Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

LUAS DAN VOLUME BANGUN RUANG

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


“Pembelajaran Matematika SD”

Dosen Pengampu : Isnawati Lujeng Lestari, S. Pd, M. Si

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Nur Lailatul Azizah (18842021004)


2. Siti Fatimah (18842021005)
3. Siti Amaliatul M (18842021019)

PROGRAM STUDI
S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA
INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS NAHDLATUL ULAMA
(ITSNU) PASURUAN
2021
KEGIATAN BELAJAR 1

Luas dan Volume Kubus, Balok, Prisma, dan Tabung

A. LUAS DAERAH PERMUKAAN KUBUS


Luas daerah permukaan kubus (surface) bangun ruang merupakan jumlah
daerah seluruh permukaannya, yaitu luas daerah bidang-bidang lainnya.
Misalkan kita akan menentukan luas permukaan sebuah kubus ABCDEFGH
dengan ukuran rusuknya a cm. Hal ini sama saja dengan menentukan luas daerah
seluruh bidang sisi dari kubus tersebut.

Gambar 6.1
Pada gambar 6.1 sesuai dengan pengertian kubus, maka kubus memiliki 6 buah
sisi berupa bujur sangkar (persegi) yang kongruen (sama dan sebangun). Luas tiap
daerah sisinya sama dengan luas daerah persegi yang rusuknya a cm, yaitu sama dengan
a2 dan cm2.
Dengan hal ini, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa : luas daerah
permukaan kubus = luas daerah seluruh bidang = sisi kubus = enam kali kuadrat yang
menyatakan ukuran panjang rusuknya.

B. LUAS DAERAH PERMUKAAN BALOK


Perhatikan sebuah balok ABCD.EFGH yang dibatasi oleh enam daerah
persegipanjang yang sepasang saling kongruen. Hal ini berarti bahwa balok memiliki
enam sisi sepasang yang sama luasnya.

Gambar 6.2
Dari gambar 6.2 tampak bahwa sisi-sisi yang berhadapan ABCD dan EFGH
kongruen, kemudian sisi-sisi yang berhadapan ADHE dan BCGF kongruen dan juga
sisi ABFE dan CDHG kongruen dengan luas daerahnya masing-masing.
Luas daerah permukaan balok sama dengan luas daerah seluruh sisi balok yang
dapat dilihat dari jumlah luas daerah bidang alas dan bidang atas ditambah dengan
jumlah daerah semua sisi tegaknya. Hal ini berarti:
Jumlah luas daerah bidang alas dan bidang atas: 2 pl cm2
Jumlah luas daerah semua sisi tegak: ( 2 pt +2 lt) cm2
Luas daerah permukaan balok: luas daerah seluruh bidang.
Balok = ( 2 pl + 2 pt + lt) cm
= 2 (pl +pt + lt) cm2
Luas permukaan balok = luas daerah bidang-bidang sisi balok = dua kali jumlah hasil
kali sepasang-sepasang rusuk utamanya yang berlainan.

C. LUAS DAERAH PERMUKAAN PRISMA


Perhatikan gambar jenis-jenis prisma berikut:

Gambar 6.3

Gambar 6.3 menunjukkan empat buah prisma yang bersifat bahwa dua diantara
sisi-sisinya kongruen dan sejajar. Gambar 6.3 (a),(b) dan (c) adalah prisma tegak karena
sisi atas dan sisi alasnya tegak lurus dengan rusuk-rusuk tegaknya. Pada prisma tegak,
sisi tegaknya berbentuk persegi panjang. Sedangkan pada gambar 6.3(d) adalah prisma
miring. Dari keempat gambar prisma tersebut dengan mudah kita dapat menentukan
luas daerah bidang-bidang sisi suatu prisma.

Luas daerah Luas daerah bidang-bidang sisi prisma =


permukaan Luas daerah alas + luas daerah atas + jumlah luas
Prisma
= daerah sisi-sisi yang lain.
Contoh 6.1:
Diketahui sebuah prisma yang berbentuk kubus dengan jumlah panjang semua
rusuknya 60 cm. Hitunglah luas daerah permukaan prisma yang berbentuk kubus
tersebut.
Penyelesaian:
Sebuah prisma istimewa yang bernama kubus memiliki 12 buah rusuk yang sama
panjang. Karena jumlah panjang semua rusuknya 60 cm, maka panjang setiap rusuknya
1
adalah × 60 cm = 5 cm. Sebelumnya kita sudah mengenal bahwa luas daerah
12

permukaan kubus = luas daerah bidang-bidang sisi kubus. Maka:


Lp = 6 × (5 × 5) = 150 cm2.
Jadi, luas daerah permukaan prisma yang berbentuk kubus adalah 150 cm2.

D. LUAS DAERAH PERMUKAAN TABUNG (SILINDER)


Untuk mempermudah pembelajaran, kita perhatikan sebuah kaleng kue yang
berbentuk tabung yang berlabel. Dengan pisau atau gunting irislah label pembungkus
secara vertikal dari atas ke bawah kemudian lepaskan label pembungkus tersebut.
Bagaimana bentuknya ?
Hubungan apakah yang terdapat antara panjang dan lebar label dengan ukuran-ukuran
tabung ?
Bagaimanakah bentuk alas dan tutup tabung?

Gambar 6.4 (a dan b)

Gambar 6.4(a) adalah sebuah tabung tegak yang alasanya merupakan sebuah
lingkaran dengan jari –jari r. Demikian pula atasnya berupa lingkaran dengan jari-
jari r. Jika permukaan tabung (Gambar 6.5(a)) dibeberkan/dibuka, maka salah satu
bentuk jaring-jaring adalah seperti Gambar 6.5(b)).
Jaring-jaring tabung ini terdiri dari tiga rangkaian bangun datar,yaitu dua buah
lingkaran berjari-jari r dan sebuah persegipanjang dengan ukuran panjang 2ℼ r (panjang
keliling lingkaran atas atau alas) dan lebarnya adalah t (tinggi tabung). Selanjutnya luas
daerah jaring-jaring tersebut dapat kita hitung sebagai berikut:
Luas daerah lingkaran atas: ℼr2
Luas daerah lingkaran alas: ℼr2
Luas daerah persegipanjang: 2 ℼ r t.
Jadi, luas daerah permukaan tabung adalah:
Lp = luas bidang alas + luas bidang atas + luas bidang lengkung tabung.
= ℼrᶟ + ℼrᶟ + 2 ℼ r t
= 2ℼ rᶟ + 2 ℼ r t
= 2 ℼ r ( r + t)
Contoh 6.2:
Misalkan diketahui sebuah tabung berdiameter 10 cm dengan tinggi 20 cm.
Tentukanlah:
a. Luas daerah bidang lengkung tabung.
b. Luas seluruh permukaan tabung.
Penyelesaian:
a. Luas bidang lengkung tabung = 2 ℼ r t
= 2 ℼ.5.20
= 200 ℼ cm2
b. Luas tutup dan alasnya = 2 ℼr2 = 2.ℼ.52 = 50 ℼ
Luas seluruh permukaan tabung = (50 ℼ +200 ℼ) cm2
= 250 ℼ cm2
E. VOLUME KUBUS
Dalam hal ini akan menggunakan patokan satuan volume berupa kubus yang
panjang rusuknya 1 cm dan volumenya 1 cm3 ( satu senti meter kubik/cubic). Kubus
tersebut kita namakan kubus satuan (Gambar 6.5). Volume suatu bangun ruang adalah
banyaknya satuan volume yang dapat tepat mengisi bagian ruang yang di tempati oleh
bangun tersebut.

Gambar 6.5
Adapun sifat volume dan satuan volume yang digunakan secara internasional
sebagai berikut:
1. Volume bersifat penjumlahan artinya volume keseluruhan sama dengan jumlah dari
volume bagian-bagiannya.
2. Jika bangun ruang R = bangun ruang S, maka volume bangun ruang R sama dengan
volume bangun ruang S.
3. Jika bangun ruang dipotong-potong kemudian disusun sehingga membentuk bangun
ruang yang lain, maka dua bangun tersebut mempunyai volume yang sama.

F. VOLUME BALOK
Perhatikan balok pada Gambar 6.6(a). Pada balok tersebut ada 6 kubus satuan
yang dapat ditempatkan panjangnya, 4 kubus satuan pada lebarnya dan 3 kubus satuan
pada tingginya. Banyaknya kubus satuan yang dpat ditempatkan pada alas balok 4 × 6
= 24. Karena ada 3 lapisan kubus satuan yang dapat memenuhi balok tersebut, sehingga
volume balok pada Gambar 6.7 (a) adalah 3 × 24 = 72 kubus satuan. Bagaimana volume
balok pada Gambar 6.7 (b)?. Tentunya dengan mudah dapat dilihat volumenya 8 kubus
satuan.

Contoh 6.3 :
Dengan menghitung banyaknya kubus satuan kita akan menentukan volume bangun
seperti tampak pada Gambar 6.8(a) dan (b) berikut.
Penyelesaian :
Pada Gambar 6.8 (a) ada 3 lapis kubus. Tiap lapis terdiri dari 6 kubus.
Jadi, volume adalah (6.3).3 = 54 kubus satuan.
Pada Gambar 6.8 (b) dapat kita lihat lapisan paling bawah ada (3 × 3) + 1 =
10 kubus satuan. Pada lapisan kedua terdapat 3 × 3 = 9 kubus. Pada lapisan yang
paling atas terdapat 2 × 3 = 6 kubus. V = 10 + 9 + 6 = 25 kubus satuan.
Contoh 6.4 :
Tentukan volume sebuah balok dengan ukuran panjang rusuk-rusuknya 10 cm, 2 cm,
dan 1 cm.
Penyelesaian :
Balok yang panjangnya 10 cm, lebarnya 2 cm, dan tingginya 1 cm, volumenya adalah
20 cm3, hal ini sesuai dengan perkalian : (10 × 2 × 1) cm3 dengan 10 merupakan ukuran
panjang (dalam cm),2 menyatakan lebar (dalam cm) ,dan 1 menyatakan tinggi (dalam
cm).
Dari hal ini, dapat disimpulkan bahwa sebuah balok yang ukuran panjangnya
dinyatakan dengan p, lebarnya dinyatakan dengan l, dan ukuran tingginya dinyatakan
dengan t, maka :
Volume balok = p × l × t.
Sedangkan satuan yang digunakan oleh volume tentunya harus sama dengan satuan
yang digunakan oleh panjang,lebar dan tinggi. Dapat dikatakan pula bahwa volume
balok sama dengan hasil perkalian dari bilangan-bilangan yang menyatakan panjang,
lebar, dan tinggi balok tersebut.

G. VOLUME KUBUS
Kubus merupakan balok, sehingga volumenya dapat dicari dengan
menggunakan aturan untuk balok dengan Panjang, lebar, dan tinggi yang sama. Jadi,
jika suati kubus mempunyai ukuran rusuk a cm (Gambar 6.9), maka akan dapat
ditunjukkan bahwa kubus tersebut memuat a×a×a=a³ kubus satuan, maka dapat kita
simpulkan bahwa sebuah kubus sama dengan pangkat tiga dari bilangan yang
menyatakan rusuknya.
Volume kubus = a × a × a = a3 cm3

Gambar 6.9
Contoh 6.5 :
Diketahui sebuah kubus ABCDEFGH dengan ukuran Panjang diagonal ruangnya (AG
= BH = DE = CE) 6√3 cm (Gambar 6.10). Tentukanlah volume kubus tersebut.
Penyelesaian :
Misal ukuran Panjang rusuk kubus ABCDEFGH adalah a dan missal kita ambil
diagonal ruangnya CE (Gambar 6.10)
Segitiga ABC siku-siku
AC2 = AB2 + BC2 = a2 + a2 = 2a2
Segitiga ACE siku-siku
CE2 = AC2 + AE2 = 2a2 + a2 = 3a2
CE = a√3 (hypotenuse) Gambar 6.10
Karena CE = 6√3 (diketahui) dan CE = √3 (dihitung), maka a = 6. Karena Panjang
rusuk kubus ABCDEFGH adalah 6 cm, maka volume kubus = 6 × 6 × 6 = 216 cm3

H. VOLUME PRISMA
Perhatikan gambar prisma berikut.

Gambar 6.11 Gambar 6.12


Dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan rumus volume prisma, di sini
akan melibatkan siswa secara aktif dengan bantuan benda-benda konkret. Adapun
alternatif kegiatannya dapat dilakukan seperti berikut ini.
1. Mintalah para siswa membentuk balok dari lilin atau plastisin dengan ukuran
Panjang (p) lebar (l) dan tinggi (t) menurut keinginannya. Misal Panjang, lebar, dan
tingginya berturut-turut 4 cm 5 cm dan 6 cm seperti ditunjukkan oleh Gambar 6.11
2. Bagilah lilin yang berbentuk balok (prisma tegak segi empat tersebut) dengan cara
memotong vertikal oleh benang senar atau pisau sepanjang bidang diagonal seperti
tampak pada gambar, sehingga diperoleh dua prisma segitiga tegak yang kongruen.
3. Kemudian mintalah anak untuk menggabungkan dua prisma segitiga tegak
sehingga didapatkan prisma segitiga tegak seperti ditunjukkan pada Gambar 6.12.

Akibatnya tentu saja volume prisma tegak yang baru (Gambar 6.12) sama
dengan volume balok pada gambar 6.11 (ingat salah satu sifat volume bangun ruang).
Volume balok =p×l×t
= L × t (L= luas alas)
Luas alas balok = luas alas prisma = L
Volume prisma tegak = L × t (L = luas alas, t = tinggi)

Selanjutnya dengan memperlihatkan kembali bagaimana prisma tegak segitiga


mempunyai ciri kedua sisi atas dan bawah sama dan sejajar, kita dapat mengarahkan
bahwa rumus volume V = L × t dapat diterapkan pada bangun-bangun yang
mempunyai ciri seperti itu. Berilah kesempatan pada anak-anak untuk mengeksplorasi
hal tersebut. Mereka dapat bekerja dengan bantuan benda-benda konkret, misalnya
lilin atau plastisin (malam) yang dapat dibentuk menjadi bangun-bangun ruang yang
padat.

I. VOLUME TABUNG (SILINDER)


Tabung merupakan prisma tegak beraturan berisi n. Jika n bertambah makin
besar, maka akan mendapatkan prisma yang sisi alas dan atasnya tidak dapat dibedakan
dengan lingkaran (Gambar 6.13). Dalam hal ini prisma menjadi tabung, sehingga rumus
volume prisma tegak yaitu luas alas kali tinggi juga berlaku untuk volume tabung.
Gambar 6.13

Karena alas tabung berbentuk lingkaran dan rumus luas lingkaran untuk jari-jari
r adalah 𝜋𝑟 2 , maka rumus volume tabung dapat dinyatakan dalam bentuk:

V = volume tabung

= luas alas × tinggi

= 𝜋𝑟 2 𝑡

Perlu diketahui 𝜋 (phi) adalah suatu bilangan tetap yang merupakan nilai
perbandingan antara keliling lingkaran dengan garis tengah (diameter) lingkaran.
22
Nilai 𝜋 mendekati 3,14 atau ada juga yang menyatakan dengan . Jadi, volume
7

tabung yang jari-jari lingkaran atasnya dinyatakan dengan r dan tingginya dinyatakan
dengan t adalah: V = volume tabung

22 22
V = 3,14 × 𝑟 2 × 𝑡 (bila 𝜋 = 3,14 ) atau V = × 𝑟 2 × 𝑡 (bila 𝜋 = )
7 7

Contoh 6.6 :
Suatu tangki berbentuk tabung tertutup berisi minyak tanah. Bila tinggi tabung 70 cm,
22
dan diameter 40 cm. Tentukan berapa liter volume dari tangki tersebut (ambil 𝜋 = ).
7

Penyelesaian:
V = volume tabung
= 𝜋𝑟 2 𝑡
22 40 2
= ( 7 ( 2 ) . 70) cm3 = 88.000 cm3

= 88 dm3 = 88 liter
Jadi, volume tangki tersebut adalah 88 liter.
RANGKUMAN
1. Luas daerah permukaan suatu bangun ruang adalah luas daerah bidang-bidang
sisi bangun ruang tersebut.
2. Luas daerah permukaan kubus atau balok adalah jumlah luas daerah semua
bidang sisi dari kubus atau balok tersebut. Jika a menyatakan ukuran Panjang
rusuk kubus dan L menyatakan luas permukaan kubus, maka L = 6a².
Sedangkan jika p, l, dan t berturut-turut menyatakan Panjang, lebar, dan tinggi
sebuah balok dengan L menyatakan luas balok, maka L = 2 (pl + pt + lt).
3. Luas daerah permukaan prisma adalah luas daerah bidang-bidang sisi prisma
tersebut, yaitu luas daerah alas + luas daerah atas + jumlah luas daerah sisi-sisi
yang lain. Sedangkan luas daerah permukaan tabung adalah luas daerah
lingkaran atas + luas daerah lingkaran alas + luas daerah pesegi Panjang
(bidang lengkung/ bidang tegak/ selimut) atau 2 𝜋 r (r + t) dengan r jari-jari
lingkaran alas dan t tinggi tabung tersebut.
4. Volume adalah suatu ungkapan yang menyatakan “besarnya” suatu bangun
ruang. Besarnya suatu bangun ruang dapat diungkapkan bila ada bangun ruang
yang lebih kecil yang dijadikan patokan yang disebut satuan volume (volume
satuan). Dengan patokan berupa satuan volume (besarnya 1 cm³)
dikembangkan aturan (rumus) untuk volume bangun ruang.
a. Volume balok = p × l × t (p = Panjang, l = lebar, t = tinggi)
b. Volume kubus = a³ (a = rusuk kubus)
c. Volume prisma = L × t (L = luas alas dan t = tinggi)
d. Volume tabung = 𝜋𝑟 2 𝑡 (r = jari-jari lingkaran alas/ atas, t tinggi, 𝜋 = 3,14
22
= ).
7
KEGIATAN BELAJAR 2

Luas dan Volume Limas, Kerucut, dan Bola

A. LUAS PERMUKAAN LIMAS


Dalam menentukan luas daerah permukaan limas, kita harus menjumlahkan luas
daerah alasnya dengan luas daerah seluruh permukaan sisi-sisi tegaknya., sehingga luas
permukaan limas merupakan luas daerah bidang-bidang sisi limas yang tergantung pada
bentuk segi banyak yang menjadi alas dan sisi-sisi segitiga limas tersebut. Demikian
pula dengan jaring-jaring limas, maka luas permukaan limas sama dengan luas daerah
rangkaian bangun jaring-jaring limas tersebut.
Untuk lebih jelasnya lagi pada gambar berikut tampak limas segitiga beraturan
yang sisi alasnya berupa segitiga sama sisi dan ketiga sisi tegaknya berupa segitiga
sama kaki yang kongruen (Gambar 6.17(a)). Sedangkan pada Gambar 6.17(b) tampak
limas segiempat beraturan dengan keempat sisi tegaknya berupa segitiga sama kaki dan
alsnya berupa persegi. Gambar 6.17(c) adalah limas segilima yang tidak beraturan
dengan sisi-sisi tegaknya berupa segitiga, dan alasnya berupa segilima yang tidak
beraturan. Sedangkan Gambar 6.17(d) adalah limas segienam beraturan, keenam sisi
tegaknya berupa segitiga sama kaki, dan alasnya berupa segi enam beraturan.

Gambar 6.17

Contoh 6.7 :
Diketahui limas segiempat beraturan dengan ukuran panjang rusuk-rusuk alasnya 10
cm. Ukuran panjang apotemanya 12 cm (apotema adalah tinggi segitiga sama kaki yang
merupakan sisi tegak limas). Tentukan luas permukaan limas tersebut !
Penyelesaian :
Perhatikan limas segiempat beraturan T. ABCD seperti ditunjukkan pada Gambar 6.18
dengan AB = BC = CD = AD = 10 cm, dan TE = 12 cm.

Gambar 6.18
Luas daerah permukaan limas = luas daerah bidang + bidang sisi limas
= luas alas + 4 luas sisi tegaknya
1
= (10 . 10) + 4 . (2 . 10 . 12)

= 100 + 240
= 340
Jadi, luas permukaan limas tersebut adalah 340 cm2.

B. LUAS PERMUKAAN KERUCUT


Untuk mendapatkan rumus luas daerah permukaan kerucut, lebih jelasnya kita
perhatikan Gambar 6.19. Gambar 6.19(a) memperlihatkan sebuah kerucut yang diiris
(dipotong) sepanjang garis pelukis TA, sehingga sisi lengkung kerucut akan berbentuk
juring lingkaran seperti pada Gambar 6.19(b).

Gambar 6.19
Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan kertas karton dan
gunting untuk membuat kerucut dan jaring-jaringnya. Adapun alternatif kegiatannya
dapat dilakukan dengan meminta anak untuk membawa kertas makanan yang berbentuk
kerucut dari karton atau membangun kerucut dari jaring-jaringnya. Kemudian lakukan
diskusi untuk menyebutkan bangun-bangun yang merupakan rangkaian jaring-jaring
kerucut, yaitu sebuah sisi lengkung yang berbentuk juring dan sebuah sisi yang
berbentuk lingkaran.
Selanjutnya untuk mencari luas daerah juring ditunjukkan sebagai berikut :
busur ABA 2πr r
= =
keliling lingkaran berpusat T 2πs s
luas juring TABA r
=
luas lingkaran berpusat T s
r
Jadi luas juring TABA = × 𝜋𝑠 2 = 𝜋𝑟𝑠.
s
Jadi pada kerucut berlaku :
Luas daerah permukaan kerucut = luas daerah bidang –bidang sisi kerucut
= Luas bidang lengkung (selimut) + luas daerah sisi alas
= 𝜋𝑟𝑠 + 𝑟 2
= 𝜋𝑟 (𝑠 + 𝑟)
Contoh 6.8 :
Diketahui sebuah kukusan berbentuk kerucut lingkaran tegak dengan diameter alasnya
60 cm dan tingginya 40 cm. Hitunglah luas daerah :
a. Bidang lengkung kerucut
b. Seluruh permukaan kerucut
Penyelesaian :
Karena ukuran panjang diameter (AB) dari lingkaran alas 60 cm,
1 1
maka ukuran jari-jarinya = 𝑟 = 2 diameter = 2
× 60 = 30 cm
(AC = BC)
Dalam segitiga ACT berlaku teorema pythagoras:
Garis pelukis = 𝑠 = √𝑟 2 + 𝑡 2 = √900 + 1600 = 50 cm (TA =
Gambar 6.20
TB)
a. Luas daerah bidang lengkung kerucut:
= luas daerah selimut kerucut
= luas daerah juring T.ABA
= πrs
= π x 30 x 50 = 1500 π cm2
b. Luas daerah seluruh permukaan kerucut:
= luas daerah bidang-bidang sisi kerucut
= luas daerah bidang lengkung + luas daerah bidang alas
= πr (s + r)
= π x 30 (50 + 30)
= 2400 π cm2

C. LUAS PERMUKAAN BOLA


Luas permukaan bola diperoleh dari luas daerah tembereng bola dan luas daerah
setengah bola. Untuk lebih jelasnya perhatikan bangun ruang bolaseperti tampak pada
Gambar 6.21 berikut:

Jika sebuah bola berpusat di titik M dengan ukuran jari-jari R (M, R) (Gambar
6.21(b)) dipotong oleh sebuah bidang yang berpusat di N dengan jari-jari r (N, r), maka
tiap bagian bangun bola disebut tembereng bola (Gambar 6.21(a)).
Tembereng bola juga dapat terbentuk dengan memutar busur lingkaran AC
mengelilingi garis tengah AB (Gambar 6.21(a)). Jadi suatu tembereng bola dibatasi oleh
sebagian dari suatu bola dan sebuah bidang lingkaran. Garis yang melalui pusat
lingkaran dan tegaklurus sampai pada titik potongnya dengan bagian bola tadi
merupakan tembereng (AN dan BN).
Karena luas tembereng bola = 2πRt, dengan R jari-jari bola dan t tinggi
tembereng bola, maka luas setengah bola = 2πr2 (tinggi tembereng bola = jari-jari bola
atau t = R). Jadi, rumus luas permukaan bola dengan jari-jari R adalah 4 πr2 atau L = 4
πr2.
Adapun alternatif pembelajaran yang lain dapat dilakukan dengan cara:
1. Anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok diberi sebuah
bola atau buah yang berbentuk bola. Besar bola yang diberikan berbeda-beda pada
setiap kelompok.
2. Minta anak-anak membandingkan luas daerah permukaan bola dengan luas daerah
lingkaran besarnya melalui beberapa kegiatan berikut:
a. Minta mereka untuk membelah buah itu menjadi dua bagian yang sama besar
(Gambar 6.22(a)).
b. Minta mereka mengukur luas daerah lingkaran besar dengan seutas tali (halus
tetapi padat) (Gambar 6.22(b)).
c. Minta mereka mengukur luas permukaan bola dengan cara melilit bola dengan
benang yang sama atau sejenis (Gambar 6.22(c)).
d. Minta mereka membandingjan antara panjang benang yang dipakai untuk melilit
bola (Gambar 6.22(c)) dengan benang yang dipakai untuk melilit daerah
lingkaran bola itu.(Gambar 6.22(b)).

Gambar 6.22
3. Ternyata benang yang dipakai pada Gambar 6.22(c) panjangnya empat kali panjang
benang yang dipakai pada Gambar 6.22(b). Karena panjang benang yang dipakai
melilit pada Gambar 6.22(b) sama dengan luas daerah lingkarangan jari-jari r, maka
luas permukaan bola yang berjari-jari R adalah 4 × πR2 = 4 πR2 atau L = 4 πR2.
4. Selanjutnya diperiksa dan didiskusikan penemuan dari setiap kelompok yang diberi
bola berbeda-beda panjang jari-jarinya dan hasilnya akan sama, yaitu luas
permukaan bola sama dengan empat kali luas daerah lingkaran besarnya atau L = 4
πR2.
D. VOLUME LIMAS
Gambar 6.23 adalah sebuah kubus dengan ukuran panjang rusuknya a, dalam
kubus tersebut nampak ada enam limas yang mempunyai tinggi dan alas yang
kongruen. Masing-masing limas beralaskan sisi kubus dan berpuncak pada titik potong
diagonal-diagonal ruangnya.

Dengan memperhatikan gambar di atas, kita akan coba membandingkan antara


volume kubus dengan volume limas, yaitu sebagai berikut:
Volume kubus = a × a × a
1
Volume masing-masing limas = volume kubus
6
1 1
= × 𝑎 × 𝑎 × 𝑎 = 𝑎2 × 𝑎
6 6
1 1
= 𝑎2 × 2𝑡 (sebab t = 𝑎)
6 2
1 1
= 𝑎2 𝑡 = luas alas × tinggi
6 3
1
Dapat disimpulkan bahwa untuk setiap limas berlaku Volume limas = luas alas ×
3
tinggi
Alternatif lain dari proses pembelajaran penemuan rumus volume limas
dilakukan dengan metode laboratorium, yaitu sebagai berikut:
1. Kita siapkan prisma dan limas yang luas alas dan tingginya sama
2. Isilah limas dengan air atau pasir hingga penuh, kemudian pindahkan ke dalam
prisma sampai penuh dengan mengulamginya hingga tiga kali.
1
3. Hal ini berarti volume prisma tiga kali volume limas, atau volume limas volume
3
prisma. Sedangkan volume prisma adalah luas alas × tinggi. Jadi, volume limas
1
adalah luas alas × tinggi.
3
E. VOLUME KERUCUT
Suatu kerucut (Gambar 6.25) dapat dianggap sebagai limas dengan alas
lingkaran, sehingga rumus volume limas juga berlaku untuk volume kerucut, yaitu
sebagai berikut:
Volume kerucut = volume limas
1
= luas alas × tinggi
3
1
= 𝜋𝑟 2𝑡 (luas alas kerucut = luas
3

lingkaran = 𝜋𝑟 2 )

Alternatif lain proses pembelajaran penemuan rumus volume kerucut dapat


dilakukan dengan melibatkan siswa secara aktif melalui metode penemuan dan metode
laboratorium, yaitu sebagai berikut:
1. Siapkan beberapa pasang tabung (silinder) dengan kerucut yang mempunyai luas
alas dan tinggi yang sama.
2. Ambil sepasang tabung dan kerucut yang luas alas tingginya sama, kemudian isi
kerucut dengan air atau pasir hingga penuh, lalu pindahkan ke dalam tabung.
Ternyata, untuk dapat memenuhi isi tabung diperlukan tiga kali isi kerucut, seperti
pada (Gambar 6.26).
3. Dari proses penemuan secara laboratorium, diperoleh suatu kesimpulan bahwa:
1
Volume kerucut = volume tabung. Karena volume tabung dengan jari-jari r dan
3
1
tinggi t adalah 𝜋𝑟 2 𝑡, maka : Volume kerucut = 𝜋𝑟2 𝑡.
3
Contoh 6.9 :
Tentukanlah volume sebuah kukusan yang berbentu kerucut dengan diameter 40 cm
dan tinggi 27 cm.
Penyelesaian:
1
Volume kerucut = 𝜋𝑟2 𝑡
3
1 40 2
= 𝜋 ( ) 27 = 3600 cm2
3 2

F. VOLUME BOLA
Pelu diketahui sebelumnya bahwa bola adalah salah satu bangun ruang yang
pembatasnya merupakan bidang lengkung. Alternatif pembelajaran penemuan rumus
volume bola yang dapat diterapkan oleh guru yang tentu disesuaikan dengan kondisi
kemampuan para siswanya.
Untuk dapat menunjukkan volume bola dengan jari-jari tertentu, maka harus
memperhatikan volume juring bola. Juring bola ialah benda yang terdiri atas sebuah
tembereng bola dan sebuah kerucut yang lingkaran alasnya bersekutu,sedangkan pucak
kerucut berimpit dengan pusat bola (Gambar 6.27). Juring bola seperti itu juga dapat
terjadi dengan cara memutar juring lingkaran MAE mengelilingi MA (Gambar 6.27).

Jika R adalah jari-jari bola dan t adalah tinggi tembereng, maka volume juring
bola atau V = 2/3 πR2t. Untuk mengetahui kebenaran rumus volume juring bola,
makaperhatikan Gambar 6.28. Pada gambar ini tampak permukaan tembereng dibagi
menjadi bagian-bagian yang banyak sekali jumlahnya, yaitu menjadi bagian-bagian
bentuk kecil, maka setiap bagian dianggap sebagai limas dengan puncak di M dengan
alasnya datar. Jadi volume juring sama dengan jumlah volume limas-limas tersebut (L
= luas alas limas-limas kecil yang dianggap datar).
1 1 1 1
Volume juring = 𝑅𝐿1 + 𝑅𝐿2 + 𝑅𝐿3 + ⋯ + 𝑅𝐿𝑛 (𝑛 → ~)
3 3 3 3
1
= 3 𝑅 (𝐿1 + 𝐿2 + 𝐿3 + ⋯ )
1
= 3 R . Luas tembereng
1
= 3 𝑅 . 2 𝜋𝑅𝑡 (t = tinggi tembereng)
2
= 3 𝜋𝑅2 𝑡.

Jika tinggi tembereng adalah R, maka juring bola menjadi setengah bola.
Sehingga didaatkan rumus volume juring bola sebagai berikut:

Volume juring bola = Volume ½ bola


2
= 3 𝜋𝑅3

Jadi, volume bola dengan jari-jari R adalah dua kali volume juring dengan tinggi
R atau dua kali volume setengah bola dengan jari-jari R, yaitu:
2 4
Volume bola = 2 × 3 𝜋𝑅3 = 3 𝜋𝑅3

Alternatif lain proses pembelajaran penemuan rumus volume bola untuk para
siswa dengan metode laboratorium. Kegiatannya dapat dilakukan melalui diskusi
kelompok atau diskusi kelas dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perlihatkan sebuah bola M dengan jari-jari M seperti pada Gambar 6.29(a)
2. Minta siswa untuk mengisi bola M dengan air atau pasir sampai benar-benar penuh
3. Perlihatkan sebuah tabung tanpa tutup dengan jari-jari lingkaran alas dan atasnya
sama dengan jari-jari bola (R) dan tingginya sama dengan diameter bola (t = 2R
atau R= ½ t) seperti ditunjukkan dengan Gambar 6.29(b).

4. Mintalah anak menuangkan pasir atau air dari bola ke dalam tabung
5. Kemudian lakukan diskusi dengan memberikan beberapa pertanyaan sebagai
berikut:
a. Apakah tabung terisi penuh dengan pasir atau air dari bola M?
b. Berapa bagian tabung yang terisi pasir atau air yang berasal dari bola M?
c. Berapa volume tabung yang jari-jari lingkaran alasnya R dan tingginya t?
d. Apa yang dapat kita simpulkan dari volume bola hubungannya dengan volume
tabung?
6. Dari hasil diskusi, diharapkan siswa dapat menyimpulkan bahwa pasir atau air yang
berasal dari M dapat memenuhi 2/3 dari tabung tersebut. Karena telah diketahui
volume tabung adalah πR2t, sedangkan tinggi tabung diketahui 2R, maka volume
tabung menjadi πR2 x 2R = 2 πR3
7. Dari hasil diskusi tersebut jelas bahwa hubungan antara volume bola dengan
volume tabung berakibat dapat menemukan volume bola M dengan jari-jari R,
yaitu:
2
Volume bola = 3 volume tabung
2
= 3 × 2𝜋𝑅3
2
= 3 𝜋𝑅3

Bentuk alternatif pembelajaran yang lain mengenai pemahaman rumus volume


bola juga dapat dilakukan dengan metode penemuan dan laboratorium sebagai berikut:
1. Ambil sebuah bangun ruang merupakan setengah bola (sebuah bola yang sudah
dipotong menjadi dua bagian yang sama besar) (Gambar 6.30(a)).
Kemudian buatlah sebuah kerucut yang alas dan tingginya sama dengan alas dan
tinggi setengah bola itu (Gambar 6.30(b)).

2. Isilah kerucut dengan air atau pasir sampai penuh (rata). Kemudian tumpahkan
isinya ke dalam setengah bola (Gambar 6.30(c)) hingga memenuhi setengah bola.
Contoh 6.10 :
Sebuah bola dimasukkan ke dalam tabung hingga menyinggung tabung pada sisi alas
dan atas sisi serta sisi lengkung tabung (Gambar 6.31). Hitunglah perbandingan antara
volume bola dan tabung !
Penyelesaian:
Misalkan jari-jari bola R, maka jari-jari lingkaran alas tabung
adalah R juga, dan tinggi tabung 2R (Gambar 6.31). Menurut
4
rumus volume bola V = 3 𝜋𝑅3 dan volume tabung = luas alas ×

tinggi = πr2 × 2r = 2𝜋𝑅3 (t = 2r).


4 2
Volume bola : volume tabung = 3 𝜋𝑅3 . 2𝜋𝑅3 = 3 ∶ 1.

Jadi, perbandingan anatar volume bola dengan volume tabung


2 2
adalah 3 berbanding 1, dengan kata lain volume bola adalah 3 dari volume tabung.

RANGKUMAN

1. Luas daerah suatu permukaan bangun ruang merupakan luas daerah bidang-bidang sisi
bangun ruang tersebut.
a. Luas permukaan limas = luas alas + luas seluruh sisi tegak
b. Luas permukaan kerucut = luas bidang lengkung + luas alas
c. Luas permukaan bola = 4𝜋𝑅2 (R = jari-jari bola)
2. Volume suatu bangun ruang adalah “besarmya” bagun ruang tersebut.
1
a. Volume limas = 2 luas alas × tinggi
1 1
b. Volume kerucut = 3 × luas alas × tinggi = 3 𝜋𝑅2 𝑡 (R = jari-jari lingkaran

alas, t = tinggi kerucut)


4
c. Volume bola = 3 𝜋𝑅3 (R = jari-jari bola)
DAFTAR PUSTAKA

Muhsetyo, Gatot. 2014. Pembelajaran Matematika SD. Tangerang Selatan: Universitas


Terbuka (UT)

Anda mungkin juga menyukai