Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AQIDAH AKHLAK

Di SUSUN OLEH :

NUR CAHAYA

70200119053

KESMAS B

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil 'alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah

menganugerahkan keimanan, keislaman, kesehatan, dan kesempatan sehingga penulis dapat

menyusun makalah ini dengan baik. Makalah dengan judul "akidah akhlak " ini disusun dalam rangka

menyediakan bahan materi presentasi.

Meski demikian, penulis meyakini masih banyak yang perlu diperbaiki dalam penyusunan makalah

ini, baik dari segi penulisan sumber materi , tata bahasa, dan bahkan tanda baca sehingga sangat

diharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian sebagai bahan evaluasi penulis.

Demikian, besar harapan penulis agar makalah ini dapat menjadi bacaan menarik bagi pembaca .

GOWA, 13 OKTOBER 2020

NUR CAHAYA

2
DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR...........................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG......................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................5

C. TUJUAN PENULISAN....................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AQIDAH ISLAM....................................................................6

B. RUANG LINGKUP AQIDAH ISLAM............................................................10

C. PRINSIP-PRINSIP AQIDAH ISLAM..............................................................17

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN.................................................................................................19

B. SARAN ............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Aqidah Islam berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan tentang wujud Allah,

Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada yang menyekutuinya, baik dalam zat, sifat-sifat maupun

perbuatannya. Akhlak mulia berawal dari aqidah, jika aqidahnya sudah baik maka dengan sendirinya

akhlak mulia akan terbentuk. Iman yang teguh pasti tidak ada keraguan dalam hatinya dan tidak

tercampuri oleh kebimbangan. Beriman kepada Allah pasti akan melaksanakan segala perintahnya

dan menjauhi larangannya. Beriman kepada Allah juga harus beriman kepada Malaikat, Nabi, kitab,

hari akhir, qada dan qadar Allah.

Aqidah memiliki peranan penting dalam mendidik siswa, ruang lingkup aqidah yang dapat

membentuk akhlak mulia akan mengantarkan manusia Indonesia sebagai manusia yang mumpuni

dalam segala aspek kehidupan. Ruang lingkup dari aqidah yaitu: Ilahiyat, nubuwat, ruhaniyat, dan

sam’iyyat1. Dari ruang lingkup aqidah yang dijadikan rujukankan terbentuknya manusia berakhlakul

karimah, berarti manusia dapat menghindari akhlak tercela sebagai manifestasi dari ajaran-ajaran

aqidah Islam.

Aqidah merupakan jalan untuk membangun pondasi pengetahuan awal mengenai agama

islam. Aqidah juga untuk mengetahui akan eksistensi Allah dan tujuan kehidupan yang diberikan serta

aturan-aturan yang mesti dipatuhi dan larangan-larangan yang harus dijauhi. Aqidah seharusnya

diberikan sejak awal perkembangan manusia dimulai. Sebab dari sinilah manusia mulai mempunyai

pegangan dan pedoman yang dapat mengarahkannya dalam mengarungi amanat yakni kehidupan di

dunia. Selain itu, dalam membahas aqidah tidak bisa terlepas dari term akhlak. Karena aqidah dan

akhlak mempunyai kesinambungan makna dan implementasi. Dengan demikian, aqidah dan akhlak

seyogyanya menjadi salah satu fokus pendidikan islam, hal ini melihat keurgensian aqidah dan akhlak

dalam pendidikan yang sudah diterapkan sejak awal zaman Rasulullah hingga zaman modern seperti

4
sekarang. Apabila fokus pendidikan aqidah dan akhlak mantab, maka sudah tentu dapat melahirkan

insan kamil yang mencerminkan pribadi islam yang unggul.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi akidah Islam?

2. Bagaimana ruang lingkup akidah Islam?

3. Bagaimana prinsip-prinsip akidah Islam?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi akidah Islam.

2. Untuk mengetahui ruang lingkup akidah Islam.

3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip akidah Islam.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Aqidah

Kata ” ‘aqidah “ diambil dari kata dasar “al-‘aqdu” yaitu ar-rabth(ikatan), al-

Ibraam (pengesahan), al-ihkam(penguatan), at-tawatstsuq(menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu

biquwwah(pengikatan dengan kuat),at-tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu(penetapan). Di

antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin(keyakinan) dan al-jazmu(penetapan).

“Al-‘Aqdu” (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari

kata kerja: ” ‘Aqadahu” “Ya’qiduhu” (mengikatnya), ” ‘Aqdan” (ikatan sumpah), dan ” ‘Uqdatun

Nikah” (ikatan menikah). Allah Ta’ala berfirman.

ْ ُ‫ا ت‬VV‫ ِط َم‬V‫ا ِكينَ ِم ْن أَوْ َس‬V‫ َر ِة َم َس‬V‫َش‬


ْ‫ونَ أَ ْهلِي ُك ْم أَو‬VV‫ط ِع ُم‬ ْ ‫هُ ِإ‬Vُ‫ارت‬
َ ‫ا ُم ع‬VV‫ط َع‬ َ َّ‫انَ فَ َكف‬VV‫ا َعقَّ ْدتُ ُم اأْل َ ْي َم‬VV‫ ُذ ُك ْم بِ َم‬V‫ُؤَاخ‬
ِ ‫انِ ُك ْم َولَ ِك ْن ي‬VV‫اخ ُذ ُك ُم هَّللا ُ بِاللَّ ْغ ِو فِي أَ ْي َم‬
ِ ‫اَل يُ َؤ‬

َ ِ‫ َذل‬V‫انَ ُك ْم َك‬VV‫وا أَ ْي َم‬VVُ‫انِ ُك ْم إِ َذا َحلَ ْفتُ ْم َواحْ فَظ‬VV‫ارةُ أَ ْي َم‬


‫ ِه لَ َعلَّ ُك ْم‬Vِ‫ك يُبَيِّنُ هَّللا ُ لَ ُك ْم آيَات‬ َ َّ‫كَ َكف‬VVِ‫ ِة أَي ٍَّام َذل‬Vَ‫يَا ُم ثَاَل ث‬V‫ص‬
ِ َ‫ ْد ف‬V‫ ٍة فَ َم ْن لَ ْم يَ ِج‬Vَ‫ ُر َرقَب‬V‫ َوتُهُ ْم أَوْ تَحْ ِري‬V‫ِك ْس‬

َ‫تَ ْش ُكرُون‬

“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk

bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja …”

 (Al-Maa-idah : 89).

Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang

pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan.

Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-

id. (Lihat kamus bahasa: Lisaanul ‘Arab, al-Qaamuusul Muhiith dan al-Mu’jamul Wasiith: (bab:

‘Aqada).

Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik

itu benar ataupun salah.

6
Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)

Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga

menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidka tercampuri oleh keraguan dan

kebimbangan.

Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang 

menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang tidak menerima keraguan atau

prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan

aqidah. Dinamakan aqidah, karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.

Aqidah Islamiyyah:

Maknanya adalah keimanan yang pasti teguh dengan Rububiyyah Allah Ta’ala, Uluhiyyah-Nya, para

Rasul-Nya, hari Kiamat, takdir baik maupun buruk, semua yang terdapat dalam masalah yang ghaib,

pokok-pokok agama dan apa yang sudah disepakati oleh Salafush Shalih dengan ketundukkan yang

bulat kepada Allah Ta’ala baik dalam perintah-Nya, hukum-Nya maupun ketaatan kepada-Nya serta

meneladani Rasulullah SAW.

Aqidah Islamiyyah:

Jika disebutkan secara mutlak, maka yang dimaksud adalah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah,

karena itulah pemahaman Islam yang telah diridhai oleh Allah sebagai agama bagi hamba-Nya.

Aqidah Islamiyyh adalah aqidah tiga generasi pertama yang dimuliakan yaitu generasi sahabat,

Tabi’in dan orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Istilah dan Pembagian dalam Aqidah

Istilah lain Tentang Aqidah

 Iman, yaitu: sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan

dengan anggota tubuh.

 Tauhid, artinya: mengesakan Allah (Tauhidullah).

7
 Ushuluddin, artinya: pokok-pokok agama

 Fiqh Akbar, artinya: fiqh besar. Istilah ini muncul berdasarkan pemahaman bahwa tafaqquh

fiddin yang diperintahkan Allah dalam surat At-Taubah ayat 122, bukan hanya masalah fiqih,

tentu dan lebih utama masalah aqidah. Dikatakah fiqh akbar, adalah untuk membedakannya

dengan fiqh dalam masalah hukum.

Pembagian Aqidah Tauhid

Meskipun membuat masalah ‘dan Qadar menjadi sengketa antara Muslim, tetapi Allah telah

membuka hati hamba-Nya yang beriman, bahwa Salaf Shalih bahwa mereka selalu mengikuti jalan

kebenaran dalam pemahaman dan pendapat. Menurut mereka membuat Qadar termasuk rububiyah

Allah bagi ciptaan-Nya. Kemudian masalah ini termasuk dalam salah satu dari tiga jenis tauhid

menurut pembagian ulama:

1. Tauhid Al-Uluhiyyah, (al-Fatihah ayat 4 dan an-Nas, ayat 3)

Keesaan Allah dalam ibadah, ibadah hanya Tuhan dan karena itu saja.

2. Tauhid Ar-rububiyyah, (al-Fatihah ayat 2, dan an-Nas, ayat 1)

Kesatuan Tuhan dalam tindakan, yaitu iman dan percaya bahwa hanya Allah yang dapat

membuat, kontrol dan mengatur alam semesta.

3. Tauhid al-Asma ‘adalah-Nature,

Asma dan keesaan Tuhan di alam-Nya, adalah untuk percaya bahwa tidak ada yang mirip

dengan Allah, Satu, asma dan sifat.

Iman di Qadr termasuk tauhid ar-rububiyah. Oleh karena itu, Imam Ahmad berkata: “Qadar adalah

kekuatan Allah”. Karena, tidak diragukan lagi, qadar (takdir) termasuk tenaga qudrat menyeluruh dan

kreatif. Selain itu, bernama Qadr adalah rahasia Allah yang tersembunyi, tidak ada yang bisa tahu

kecuali dia, ditulis pada Tablet Diawetkan, dan tidak ada yang bisa melihatnya. Kita tidak tahu baik

atau buruk nasib yang telah ditentukan bagi kita dan bagi makhluk lainnya, kecuali sekali atau

berdasarkan teks dari kanan.

8
Ada tiga jenis tauhid, sebagaimana disebutkan di atas dan tidak ada istilah atau Tauhid Tauhid

Mulkiyah Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah baru. Jika apa yang dimaksud dengan Hakimiyah

itu adalah kekuatan Allah, dan kemudian dimasukkan ke dalam rahim Tauhid Rububiyah.

Hal berhubungan Aqidah

Nama – nama ‘Aqidah :

1. Al-Iman

‘Aqidah disebut juga dengan al Iman sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur’an dan

hadits – hadits Nabi saw, karena ‘aqidah membahas rukun iman yang enam dan hal – hal yang

berkaitan dengannya. Sebagaimana penyebutan al?Iman dalam sebuah hadits yang masyhur

disebut dengan hadits jibril as. Dan para ularna sering menyebut istilah ‘Aqidah dengan al

Iman dalarn kitab – kitab mereka.

2. Aqidah ( itiqaad dan ‘aqaa’id )

3. Tauhid

‘Aqidah dinamakan dengan Tauhid karena pembahasannya berkisar seputar Tauhid atau

pengesaan kepada Allah di dalam Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma’ wa Shifat. jadi, Tauhid

merupakan kajian ilmu ‘Aqidah yang paling mulia dan merupakan tujuan utamanya. Oleh

karena itulah ilmu ini disebut dengan ilmu Tauhid.

4. AsSunnah

Disebut As Sunnah karena para penganutnya mengikuti jalan yang diternpuh oleh Rasulullah

dan para Sahabat ra, di dalam masalah ‘aqidah. Dan istilah ini merupakan istilah masyhur

(populer) pada tiga generasi pertama.

5. Ushuluddin

Ushul artinya rukun – rukun Iman, rukun – rukun Islam dan masalah – masalah yang qath’i

serta hal – hal yang telah menjadi kesepakatan para ulama.

9
6. AlFiqhulAkbar

Ini adalah nama lain Ushuluddin dan kebalikan dari al Fiqhul Ashghar, yaltu kumpulan

hukum -hukum ijtihadi.

7. Asy-Syari’ah

Maksudnya adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah saw, dan RasulNya berupa

jalan – jalan petunjuk, terutama dan yang paling pokok adalah Ushuluddin (dasar – dasar

agama).

B.ruang lingkup Aqidah

Menurut Hasan al-Banna sistematika ruang lingkup pembahasan aqidah adalah:

1. Ilahiyat

Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilahi seperti wujud Allah dan

sifat-sifat Allah, ad’al Alah dan lain-lain

2. Nubuwat

Yaitu pembahasan tentang segala seuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk

pembahasan tentang Kitab-Kitab Alah, mu’jizat, dan lain sebagainya.

3. Ruhaniyat

Yaitu pembahsasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti malaikat,

Jin, Iblis, Syaitan, Roh dan lain sebagainya.

4. Sam’iyyat

Yaitu pembahahasan tentang segaa sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam’I (dalil naqli berupa

Al-Quran dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka

dan lainnya.

Aqidah Islamiyah

10
Aqidah Islamiyah telah memcahkan ‘uqdah al-kubra’ (perkara besar) pada manusia. Aqidah Islam

juga memberikan jawaban aras pertanyaan-pertanyaan manusia, sebab Islam telah menjelaskan bahwa

alam semesta, manusia, dan kehidupan adalah ciptaan (makhluk) bagi pencipta (al-Kahliq) yaitu Allah

swt, dan bahwasannya setelah kehidupan ini akan ada hari kiamat. Hubungan antara kahidupan dunia

dengan apa yang ada sebelum kehidupan dunia adalah ketundukan manusia terhadap printah-perintah

Allah dan laranga-laranganNya sedangkan hubungan antara kehidupan dunia dengan apa yang ada

sesudah kehidupan dunia adalah adanya Hari Kiamat, yang di dalamnya terdapat pahala dan siksa,

serta surga dan neraka. Al-Quran telah menetapkan rukun-rukun aqidah ini.

‫ا‬VVَ‫ َوأَطَ ْعن‬V‫ ِم ْعنَا‬V‫الُوا َس‬VVَ‫ق بَ ْينَ أَ َح ٍد ِّمن رُّ ُسلِ ِه َوق‬
ُ ‫نز َل إِلَ ْي ِه ِمن َّربِّ ِه َو ْال ُم ْؤ ِمنُونَ ُكلٌّ َءا َمنَ بِاهللِ َو َمالَئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه الَ نُفَ ِّر‬ُ
ِ ‫َءا َمنَ ال َّرسُو ُل بِ َمآ أ‬

ِ ‫ك ْال َم‬
‫صي ُر‬ َ َ‫ُغ ْف َران‬
َ ‫ك َربَّنَا َوإِلَ ْي‬

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula

orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-

Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara

seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, (al-Baqarah, 285)

Didalam hadits yang panjang, Jibril as pernah bertanya kepada rasulullah saw,” Beritahukanlah

kepadaku tentang iman!” Lalu Rasul saw menjawab, “Iman itu adlah percaya kepada (adanya) Allah,

malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan percaya kepadaal-qadr (takdir), baik dan

buruknya berasal dari Allah swt”. Jibril berkata, “Engkau benar” (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud

dan al-Nasa’i).

Aqidah Islam mempunyai kekhususan-kekhususan diantaranya adalah:

1. Aqidah Islam dibangun berlandaskan akal. Selama kita beriman kepada Allah, al-quran, dan kepada

kenabian Mihammad saw dengan jalan akal, maka wajib bagi kita mengimani segala hal yang

diberitakan al-Quran kepada kita. Sama saja apakah yang diberitakan itu dapat dijabgkau oleh akal

dan panca indera manusia, atau berupa perkara-perkara ghaib yang sama sekali tidak dapat dijangkau

oleh panca indera manusia seperti hari akhir, malaikat, dan perkara-perkara ghaib lainnya.

11
2. Aqidah Islam sesuai dengan fitrah manusia. Beragama (al-tadayun) merupakan hal yang fitri pada

diri manusia. Perwujudan dari naluri beragama ini adalah kenyatan bahwa dirinya penuh kelemahan,

kekurangan, dan serva membutuhkan terhadap sesuatu yang lain. Kemudian aqidah Islan hadir untuk

memberikan pemenuhan terjadap naluri beragama yang ada pada diri manusia, dan membimbing

mausia untuk mendapatkan kebenaran akan adanya Pencipta Yang Maha Kuasa. Dimana, semua

makhluk yang ada, keberadaanNya sendiri tidak berhantung pada siapapun.

3. Aqidah Islam komprehensif (menyeluruh). Aqidah Islam telah menjawab seluruh pertanyaan

manusia tentang alam semesta, manusia, kehidupan, dan menetapkan bahwa semuanya itu adalah

makhluk. Aqidah Islam juga menetapkan bahwa sebelum kehidupan dunia ada Allah swt, sedangakn

setelah kehidupan dunia adakan ada hari kiamat. Aqidah Islam juga menetapkan bahwa hubungan

antara kehidupan dunia dengan apa yang ada sebelum kehidupan dunia adalah keterikatan manusia

dengan perintah-perintah dan larangan-larangan Allah swt. Sedangakn hubungan antara kehidupan

dunia ini dengan kehidupan sesudahnya adalah perhitungan, surga dan neraka.

Aqidah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Diantaranya;

1. Aqidah Islam telah memuaskan akal dan memberikan ketenangan pada jiwa manusia. Sebab,

aqidah Islam telah menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban yang memuaskan dan shahih.

2. Aqidah Islam telah menciptakan keteguhan dan keberanian pada diri seorang muslim. Sesuai

dengan sabda Rasulullah saw yang berbunyi:

‫لن تموت نفس حتى تستوفى أجلها ورزقها وما قدرلها‬

Tidaklah mati seseorang sampai ditetapkan ajalnya, rezekinya dan apa-apa yang menjadi takdirnya..

3. Aqidah Islam akan membentuk ketakwaan pada diri seorang muslim. Setelah seorang muslim

menyadari hubungannya dengan Allah, dan bahwa Allah swt akan menghisab semua pernuatannya

pada hari kiamat, maka ia akan menghindarkan diri dari perbuatan yang diharamkan serta melakukan

12
perbuatan baik dan yang dihalalkan. Sebab, ia telah meyakini bahwa hari perhitungan pasti akan

datang.

Aqidah juga mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup bermasyarakat, yaitu:

1. Masyarakat akan beriman kepada Rabb Yang Esa, agama yang satu serta tunduk pada aturan yang

satu.

2. Akan mewujudkan masyarakat yang saling melengkapi, saling menjamin seperti halnya satu tubuh,

satu-kesatuan pemikiran dan perasaan. Rasulullah saw bersabda:

Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal persahabatan dan kasih saying adalah ibarat satu

utbuh. Bila salah satu anggota tubuh terserang sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lain akan ikut

terserang demam dan susah tidur.

3. akan tercipta ikatan ideologis yang kaut serta diantara individu-individu anggota masyarakat, yakni

ikatan ukhwah Islamiyah.

Penyimpangan Aqidah

Sebab sebab penyimpangan aqidah

1. Kebodohan terhadap aqidah shahihah, karena tidak mau mempelajari dan mengajarkannya, atau

karena kurangnya perhatian terhadapnya. Sehingga tumbuh generasi yang tidak mengenal aqidah

shahihah dan juga tidak mengetahui lawan atau kebalikannya. Akibatnya, mereka menyakini yang haq

sebagai sesuatu yang batil dan yang batil dianggap sebagai yang haq. Sebagaimana yang dikatakan

oleh Umar bin Khatab radliyallahu ’anhu : ” Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu demi

satu manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenal kejahiliyahan”.

2. Ta’ashshub (fanatik) kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya, sekalipun

hal itu batil, dan mencampakkan apa yang menyalahinya, sekalipun hal itu benar. Sebagaimana

firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 170, yang artinya:

13
”Dan apabila dikatakan kepada mereka, ’ikutilah apa yang telah diturunkan Allah ’, mereka

menjawab, ’(tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek

moyang kami.’ (Apakah mereka akan mengikuti juga ), walaupun nenek moyang mereka itu tidak

mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”

3. Taqlid Buta

Dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa megetahui dalilnya dan tanpa

menyelidiki seberapa jauh kebenarannya.

4. Ghuluw (berlebihan)

Dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih, serta mengangkat mereka di atas derajat yang

semestinya, sehingga menyakini pada diri mereka sesuatu yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh

Allah, baik berupa mendatangkan kemanfaatan maupun meolak kemudharatan. Juga menjadikan para

wali itu perantara antara Allah dan makhlukNya, sehingga sampai pada tingkat penyembahan para

wali tersebut dan bukan menyembah Allah.

5. Ghaflah (lalai)

Terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini (ayat-ayat kauniyah) dan ayat-

ayat Allah yang tertuang dalam kitabNya (ayat-ayat Qura’niyah). Di samping itu, juga terbuai dengan

hasil teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi manusia

semata, sehingga mereka mengagung-agungkan manusia dan menisbatkan seluruh kemajuan ini

kepada jerih payah dan penemuan manusia semata. Pada umumnya rumah tangga sekarang ini kosong

dari pengarahan yang benar menurut Islam.

Enggannya media pendidikan dan media informasi melaksanakan tugasnya. Kurikulum

pendidikan kebanyakan tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap pendidikan agama Islam,

bahkan ada yang tidak peduli sama sekali. Sedangkan media informasi, baik cetak maupun elektronik

berubah menjadi sarana penghancur dan perusak, atau paling tidak hanya memfokuskan pada hal-hal

14
yang bersifat meteri dan hiburan semata. Tidak memperhatikan hal-hal yang dapat meluruskan moral

dan menanamkan aqidah serta menangkis aliran-aliran sesat.

Cara cara penanggulangan aqidah, yaitu :

1.Kembali pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam untuk mengambil

aqidah shahihah. Sebagaimana para Salafush Shalih mengambil aqidah mereka dari keduanya. Tidak

akan dapat memperbaiki akhir umat ini kecuali apa yang telah memperbaiki umat terdahulunya. Juga

dengan mengkaji aqidah golongan yang sesat dan mengenal syubuhat-syubuhat mereka untuk kita

bantah dan kita waspadai, karena siapa yang tidak mngenal keburukan, ia dikhawatirkan terperosok ke

dalamnya.

1. Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah salaf, di berbagai jenjang

pendidikan. Memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan evaluasi yang ketat dalam

menyajikan materi ini.

2. Harus ditetapkan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai materi pelajaran. Sedangkan kitab-

kitab kelompok penyeleweng harus dijauhkan.

3. Menyebar para da’i yang meluruskan aqidah umat Islam dengan mengajarkan aqidah salaf

serta menjawab dan menolak seluruh aqidah batil.(Kitab Tauhid 1, Dr. Shalih bin Fauzan bin

Abdullah al Fauzan)

Aqidah atau keimanan adalah suatu keyakinan seseorang yang diwujudkan dengan membenarkan

dengan hati kita sendiri, menyatakan dengan lisan dan membuktikannya dengan seluruh amal

perbuatan. Orang yang benar-benar beriman itu, terkandung di dalam Qs.AL-Hujurat ayat 15 yang

artinya :

“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan

Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka

pada jalan Allah, Mereka itulah orang-orang yang benar ”.

15
Orang beriman wajib juga percaya kepada AL-Quran, Malaikat, Hari akhir, qodlo dan qodar. Karena

semua itu merupakan perangkat dalam seting kehidupan.

Orang beriman seharusnya menyadari bahwa didalam berperilaku senantiasa dihadapkan kepada

keuntungan atau kerugian, secara lahir dan batin, yang berakibat keuntungan lahiriah (materi) dan

batiniah (pahala), maka setiap orang yang beriman adalah orang yang memiliki komitmen dan tekat

yang bulat (commitment and determination), untuk memperoleh keberuntungan dari pencipta

kehidupan,yakni Allah dan untuk itu Allah menjamin sebagaimana ketetapannya dalam Qs-AL

Muminuun [23] ayat 1, yang artinya : “ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman ”.

Allah menetapkan sungguh beruntung orang-orang yang beriman, karena itu orang beriman selalu

optimis sebabnya selalu akan memperoleh keberuntungan, ketika mendapat musibah ia bersabar

karena yakin bahwa musibah adalah rencana Allah untuk meningkatkan derajatnya atau merupakan

peringatan untuk perbaikan dirinya.

Dalam AL-Quran Surat at-Tahrim ayat 6,diJelaskan bahwa orang yang beriman diperintahkan untuk :

“ Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka ”. Ayat ini menekankan orang yang beriman untuk

menimpa berupa harta dan pahala.

Orang beriman senantiasanya mengembangkan sikap “tolerance for risk, ambiguity, and uncertainty”,

karena ia mempunyai penjamin kulitas (quality assurance) sandaran keyakinan yang tidak mungkin

dapat disaingi oleh siapapun, ia merasa aman bersamanya. Orang beriman selalu rindu, cinta, senang

bersama Allah, ia selalu melatih diri untuk membesarkannya dengan shalat yang khusuk, tahajud di

dua pertiga malam merupakan target mencapai “maqomam mahmuda” tempat yang terpuji.

Untuk memelihara diri dan keluarga serta untuk memudahkan meringankan kehidupan, islam

memiliki syariat atau jalan hidup diantaranya adalah menegakan shalat. Rassulullaah menyatakan

bahwa shalat itu adalah tiang agama, maka barang siapa yang menegakkannya ia menegakkan agama,

barang siapa yang meninggalkannya ia meruntuhkan agama. Dalam sabda yang lain Rasullullah SAW

juga menyatakan batas keimanan seseorang dengan kekafirannya adalah meninggalkan shalat.

16
Dalam kehidupan dunia, shalat merupakan penentu, yakni orang yang dapat shalat dengan khusuk,

tawadlu,dalam membesarkan Allah selama melaksanakan shalat, maka makna shalat yakni Ingat

kepada Allah dan membesarkannya akan selalu tegak dalam kehidupan sehari-hari setiap saat dalam

berbagai kondisi dan situasi, sehingga mencapai apa yang diharapkan Allah yakni terkandung dalam

Q.S. Ali Imran [3] ayat 191, yang artinya : “orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau

duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi : “Ya

Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah

kami dari siksa neraka”.

C.Prinsip Aqidah

Aqidah Islam dasarnya adalah iman kepada Allah, iman kepada malaikat-Nya, iman kepada kitab-

kitab-Nya, iman kepada para rasul-Nya, iman kepada hari Akhir, dan iman kepada takdir yang baik

dan yang buruk. Dasar-dasar ini telah ditunjukkan oleh Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.

Allah berfirman :

َ V‫ب َوالنَّبِيِّينَ َوآتَى ْال َم‬


‫ال َعلَى‬V ِ ‫ا‬VVَ‫ ِة َو ْال ِكت‬V‫ ِر َو ْال َماَل ئِ َك‬V‫وْ ِم اآْل ِخ‬VVَ‫ب َولَ ِك َّن ْالبِ َّر َم ْن آ َمنَ بِاهَّلل ِ َو ْالي‬
ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬
ِ ‫ْس ْالبِ َّر أَ ْن تُ َولُّوا ُوجُوهَ ُك ْم قِبَ َل ْال َم ْش ِر‬
َ ‫لَي‬

‫دُوا‬Vَ‫ ِد ِه ْم ِإ َذا عَاه‬V‫ونَ بِ َع ْه‬Vُ‫اةَ َو ْال ُموف‬VV‫اَل ةَ َوآتَى ال َّز َك‬V‫الص‬


َّ ‫ا َم‬VVَ‫ب َوأَق‬
ِ ‫ا‬Vَ‫ائِلِينَ َوفِي الرِّ ق‬V‫الس‬
َّ ‫يل َو‬ َّ َ‫ا ِكينَ َوا ْبن‬V‫ُحبِّ ِه َذ ِوي ْالقُرْ بَى َو ْاليَتَا َمى َو ْال َم َس‬
ِ ِ‫ب‬V‫الس‬

َ ِ‫ص َدقُوا َوأُولَئ‬


َ‫ك هُ ُم ْال ُمتَّقُون‬ َ ِ‫س أُولَئ‬ ْ َّ ‫َوالصَّابِ ِرينَ فِي ْالبَأْ َسا ِء َوال‬
َ َ‫ك الَّ ِذين‬ ِ ‫ضرَّا ِء َو ِحينَ ْالبَأ‬

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi

sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-

kitab, nabi-nabi…” (Al Baqarah 177)

Dalam soal takdir, Allah berfirman:

ٍ ‫َو َما أَ ْم ُرنَا إِاَّل َوا ِح َدةٌ َكلَ ْم‬


َ َ‫ح بِا ْلب‬
ِ‫) ا ُك َّل ش َْي ٍء َخلَ ْقنَاهُ بِقَ َد ٍر نَّ إ‬49(  ‫ص ِر‬

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran, dan perintah Kami hanyalah satu

perkataan seperti sekejap mata.” (Al Qomar 49-50)

17
Nabi juga bersabda dalam sunnahnya sebagai jawaban terhadap malaikat Jibril ketika bertanya

tentang iman:

ِ ‫ا ِإل ْي َمانُ أَ ْن تُ ْؤ ِمنَ بِاهللِ َو َمالَئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْاليَوْ ِم ْاآل ِخ ِر َوتُ ْؤ ِمنَ بِ ْالقَد‬.ْ
‫َر خَ ي ِْر ِه َو َش ِّر ِه‬

“Iman adalah engkau mengimani Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari

Kemudian, dan mengimani takdir yang baik dan yang buruk.” (HR. Muslim).

18
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam keseluruhan bangunan Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai fondasi. Di mana
seluruh komponen ajaran Islam tegak di atasnya. Aqidah merupakan beberapa prinsip keyakinan.
Dengan keyakinan itulah seseorang termotivasi untuk menunaikan kewajiban-kewajiban
agamanya. Karena sifatnya keyakinan maka materi aqidah sepenuhnya adalah informasi yang
disampaikan oleh Allah Swt. melalui wahyu kepada nabi-Nya, Muhammad Saw.
Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk mengenal
adanya Allah dengan memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha Kuasa.
Hasil perbuatan Allah itu serba teratur, cermat dan berhati-hati.
Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Akal pikiran tidaklah menjadi sumber
aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut
dan mencoba –kalau diperlukan – membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan Al-
Qur’an dan Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal sangat
terbatas. Sesuatu yang terbatas/akal tidak akan mampu menggapai sesuatu yang tidak terbatas.
Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah maka syari’at/jasad
kita tidak ada guna apa-apa.

B. SARAN
Semoga apa yang telah saya sajikan tadi dapat diambil intisarinya yang kemudian diamalkan juga
semoga berguna bagi kehidupan kita di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Yunahar Ilyas.  Kuliah Aqidah Islam. (Yogyakarta: 1992). h. 1

Al-Banna, Majmu’atu ar-Rasail. Muassasah ar-Risalah Beirut: tanpa tahun. h.165

Al-Jazairy, Aqidah al-Mukmin. (Cairo: 1978). h. 21Drs. Edi Suresman. A.Md. Aqidah Islam. Malang.
IKIP. 1993.

Drs.EduSuresman. AqidahIslam. (Malang:1993).h.1Ibid.h.21
Al-Jazairy, Abu Bakar Jabir. Aqidah al-Mukmin. Cairo. Maktabah al-Kulliyat al-Azhariyah. 1978.

Drs. H. Yunahar Ilyas.  Kuliah Aqidah Islam. (Yogyakarta: 1992). h. 6


Dr. Ahmad Daudy, Kuliah Aqidah Islam. Jakarta. Bulan Bintang. 1997

19
20

Anda mungkin juga menyukai