Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Mollendorf tahun 1867 memberikan nama “Red Migraine” untuk jenis


nyeri kepala yang termasuk nyeri kepala vaskuler dan merupakan varian dari
migren. Hal ini sesuai dengan gejala klinisnya yaitu hemicephalgia yang disertai
mata merah, muka sesisi merah dan lakrimasi sebelah mata.4
Masih dihubungkan dengan “kemerahan” ini, Bing (1910) menyebutkan
sebagai “Erythromelalgia of the head”.3 Beberapa ahli masih memberikan
berbagai nama untuk jenis cephalgia ini, sampai tahun 1926 Wilfred Harris
menyebutnya sebagai “Periodic Migrainous Neuralgia”. Nama inipun
menggambarkan gejala klinisnya tetapi dari segi lain, yaitu adanya intensitas nyeri
kepala yang hebat, berlangsung dalam waktu yang pendek dan mendekati gejala
neuralgia.4
Untuk mencegah kesalahpahaman dengan nama lain, maka Bicker staff
(1959) mengusulkan nama “Harris’s Neuralgia”. Akhirnya, Kunkle (1952)
menyederhanakan nama ini dan menyesuaikan dengan gejalanya yang timbul
secara berkelompok-kelompok dan bertubi-tubi, menyebutnya sebagai “Cluster
Headache” (cephalgia Klaster).4
Nama ini netral, karena hanya menggambarkan gejalanya yang
berkelompok tanpa menghubungkan dengan etiologi atau mekanismenya, yang
memang masih belum diketahui dengan pasti. Nama terakhir ini diterima secara
umum dan internasional, serta diakui oleh Ad Hoc Committee on Classification of
Headache 1962.4
Definisi yang diberikan oleh Committee ini “ Vaskular Headache,
predominantly unilateral on the same side, usually associated with flushing,
sweating, rinorhoe and increased lacrimation, brief in duration and usually
occurring in close packed groups separated by long remissions”.4
Sesuai dengan definisinya, cephalgia klaster ini tergolong dalam jenis
migren. Ada beberapa perbedaan pokok, yang menyebabkan cephalgia ini lebih
mudah dikenal karena sangat khas.4

BAB II

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS
Nama : Tn.I

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 28 Tahun

Alamat : Dusun Mongloe Lappara Kab. Maros

Pekerjaan : Wiraswasta

Tanggal Lahir : 12 Oktober 1990

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Masuk RS : 06 Desember 2018

No. RM : 183027

2. SUBJEKTIF

ANAMNESIS

a. Keluhan utama
Nyeri kepala
b. Anamnesis terpimpin
Pasien MRS dengan keluhan nyeri kepala sebelah kanan yang dialami
sejak tadi pagi sebelum masuk RS, terus menerus namun ada kalanya
nyeri semakin memberat kira-kira biasanya berlangsung dalam 30
menit. Sakit kepala dirasakan seperti tertusuk. Nyeri hebat juga
dirasakan di bagian mata kanan, ada rasa silau dimata, sehingga pasien
tidak dapat melihat cahaya saat kambuh. Tidak ada rasa berputar, tidak
ada rasa berdenyut. Tidak ada nyeri saat mengunyah. Pasien
menyangkal adanya aktivitas yang memicu kambuhnya nyeri. Biasanya
sebelum kambuh, pasien merasakan rasa tegang pada leher. Riwayat
pernah masuk IGD dengan keluhan yang sama 1 minggu yang lalu.
Demam tidak ada, riwayat demam tidak ada. Batuk tidak ada, sesak
tidak ada. Mual ada sesekali, muntah tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada.
BAB : biasa
BAK : lancar, kesan cukup
Riwayat penyakit sebelumnya
- Riwayat post operasi sinusitis maxillaris dan diviasi septum
1,5 tahun yang lalu.
- Riwayat trauma tidak ada
- Riwayat sakit gigi tidak ada
- Riwayat diabetes melitus tidak ada.
- Riwayat hipertensi tidak ada.
- Riwayat sakit kuning tidak ada.
- Riwayat merokok ada.
Riwayat pengobatan
- Tidak ada
Riwayat keluarga
- Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama tidak ada.
Riwayat alergi
- Tidak ada riwayat alergi obat-obatan dan makanan.
3. OBJEKTIF

Keadaan umum : Sakit sedang / Gizi baik / Compos mentis

Status kesadaran

Kuantitatif : GCS 15 (E4M6V5)

Kualitatif : Compos mentis

Berat Badan : 60 kg

Tinggi Badan : 170 cm

IMT : 20,7 kg/m2 (normal)

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 82/menit

Pernapasan : 24x/menit, tipe pernapasan: thoracoabdominal

Suhu : 36,70C (Aksila)

VAS saat di IGD : 9-10

VAS saat di perawatan : 4-5

(pemfis neuro)

Kepala: Normocephal, Rambut : hitam abu-abu, lurus, suka dicabut

Mata : Gerakan : Segala arah

Kelopak mata : Edema tidak ada


Konjungtiva : Anemis (+)

Sklera : Ikterus (-)

Kornea : Jernih

Pupil : Bulat, isokor d=2,5/2,5 mm

Telinga : Tophi :-

Nyeri tekan di proc. Mastoideus: -

Pendengaran : Normal

Hidung : Perdarahan -, Sekret –

Mulut : Bibir : Pucat (-) kering (-) sianosis (-)

Gigi geligi : Karies (-)

Gusi : Perdarahan (-)

Lidah : Kotor (-) tremor (-)

Tonsil : T1- T1,hiperemis(-)

Faring : Hiperemis(-)

Leher :

Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran

Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran

Pembuluh darah : Tidak ada kelainan

Kaku kuduk : (-)

Tumor : (-)
Dada :

 Inspeksi : Bentuk : Normochest, simetris kiri-kanan


Pembuluh darah : Tidak ada kelainan
Buah dada : Dalam batas normal
Sela iga : Dalam batas normal
Lain-lain : Tidak ada

Punggung :

 Palpasi : Tidak ada kelainan


 Nyeri ketok : Tidak ada
 Auskultasi : Normal
 Gerakan : Normal

Paru :

 Palpasi : Fremitus raba : Normal


Nyeri tekan : (-)
 Perkusi : Paru kiri : Sonor
Paru kanan : Sonor
Batas paru – hepar : ICS V-VI
Batas paru belakang kanan : ICS IX belakang kanan
Batas paru belakang kiri : ICS X belakang kiri
 Auskultasi : Bunyi pernapasan : Bronchial
Bunyi tambahan : Rh (-/-) Wh (-/-)
Jantung :
 Inspeksi : ictus cordis tampak
 Palpasi : ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : Pekak
Batas atas jantung : ICS II sinistra

Batas kanan jantung : ICS III-IV linea parasternalis dextra

Batas kiri jantung : ICS V linea midclavicularis sinistra

 Auskultasi : BJ I / II murni reguler


Bunyi tambahan : (-)
Perut :
 Inspeksi : Datar, ikut gerak napas.
 Palpasi : Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
Lain-lain : Nyeri tekan pada seluruh regio
 Perkusi : Hipertimpani
 Auskultasi : Peristaltik (+), kesan meningkat, metalic sound (+)

Alat Kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan

Rectal toucher : Tonus sphinter ani baik, ampula tidak prolaps,


mukosa licin, ampulla kosong, nyeri tekan tidak
ada,    massa tidak ada.. Pada handscoon feses tidak
ada, darah tidak ada.

Ekstremitas : Akral dingin, edema(-), dislokasi (-) luka(-)

Laboratorium :

Darah Rutin (06/12/18) Nilai Rujukan

WBC 8.100/µL 4.000 – 12.000

Lym% 21,2 % 25.0 – 50.0

Mon% 1,8% 2.0-10.0

Gran% 77,0% 50,0-80,0

RBC 5.200.000 4.000.000– 6.200.000

Hb 15,7 g/dl 11.0 – 17.0

HCT 46,4% 35.0 –55.0

MCV 89,2 fL 80.0 – 100.0

MCH 30,2 pg 26.0 – 34.0


MCHC 33,8 g/dl 31.0 – 35.5

PLT 210.000/uL 150.000 – 400.000

(06/12/18) Nilai Rujukan

GDS 139 u/L 70-140 mg/dl

4. DIAGNOSIS

Cluster Headache

5. DIAGNOSA BANDING

Migrain
Neuralgia Trigeminal
Tension Tipe Headache

6. PLANNING DIAGNOSTIC

7. PLANNING THERAPY

- IVFD Ringer Laktat 20 tpm


- Oksigen 5 lpm masker (bila nyeri kepala kambuh)
- Neurobion/24 jam/drips
- PDMK 2 x 1 capsul (Paracetamol 350 mg, Diazepam 1 mg,
Metocloperamide 1/3 tab, Kafein 20 mg)
- Usul : Ergotamin 2 x 1 tab (tidak tersedia)
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI / BATASAN


Sakit kepala didefinisikan sebagai sakit yang berlokasi di kepala atau leher
bagian belakang. Secara garis besar, sakit kepala dapat dibagi menjadi sakit
kepala primer dan sekunder. Sakit kepala primer adalah sakit kepala yang tidak
berhubungan dengan penyebab atau penyakit lain. Sakit kepala sekunder adalah
sakit kepala yang berhubungan dengan penyakit lain. Berdasarkan klasifikasi
Internasional Sakit Kepala Edisi 2 dari IHS (International Headache Society)
yang terbaru tahun 2004, sakit kepala primer terdiri atas migraine, tension type
headache, cluster headache dan trigeminal-autonomic cephalgias dari primary
headaches.2
Cluster headache adalah suatu sindrom idiopatik yang terdiri dari
serangan yang jelas dan berulang dari suatu sakit periorbital unilateral yang
mendadak dan parah.6 Cluster headache juga dikenal sebagai sakit kepala
histamine, yaitu suatu bentuk sakit kepala neurovascular. Serangan biasanya
parah, unilateral dan terletak di daerah periorbital. Rasa sakit ini terkait dengan
lakrimasi ipsilateal, hidung tersumbat, injeksi konjungtiva, miosis, ptosis dan
edema kelopak mata. Sakit kepala berlangsung singkat dan berlangsung beberapa
saat sampai 2 jam. Cluster mengacu pada pengelompokan sakit kepala, biasanya
selama beberapa minggu. Untuk memenuhi kriteria diagnosis, pasien harus
memiliki minimal 5 serangan yang terjadi dari 1 setiap hari untuk 8 per hari dan
tidak ada penyebab lain untuk sakit kepala.3

2.2 EPIDEMIOLOGI

Pada sebuah penelitian,ditemukan untuk prevalensi cluster headache


masih kontroversial tetapi salah satu survei menghitung prevalensi sekitar 0,24%
pada populasi umum. Tingkat intensitas nyeri pasien dengan cluster headache
pada umumnya, sebagai salah satu cluster headache terburuk dan mungkin yang
paling parah dari gangguan sakit kepala primer. Paling sering, cluster headache
terjadi sekali setiap 24 jam selama 6 sampai 12 minggu pada suatu waktu dengan
periode remisi biasanya berlangsung 12 bulan. Khas usia onset untuk pria dan
wanita adalah 27 hingga 31 tahun. Namun sakit kepala cluster merupakan salah
satu sindrom sakit kepala yang lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada
wanita. Penelitian menunjukkan rasio laki-laki dan wanita berkisar dari 5.0:1
sampai 6.7:1, tetapi ada bukti lain bahwa kesenjangan mungkin telah berkurang
pada tahun 1990 an. Dua studi terbaru menemukan rasio jenis kelamin yang masih
menunjukkan frekuensi lebih besar pada pria, tetapi hanya 3.5:1 dan 2:1.
Beberapa fitur membedakan adanya tanda serangan. Paling penting adalah adanya
gejala otonom sementara.1
Data epidemiologi pada cluster headache hanya sedikit. Dalam sebuah
penelitian bahwa laki-laki berusia 18 tahun, pada tahun 1976 di Swedia ditemukan
prevalensi seumur hidup dari 90 per 100.000 penduduk. Pada tahun 1984 dan
1999, seluruh penduduk Republik San Marino dilakuan penelitian dalam dua studi
yang menggunakan pendekatan metodologi yang sama. Dalam survey pertama,
ditemukan tingkat prevalensi 69 per 100.000 (128 per 100.000 pada laki-laki dan
9 per 100.000 pada wanita), pada survei kedua, 3 angka prevalensi diperkirakan
adalah 56 per 100.000 (115,3 per 100.000 pada laki-laki). Dalam penelitian
epidemiologi ekstensif yang dilakukan pada populasi daerah kecil di Norwegia
(studi Vaga), tingkat prevalensi diperkirakan adalah 326 per 100.000 (558 per
100.000 pada laki-laki dan 106 per 100.000 pada wanita) sangat tinggi
dibandingkan populasi di San Marino.1

2.3 ETIOLOGI
Beberapa pemicu cluster headache meliputi:

1. Injeksi subkutan histamine memprovokasi serangan pada 69% pasien.


2. Serangan yang dipicu pada beberapa pasien karena stres, alergi,
perubahan musiman, atau nitrogliserin.
3. Perokok berat.
4. Gangguan dalam pola tidur normal.
5. Keabnormalan kadar hormon tertentu.
6. Alkohol menginduksi serangan selama cluster tetapi tidak selama
remisi. Pasien dengan cluster headache, 80% adalah perokok berat dan
50% memiliki riwayat penggunaan etanol berat.
7. Faktor resiko
 Laki-laki.
 Usia lebih dari 30 tahun
 Vasodilator dengan jumlah kecil (misalnya, alcohol).
 Trauma kepala sebelumnya atau operasi (kadang-kadang).3

2.4 PATOFISIOLOGI
Patofisiologi dari cluster headache tidak diketahui dengan jelas. Ada
beberapa mekanisme yang mungkin dapat menjelaskannya.

1. Hemodinamik
Dilatasi vaskular mungkin memiliki peranan, tetapi studi tentang peredaran
darah masih belum pasti. Aliran darah ekstrakranial (hipertermia dan
peningkatan aliran darah arteri temporal) meningkat tetapi tidak menimbulkan
rasa sakit. Perubahan vaskular merupakan perubahan sekunder untuk neuronal
discharge yang primer.
2. Saraf trigeminal
Saraf trigeminal mungkin bertanggung jawab terhadap neuronal discharge
yang bisa menyebabkan cluster headache. Substansi P neuron membawa
impuls sensori dan motorik dalam divisi saraf maksillaris dan opthalamic.
Semua ini berhubungan dengan ganglion sphenopalatina dan pleksus
sympathetic carotid perivaskular interior. Somatostatin menghambat substansi
P dan mengurangi durasi dan intensitas cluster headache.
3. Sistem saraf autonomik
Efek simpatis (misalnya, Horner syndrome, keringat di dahi) dan parasimpatis
(misalnya, lakrimasi, rinore, nasal congestion).
4. Ritme sirkadian
Cluster headache sering kambuh dalam waktu yang sama setiap hari,
menunjukkan hipothalamus, yang mengontrol ritme sirkadian, dimana lokasi
yang menjadi penyebabnya.
5. Serotonin
Tidak khas seperti pada migrain, tetapi kadang-kadang terdapat perubahan.
6. Histamin
Meskipun penyebabnya kurang mendukung, cluster headache mungkin dipicu
oleh sedikit perubahan histamin. Antihistamin tidak menghilangkan cluster
headache.
7. Mast sel
Peningkatan jumlah mast sel dapat ditemukan pada area kulit yang sakit pada
beberapa penderita, tetapi hal ini tidak dapat menjadi penjelasan.3

2.5 PEMBAGIAN DAN KLASIFIKASI

Berdasarkan jangka waktu periode cluster dan periode remisi,


International Headache Society telah mengklasifikasikan cluster headache
menjadi dua tipe :
1. Episodik
Dalam tipe ini, cluster headache terjadi setiap hari selama satu minggu
sampai satu tahun diikuti oleh remisi tanpa nyeri yang berlangsung
beberapa minggu sampai beberapa tahun sebelum berkembangnya periode
cluster selanjutnya.
2. Kronik
Dalam tipe ini, cluster headache terjadi setiap hari selama lebih dari satu
tahun dengan tidak ada remisi atau dengan periode tanpa nyeri
berlangsung kurang dari dua minggu.

Sekitar 10 sampai 20 % orang dengan cluster headache mempunyai tipe


kronik. Cluster headache kronik dapat berkembang setelah suatu periode serangan
episodik atau dapat berkembang secara spontan tanpa di dahului oleh riwayat sakit
kepala sebelumnya. Beberapa orang mengalami fase episodik dan kronik secara
bergantian.
Para peneliti memusatkan pada mekanisme yang berbeda untuk
menjelaskan karakter utama dari cluster headache. Mungkin terdapat riwayat
keluarga dengan cluster headache pada penderita, yang berarti ada kemungkinan
faktor genetik yang terlibat. Beberapa faktor dapat bersama-sama menyebabkan
cluster headache.1

2.6 TANDA DAN GEJALA KLINIS


Gejala klinis yang dapat ditemukan pada cluster headache adalah Tidak
ada aura muncul seperti pada migraine. Periodisitas adalah karakteristik yang
paling mencolok. Biasanya, pasien mengalami 1-2 kali periode cluster per tahun,
yang masing-masing berlangsung 2-3 bulan.

1. Sakit (digambarkan sebagai sakit pedih dan berat )


 Onset mendadak ( Puncaknya dalam 10-15 menit)
 Unilateral wajah ( masih pada sisi yang sama selama periode cluster)
 Durasi (10 menit sampai 3 jam per episode)
 Karakter (membosankan dan sakit pedih, seolah-olah mata didorong keluar)
 Distribusi (divisi pertama dan kedua dari saraf trigeminal, sekitar 18-20%
pasien mengeluh sakit di daerah ekstratrigeminal, misalnya, beelakang
leher, di sepanjang arteri carotid)
 Periodesitas (keteraturan sirkadian di 47%)
 Remisi (panjang interval bebas gejala terjadi pada beberapa pasien. Rata-
rata selama 2 tahun tetapi berkisar antara 2 bulan sampai 20 tahun)
2. Lakrimasi (84-91%) atau injeksi konjungtiva.
3. Hidung tersumbat (48-75%) atau rinore.
4. Edema kelopak mata ipsilateral.
5. Miosis atau ptosis ipsilateral.
6. Keringat pada dahi dan wajah ipsilateral (26%).
7. Letih/ lemas (90%).3

2.7 PEMERIKSAAN FISIK


Pada pemeriksaan fisik biasanya normal kecuali untuk lakrimasi dan
injeksi konjungtiva yang mungkin terjadi. Ptosis juga bisa dilihat. Pada penelitian,
hasilnya konsisten dengan fitur ipsilateral otonom parasimpatis yang ditandai oleh
aktivasi tengkorak dan hipofungsi simpatis. Munculnya kelainan lain
menunjukkan etiologi lain untuk sakit kepala.

1. Parasimpatis overactivity.
2. Kelumpuhan ocular simpatis – sindrom Horner ringan (misalnya, ptosis,
miosis, anhidrosis).
3. Bradikardia.
4. Pucat.
5. Sakit kulit kepala dan wajah.
6. Kelembutan krotid ipsilateral (pada beberapa pasien).
7. Pasien sering dalam kesulitan yang parah.
8. Pasien dapat menurunkan kepala dan menekan pada daerah yang sakit,
kadang-kadang menangis atau menjerit.
9. Latihan fisik dapat membantu beberapa pasien mendapatkan bantuan.
10. Pasien mungkin merasa ingin bunuh diri.3

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Neuroimaging.
 Computed tomography (CT).
 Magnetic Resonance Imaging / angiografi (MRI / MRA).
2. Elektroencephalography (jarang diperlukan).1

2.9 DIAGNOSIS

Cluster headache mempunyai ciri khas tipe nyeri dan pola serangan. Suatu
diagnosis tergantung kepada gambaran dari serangan, termasuk nyeri, lokasi dan
keparahan sakit kepala, dan gejala-gejala lainnya yang terkait. Frekuensi dan lama
waktu terjadinya sakit kepala merupakan faktor yang penting.
Keterlibatan fenomena otonom yang jelas sangat penting pada cluster
headache. Tanda-tanda tersebut diantaranya adalah rinorea dan hidung tersumbat
ipsilateral, lakrimasi, hiperemi pada konjungtiva, diaforesis pada wajah, edema
pada palpebra dan sindrom Horner parsial atau komplit, takikardia juga sering
ditemukan.
Pemeriksaan neurologis dapat membantu untuk mendeteksi tanda-tanda
dari cluster headache. Terkadang pupil terlihat lebih kecil atau palpebra terjatuh
bahkan diantara serangan.

Diadaptasi IHS Criteria for the General Diagnosis of Cluster Headache*


Headache Description (All 4) Autonomic Symptoms (Any 2)
 Severe headache  Rhinorrhea
 Unilateral  Lacrimation
 Duration of 15–180 min  Facial sweating
 Orbital periorbital or temporal  Miosis
location  Eyelid edema
 Conjunctival injection
 Ptosis
* Tidak ada bukti dari gangguan sakit kepala sekunder. Sakit kepala cluster
episodik terjadi untuk <1 tahun dan sakit kepala kronis terjadi selama> 1 tahun.5

2.10 DIAGNOSIS BANDING

1. Herpes zoster.
2. Sinusitis.
3. Subarachnoid hemorrage.
4. Termporal arteritis.
5. Trigeminal neuralgia.3
2. 11 KOMPLIKASI/PENYULIT

1. Cedera selama serangan.


2. Efek samping obat, termasuk unmasking penyakit arteri koroner.
3. Potensi untuk panyalahgunaan obat.3

2.12 TERAPI

Tidak ada terapi untuk menyembuhkan cluster headache. Tujuan dari


pengobatan adalah membantu menurunkan keparahan nyeri dan memperpendek
jangka waktu serangan. Obat-obat yang digunakan untuk cluster headache dapat
dibagi menjadi obat-obat simptomatik dan profilaksis. Obat-obat simptomatik
bertujuan untuk menghentikan atau mengurangi rasa nyeri setelah terjadi serangan
cluster headache, sedangkan obat-obat profilaksis digunakan untuk mengurangi
frekuensi dan intensitas eksaserbasi sakit kepala.6
Karena sakit kepala tipe ini meningkat dengan cepat, pengobatan
simptomatik harus mempunyai sifat bekerja dengan cepat dan dapat diberikan
segera, biasanya menggunakan injeksi atau inhaler daripada tablet per oral.6
 Pengobatan simptomatik
1. Oksigen
Menghirup oksigen 100 % melalui sungkup wajah dengan kapasitas 7
liter/menit memberikan kesembuhan yang baik pada 50 sampai 90 % orang-
orang yang menggunakannya. Terkadang jumlah yang lebih besar dapat lebih
efektif. Efek dari penggunaannya relatif aman, tidak mahal, dan efeknya dapat
dirasakan setelah sekitar 15 menit. Kerugian utama dari penggunaan oksigen
adalah pasien harus membawa-bawa tabung oksigen dan pengaturnya,
membuat pengobatan dengan cara ini menjadi tidak nyaman dan tidak dapat di
akses setiap waktu. Terkadang oksigen mungkin hanya menunda daripada
menghentikan serangan dan rasa sakit tersebut akan kembali.6
2. Sumatriptan
Obat injeksi sumatriptan yang biasa digunakan untuk mengobati migraine, juga
efektif digunakan pada cluster headache. Beberapa orang diuntungkan dengan
penggunaan sumatriptan dalam bentuk nasal spray namun penelitian lebih
lanjut masih perlu dilakukan untuk menentukan keefektifannya.6
3. Ergotamin
Alkaloid ergot ini menyebabkan vasokontriksi pada otot-otot polos di
pembuluh darah otak. Tersedia dalam bentuk injeksi dan inhaler, penggunaan
intra vena bekerja lebih cepat daripada inhaler dosis harus dibatasi untuk
mencegah terjadinya efek samping terutama mual, serta hati-hati pada
penderita dengan riwayat hipertensi.6
4. Obat-obat anestesi lokal
Anestesi lokal menstabilkan membran saraf sehingga sel saraf menjadi kurang
permeabilitasnya terhadap ion-ion. Hal ini mencegah pembentukan dan
penghantaran impuls saraf, sehingga menyebabkan efek anestesi lokal.
Lidokain intra nasal dapat digunakan secara efektif pada serangan cluster
headache. Namun harus berhati-hati jika digunakan pada pasien-pasien
dengan hipoksia, depresi pernafasan, atau bradikardi.6

 Obat-obat profilaksis :
1. Anti konvulsan
Penggunaan anti konvulsan sebagai profilaksis pada cluster headache telah
dibuktikan pada beberapa penelitian yang terbatas. Mekanisme kerja obat-obat
ini untuk mencegah cluster headache masih belum jelas, mungkin bekerja
dengan mengatur sensitisasi di pusat nyeri. 6
2. Kortikosteroid
Obat-obat kortikosteroid sangat efektif menghilangkan siklus cluster headache
dan mencegah rekurensi segera. Prednison dosis tinggi diberikan selama
beberapa hari selanjutnya diturunkan perlahan. Mekanisme kerja kortikosteroid
pada cluster headache masih belum diketahui.6

 Pembedahan
Pembedahan di rekomendasikan pada orang-orang dengan cluster headache
kronik yang tidak merespon dengan baik dengan pengobatan atau pada pasien
yang memiliki kontraindikasi pada obat-obatan yang digunakan. Tindakan
pembedahan hanya pada pasien yang mengalami serangan pada satu sisi kepala
saja karena operasi ini hanya bisa dilakukan satu kali. Sedangkan yang mengalami
serangan berpindah-pindah dari satu sisi ke sisi yang lain mempunyai resiko
kegagalan operasi.6
Ada beberapa tipe pembedahan yang dapat dilakukan untuk mengobati
cluster headache. Prosedur yang dilakukan adalah merusak jalur saraf yang
bertanggungjawab terhadap nyeri.6
Blok saraf invasif ataupun prosedur bedah saraf non-invasif (contohnya
radio frekuensi pericutaneus, ganglionhizolisis trigeminal, rhizotomi) telah
terbukti berhasil mengobati cluster headache. Namun demikian terjadi efek
samping berupa diastesia pada wajah, kehilangan sensoris pada kornea dan
anestesia dolorosa.6
Pembedahan dengan menggunakan sinar gamma sekarang lebih sering
digunakan karena kurang invasif. Metode baru dan menjanjikan adalah
penanaman elektroda perangsang dengan menggunakan penunjuk jalan
stereostatik di bagian inferior hipotalamus. Penelitian menunjukkan bahwa
perangsangan hipotalamus pada pasien dengan cluster headache yang parah
memberikan kesembuhan yang komplit dan tidak ada efek samping yang
signifikan.6

2.13 PROGNOSIS

1. 80 % pasien dengan cluster headache berulang cenderung untuk


mengalami serangan berulang.
2. Cluster headache tipe episodik dapat berubah menjadi tipe kronik pada
4 sampai13 % penderita.
3. Remisi spontan dan bertahan lama terjadi pada 12 % penderita,
terutama pada cluster headache tipe episodik.
4. Umumnya cluster headache menetap seumur hidup.
5. Onset lanjut dari gangguan ini teruama pada pria dengan riwayat
cluster headache tipe episodik mempunyai prognosa lebih buruk.3

2.14 ALGORITME

Riwayat
Riwayat penyakit
penyakit lengkap,
lengkap, tingkat
tingkat pendidikan
pendidikan pasien
pasien dan
dan keinginan
keinginan untuk
untuk
sembuh.
sembuh.
Diagnosis
Diagnosis banding
banding
Mengukur
Mengukur keparahan
keparahan penyakit
penyakit
Pengaruh
Pengaruh terhadap
terhadap aktivitas
aktivitas seharihari
seharihari (kuisioner
(kuisioner MIDAS
MIDAS atau
atau HIT).
HIT).
Frekuensi
Frekuensi dan
dan durasi
durasi serangan.
serangan.
Tingat
Tingat keparahan
keparahan penyakit.
penyakit.
Gejala
Gejala diluar
diluar sakit
sakit kepala.
kepala.
Riwayat
Riwayat penyakit
penyakit pasien
pasien dan
dan preferensinya.
preferensinya.

Cluster
Cluster headache
headache tingkat
tingkat sedang
sedang
sampai
sampai berat
berat

Profilaksis
Profilaksis (jangka
(jangka pendek)
pendek)

Pengobatan
Pengobatan akut
akut
dengan
dengan
pemberian
pemberian
sumatriptan
sumatriptan
secara
secara subkutan
subkutan
Verapamil)
Verapamil)
dengan
dengan
panjang
(jangka panjang
(jangka
Profilaksis
Profilaksis

Profilaksis
Profilaksis Alternative
Alternative Pengobatan
Pengobatan akut
akut Pengobatan
Pengobatan akutakut
(jangka
(jangka panjang
panjang profilaksis
profilaksis jangka
jangka dengan
dengan alternative
alternative lainnya
lainnya
dengan
dengan panjang
panjang pemberian
pemberian (semprotan
(semprotan
Verapamil)
Verapamil) (misalnya
(misalnya lithium)
lithium) sumatriptan
sumatriptan hidung
hidung triptan
triptan
secara
secara subkutan
subkutan atau
atau oksigen
oksigen

Rujuk
Rujuk
2.15 RINGKASAN

Cluster headache adalah suatu sindrom idiopatik yang terdiri dari


serangan yang jelas dan berulang dari suatu sakit periorbital unilateral yang
mendadak dan parah. Cluster headache juga dikenal sebagai sakit kepala
histamine, yaitu bentuk sakit kepala neurovascular. Serangan biasanya parah,
unilateral dan biasanya terletak di daerah periorbital. Cluster headache sering
sekali dipicu oleh rokok dan alkohol, dan lebih sering terjadi pada laki-laki.
Patofisiologi dari cluster headache tidak diketahui dengan jelas. Ada
beberapa mekanisme yang mungkin dapat menjelaskannya, antara lain
hemodinamik, saraf trigeminal, sistem saraf autonomik, ritme sirkadian,
serotonin, histamin dan mast sel.
Berdasarkan jangka waktu periode cluster dan periode remisi,
International Headache Society telah mengklasifikasikan cluster headache
menjadi dua tipe, yaitu (i) tipe episodik, suatu bentuk cluster headache yang
terjadi setiap hari selama satu minggu sampai satu tahun diikuti oleh remisi tanpa
nyeri yang berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun sebelum
berkembangnya periode cluster selanjutnya, (ii) tipe kronik, suatu bentuk cluster
headache terjadi setiap hari selama lebih dari satu tahun dengan tidak ada remisi
atau dengan periode tanpa nyeri berlangsung kurang dari dua minggu.
Gejala klinis yang dapat ditemukan pada cluster headache adalah sakit
pada daerah periorbital dengan onset mendadak, unilateral wajah dengan durasi 10
menit sampai 3 jam per episode, lakrimasi atau injeksi konjungtiva, hidung
tersumbat, edema kelopak mata ipsilateral, miosis atau ptosis ipsilateral, keringat
pada dahi dan wajah ipsilateral, letih atau lemas.

DAFTAR PUSTAKA

1. C. Finocchi, M. Del Sette, S. Angeli, et al. 2010. Neurology. Available from :


URL : http://neurology.org. Diakses tanggal 16 Juli 2011
2. Dr. Hasan Sjahrir Sp S. 2004. Mekanisme terjadinya nyeri kepala primer dan
prospek pengobatannya. Abailable from : URL :
http://respiratory.usu.ac.id/bitstream/123456789/ 3457/1/neurologi-
hasan.pdf. Diakses 15 Juli 2011
3. K Sargeant, Lori. 2010. Cluster Headache. Available from : URL :
http://emedicine .medscape.com. Diakses 15 Juli 2011
4. Kusumoputro, S., dkk, Nyeri Kepala Menahun. Universitas Indonesia Press.
Jakarta
5. Martin V Elkind A. 2004. Diagnosis and classification of primary hadache
disorders. In: Standards of care for headache diagnosis and treatment.
National Headache Foundation. Chicago (IL). P. 4-18
6. Mayo Clinic Staff. 2010. Cluster Headaches. Available from : URL :
http://www.mayoclinic.com/health/cluster-headache/ DS00487. Diakses
tanggal 16 Juli 2011
7. MIPCA. 2004. Cluster Headache Algorithm. Available from : URL :
www.mipca.org.uk. Diakses tanggal 16 Juli 2011

Anda mungkin juga menyukai