AQIDAH AKHLAK
Di SUSUN OLEH :
NUR CAHAYA
70200119053
KESMAS B
2020
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil 'alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah
menyusun makalah ini dengan baik. Makalah dengan judul "akidah akhlak " ini disusun dalam rangka
Meski demikian, penulis meyakini masih banyak yang perlu diperbaiki dalam penyusunan makalah
ini, baik dari segi penulisan sumber materi , tata bahasa, dan bahkan tanda baca sehingga sangat
diharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian sebagai bahan evaluasi penulis.
Demikian, besar harapan penulis agar makalah ini dapat menjadi bacaan menarik bagi pembaca .
NUR CAHAYA
2
DAFTAR ISI
KATA PEGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG......................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN.................................................................................................19
B. SARAN ............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Aqidah Islam berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan tentang wujud Allah,
Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada yang menyekutuinya, baik dalam zat, sifat-sifat maupun
perbuatannya. Akhlak mulia berawal dari aqidah, jika aqidahnya sudah baik maka dengan sendirinya
akhlak mulia akan terbentuk. Iman yang teguh pasti tidak ada keraguan dalam hatinya dan tidak
tercampuri oleh kebimbangan. Beriman kepada Allah pasti akan melaksanakan segala perintahnya
dan menjauhi larangannya. Beriman kepada Allah juga harus beriman kepada Malaikat, Nabi, kitab,
Aqidah memiliki peranan penting dalam mendidik siswa, ruang lingkup aqidah yang dapat
membentuk akhlak mulia akan mengantarkan manusia Indonesia sebagai manusia yang mumpuni
dalam segala aspek kehidupan. Ruang lingkup dari aqidah yaitu: Ilahiyat, nubuwat, ruhaniyat, dan
sam’iyyat1. Dari ruang lingkup aqidah yang dijadikan rujukankan terbentuknya manusia berakhlakul
karimah, berarti manusia dapat menghindari akhlak tercela sebagai manifestasi dari ajaran-ajaran
aqidah Islam.
Aqidah merupakan jalan untuk membangun pondasi pengetahuan awal mengenai agama
islam. Aqidah juga untuk mengetahui akan eksistensi Allah dan tujuan kehidupan yang diberikan serta
aturan-aturan yang mesti dipatuhi dan larangan-larangan yang harus dijauhi. Aqidah seharusnya
diberikan sejak awal perkembangan manusia dimulai. Sebab dari sinilah manusia mulai mempunyai
pegangan dan pedoman yang dapat mengarahkannya dalam mengarungi amanat yakni kehidupan di
dunia. Selain itu, dalam membahas aqidah tidak bisa terlepas dari term akhlak. Karena aqidah dan
akhlak mempunyai kesinambungan makna dan implementasi. Dengan demikian, aqidah dan akhlak
seyogyanya menjadi salah satu fokus pendidikan islam, hal ini melihat keurgensian aqidah dan akhlak
dalam pendidikan yang sudah diterapkan sejak awal zaman Rasulullah hingga zaman modern seperti
4
sekarang. Apabila fokus pendidikan aqidah dan akhlak mantab, maka sudah tentu dapat melahirkan
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Aqidah
“Al-‘Aqdu” (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari
kata kerja: ” ‘Aqadahu” “Ya’qiduhu” (mengikatnya), ” ‘Aqdan” (ikatan sumpah), dan ” ‘Uqdatun
َتَ ْش ُكرُون
“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk
bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja …”
(Al-Maa-idah : 89).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang
pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan.
Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-
id. (Lihat kamus bahasa: Lisaanul ‘Arab, al-Qaamuusul Muhiith dan al-Mu’jamul Wasiith: (bab:
‘Aqada).
Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik
6
Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)
Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga
menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidka tercampuri oleh keraguan dan
kebimbangan.
Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang
menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang tidak menerima keraguan atau
prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan
aqidah. Dinamakan aqidah, karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.
Aqidah Islamiyyah:
Maknanya adalah keimanan yang pasti teguh dengan Rububiyyah Allah Ta’ala, Uluhiyyah-Nya, para
Rasul-Nya, hari Kiamat, takdir baik maupun buruk, semua yang terdapat dalam masalah yang ghaib,
pokok-pokok agama dan apa yang sudah disepakati oleh Salafush Shalih dengan ketundukkan yang
bulat kepada Allah Ta’ala baik dalam perintah-Nya, hukum-Nya maupun ketaatan kepada-Nya serta
Aqidah Islamiyyah:
Jika disebutkan secara mutlak, maka yang dimaksud adalah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah,
karena itulah pemahaman Islam yang telah diridhai oleh Allah sebagai agama bagi hamba-Nya.
Aqidah Islamiyyh adalah aqidah tiga generasi pertama yang dimuliakan yaitu generasi sahabat,
Iman, yaitu: sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan
7
Ushuluddin, artinya: pokok-pokok agama
Fiqh Akbar, artinya: fiqh besar. Istilah ini muncul berdasarkan pemahaman bahwa tafaqquh
fiddin yang diperintahkan Allah dalam surat At-Taubah ayat 122, bukan hanya masalah fiqih,
tentu dan lebih utama masalah aqidah. Dikatakah fiqh akbar, adalah untuk membedakannya
Meskipun membuat masalah ‘dan Qadar menjadi sengketa antara Muslim, tetapi Allah telah
membuka hati hamba-Nya yang beriman, bahwa Salaf Shalih bahwa mereka selalu mengikuti jalan
kebenaran dalam pemahaman dan pendapat. Menurut mereka membuat Qadar termasuk rububiyah
Allah bagi ciptaan-Nya. Kemudian masalah ini termasuk dalam salah satu dari tiga jenis tauhid
Keesaan Allah dalam ibadah, ibadah hanya Tuhan dan karena itu saja.
Kesatuan Tuhan dalam tindakan, yaitu iman dan percaya bahwa hanya Allah yang dapat
Asma dan keesaan Tuhan di alam-Nya, adalah untuk percaya bahwa tidak ada yang mirip
Iman di Qadr termasuk tauhid ar-rububiyah. Oleh karena itu, Imam Ahmad berkata: “Qadar adalah
kekuatan Allah”. Karena, tidak diragukan lagi, qadar (takdir) termasuk tenaga qudrat menyeluruh dan
kreatif. Selain itu, bernama Qadr adalah rahasia Allah yang tersembunyi, tidak ada yang bisa tahu
kecuali dia, ditulis pada Tablet Diawetkan, dan tidak ada yang bisa melihatnya. Kita tidak tahu baik
atau buruk nasib yang telah ditentukan bagi kita dan bagi makhluk lainnya, kecuali sekali atau
8
Ada tiga jenis tauhid, sebagaimana disebutkan di atas dan tidak ada istilah atau Tauhid Tauhid
Mulkiyah Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah baru. Jika apa yang dimaksud dengan Hakimiyah
itu adalah kekuatan Allah, dan kemudian dimasukkan ke dalam rahim Tauhid Rububiyah.
1. Al-Iman
‘Aqidah disebut juga dengan al Iman sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur’an dan
hadits – hadits Nabi saw, karena ‘aqidah membahas rukun iman yang enam dan hal – hal yang
berkaitan dengannya. Sebagaimana penyebutan al?Iman dalam sebuah hadits yang masyhur
disebut dengan hadits jibril as. Dan para ularna sering menyebut istilah ‘Aqidah dengan al
3. Tauhid
‘Aqidah dinamakan dengan Tauhid karena pembahasannya berkisar seputar Tauhid atau
pengesaan kepada Allah di dalam Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma’ wa Shifat. jadi, Tauhid
merupakan kajian ilmu ‘Aqidah yang paling mulia dan merupakan tujuan utamanya. Oleh
4. AsSunnah
Disebut As Sunnah karena para penganutnya mengikuti jalan yang diternpuh oleh Rasulullah
dan para Sahabat ra, di dalam masalah ‘aqidah. Dan istilah ini merupakan istilah masyhur
5. Ushuluddin
Ushul artinya rukun – rukun Iman, rukun – rukun Islam dan masalah – masalah yang qath’i
9
6. AlFiqhulAkbar
Ini adalah nama lain Ushuluddin dan kebalikan dari al Fiqhul Ashghar, yaltu kumpulan
7. Asy-Syari’ah
Maksudnya adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah saw, dan RasulNya berupa
jalan – jalan petunjuk, terutama dan yang paling pokok adalah Ushuluddin (dasar – dasar
agama).
1. Ilahiyat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilahi seperti wujud Allah dan
2. Nubuwat
Yaitu pembahasan tentang segala seuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk
3. Ruhaniyat
Yaitu pembahsasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti malaikat,
4. Sam’iyyat
Yaitu pembahahasan tentang segaa sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam’I (dalil naqli berupa
Al-Quran dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka
dan lainnya.
Aqidah Islamiyah
10
Aqidah Islamiyah telah memcahkan ‘uqdah al-kubra’ (perkara besar) pada manusia. Aqidah Islam
juga memberikan jawaban aras pertanyaan-pertanyaan manusia, sebab Islam telah menjelaskan bahwa
alam semesta, manusia, dan kehidupan adalah ciptaan (makhluk) bagi pencipta (al-Kahliq) yaitu Allah
swt, dan bahwasannya setelah kehidupan ini akan ada hari kiamat. Hubungan antara kahidupan dunia
dengan apa yang ada sebelum kehidupan dunia adalah ketundukan manusia terhadap printah-perintah
Allah dan laranga-laranganNya sedangkan hubungan antara kehidupan dunia dengan apa yang ada
sesudah kehidupan dunia adalah adanya Hari Kiamat, yang di dalamnya terdapat pahala dan siksa,
serta surga dan neraka. Al-Quran telah menetapkan rukun-rukun aqidah ini.
اVVَ َوأَطَ ْعنV ِم ْعنَاVالُوا َسVVَق بَ ْينَ أَ َح ٍد ِّمن رُّ ُسلِ ِه َوق
ُ نز َل إِلَ ْي ِه ِمن َّربِّ ِه َو ْال ُم ْؤ ِمنُونَ ُكلٌّ َءا َمنَ بِاهللِ َو َمالَئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه الَ نُفَ ِّرُ
ِ َءا َمنَ ال َّرسُو ُل بِ َمآ أ
ِ ك ْال َم
صي ُر َ َُغ ْف َران
َ ك َربَّنَا َوإِلَ ْي
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula
Didalam hadits yang panjang, Jibril as pernah bertanya kepada rasulullah saw,” Beritahukanlah
kepadaku tentang iman!” Lalu Rasul saw menjawab, “Iman itu adlah percaya kepada (adanya) Allah,
malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan percaya kepadaal-qadr (takdir), baik dan
buruknya berasal dari Allah swt”. Jibril berkata, “Engkau benar” (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud
dan al-Nasa’i).
1. Aqidah Islam dibangun berlandaskan akal. Selama kita beriman kepada Allah, al-quran, dan kepada
kenabian Mihammad saw dengan jalan akal, maka wajib bagi kita mengimani segala hal yang
diberitakan al-Quran kepada kita. Sama saja apakah yang diberitakan itu dapat dijabgkau oleh akal
dan panca indera manusia, atau berupa perkara-perkara ghaib yang sama sekali tidak dapat dijangkau
oleh panca indera manusia seperti hari akhir, malaikat, dan perkara-perkara ghaib lainnya.
11
2. Aqidah Islam sesuai dengan fitrah manusia. Beragama (al-tadayun) merupakan hal yang fitri pada
diri manusia. Perwujudan dari naluri beragama ini adalah kenyatan bahwa dirinya penuh kelemahan,
kekurangan, dan serva membutuhkan terhadap sesuatu yang lain. Kemudian aqidah Islan hadir untuk
memberikan pemenuhan terjadap naluri beragama yang ada pada diri manusia, dan membimbing
mausia untuk mendapatkan kebenaran akan adanya Pencipta Yang Maha Kuasa. Dimana, semua
3. Aqidah Islam komprehensif (menyeluruh). Aqidah Islam telah menjawab seluruh pertanyaan
manusia tentang alam semesta, manusia, kehidupan, dan menetapkan bahwa semuanya itu adalah
makhluk. Aqidah Islam juga menetapkan bahwa sebelum kehidupan dunia ada Allah swt, sedangakn
setelah kehidupan dunia adakan ada hari kiamat. Aqidah Islam juga menetapkan bahwa hubungan
antara kehidupan dunia dengan apa yang ada sebelum kehidupan dunia adalah keterikatan manusia
dengan perintah-perintah dan larangan-larangan Allah swt. Sedangakn hubungan antara kehidupan
dunia ini dengan kehidupan sesudahnya adalah perhitungan, surga dan neraka.
Aqidah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Diantaranya;
1. Aqidah Islam telah memuaskan akal dan memberikan ketenangan pada jiwa manusia. Sebab,
aqidah Islam telah menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban yang memuaskan dan shahih.
2. Aqidah Islam telah menciptakan keteguhan dan keberanian pada diri seorang muslim. Sesuai
Tidaklah mati seseorang sampai ditetapkan ajalnya, rezekinya dan apa-apa yang menjadi takdirnya..
3. Aqidah Islam akan membentuk ketakwaan pada diri seorang muslim. Setelah seorang muslim
menyadari hubungannya dengan Allah, dan bahwa Allah swt akan menghisab semua pernuatannya
pada hari kiamat, maka ia akan menghindarkan diri dari perbuatan yang diharamkan serta melakukan
12
perbuatan baik dan yang dihalalkan. Sebab, ia telah meyakini bahwa hari perhitungan pasti akan
datang.
Aqidah juga mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup bermasyarakat, yaitu:
1. Masyarakat akan beriman kepada Rabb Yang Esa, agama yang satu serta tunduk pada aturan yang
satu.
2. Akan mewujudkan masyarakat yang saling melengkapi, saling menjamin seperti halnya satu tubuh,
Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal persahabatan dan kasih saying adalah ibarat satu
utbuh. Bila salah satu anggota tubuh terserang sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lain akan ikut
3. akan tercipta ikatan ideologis yang kaut serta diantara individu-individu anggota masyarakat, yakni
Penyimpangan Aqidah
1. Kebodohan terhadap aqidah shahihah, karena tidak mau mempelajari dan mengajarkannya, atau
karena kurangnya perhatian terhadapnya. Sehingga tumbuh generasi yang tidak mengenal aqidah
shahihah dan juga tidak mengetahui lawan atau kebalikannya. Akibatnya, mereka menyakini yang haq
sebagai sesuatu yang batil dan yang batil dianggap sebagai yang haq. Sebagaimana yang dikatakan
oleh Umar bin Khatab radliyallahu ’anhu : ” Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu demi
satu manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenal kejahiliyahan”.
2. Ta’ashshub (fanatik) kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya, sekalipun
hal itu batil, dan mencampakkan apa yang menyalahinya, sekalipun hal itu benar. Sebagaimana
13
”Dan apabila dikatakan kepada mereka, ’ikutilah apa yang telah diturunkan Allah ’, mereka
menjawab, ’(tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek
moyang kami.’ (Apakah mereka akan mengikuti juga ), walaupun nenek moyang mereka itu tidak
3. Taqlid Buta
Dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa megetahui dalilnya dan tanpa
4. Ghuluw (berlebihan)
Dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih, serta mengangkat mereka di atas derajat yang
semestinya, sehingga menyakini pada diri mereka sesuatu yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh
Allah, baik berupa mendatangkan kemanfaatan maupun meolak kemudharatan. Juga menjadikan para
wali itu perantara antara Allah dan makhlukNya, sehingga sampai pada tingkat penyembahan para
5. Ghaflah (lalai)
Terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini (ayat-ayat kauniyah) dan ayat-
ayat Allah yang tertuang dalam kitabNya (ayat-ayat Qura’niyah). Di samping itu, juga terbuai dengan
hasil teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi manusia
semata, sehingga mereka mengagung-agungkan manusia dan menisbatkan seluruh kemajuan ini
kepada jerih payah dan penemuan manusia semata. Pada umumnya rumah tangga sekarang ini kosong
pendidikan kebanyakan tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap pendidikan agama Islam,
bahkan ada yang tidak peduli sama sekali. Sedangkan media informasi, baik cetak maupun elektronik
berubah menjadi sarana penghancur dan perusak, atau paling tidak hanya memfokuskan pada hal-hal
14
yang bersifat meteri dan hiburan semata. Tidak memperhatikan hal-hal yang dapat meluruskan moral
1.Kembali pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam untuk mengambil
aqidah shahihah. Sebagaimana para Salafush Shalih mengambil aqidah mereka dari keduanya. Tidak
akan dapat memperbaiki akhir umat ini kecuali apa yang telah memperbaiki umat terdahulunya. Juga
dengan mengkaji aqidah golongan yang sesat dan mengenal syubuhat-syubuhat mereka untuk kita
bantah dan kita waspadai, karena siapa yang tidak mngenal keburukan, ia dikhawatirkan terperosok ke
dalamnya.
1. Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah salaf, di berbagai jenjang
pendidikan. Memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan evaluasi yang ketat dalam
2. Harus ditetapkan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai materi pelajaran. Sedangkan kitab-
3. Menyebar para da’i yang meluruskan aqidah umat Islam dengan mengajarkan aqidah salaf
serta menjawab dan menolak seluruh aqidah batil.(Kitab Tauhid 1, Dr. Shalih bin Fauzan bin
Abdullah al Fauzan)
Aqidah atau keimanan adalah suatu keyakinan seseorang yang diwujudkan dengan membenarkan
dengan hati kita sendiri, menyatakan dengan lisan dan membuktikannya dengan seluruh amal
perbuatan. Orang yang benar-benar beriman itu, terkandung di dalam Qs.AL-Hujurat ayat 15 yang
artinya :
“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka
15
Orang beriman wajib juga percaya kepada AL-Quran, Malaikat, Hari akhir, qodlo dan qodar. Karena
Orang beriman seharusnya menyadari bahwa didalam berperilaku senantiasa dihadapkan kepada
keuntungan atau kerugian, secara lahir dan batin, yang berakibat keuntungan lahiriah (materi) dan
batiniah (pahala), maka setiap orang yang beriman adalah orang yang memiliki komitmen dan tekat
yang bulat (commitment and determination), untuk memperoleh keberuntungan dari pencipta
kehidupan,yakni Allah dan untuk itu Allah menjamin sebagaimana ketetapannya dalam Qs-AL
Muminuun [23] ayat 1, yang artinya : “ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman ”.
Allah menetapkan sungguh beruntung orang-orang yang beriman, karena itu orang beriman selalu
optimis sebabnya selalu akan memperoleh keberuntungan, ketika mendapat musibah ia bersabar
karena yakin bahwa musibah adalah rencana Allah untuk meningkatkan derajatnya atau merupakan
Dalam AL-Quran Surat at-Tahrim ayat 6,diJelaskan bahwa orang yang beriman diperintahkan untuk :
“ Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka ”. Ayat ini menekankan orang yang beriman untuk
Orang beriman senantiasanya mengembangkan sikap “tolerance for risk, ambiguity, and uncertainty”,
karena ia mempunyai penjamin kulitas (quality assurance) sandaran keyakinan yang tidak mungkin
dapat disaingi oleh siapapun, ia merasa aman bersamanya. Orang beriman selalu rindu, cinta, senang
bersama Allah, ia selalu melatih diri untuk membesarkannya dengan shalat yang khusuk, tahajud di
dua pertiga malam merupakan target mencapai “maqomam mahmuda” tempat yang terpuji.
Untuk memelihara diri dan keluarga serta untuk memudahkan meringankan kehidupan, islam
memiliki syariat atau jalan hidup diantaranya adalah menegakan shalat. Rassulullaah menyatakan
bahwa shalat itu adalah tiang agama, maka barang siapa yang menegakkannya ia menegakkan agama,
barang siapa yang meninggalkannya ia meruntuhkan agama. Dalam sabda yang lain Rasullullah SAW
juga menyatakan batas keimanan seseorang dengan kekafirannya adalah meninggalkan shalat.
16
Dalam kehidupan dunia, shalat merupakan penentu, yakni orang yang dapat shalat dengan khusuk,
tawadlu,dalam membesarkan Allah selama melaksanakan shalat, maka makna shalat yakni Ingat
kepada Allah dan membesarkannya akan selalu tegak dalam kehidupan sehari-hari setiap saat dalam
berbagai kondisi dan situasi, sehingga mencapai apa yang diharapkan Allah yakni terkandung dalam
Q.S. Ali Imran [3] ayat 191, yang artinya : “orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi : “Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah
C.Prinsip Aqidah
Aqidah Islam dasarnya adalah iman kepada Allah, iman kepada malaikat-Nya, iman kepada kitab-
kitab-Nya, iman kepada para rasul-Nya, iman kepada hari Akhir, dan iman kepada takdir yang baik
dan yang buruk. Dasar-dasar ini telah ditunjukkan oleh Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.
Allah berfirman :
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi
sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran, dan perintah Kami hanyalah satu
17
Nabi juga bersabda dalam sunnahnya sebagai jawaban terhadap malaikat Jibril ketika bertanya
tentang iman:
ِ ا ِإل ْي َمانُ أَ ْن تُ ْؤ ِمنَ بِاهللِ َو َمالَئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْاليَوْ ِم ْاآل ِخ ِر َوتُ ْؤ ِمنَ بِ ْالقَد.ْ
َر خَ ي ِْر ِه َو َش ِّر ِه
“Iman adalah engkau mengimani Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari
Kemudian, dan mengimani takdir yang baik dan yang buruk.” (HR. Muslim).
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam keseluruhan bangunan Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai fondasi. Di mana
seluruh komponen ajaran Islam tegak di atasnya. Aqidah merupakan beberapa prinsip keyakinan.
Dengan keyakinan itulah seseorang termotivasi untuk menunaikan kewajiban-kewajiban
agamanya. Karena sifatnya keyakinan maka materi aqidah sepenuhnya adalah informasi yang
disampaikan oleh Allah Swt. melalui wahyu kepada nabi-Nya, Muhammad Saw.
Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk mengenal
adanya Allah dengan memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha Kuasa.
Hasil perbuatan Allah itu serba teratur, cermat dan berhati-hati.
Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Akal pikiran tidaklah menjadi sumber
aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut
dan mencoba –kalau diperlukan – membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan Al-
Qur’an dan Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal sangat
terbatas. Sesuatu yang terbatas/akal tidak akan mampu menggapai sesuatu yang tidak terbatas.
Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah maka syari’at/jasad
kita tidak ada guna apa-apa.
B. SARAN
Semoga apa yang telah saya sajikan tadi dapat diambil intisarinya yang kemudian diamalkan juga
semoga berguna bagi kehidupan kita di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jazairy, Aqidah al-Mukmin. (Cairo: 1978). h. 21Drs. Edi Suresman. A.Md. Aqidah Islam. Malang.
IKIP. 1993.
Drs.EduSuresman. AqidahIslam. (Malang:1993).h.1Ibid.h.21
Al-Jazairy, Abu Bakar Jabir. Aqidah al-Mukmin. Cairo. Maktabah al-Kulliyat al-Azhariyah. 1978.
19
20