian dan contoh dari rekayasa genetika ?
4. Apa pengertian dan contoh dari pengunaan senjata kimia ?
5. Bagaimana contoh sains yang mempunyai probem etika?

1.3 Tujuan

Dengan adanya rumusan masalah yang telah dirumuskan, maka dapat di


disimpulkan tujuan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui peran ilmuan di masyarakat


2. Untuk mengetahui pengertian dari etika keilmuan
3. Untuk mengetahui pengertian dan contoh dari rekayasa modern
4. Untuk mengetahui pengertian dan contoh senjata kimia
5. Untuk mengetahui contoh sains yang mempunyai problem etika

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peran Ilmuwan di Masyarakat

Sebuah artikel yang cukup bagus ditulis oleh seorang peraih Nobel Laurat,
artikel dalam bidang kimia ini ditulis pada tahun 1986 oleh John C. Polanyi yang
berjudul "Doing Science" dan dimuat di situs web www. nobel.se. Dalam artikel
tersebut dijelaskan mengenai dua bagian penting dalam kehidupan para ilmuwan.

Adapun yang pertama merupakan kegiatan ber-sains (doing science) di


laboratorium yang melibatkan kerja eksperimen dan penelitian teoritis, yang kedua
merupakan kegiatan hidup bermasyarakat (being a citizen) di mana ilmuwan yang
Dimana diharapkan Ilmuwan dengan latar belakang sains mampu memberi pengaruh
positif pada masyarakat. Ada beberapa hal yang harus dipikirkan oleh para ilmuwan
sanis yang merupakan peranan atau tanggung jawabnya di dalam kehidupan
masyarakat, hal itu tidak hanya terletak pada penemuan dari penelitian, tetapi juga
bagaimana arti dari temuan tersebut dan dapatkah digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, meningkatkan kesejahteraan
merupakan peran atau tanggung jawab terbesar bagi seorang ilmuwan kepada
masyarakat. Pada dasarnya, pengetahuan dan metode dalam sains tidak dapat langsung
di terapkan kedalam kehidupan sehari-hari, banyak parameter yang harus di perhatikan.

Keseimbangan diperlukan dalam kedua peran ini, tidak boleh hanya berat pada
satu sisi saja. Kegiatan ber-sains menempatkan "kebenaran" ilmiah di atas segalanya
dan kebenaran ini harus dibagi dengan ilmuwan lainnya dimana ilmuwan lain dapat
mengerti dan paham atas kebenaran ilmiah tersebut. Karena kebenaran objektif adalah
milik objeknya, maaka kebenaran ilmiah tidak boleh hanya dimiliki oleh satu ilmuwan
saja. Pada dasarnya ilmuwan berbagi informasi antara satu dengan lainnya secara
sengaja maupun tidak sengaja, ini adalah bentuk kerjasama para ilmuwan, oleh karena
itu masing-masing ilmuwan harus menghormati ilmuwan lainnya.

Polanyi menekankan peranan ilmuwan didalam masyarakat sebagai pihak yang


menggunakan hasil doing science ini untuk hal yang berupa kebaikan. Mengingat sains
sendiri sangat netral dan juga dapat dipergunakan untuk keperluan yang tidak baik bila
digunakan oleh orang yang salag sehingga diperlukan kesadaran yang cukup untuk hal

3
ini. Ilmuwan sebagai pihak yang tahu dan paham bagaimana hasil dari pengetahuan
yang telah diemukan dan lapangan spesifik tertentu dalam pengetahua haruslah bersikap
hati-hati. Dengan adanya sikap netral, dalam masyarakat ilmuwan tidak selayaknya
berpihak pada kelompok atau pihak tertentu, apalagi berpihak pada yang mempunyai
akses terhadap kekuasaan (power) yaitu pemerintahan. Ilmuwan juga harus menjaga
suasana demokratis dan memiliki sifat objektif juga, termasuk dalam mencegah
kecenderungan para penguasa yang memiliki niat salah untuk memanfaatkan teknologi
guna melestarikan kepentingan pribadi dari penguasa itu sendiri yang berupa kekuasaan
maupun untuk tujuan ekonomis serta pembuatan senjata untuk perang sehingga
merugikan banyak umat manusia dan penghematan energi.

2.2 Pengertian Etika Keilmuwan

Kesadaran ilmuwan akan peran dan tanggung jawabnya dalam ilmu


pengetahuan atau proses sains sangat diperlukan. Objektivitas harus memiliki
proporsinya masing-masing, karena hal tersebut menjadi penentu langkah kemajuan
ilmu. Dibutuhkan peranan etika di dalam hal ini. Apa yang disebut sebagai etika adalah
diskursus atau wacana nilai-nilai.

Untuk pengertian etika sendiri berasal dari kata Yunani 'ethos' yang memiliki
arti watak atau moral, yaitu menunjukkan cara berbuat yang menjadi adat karena
persetujuan yang ada sebelumnya atau praktek sekelompok manusia. Etika hampir
memiliki arti yang sama dengan moral, namun bedanya moral digunakan untuk
perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan untuk pengkajian sistem nilai menggunakan
etika (Said 1980:23-24).

Jika berbicara mengenai ilmu pengetahuan sebagai objek bukan merupakan


masalah etika. Subjek yang ada didalam sains dan yang menjalankan sainslah yang
memerlukan pertimbangan etis atau etika dalam penerapan teknologinya. Dalam
mengambil langkah-langkah, etika sangat penting karena menyangkut subjektivitas
ilmuwan.Banyak sekali peristiwa penyalahgunaan sains, seperti digunakan dalam
bentuk kekerasan, kepentingan pribadi yang merugikan orang banyak, dan lain
sebagainya. Karena itu sikap baik dan tujuan baik harus ikut disertakan dalam
penggunaan teknologi dan sains.

Sains seharusnya tdak memihak, tetapi diperlukannya etika bagi para ilmuwan.
Beberapa etika keilmuan meliputi:

4
1. Tidak mudah terpengaruh oleh nilai lain yang ada yang berupa masalah Bebas Nilai
Sains di luar laboratorium dan masyarakat ilmiah. Sains seharusnya memenuhi
prinsip "bebas nilai", yang artinya sains yang berkembang tidak dipengaruhi nilai
lain yang ada di luar pembahasan sains, seperti kepentingan politik. Seharusnya
sains dikembangkan demi pengetahuan yang berdasarkan kepentingan ilmiah murni
dan tidak adanya penyimpangan dalam hal apapun itu dan dalam lingkungan di luar
masyarakat ilmiah. Hal ini juga dilakukan agar masyarakat terhindar dari kesalahan
yang lebih besar. Oleh karena itu, sains harus bebas nilai. Ada dua bahasan
mengenai macam kecenderungan dasar dalam menjaga sains sebagai kajian bebas
nilai yang akan memberikan gambaran peranan sains yang seharusnya dalam
masyarakat jika diterapkan secara ekstrem:
a. Kecenderungan puritan-elitis, dalam hal ini tujuan ilmu pengetahuan dan sains
selalu untuk ilmu sains itu sendiri secara murni, yang artinya mengetahui dan
mencari kejelasan terhadap apa yang ingin dicari dari gejala alam dan mampu
menjelaskannya. Sains yang seperti ini mempunyai sifat bebas nilai, objektif, dan
sangat otonom sehingga sedikit yang teratarik.

b. Kecenderungan pragmatis, merupakan sains dimana salah satu tujuan


pengembangannya tidak berhenti pada penjelasan tentang gejala alam yang diteliti
tetapi masih terus dikembangkan untuk kehidupan masyarakat luas dengan yang
utama dalam hal memecahkan masalah kehidupan. Sumbangan positif bagi
perkembangan ilmu serta kehidupan masyarakat merupakan dampak dari sifat
terbuka para ilmuwan. Jika dalam bekerja sama ilmuwan memiliki sifat terbuka,
maka akan membangun masyarakat ilmiah lebih cepat dibandingkan dengan
sekelompok ilmuwan yang tertutup.

2. Sikap Ilmiah, Salah satu tuntutan utama sikap ilmiah dari ilmuwan adalah
kejujuran. Tanpa kejujuran kerja apa yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam
pekerjaannya tidak memiliki makna. Dengan adanya sikap jujur dan saling terbuka,
ilmuwan akan berkomunikasi dan hasil dari komunikasi ini dapat berlanjut sampai
seterusnya dan menjadi panjang. Tak hanya itu, jika suatu saat ilmuwan
menghasilkan suatu pekerjaan yang berdampak negatif maka harus menjelaskan
serta memberi alternatif antisipasi. Boleh saja jika ilmuwan bersikap pragmatis,
tetapi tetap harus jujur terutama dalam melepaskan ilmunya untuk kepentingan

5
masyarakat luas. Kaim akan kebenaran dan kesalahan juga menjadi salah satu aspek
kejujuran ilmuwan.
3. Risk Management merupakan salah satu kegiatan sulit yang harus dilakukan
ilmuwan, karena bagaimanapun juga semua hasil ilmu pengetahuan yang sebarkan
ke masyarakat umum mengandung risiko. Tentunya para ilmuwan harus mengetahui
risikonya dan meminimalkan risiko tersebut dengan cara dan metode ilmiah.
Seharusnya peneliti dan saintis bekerja sama dengan para ahli di bidang lain agar
dapat menetapkan batas-batas penerapan ilmunya yang dilihat dari segi keselamatan
dan keseimbangan ekosistem. Penting sekali mengetahui batas kemampuan
menerima risiko ini.
2.3 Rekayasa Genetika
2.3.1 Pengertian Rekayasa Genetika

Rekayasa genetika juga disebut dengan modifikasi genetika yang diartikan


sebagai penggunaan bioteknologi secara langsung untuk memanipulasi gen suatu
organisme. Hal ini adalah seperangkat teknik yang digunakan untuk mengubah
susunan genetik sel, termasuk transfer gen yang ada dan produksi organisme yang
meningkat melintasi batas spesies. Untuk memperoleh DNA baru dengan
menggunakan metode DNA rekombinan atau sintesi DNA buatan untuk
mengisolasi dan mereplikasi materi genetic dari induknya. (Wikipedia, 2020)

Organisme yang dihasilkan oleh rekayasa genetika dianggap telah


dimodifikasi secara genetik. Sehingga, entitas yang dihasilkan disebut genetically
modified organism (GMO). Organisme hasil rekayasa genetika yang pertama
adalah bakteri yang diciptakan oleh Herbert Boyer dan Stanley Coher tahun 1973.
Hewan transgenik pertama diciptakan tahun 1974 oleh Rudolf Jaenisch ketika dia
memasukkan DNA asing ke tikus.

Sederhananya rekayasa genetika adalah proses memodifikasi gen


organisme untuk meningkatkan karakteristiknya. Misalnya digunakan untuk
menghasilkan tumbuhan dengan tingkat ketahanan dan laju pertumbuhan tertentu.
Kini, tumbuhan dan hewan baru tidak hanya berasal dari alam tetapi juga dari
rekayasa genetika. Pengaplikasian rekayasa genetika banyak digunakan dalam
berbagai bidang diantaranya bidang pertanian, penelitian, bioteknologi dan
industri.

6
2.3.2 Contoh Rekayasa Genetika
Contoh rekayasa genetika pada tanaman diantaranya:
1. Padi transgenik
Modifikasi gen yang diambil untuk padi transgenik diambil dari gen jagung
dan bakteri Erwinia yang dimodifikasi dimasukkan ke dalam kromosom padi
sehingga sifat yang dimodifikasi tersebut mengandung provitamin A (beta
karoten) dalam jumlah besar.
2. Melon transgenik
Modifikasi ini diambil dari gen baru bakteriofag T3 yang dimodifikasi untuk
mengurangi pembentukan hormone yang berperan dalam pematangan buah,
sehingga sifat yang dimodifikasi tersebut untuk mencegah buah membusuk
dengan cepat. (Slideshare, 2017)
3. Tembakau transgenik
Rekayasa genetika pada tembakau transgenic dengan memasukkan enzim
tertentu ke dalam tanaman tembakau, yang dapat menguraikan TNT.
Penelitian ini membuktikan bahwa penanaman pada lahan yang tercemar TNT
menunjukkan tanaman tembakau hasil rekayasa genetika secara signifikan
menurunkan kandungan TNT dalam tanah. Dapat disimpulkan tanaman hasil
rekayasa genetika dapat menghilangkan sumber pencemaran lain seperti TNT.
(Slideshare, 2017)
4. Ubi Jalar transgenik
Dengan bantuan teknologi penekan gen, modifikasi genetic pada selubung
virus tertentu dapat ditransfer ke ubi jalar, sehingga sifat yang dimodifikasi
tersebut dapat melawan penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus.
5. Tomat transgenik
Memiliki gen khusus yang disebut antisenescens, yang dapat memperlambat
pematangan dengan memperlambat sintesis polygalakturonase, sehingga
menunda pelunakan tomat.
Dalam bidang medis, rekayasa genetika umumnya digunakan untuk
memproduksi insulin manusia melalui bakteri Escherichia coli, terapi gen, dan
produksi antibodi monoklonal.
2.4 Pengertian dan Contoh Senjata Kimia
2.4.1 Pengertian Senjata Kimia

7
Senjata kimia adalah senjata yang menggunakan sifat senyawa kimia beracun
untuk membunuh, melukai atau melumouhkan musuh. Menurut penggunaannya
senjata kimia berbeda dengan senjata konvensional dan senjata nuklir, karena efek
yang dihasilkan dari senjata kimia terutama bukan dari daya ledaknya.
(Wikipedia, 2020)

Menurut konvensi senjata kimia, yang dianggap sebagai senjata kimia


adalah penggunaan produk beracun yang dihasilkan oleh organisme hidup (seperti
butolinu, risin dan saktoksin). Semua zat kimia beracun menurut konvensi,
namum jika digunakan dengan tujuan yang legal dan tidak dilarang, maka hal
tersebut dikenal dengan kriteria umum.

Meskipun senjata kimia berbeda dari senjata nuklir, senjata biologi dan
senjata radiologi, senjata ini diklasifikasikan sebagai senjata pemusnah massal.
Semua senjata ini dapat digunakan dalam peperangan dan dikenal dengan
singkatan militer NCB (untuk perang nuklir, biologi dan kimia). Perbedaan antar
senjata pemusnah massal dan senjata konvensional adalah bahwa senjata tersebut
memiliki potensi untuk meledak, energi kinetik, karenanya sangat efektif. Dalam
hal ini, beberapa senjata kimia tersebar luas dalam bentuk gas, cair dan padat yang
dengan mudah mengenai lawan yang menjadi sasaran. Tiga contoh senjata kimia
modern gas air mata, gas saraf dan semprotan merica. (Wikipedia, 2020)

2.4.2 Contoh Penggunaan Senjata Kimia

Senjata kimia pertama kali digunakan saat terjadi Perang Dunia I. Senjata
kimia paling mematikan saat Perang Dunia I adalah fosgen dan klorin. Ada lagi
gas mustard yang pertama kali digunakan oleh pasukan Jerman.

Selama Perang Dunia II, kamp konsetrasi Nazi Polandia, Auschwitz,


menggunakan gas beracun untuk membunuh warga sipil dan tentara Jepang di
Asia. Dari gas sarin, tabon, hingga napalm, lebih banyak jenis senjata kimia yang
digunakan. Dari tahun 1961 hingga 1967, napalm dan herbisida juga digunakan
selama perang Vietnam, memicu protes domestic dan internasional. Gas mustard
dan senjata kimia pelumpuh saraf juga digunakan dalam perang Yaman. (Inews,
2018).

2.5 Contoh Sains yang Memiliki Problem Etika

8
Tentunya penggunaan teknologi yang pesat juga berdampak pada
penggunaannya. Dalam masalah etika, etika penting karena etika melibatkan
subjektivitas ilmuwan dalam mengambil langkah. Ada banyak penyalahgunaan sains,
sebagai contoh dalam penggunaan senjata kimia yang memunculkan konflik bersenjata
dimana-mana. Perang Dunia I dan Perang Dunia II menggunakan senjata kimia yang
mengakibatkan terjadinya kekerasan dan jumlah korban yang tidak sedikit. Hal ini
merupakan salah satu bentuk penggunaan pengetahuan alam yang tercela. Pastinya,
juga sudah mendengar tentang perakitan bom untuk tujuan teroris, dan upaya ini juga
didukung oleh pengetahuan ilmiah. Oleh karena itu, teknologi dan sains harus
digunakan dengan sikap dan tujuan yang baik.

Dalam bidang teknologi biokimia dan rekayasa genetika juga membuat kita
untuk lebih memikirkan bijak tidaknya penggunaan teknologi sains oleh manusia.
Contohnya teknologi kloning yang diterapkan ke manusia. Sebenarnya perkembangan
sains dan teknologi itu sangat dapat membantu manusia, hanya saja jika jatuh ke tangan
orang yang tidak tepat dan disalahgunakan untuk sesuatu yang buruk, maka ilmu
pengetahuan tersebut akan membawa dampak negatif.

Dalam peristiwa kloning itu sendiri merupakan tindakan yang kurang tepat
karena ada batasan yang tidak bisa dilampaui oleh ilmu pengetahuan, di kasus cloning
ini justru bisa menjadikan manusia serakah dan ketidaksempurnaan dari hasil kloning
manusia bisa menjadi boomerang untuk peradaban manusia. Oleh karena itu ilmuwan
seharusnya tetap bertanggung jawab dalam penelitiannya sampai akhir,dan tidak
cenderung tak acuh pada hasil penelitian tanpa memikirkan akibatnya.dalam hal ini
menjadi bukti bahwa sangat dibutuhkannya etika keilmuwan. Tak terkecuali dalam
bidang teknologi rekayasa genetika yang memiliki ruang lingkup cukup luas.

Selanjutnya peran pemerintah atau suatu negara dalam menindak lanjuti


penggunaan ilmu pengetahuan juga sangat penting, contohnya dalam penggunaan
senjata biologis dan senjata kimia yang dapat dijadikan sebagai alat pemusnah massal
seperti gas beracun. Dengan adanya perkembangan senjata yang semakin canggih
tentunya hal ini dikhawatirkan terjadi penyalahgunaan senjata, terutama dalam senjata
pemusnah massal. Hal ini biasanya berupa senjata dalam perang.

9
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Meningkatkan kesejahteraan merupakan peran atau tanggung jawab terbesar
bagi seorang ilmuwan kepada masyarakat. Hal tersebut karena ilmuwan diharapkan
dapat memberi pengaruh yang positif bagi masyarakatnya. Ilmuwan sebagai pihak yang
tahu dan paham bagaimana hasil dari pengetahuan yang telah ditemukan haruslah
bersikap hati-hati dengan bersikap netral. Ilmuwan juga harus menjaga suasana
demokratis dan memiliki sifat objektif juga, termasuk dalam mencegah kecenderungan
para penguasa yang memiliki niat salah untuk memanfaatkan teknologi untuk
kepentingan pribadi yang dapat merugikan umat manusia.
Istilah etika berasal dari kata Yunani “ethos" yang memiliki arti watak atau
moral, yaitu menunjukkan cara berbuat yang menjadi adat karena persetujuan yang ada
sebelumnya atau praktek sekelompok manusia. Etika sangat penting dalam
pengambilan langkah-langkah ilmuwan karena menyangkut subjektivitas ilmuwan dan
untuk menghindari penyalahgunaan sains. Beberapa etika keilmuan meliputi: tidak
mudah terpengaruh oleh nilai lain atau masalah bebas nilai, sikap ilmiah, dan risk
management.
Rekayasa genetika atau modifikasi genetika sederhananya adalah proses
memodifikasi gen organisme untuk meningkatkan karakteristiknya. Contoh rekayasa
genetika pada tanaman diantaranya: padi transgenik, melon transgenik, tembakau
transgenik, ubi jalar transgenik, tomat transgenik, dll. Dalam bidang medis, rekayasa
genetika umumnya digunakan untuk memproduksi insulin manusia melalui bakteri
escherichia coli, terapi gen, dan produksi antibodi monoklonal.
Senjata kimia adalah senjata yang menggunakan sifat senyawa kimia beracun
untuk membunuh, melukai atau melumpuhkan musuh. Contoh penggunaan senjata
kimia antara lain : penggunaan fosgen dan klorin pada perang dunia I; gas mustard oleh
pasukan Jerman; gas sarin, tabon oleh kamp konsetrasi Nazi Polandia, Auschwitz
Selama Perang Dunia II; napalm dan herbisida pada perang Vietnam tahun 1961
hingga 1967, dsb.
Contoh sains yang memiliki problem etika di antaranya adalah : 1) penggunaan
senjata kimia yang memunculkan konflik bersenjata dimana-mana; 2) perakitan bom

10
untuk tujuan teroris; 3) teknologi kloning yang diterapkan ke manusia yang justru bisa
menjadikan manusia serakah dan menjadi boomerang untuk peradaban manusia, dsb.

3.2 Saran
Berdasarkan isi makalah yang telah tertera diatas, maka dapat diajukan beberapa
saran yaitu sebagai berikut.
1. Ilmuwan diharapkan selalu bersikap netral, berhati-hati, dan selalu menjalankan
peranannya yaitu mensejahterakan masyarakat. Ilmuwan juga harus menjaga
suasana demokratis dan memiliki sifat objektif juga.
2. Para ilmuwan juga diharapkan tidak melupakan etika keilmuan karena hal itu
menyangkut subjektivitas ilmuwan dan untuk menghindari penyalahgunaan sains.
3. Rekayasa genetika memang sangat berguna untuk kehidupan manusia, namun kita
juga harus menyeleksi rekayasa genetika mana yang tidak mencemarkan lingkungan
dan yang malah merugikan lingkungan serta diharapkan agar rekayasa genetika
tidak menghilangkan jenis asli dari tanaman atau hewan yang telah direkayasa
tersebut.
4. Senjata kimia rata-rata sangat merugikan bagi seluruh makhluk hidup di bumi ini
karena itu diharapkan para ilmuwan untuk tidak mengembangkan senjata kimia
yang dapat merusak ekosistem dibumi ini, masyarakat juga diharapkan agar selalu
berhati-hati agar tidak berurusan dengan senjata kimia.
5. Ilmu pengetahuan dikembangkan untuk mensejahterakan kehidupan manusia, bukan
sebaliknya. Karena itulah, diharapkan para ilmuwan mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan tidak melewati batas dan juga selalu berpatokan pada etika
keilmuan

11
DAFTAR PUSTAKA

Aabot. 2020. Rekaya Genetika. Dipetik Januari 6, 2021, dari wikipedia:


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rekayasa_genetika

Mardiany, Shelvy. 2017, April 14. 15 Contoh Rekayasa Genetika. Dipetik Januari 6, 2021,
dari slideshare: https://www.slideshare.net/mobile/SHELVYMARDIANY/15-contoh-
rekayasa-genetika

Wikipedia. 2020, Juli 21. Senjata Kimia. Dipetik Januari 6, 2021, dari wikipedia:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Senjata_kimia

Michico, Nathania Riris. 2018, Februari 28. Jejak Penggunaan Senjata Kimia dalam Perang.
Dipetik Jnuari 6, 2021, dari wikipedia: https://www.
https://www.inews.id/news/internasional/jejak-penggunaan-senjata-kimia-dalam-perang

Wonorahardjo, Surjani. 2020. Dasar-Dasar SainsMenciptakan Masyarakat SadarSains.


Yogyakarta : Andi.

12

Anda mungkin juga menyukai