Anda di halaman 1dari 72

INVENTARISASI JENIS-JENIS JAMUR, PAKU, LUMUT, LINCHEN, DAN

ALGA

Laporan Observasi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian akhir praktikum mata kuliah

Botani Tumbuhan Rendah

Dosen Pengampu:

1. Dr. Hasanuddin, M.Si.

2. Wardiah, S.Pd., M.Bio.

3. Dr. Drs., Samingan, M.Si.

Disusun Oleh:

Kelompok : 01

Kelas : 03

Asisten Meja : Wirda Yuliani

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2019

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM AKHIR

i
BOTANI TUMBUHAN RENDAH

Disusun Oleh:

Kelompok I

Adinda Isni Fitria R 1806103010021


Diana Puspita Sari 1806103010009
Fijannati 1806103010024
Hamimah Jamal 1806103010012
Khairatul Jannah 1806103010006
Nur Azizah 1806103010018
Sarina Dahara 1806103010003
Rima Brigita 1806103010015
Banda Aceh, 5 Desember 2019

Menyetujui,

Asisten Meja

Wirda Yuliani
(1406103010036)

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Praktikum, Koordinator

Praktikum,

Dr. Hasanuddin, M.Si Rahmi


Ovita, S.Pd
NIP. 196407171990031004 NIP.

198509242011012101

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR....................................................................................................iii

ABSTRAK....................................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN.…………………………………………………………….2

1.1 Latar belakang masalah……………………………………………….....2

1.2 Rumusan masalah………………………………………………………...5

1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………5

1.4 Manfaat penelitian………………………………………………………..6

1.5 Kerangka pemikiran……………………………………………………...7

1.6 Definisi Operasional………………………………………………………7

BAB 2 LANDASAN TEORITIS………………………………………………………8

2.1 Jamur………………………………………………………………………8

2.2 Paku………………………………………………………………………14

2.3 Lumut…………………………………………………………………….18

2.4 Linchen…………………………………………………………………...23

2.5 Alga……………………………………………………………………….28

BAB 3 METODE PENELITIAN…………………………………………………….34

3.1 Waktu dan tempat……………………………………………………….34

3.2 Metode sampling…………………………………………………………34

3.3 Alat dan bahan…………………………………………………………...34

ii
3.4 Analisis data……………………………………………………………..35

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................36

4.1 Hasil ……………………………………………………………………...36

4.1.1 Jamur…………………………………………………………….36

4.1.2 Paku………………………………………………………………39

4.1.3 Lumut…………………………………………………………….42

4.1.4 Linchen…………………………………………………………...46

4.1.5 Alga……………………………………………………………….49

4.2 Pembahasan……………………………………………………………...53

4.2.1 Jamur…………………………………………………………….53

4.2.2 Paku………………………………………………………………55

4.2.3 Lumut…………………………………………………………….58

4.2.4 Lichen…………………………………………………………….59

4.2.5 Alga……………………………………………………………….60

BAB 5 PENUTUP……………………………………………………………………..61

Simpulan……………………………………………………………………...61

Saran………………………………………………………………………….62

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………64

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Cooceina sulcipes........................................................................................21

Gambar 2. Auricularia auricular judae........................................................................23

Gambar 3. Phallus indusiatus.......................................................................................24

Gambar 4. Pyrrosia lanceollata....................................................................................25

Gambar 5. Nephrolepis biserrata..................................................................................26

Gambar 6. Diplazium esculentum.................................................................................27

Gambar 7. Fissidens allenianus....................................................................................21

Gambar 8. Homalothecium lutescens............................................................................23

Gambar 9. Hyophila apiculata......................................................................................24

Gambar 10. Cryptothecia striata...................................................................................19

Gambar 11. Haematoma sp...........................................................................................20

Gambar 12. Pertusaria hemisphaerica.........................................................................20

Gambar 13. Synedra sp.................................................................................................15

Gambar 14. Trichodesmium sp......................................................................................16

Gambar 15. Flagilaria sp..............................................................................................17


ABSTRAK
Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil, sehingga tidak dapat
menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis. Tumbuhan paku adalah
tumbuhan yang sudah bisa dibedakan dalam tiga pokok bagian, yaitu akar, batang, dan
daun. Lumut merupakan kelompok tumbuhan tidak berpembuluh, berukuran kecil, dan
mampu tumbuh di beber apa jenis substrat. Lichen adalah organisme gabungan antara
jamur dan alga, dimana dua organisme tersebut terangkai membentuk satu talus. Lumut
kerak menempel di pohon-pohon, tebing, di atas tanah, di atas batu, di tepi pantai atau di
gunung-gunung. Alga adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ
dengan perbedaan fungsi yang nyata. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 26
Oktober 2019, bertempat di kawasan wisata Air terjun Seuhom, Desa Tunong Krueng
Kala, Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar. Praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui dan mengidentifikasi spesies jamur, paku, lumut, linchen, dan algae di
kawasan wisata Air terjun Seuhom, Desa Tunong Krueng Kala, Kecamatan Lhoong,
Kabupaten Aceh Besar. Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode
pengamatan langsung. Hasil yang diperoleh yaitu terdapat masing-masing 3 jenis jamur,
paku, lumut, lichen, dan alga yang ditemukan pada beberapa kulit pohon, substrat kayu
tumbang, dedaunan, dan tanah.
Kata kunci: jamur, paku, lumut, linchen, alga

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut (Wulandari, 2011) Botani Tumbuhan Rendah (BTR) merupakan salah

satu cabang biologi. Botani Tumbuhan Rendah (BTR) merupakan mata kuliah yang

wajib dengan cakupan materi ajar BTR meliputi pengantar taksonomi tumbuhan dan

tata cara penulisan nama ilmiah tumbuhan serta keanekaragaman tumbuhan dari tingkat

rendah yang ber sel satu sampai bersel banyak dari segi filogenetis, struktur dan ciri-ciri,

siklus hidup, tempat hidup, pengelompokkan, dan pemanfaatannya pada devisi

Schizophyta, Thallophyta, Fungi, Lichenes, Bryophyta, dan Pteridopytha. Tujuan

perkuliahan BTR diharapkan setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan

dapat memahami tentang prinsip-prinsip klasifikasi dan nomenklatur, serta

membandingkan tumbuhan dari tingkat rendah yang bersel satu sampai bersel banyak

dari segi filogenetis, struktur dan ciri-ciri, siklus hidup, tempat hidup, pengelompokkan,

dan pemanfaatannya pada devisi Schizophyta, Thallophyta, Fungi, Lichenes, Bryophyta,

dan Pteridopytha.

Menurut (Harahap, 2018) Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil,

sehingga tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis. Jamur

memerlukan zat-zat makanan dengan menyerap dari proses pelapukan. Berdasarkan

bentuk dan ukurannya jamur dapat dikelompokkan menjadi jamur mikroskopis dan

jamur makroskopis. Jamur yang termasuk makroskopis adalah sebagian besar divisi

Basidiomycota dan sebagian kecil Ascomycota.

2
Menurut (Campbell, 2012) Fungi merupakan heterotroph, mereka tidak dapat

membuat makanan sendiri seperti yang dilakukan tumbuhan atau alga. Namun tidak

seperti hewan, fungi tidak menalan makanannya. Sebagai gantinya, fungi mengabsorpsi

nutrient dari lingkungan di luar tubuhnya. Banyak fungi melakukan hal ini dengan

menyesekresikan enzim-enzim hidrolitik kuat ke sekelilingnya.enzim ini memecah

molekul-molekul kompleks menjadi senyawa organik yang lebih kecil, sehingga fungi

dapat menyerap senyawa itu ke dalam tubuh dan menggunakannya.

Menurut (Lestari, 2019) Tumbuhan paku adalah tumbuhan yang sudah bisa
dibedakan dalam tiga pokok bagian, yaitu akar, batang, dan daun. Hutan di Indonesia
merupakan hutan tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati seperti tumbuhan paku
(Pteridophyta). Ada sekitar kurang lebih 10.000 spesies tumbuhan paku yang ada di
dunia dan sekitar 3.000 spesies yang terdapat di Indonesia.
Menurut (Arini, 2012) Tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi dua bagian
utama yaitu organ vegetatif yang terdiri dari akar, batang, rimpang, dan daun.
Sedangkan organ generatif terdiri atas spora, sporangium, anteridium, dan arkegonium.
Sporangium tumbuhan paku umumnya berada di bagian bawah daun serta membentuk
gugusan berwarna hitam atau coklat. Gugusan sporangium ini dikenal sebagai sorus.
Letak sorus terhadap tulang daun merupakan sifat yang sangat penting dalam klasifikasi
tumbuhan paku.
Menurut (Kusumawati, 2016) Tumbuhan lumut merupakan salah satu kelompok

tumbuhan dari keanekaragaman hayati yang belum banyak diteliti karena sepintas

nampak. lumut tidak mempunyai akar, batang dan daun sejati. Lumut merupakan salah

satu bagian kecil dari flora yang belum banyak tergali dan bagian penyokong

keanekaragaman flora. Lumut merupakan tumbuhan kecil yang tingginya hanya sekitar

1-2 cm, dan bahkan yang paling besarpun umumnya tingginya kurang dari 20 cm.

3
Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan yang sederhana biasanya tumbuh ditempat –

tempat basah.

Menurut (Anas, 2017) Lumut termasuk tumbuhan perintis karena dapat tumbuh

di suatu lingkungan yang tumbuhan lain tidak mampu. Lumut mampu hidup pada

berbagai jenis substrat seperti tanah, batuan, batang kayu yang sudah lapuk, dan

menempel permukaan batang pohon atau epifit. Epifit merupakan organisme yang

tumbuh menempel pada tumbuhan yang masih hidup Lumut epifit memiliki beberapa

keuntungan, di antaranya adalah berada di luar jangkauan organisme lain yang hidup di

tanah dan memperoleh cahaya matahari lebih optimal.

Menurut (Roziaty, 2016) Lichen merupakan suatu organisme hasil asosiasi

simbiosis antara jamur dan algae dalam bentuk simbiosis mutualistik dan helotisme

yang dapat membentuk kesatuan morfologi yang berbeda dengan spesies lain pada

komponen-komponennya. Dua jenis organisme ini hidup saling berhubungan, alga

menyediakan energi melalui proses fotosintesis dan jamur menyediakan tempat

perlindungan bagi alga. Lichen sekilas setipe dengan tumbuhan lumut. Tapi jika

diperhatikan dengan seksama maka lichen merupakan suatu bentuk life form yang unik

atau khas.

Lichen adalah tumbuhan epifit yang tinggal di permukaan batu, tanah dan

beberapa substrat lainnya. Lichen sangat bergantung pada kondisi atmosfer dalam

perkembangannya. Polutan di udara yang terlarut di atmosfer mampu merusak lichen.

Lichen sangat sensitif terhadap pencemaran udara, Lichen sebagai bioindikator

pencemaran udara. Lichen merupakan salah satu organisme yang memiliki potensi

4
sebagai bioindikator. Hal ini disebabkan secara morfologi thalus lichen tidak memiliki

kutikula. Tidak memiliki klorofil karena lichen merupakan asosiasi antara alga dan

jamur atau jika ada pun jumlahnya sangat rendah. Kondisi organisme seperti ini yaitu

akumulasi klorofil rendah, tidak memiliki kutikula, mengabsorbsi air dan nutrien secara

langsung dari udara dan dapat mengakumulasi berbagai material tanpa seleksi serta

bahan yang terakumulasi tidak akan terekskresi lagi.

Menurut (Purwati, 2013) Alga atau ganggang laut adalah bagian terbesar dari

tumbuhan laut, dimana secara morfologi dapat dikelompokkan kedalam golongan

tumbuhan tidak berpembuluh (Thallophyta). Pda tubuh Alga tidak memiliki perbedaan

susunan kerangka seperti akar, batang dan daun. Alga memiliki sifat autotrofik. Alga

mendapatkan energi dari lingkungan dalam bentuk sinar matahari

Menurut (Sharo, 2013) Alga merupakan biota laut yang umumnya melekat pada

substrat tertentu. Alga berperan penting sebagai produsen dalam rantai makanan,

khususnya di ekosistem perairan. Alga juga berperan dalam menyuplai ketersediaan

oksigen. Habitat Alga umumnya tersebar secara luas di ekosistem air tawar, air laut, dan

tanah. Klasifikasi Alga berdasarkan pigmen fotosintesis, cadangan karbon dan

komponen dinding.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Spesies jamur, paku, lumut, lichen dan alga apa saja yang terdapat di kawasan

wisata Air Terjun Seuhom, Desa Tunong Krueng, kecamatan Lhoong,

Kabupaten Aceh Besar ?

5
2. Bagaimana morfologi jamur, paku, lumut, lichen dan alga yang terdapat di

kawasan wisata Air Terjun Seuhom, Desa Tunong Krueng Kala, kecamatan

Lhong, Kabupaten Aceh Besar ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1 Untuk mengetahui spesies jamur, paku, lumut, lichen dan alga apa saja yang

terdapat di kawasan wisata Air Terjun Seuhom, Desa Tunong Krueng,

kecamatan Lhng, Kabupaten Aceh Besar ?

2 Untuk mengetahui morfologi jamur, paku, lumut, lichen dan alga yang terdapat

di kawasan wisata Air Terjun Seuhom, Desa Tunong Krueng Kala, kecamatan

Lhng, Kabupaten Aceh Besar ?

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang jenis-jenis jamur, paku,

lumut, lichen dan alga.

2. Sebagai sumber bahan belajar bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan

mengenai jamur, paku, lumut, lichen dan alga.

3. Untuk menambah informasi tentang pemanfaatan jamur, paku, lumut, lichen dan

alga.

6
1.5 Kerangka Pemikiran

Praktikum ini dilakukan


untuk mengetahui dan Praktikum dilakukan
mengidentifikasi spesies melalui pengamatan
jamur, paku, lumut, lichen langsung.
dan alga di kawasan wisata
Air Terjun Seuhom
Mengetahui spesies jamur,
Untuk menambah
paku, lumut, lichen dan
pengetahuan tentang jenis-
alga yang terdapat
jenis, morfologi, habitat
kawasan Air Terjun
serta informasi lainnya
Seuhom.
mengenai jamur, paku,
lumut, lichen dan alga

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

1.6 Definisi Operasional

1. Jamur (Fungi)

Jamur (Fungi) yang dimaksud dalam praktikum ini adalah spesies di

kawasan wisata Air Terjun Seuhom, Desa Tunong Krueng Kala, kecamatan

Lhong, Kabupaten Aceh Besar.

2. Paku

Paku yang dimaksud dalam praktikum ini adalah spesies paku yang terdapat

di kawasan wisata Air terjun Seuhom, Desa Tunong Krueng Kala,

Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar.

3. Lumut

7
Lumut yang dimaksud dalam praktikum ini adalah spesies Lumut yang

terdapat di kawasan wisata Air terjun Seuhom, Desa Tunong Krueng Kala,

Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar.

4. Lichen

Lichen yang dimaksud dalam praktikum ini adalah spesies Lichen yang

terdapat di kawasan wisata Air terjun Seuhom,DesaTunong Krueng kala,

Kabupaten Aceh Besar

5. Alga

Alga yang dimaksud dalam praktikum ini adalah spesies Algae yang terdapat

di kawasan wisata Air terjun Seuhom, Desa Tunong Krueng Kala,

Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar.

6. Kawasan wisata Air Terjun Seuhom, Desa Tunong Krueng Kala, kecamatan

Lhong, Kabupaten Aceh Besar adalah memiliki sumber air dari sebuah

perbukitan dengan tumpahan airnya sekitar 20 meter. Posisi air terjun ini

berada di tengah panorama alam yang indah dan alami. Di sekitarnya

terdapat banyak pohon durian, manggis, pinus, dan banyak sekali substrak-

substrat kayu yang tumbang di tanah, ini yang merupakan salah satu habitat

bagi jamur (fungi). Serta menjadi habitat paku, lumut, lichen serta alga

karena memiliki pepohonan yang alami.

8
BAB 2

LANDASAN TEORITIS

2.1 Jamur

1. Deskripsi umum

Menurut (Dewi, 2014) Jamur adalah mikroorganisme eukariot heterotrof, tidak

dapat melakukan fotosintesis yang berkembang biak dengan spora yang khas. Jamur

dapat juga berkembang biak dengan aseksual maupun seksual. Beberapa jamur

merupakan organisme yang uniseluler, tetapi kebanyakan jamur membentuk filamen

yang merupakan sel vegetatif yang dikenal dengan sebutan miselium. Miselium adalah

kumpulan hifa atau filamen yang menyerupai tube. Fungi juga dapat dideskripsi sebagai

organiusme yang tidak berklorofil, bersifat parasitik dan saprofitik, bersel tunggal atau

banyak menyerupai struktur vegetatif yang berupa filamen yang dilindungi oleh dinding

sel yang tersusun dari zat kitin atau polisakarida.

2. Morfologi

Jamur tidak mempunyai batang, daun, dan akar serta tidak mempunyai

sistem pembulu seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Jamur umumnya

berbentuk seperti benang, bersel banyak, dan semua dari jamur mempunyai

potensi untuk tumbuh, karena tidak mempunyai klorofil yang berarti tidak dapat

memasak makanannya sendiri. Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas

benang-benang yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam

jala yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan atas miselium vegetatif yang

berfungsi meresap menyerap nutrient dari lingkungan , dan miselium fertile yang

berfungsi dalam reproduksi. Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah

8
mempunyai cirri khas yaitu berupa benang tunggal atau bercabang-cabang yang

disebut hifa. Fungi dibedakan menjadi dua golongan yaitu kapang dan khamir.

Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium,

sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal da tidak berfilamen.

3. Klasifikasi

Jamur dibagi menjadi beberapa divisi, yaitu:

1. Myxomicotina (Jamur lendir)

Pada umumnya, jamur lendir berwarna (berpigmen) kuning atau orange, walaupun

ada sebagian yang berwarna terang. Jamur ini bersifat heterotrof dan hidup secara

bebas. Tahapan memperoleh makan dalam siklus hidup jamur lendir merupakan

suatu massa ameboid yang disebut plasmodium. Plasmodium ini dapat tumbuh besar

hingga diameternya mencapai beberapa sentimeter. Contoh jamur lendir adalah jenis

Dyctystelum discridium.

2. Oomycotina

Oomycotina berarti fungi telur. Istilah ini didasarkan pada cara reproduksi seksual

pada jamur air. Beberapa anggota Oomycotina bersifat uniseluler dan tidak memiliki

kloroplas. Jamur air memiliki dinding sel terbuat dari selulosa, yang berbeda dengan

dinding sel jamur sejati yang terbuat dari polisakarida yang disebut kitin. Yang

membedakan jamur air dengan jamur sejati adalah adanya sel bifl agellata yang

terjadi pada daur hidup jamur air. Contoh anggota Oomycotina adalah Saprolegnia,

dan Phytoptora infestans.

3. Zygomycotina

9
Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur yang

terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (black bread mold) atau

Rhizopus sp. Divisi Zygomycotina memiliki anggota yang hampir semuanya hidup

pada habitat darat, kebanyakan hidup sebagai saprofit. Tubuhnya bersel banyak,

berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat, dan tidak menghasilkan spora yang

berflagella. Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual dan seksual. Contoh

dari devisi ini yaitu Rhizophus stolonifera, Rhizophus nigricans, Mucor mucedo

dan Pilobolus sp.

4. Ascomycotina

Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi yang reproduksi

seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus (ascus=sac atau

kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam sporangium yang menghasilkan

askospora. Beberapa askus biasanya mengelompok dan berkumpul membentuk

tubuh buah yang disebut askorkarp atau askoma (kalau banyak disebut askomata).

Askomata bisa berbentuk mangkok, botol, atau seperti balon). Hifa dari

Ascomycotina umumnya monokariotik (uninukleat atau memiliki inti tunggal) dan

sel-sel yang dipisahkan oleh septa sederhana. Contoh dari devisi ini yaitu jamur

oncom (Neurospora crassa).

5. Basidiomycotyna

Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi atau yang sering

disebut jamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms). Jamur ini bereproduksi

secara seksual dengan membentuk basidia yang kemudian menghasilkan

basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut basidioma atau basidiokarp .

10
Basidia tersebut bisa berkembang dalam bentuk seperti insang, pori-pori, seperti

gigi, atau struktur lain. Hifa dari Basiomycotina umumnya dikaryotik (binukleat,

dengan 2 inti) dan terkadang memiliki hubungan yang sa ling mengapit. Jenis-jenis

tersebut antara lain yaitu Volvariella volvacea (jamur merang).

6. Deuteromycotyna

Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnya dimasukkan ke

dalam Deuteromycotina. Kelompok jamur ini juga sering disebut sebagai jamur

tidak sempurna atau the imperfect fungi. Jamur ini tidak mengalami reproduksi

seksual atau mereka menunjukkan tahap aseksual (anamorph) dari jamur yang

memiliki tahap seksual (teleomorph). Jenis dari divisi ini yaitu Microsporum sp.

dan Trichophyton sp. Candida albicans.

4. Habitat

Jamur hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian besar jamur

hidup di tempat yang lembab. Habitat fungi berada di darat (terestrial) dan di tempat

lembab. Meskipun demikian banyak pula fungi yang hidup pada organisme atau sisa-

sisa organisme di laut atau di air tawar. Jamur juga dapat hidup di lingkungan yang

asam.

5. Manfaat

a. Volvariella volvacea (jamur merang), jamur ini merupakan sumber protein,

kadar kalorinya tinggi, tetapi kadar kolesterolnya rendah. Karena memiliki nilai

ekonomi yang tinggi, jamur ini banyak dibudidayakan.

b. Neurospora crassa dikenal sebagai jamur oncom karena sering digunakan

untuk membuat oncom.

11
c. Aspergillus oryzae, jamur ini biasa digunakan untuk mengempukkan adonan

roti, dan jamur tersebut dapat menghasilkan enzim protease.

d. Aspergillus wentii, jenis ini berperan dalam dalam pembuatan sake, kecap,

tauco, asam sitrat, asam oksalat, dan asam format, serta penghasil enzim

protease.

e. Aspegillus niger, jJenis ini dimanfaatkan untuk menghilangkan gas O2 dari sari

buah, dan dapat menjernihkannya. Jamur tersebut juga dapat menghasilkan

enzim glukosa oksidase dan pektinase.

f. Rhizophus stolonifera merupakan saprofit yang hidup pada bungkil kedelai dan

bermanfaat dalam pembuatan tempe.

g. Rhizophus nigricans jamur ini dapat menghasilkan asam fumarat.

h. Mucor mucedo sering dijumpai pada roti, sisa-sisa makanan dan kotoran

ternak.

6. Reproduksi Jamur

1. Reproduksi jamur secara vegetatif (aseksual)

a. Fragmentasi ( pemutusan ) hifa, potongan hifa yang terpisah kemudian akan

tumbuhan menjadi jamur baru. Pembentukan spora aseksual, spora aseksual

bisa berupa sporangiospora atau konidospora. Pada beberapa jenis jamur yang

sudah dewasa akan menghasilkan sporangiosfor ( tangkai kotak spora ). Di

ujung sporangiofor terdapat sporangium ( kotak spora ). Sedangkan dalam

kotak spora akan terjadi pembelahan sel secara mitosis yang menghasilkan

banyak sporangiospora dengan kromosom haploid ( n ). Sedangkan pada jamur

12
yang lainnya jika sudah dewasa dapat menghasilkan konidiofor ( tangkai

konidium ), pada ujung konidiofor terdapat konidium ( kotak konidiospora ).

b. Dalam konidium akan terjadi pembelahan sel yang dilakukan secara mitosis

dengan menghasilkan banyak konidiospora dengan berkromosom haploid ( n ),

baik sporangiospora maupun konidiospora jika jatuh pada tempat yang cocok

akan tumbuh menjadi hifa baru yang haploid ( n ).

2. Reproduksi jamur secara generatif (seksual)

Reproduksi jamur dengan generatif ( seksual ) dilakukan terlebih dahulu

dengan pembentukan spora seksual yang melalui sebuah peleburan antara hifa

yang mempunyai jenis berbeda.

Mekanisme secara generatif

a. Hifa (+) dan hifa (-), masing-masing berkromosom haploid (n), berdekatan

membentuk gametangium. Gametangium merupakan perluasan hifa.

b. Gametangium mengalami plasmogami (peleburan sitoplasma) membentuk

zigosporangium dikariotik (heterokariotik) dengan pasangan nukleus

haploid yang belum bersatu. Zigosporangium memiliki lapisan dinding sel

yang tebal dan kasar untuk bertahan pada kondisi buruk atau kering.

c. Bila kondisi lingkungan membaik akan terjadi kariogami (peleburan inti)

sehingga zigosporangium memiliki inti yang diploid (2n).

d. Inti diploid zigosporangium segera mengalami pembelahan secara meiosis

menghasilkan zigospora haploid (n) di dalam zigosporangium.

13
e. Zigospora haploid (n) akan berkecambah membentuk sporangium

bertangkai pendek dengan kromosom haploid (n)

f. Sporangium haploid (n) akan menghasilkan spora spora yang haploid (n).

Spora-spora ini memiliki keanekaragaman genetik.

g. Bila spora-spora haploid (n) jatuh di tempat yang cocok, maka akan

berkecambah (germinasi) menjadi hifa jamur yang haploid (n).

h. Hifa akan tumbuh membentuk jaringan miselium yang semuanya haploid

(n).

2.2 Paku

1. Deskripsi Umum

Menurut (Sugiarti, 2019) Divisi pteridophyta dapat dikelompokkan menjadi


empat kelas antara lain Psilophytinae (paku purba), Lycopodiinae (paku rambat atau
paku kawat), Equisetinae (paku ekor kuda) dan kelas Fillicinae (paku sejati). Paku-
pakuan dapat dibagi ke dalam 11 famili antara lain Marsileaceae, Equicetaceae,
Salviniceae, Lycopodiaceae, Selagillaceae, Schizaeaceae, Ophiglossaceae, Cyatheaceae,
Gleicheniaceae, Polypodiaceae dan Ceratopteridaceae.

2. Morfologi

Akar tanaman paku berbentuk serabut dengan kaliptra pada bagian

ujungnya. Pada bagian jaringan akarnya terdiri dari laisan epidermis, korteks,

dan silinder pusat. Fungsi dari akar pada tanaman paku ini sebagai alat untuk

menopang tumbuh tegaknya tumbuhan. Struktur batang tanaman paku juga

terdiri dari lapisan epidermis, korteks, serta silinder pusat. Pada bagian silinder

pusat tersebut memiliki bagian berkas pembuluh angkut yaitu xilem dan floem.

14
Berkas pembuluh ini memiliki peran dalam proses fotosintesis dan juga sebagai

alat untuk mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh tumbuhan.

Struktur daun tanaman paku terdiri atas jaringan epidermis, mesofil, serta

pembuluh angkut. Sedangkan jenis tanaman paku sendiri terdiri dari berbagai

macam jenis.

3. Klasifikasi

Paku dibagi menjadi beberapa divisi, yaitu:

1. Psilophyta (paku kurba/paku telanjang)

Tanaman paku kelas ini belum mempunyai daun dan akar, namun batangnya

sudah mempunyai berkas pengangkut, bercabang-cabang dengan sporangium pada

bgaian ujungnya. Sporofil tanaman paku mengandung satu jenis spora yang dikenal

dengan istilah homospora. Seperti contoh yaitu Rhynia Major dan Psylotum sp.

2. Equisetophyta/ Sphenophyta

Tanaman paku kelas ini mempunyai batang yang mirip dengan ekor kuda dan

mempunyai daun yang mirip dengan kawat dan pada bagian daun yang juga tersusun

dalam satu lingkaran. Tanaman paku kelas ini dikenal juga dengan sebutan paku ekor

kuda. Contohnya seperti Equisetum debile.

3. Lycophyta

Yakni jenis paku kawat atau paku rambat dan Lycophyta yaitu paku kawat atau

paku rambat. Kelas Lycophyta merupakan tumbuhan paku berdaun kecil yang tersusun

secara spiral dengan arti batang seperti kawat dan membentuk sporangium yang

terkumpul dalam strobilus dan muncul pada ujung ketiak. Contohnya seperi

15
Lycopodium sp atau paku rane, dan Lycopodium clavatum atau paku kawat, dan

Selaginella sp.

4. Filicinae/Pterophyta (paku sejati)

Tanaman paku kelas ini sudah lebih tinggi tingkatannya dibanding dengan

kelas sebelumnya. Kelas Pterophyta sudah mempunyai akar, batang, serta daun sejati.

Daun tanaman ini memiliki ukuran yang cukup besar sehingga disebut megafil.

4. Habitat

Habitatnya di darat, terutama pada lapisan bawah tanah didataran

rendah, tepi pantai, lereng gunung, 350 meter diatas permukaan laut terutama di

daerah lembab, dan ada juga yang bersifat epifit (menempel) pada tumbuhan

lain.

5. Manfaat

1. Dipelihara sebagai tanaman hias, contohnya:

a) Adiantum pedatum

b) Alsophila cuspidata

c) Asplenium nidus

2. Sebagai salah satu bahan dalam pembuatan karangan bunga, misalnya Lycopodium

cernuum.

3. Untuk sayuran, misalnya :

a) Diplazium esculentum (Pakis)

b) Salvinia natans (paku sampan atau kiambang)

c) Marsilea crenata (Semanggi).

4. Pupuk hijau, misalnya

16
Azolla pinnata, bersimbiosis dengan Anabaena sp (alga biru) yang berperan dalam

fiksasi nitrogen. Karena paku Azolla pinata akan bersimbiosis dengan bakteri

Anabaena yg mana mengikat nitrrogen bebas yang menyuburkan tanah bagi

tumbuhan.

5. Bahan obat-obatan

Marsilea crenata (Semanggi). Secara kimia banyak mengandung coumarin dan

hyperin. Khasiatnya sangat banyak seperti mampu menghilangkan bengkak, anti

radang, anti biotik, pelancar air seni, penurun panas, penetralisir racun dan pelancar

dahak, selain dari juga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi sakit kuning dan

pengecilan hati.

6. Reproduksi

1. Reproduksi paku secara vegetatif (aseksual)

Generasi gametofit dihasilkan oleh reproduksi aseksual dengan spora.

Spora dihasilkan oleh pembelahan sel induk spora yang terjadi di dalam

sporangium. Sporangium terdapat pada sporofit (sporogonium) yang terletak di

daun atau di batang. Spora haploid (n) yang dihasilkan diterbangkan oleh angin

dan jika sampai di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi protalus dan

selanjutnya menjadi gametofit yang haploid (n).

2. Reproduksi paku secara generatif (seksual)

Reproduksi secara seksual berlangsung selama fertilisasi antara sel

sperma dan sel telur di dalam arkegonium yang menghasilkan zigot. Zigot

berkembang menjadi embrio dan protalium serta selanjutnya terjadi

diferrensiasi organ membentuk akar, batang, daun dan kaki. Kaki adalah struktur

17
yang hanya berkembang pada embrio tidak terdapat pada sporofit dewasa. Organ

ini menembus jaringan protalium, menyerap air dan makanan untuk keperluan

akar, rimpang, daun selama organ ini belum mandiri. Protalium merupakan

tumbuhan autotrof mandiri,bahkan dapat menunjang tahap awal kehidupan

sporofit embrionya. Protalium kemudian mati setelah sporofit mampu hidup

sendiri. Sporofit yang sudah dewasa dicirikan oleh munculnya sporangium pada

permukaan bawah daunnya. Daun steril dari tumbuhan paku terdeferensiasi

membentuk struktur sporangium untuk menghasilkan keturunan aseksual dalam

bentuk spora. Selama pembentukan spora, meiosis berperan dalam menjaga

keragaman genetik pada generasi anakannya. Pada tahap fertilisasi, air dan

kelembaban memiliki peran yang sangat penting. Dengan jumlah yang sangat

sedikit saja sudah memungkinkan sperma berenang mendekati telur dan

membuahinya.

2.3 Lumut

1. Deskripsi Umum

Menurut Nurasiah (2018), Tumbuha lumut (Bryophyta) adalah

kelompok terbesar kedua setelah tumbuhan tinggi. Jumlah tumbuhan lumut

kurang lebih terdapat 18.000 jenis yang tersebar diseluruh dunia dan merupakan

kelompok terbesar kedua setelah tumbuhan berbunga. Tumbuhan lumut salah

satu komponen penting dalam kawasan penggunungan tropis yang berperan

signifikan dalam keseimbangan air dan siklus hara hutan berfungsi sebagai

substrat, sumber makanan dan tempat bersarang bagi organisme hutan lainnya.

18
2. Morfologi

Lumut memiliki batang jika dilihat melintang akan tampak susunan

batang tumbuhan lumut yaitu selapis sel kulit, beberapa diantaranya membentuk

rizhoid epidermis. Lapisan kulit dalam, silinder pusat yang terdiri dari sel-sel

parenkimatik. Dan silinder pusat, yang terdiri dari sel-sel parenkim tang

memanjang dan berfungsi sebagai jaringan pengangkut. Daun tersusun atas satu

lapis sel. Sel-sel daunnya kecil, sempit, panjang dan mengandung kloroplas,

yang tersusun seperti jala. Lumut hanya dapat tumbuh memanjang tetapi tidak

mebesar karena tidak ada sel berdinding sekunder yang berfungsi sebagai

jaringan penyokon. Rhizoid terdiri dari selapis sel kadang dengan sekat yang

tidk sempurna. Membentuk seperti benang sebagai akar untuk melekat pada

tempat tumbuhnya dan menyerap garam-garam mineral. Sporofit terdiri atas

bagian-bagin vaginula, seta, apofisis, sporangium, kaliptra. Gametofit terdiri

atas, anteridium yang menghasilkan sperma. Dan arkegonium yang

menghasilkan sel telur.

3. Klasifikasi

Lumut dibagi menjadi beberapa divisi, yaitu:

1. Lumut Hati

Lumut hati adalah kelas yang terdiri dari tumbuhan berukuran relative kecil

yang dapat melakukan proses fotosintesis, meskipun selalu bersifatmultiseluler. Lumut

hati dapat dilihat tanpa menggunakan alat bantu. Lumut hati mudah dtemukan melekat

pada tanah, bebatuan, atau dinding tua yang lembab. Bentuk morfologi lumut hati ini

19
berupa lempengan menyerupai bentuk hati dan memiliki banyak lekukan. Bentuk

tubuhnya menyerupai akar, batang dan daun.

2. Lumut Tanduk

Morfologi lumut tanduk hampir sama seperti lumut hati yaitu berupa talus,

namun sporofitnya berupa kapsul. Proses perkembang biakan lumut tanduk hampir

sama dengan lumut hati. Pada lumut tanduk hanya memiliki satu kloroplas. Perbedaan

perkembangbiakan lumut hati dan lumut tanduk adalah sporofit lumut tanduk memiliki

kapsul yang memanjang dan tumbuh menyerupai tanduk gametofit. Perkembangan

secara generative lumut tanduk yaitu dengan membentuk anteridium dan arkhegonium.

Anteridium dan arkhegonium yang telah terbentuk akan terkumpul disatu lekukan

bagian atas talus.

3. Lumut Sejati

Lumut sejati banyak tumbuh pada tempat yang agak terbuka dan memiliki

bentuk lebih menarik. Ciri khas lumut sejati adanya simetri radial. Yaitu pada semua

jenis bagian utama ditumbuhi oleh daun. Tumbuhan ini memiliki akar sejati, namun

pada kebanyakan tumbuhan lumut daun batangnya memiliki lumut-lumut daun untuk

menempel. Pada suatu golongan lumut yang banyak dikenal dengan rumput rawa atau

lumut gambut memiliki daun yang khas dan tidak terdapat rusuk tengah, dan terdiri dari

beberapa jaringan sel kecil tembus cahaya dan berlubang-lubang yang dapat

memisahkan sel-sel yang mati. Selain itu juga dapat menyimpan dan menahan air

dengan baik, sehingga rawa-rawa dapat menahan air sebagian besar dikarenakan oleh

tumbuh lumut tersebut.

4. Habitat

20
Tumbuhan lumut merupakan salah satu tumbuhan tingkat redah yang

dapat beradaptasi dilingkungan lembab. Lumut banyak ditemukan tumbuh

dibatang pohon, kayu mati, kayu lapuk, tanah, atau batuan, dengan kondisi

lingkungan lembab dan penyinaran yang cukup. Tumbuhan lumut jarang

ditemukan yang bersifat individu , melainkan hidup berkelompok dan

mempunyai bentuk-bentuk kehidupan khusus. Lumut memainkan peran penting

dan merupakan bagian dari, keanekaragaman hayati di hutan lembab, ekosistem

lahan basah, gunung, dan tundra.

5. Manfaat

1. Menahan erosi tanah

Pengikisan tanah juga bias dicegah dengan kehadiran lumut, sifat penyerap air

dengan baik yang dimiliki lumut membantu tanah terjaga kepadatannya dan tidak

mudah mengalami erosi, menjaga porositas tanah dan mengatur tingkat kelembaban

ekosistem.

2. Berfungsi menyimpan sumber air

Sifat lumut yang menyerupai bantalan sehingga mudah menyerap air dengan

rizoidnya. Sehingga lumut bermanfaat untuk menjaga kelembaban ditanah atau pada

substratnya.

3. Mensuplai oksigen

Lumut juga bagian dari tumbuhan yang memiliki zat hijau. Layaknya

tumbuhan lain, lumut juga melakukan fotosintesis.

4. Lumut sebagai obat-obatan

21
Beberapa jenis tumbuhan lumut dijadikan sebagai obat untuk mengatasi

beberapa penyakit, jenis tumbuhan lumut yang biasanya digunakan sebagai bahan

pembuatan obat adalah lumut daun dan lumut hati yang dijadikan sebagai bahan

pembuatan obat kulit, obat hepatitis, dan sebagai obat anti septik.

5. Lumut sebagai bioindikator

Lumut dapat digunakan sebagai spesies bioindikator, sebagai tumbuhan yang

sensitive terhadap polusi, dapat membantu menunjukan rendahnya tingkat polusi udara.

Lumut juga cocok sebagai bioindikator polusi air.

6. Reproduksi

1. Reproduksi lumut secara vegetatif (aseksual)

Dilakukan dengan spora. Spora dihasilkan oleh pembelahan yang

terjadi dalam sporangium lumut sporofit. Spora yang dihasilkan sporofit adalah

spora haploid. Spora tersebut tumbuh menjadi protonema, kemudian tumbuh

menjadi gametofit haploid, perkembangbiakan secara vegetatif dapat terjadi

dengan banyak cara, antar lain yaitu. Membentuk tunas pada pangkal batang dan

selanjutnya tunas terlepas dan berkembang menjadi individu baru. Membentuk

stolon. Batang lumut yang bercabang-cabang mati, lalu cabangnya tumbuh dan

berkembang menjadi individu baru. Protonema primer membentuk individu

baru. Protonema putus-putus menjadi banyak protonema. Dan membentuk

kuncup.

2. Reproduksi lumut secara generatif (seksual)

Terjadi dengan adanya penyatuan gamet jantan dan gamet betina.

Spermatozoid bergerak dengan perantara air menuju ovum pada arkegonium.

22
Spermatozoid kemudian bertemu dan membuahi ovum. Pembuahan

menghasilkan zigot yang diploid. Zigot membelah menjadi embrio yang

kemudian tumbuh menjadi sporofit yang diploid. Reproduksi vegetatif dan

generative berlangsung secara bergantian melalui suatu pergiliran keturunan

yang disebut metagenesis.

2.4 Linchen

1. Deskripsi Umum

Menurut Roziaty (2016), tubuh lichen yang disebut dengan thallus berwarna

mulai dari putih, keabuan, coklat bahkan hitam. Bagian tubuh lichen yang memanjang

disebut dengan hifa. Hifa merupakan organ vegetatif dari thallus atau miselium yang

biasanya tidak didapatkan pada fungi yang bukan lichen. Pada jenis lichen foliose,

terdapat 4 bagian tubuh yang jelas yaitu 1) korteks atas, berupa jalinan yang disebut

pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang

berupa gelatin. Bagian ini tebal berguna untuk perlindungan; 2) daerah alga, merupakan

lapisan yang berwarna biru hijau yang terletakdi bawah korteks atas. Bagian ini terdiri

dari jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa tersebut terdapat sel-sel yang berwarna

hijau yaitu berguna untuk fotosintesis; 3) medulla, terdiri dari hifa yang terjalin satu

dengan lainnya yang membentuk untaian pembuluh; dan 4) korteks bawah, lapisan ini

terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan membentang secara vertikal terhadap

permukaan thallus atau sejajar dengan kulit bagian luar. Korteks bawah berupa rhizines.

Beberapa lichen ada yang tidak memiliki korteks bawah. Bagian tersebut digantikan

oleh lapisan tipis yang dinamakan hypothallus yang berfungsi sebagai pelindung.

23
2. Morfologi

Tubuh lichenes dinamakan thallus yang secara vegetatif mempunyai

kemiripan dengan alga dan jamur. Thallus ini berwarna abu-abu atau abu-abu

kehijauan. Beberapa spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat atau

merah dengan habitat yang bervariasi. Bagian tubuh yang memanjang secara

selluler dinamakan hifa. Hifa merupakan organ vegetatif dari thallus atau

miselium yang biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan lichenes.

3. Klasifikasi

Lichenes memiliki klasifikasi yang bervariasi dan dasar dasar

klasifikasinya secara umum adalah sebagai berikut :

A. Berdasarkan komponen cendawan yang menyusunnya:

1. Kelas Ascolichens.

 Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales, maka tubuh buah

yang dihasilkan berupa peritesium. Contoh: Dermatocarpon dan

Verrucaria.

 Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichenes membentuk

tubuh buah berupa apothecium yang berumur panjang. Contoh: Usnea

dan Parmelia.

Dalam Kelas Ascolichens ini dibangun juga oleh komponen alga dari famili:

Mycophyceae dan Chlorophyceae yang bentuknya berupa gelatin. Genus

dari Mycophyceae adalah : Scytonema, Nostoc, Rivularia, Gleocapsa dan

lain-lain. Dari Cholophyceae adalah : Protococcus, Trentopohlia,

Cladophora dll.

24
2. Kelas Basidiolichenes

Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophyceae. Basidiomycetes

yaitu dari famili : Thelephoraceae, dengan tiga genus Cora, Corella dan

Dyctionema. Mycophyceae berupa filamen yaitu : Scytonema dan tidak

berbentuk filamen yaitu Chrococcus.

3. Lichen Imperfect Deutromycetes fungi, steril. Contoh : Cystocoleus,

Lepraria, Leprocanlon, Normandia, dll.

B. Berdasarkan alga yang menyusun thalus:

1. Homoimerus

Sel alga dan hifa jamur tersebar merat pada thallus. Komponen alga

mendominasi dengan bentuk seperti gelatin, termasuk dalam Mycophyceae.

Contoh : Ephebe, Collema.

2. Heteromerous

Sel alga terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen jamur

menyebabkan terbentuknya thallus, alga tidak berupa gelatin

Chlorophyceae. Contoh: Parmelia

C. Berdasarkan tipe thallus dan kejadiannya:

1. Crustose atau Crustaceous.

Merupakan lapisan kerak atau kulit yang tipis di atas batu, tanah atau kulit

pohon. Seperti Rhizocarpon pada batu, Lecanora dan Graphis pada kulit

25
kayu. Mereka terlihat sedikit berbeda antara bagian permukaan atas dan

bawah.

2. Fruticose atau filamentous

Lichen semak, seperti silinder rata atau seperti pita dengan beberapa bagian

menempel pada bagian dasar atau permukaan. Thallus bervariasi, ada yang

pendek dan panjang, rata, silindris atau seperti janggut atau benang yang

menggantung atau berdiri tegak. Bentuk yang seperti telinga tipis yaitu

Ramalina. Yang panjang menggantung seperti Usnea dan Alectoria.

Cladonia adalah tipe antara kedua bentuk itu.

4. Habitat

Lichenes (liken) dikenal dengan lumut kerak karena bentuknya

menyerupai kerak yang menempel (epifit) di pohon-pohon, tebing, di atas tanah

terutama di daerah sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai atau

gunung-gunung yang tinggi. Hubungan simbiosis memungkinkan bagi lichen

untuk hidup di berbagai tempat/habitat dan kondisi cuaca di seluruh dunia

bahkan di lingkungan yang ekstrim. Di wilayah yang kodisi lingkungan seragam

masing-masing substrat cenderung lichen yang tumbuh juga relatif seragam.

Mereka tumbuh di lingkungan dengan kondisi iklim yang berbeda dan dengan

substrat yang berbeda.

5. Manfaat

1. Lichen sebagai Bahan Makanan

26
2. Di Jepang disebut Iwatake, dimana Umbilicaria dari jenis foliose lichen digoreng

atau dimakan mentah.

3. Lichen sebagai Bioindikator

4. Lumut kerak sangat berguna dalam menunjukkan beban polusi yang terjadi dalam

waktu yang lama. Untuk melihat apakah udara pada suatu daerah telah tercemar atau

tidak, dapat di lihat dari pertumbuhan lumut kerak yang menempel di pohon-pohon

atau batu.

5. Lichen sebagai Antibiotik

6. Lichen memiliki sifat antibiotik ini meliputi antibakteri, antijamur, dan antivirus.

Kemampuan lichen sebagai antibiotik ditentukan oleh senyawa asam yang terdapat di

dalamnya. seperti Escherichia coli, Aeromonas hydrophila, Proteus vulgaris.

7. Lichen sebagai Bahan Obat-Obatan

8. Lobaria pulmonaria digunakan untuk menyembuhkan penyakit paru-paru karena

Lobaria dapat membentuk lapisan tipis pada paru-paru.

6. Reproduksi

Reproduksi lichen sangat berbeda dengan reproduksi alga dan fungi.

Reproduksi lichen terjadi dalam dua cara yaitu aseksual dan seksual. Reproduksi

aseksual terjadi ketika lichen membentuk suatu badan yang disebut dengan

soredia atau isidia (bagian yang lebih tipis) pada permukaan kulit pohon atau

benda buatan lainnya. Beberapa lichen menghasilkan tubuh jamur yang disebut

denganapotheca atau peritheca, badan ini yang melaksanakan reproduksi seksual

(Bhat, Dudani, & Chandran, 2011).

27
1. Reproduksi linchen secara vegetatif (aseksual)

a. Fragmentasi

Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memisahkan bagian tubuh yang

telah tua dari induknya dan kemudian berkembang menjadi individu baru.Bagian-

bagian tubuh yang dipisahkan tersebut dinamakan fragmen.Pada beberapa fruticose

lichenes, bagian tubuh yang lepas tadi, dibawa oleh angin ke batang kayu dan

berkembang tumbuhan lichenes yang baru. Reproduksi vegetatif dengan cara ini

merupakan cara yang paling produktif untuk peningkatan jumlah individu.

b. Isidia

Kadang-kadang isidia lepas dari thallus induknya yang masing-masing

mempunyai simbion. Isidium akan tumbuh menjadi individu baru jika kondisinya

sesuai.

c. Soredia

Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan

diselubungi benag-benang miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas dari

induknya. Dengan robeknya dinding thallus, soredium tersebar seperti abu yang

tertiup angin dan akan tumbuh lichenes baru. Lichenes yang baru memiliki

karakteristik yang sama dengan induknya.

2. Reproduksi linchen secara generatif (seksual)

Perkembangbiakan seksual pada lichen ini harus dengan unsur jamur

yang terdapat pada tubuh lichen. Bila kelompok jamur mengalami pertumbuhan

hal tersebut juga akan diikuti dengan perkembangan seksual lichen. Reproduksi

secara aseksual (vegetative) merupakan pembiakan yang terjadi tanpa melalui

28
perkawinan, perkembangbiakan secara vegetative dapat berlangsung dengan

cara fragmentasi (potongan hifa/miselium), membelah diri (ini terjadi pada

jamur uniseluler), spora kembara (terjadi pada jamur lender, dengan cara

bertunas (terjadi pada jamur (kelompok khamir) dan kandiospora (ujung hifa

tertentu yang membagi-bagi diri membentuk bulat-

bulat telur yang biasanya disebut kondia).

2.5 Alga

1. Deskripsi Umum

Menurut Rikani (2015), alga adalah tanaman talus sehingga mampu

melakukan fotosintesis. Alga memiliki bentuk sel yang beragam, ada yang

berbentuk bulat, lonjong, memanjang seperti benang, berbentuk tidak beraturan

yang hidup berkelompok dan tersebar diperairan. Alga mempunyai peranan

sangat penting di dalam suatu perairan, yaitu sebagai dasar dari rantai makanan

dan sebagai salah satu parameter tingkat kesuburan suatu perairan. Jika

ditemukan fitoplankton yang melimpah, maka perairan tersebut cenderung

memiliki produktivitas yang tinggi pula.

2. Morfologi

Alga memiliki dua kelompok, yaitu makro alga dan mikro alga. Pada

mikro alga tidak dapat dilihat secara kasat mata, namun menggunakan alat

bantu, yaitu mikroskop. Secara morfologi, alga tidak memiliki akar, batang dan

29
daun yang sejati seperti layaknya tumbuhan tingkat tinggi, tetapi hanya

menyerupai bagian-bagian yang berbentuk talus.

3. Klasifikasi

Berdasarkan pigmen domina , alga dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Eugneoid (Alga hijau terang)

Eugneoid berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata eu (sejati) dan

gleen (mata). Euglenoif merupakan alga hijau yang uniseluler dengan bintik

mata yang berwarna merah (stigma) dan tidak memiliki dinding sel, memiliki

flagella dan bergerak secara aktif seperti hewan, namun memiliki klorofil yang

dapat berfotosintesis.

2. Chrysophyta (Alga keemasan/pirang)

Chrysophyta berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata chrysos (emas).

Chrysophyta adalah ganggang yang memiliki pigmen dominan derivate yang berupa

xantofil dan pigmen lainnya yaitu klorofil a, c dan fukosantin (coklat). Chrysophyta

bersifat uniseluler soliter, uniseluler koloni dan juga multiseluler.

3. Pyrrophyta (Dinoflagellata atau Alga api)

Pyrrophyta berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata pyrrhos (api). Pyrrophyta

adalah alga uniseluler yang menyebakan air laut tampak bercahaya (berpendat) di

malam hari karena sel-selnya mengandung fosfor.

4. Chlorophyta (Alga Hijau)

Chlorophyta berasal dari bahasa Yunani, yaitu chloros (hijau). Chlorophyta

adalah ganggang yang berwarna hijau dengan pigmen dominan klorofil a dan klorofil b,

30
serta pigmen tambahan karote dan xantofil. Chlorophyta memiliki dinding sel dari

selulosa.

5. Phaeophyta (Alga Cokelat)

Phaeophyta bersal dari bahasa Yunani, yaitu kata Phaios (cokelat). Alga

cokelat adalah jenis alga yang hidup di laut, berwarna cokelat karena mengandung

dominan fukosantin (cokelat) yang menutup pigmen lainnya, yaitu klorofil a, c, dan

xantofil.

6. Rhodophyta (Alga merah)

Rhodophyta berasal dari bahasa Yunani, yaitu rhodos (merah). Rhodophyta

adalah alga merah dengan pigmen dominan fikobilin yang terdiri dari fikoeritrin

(merah) dan fikosianin (biru), serta pigmen lain yaitu klorofil a, d, dan karoten.

4. Habitat

Tempat hidup alga umumnya di air, baik air tawar, laut maupun air

payau. Alga juga ditemykan di daerah bersalju, bersimbiosis dengan organisme

lain seperti lumut, paku atau fungi membentuk lichens yang mampu hidup di

atas batu yang gersang dan kering, dan pada sumber air panas. Alga dapat

tumbuh hampir di semua tempat yang cukup basah dan cukup cahaya untuk

berfotosintesis. Salah satu habitat yang paling ekstrim adalah alga yang dapat

hidup di jaringan tubuh hewan seperti pada beberapa jenis mentimun laut,

binatang-binatang karang yang mengadakan simbiosis yang saling

menguntungkan. Beberapa alga memiliki holdfast sehingga dapat melekat pada

31
substrat, tetapi ada juga yang melayang bebas dalam air bersama makhluk lain

membentuk plankton.

5. Manfaat

Manfaat Alga, sebagai berikut:

1. Sebagai fitoplankton

2. Berfungsi sebagai makanan ikan.

Alga hijau merupakan produser primer, yaitu sebagai penyedia bahan organik dan

oksigen bagi hewan-hewan air seperti ikan, udang, dan serangga air. Keberadaan

produser mengundang kehadiran konsumer, predator, dan organisme lain yang

membentuk ekosistem perairan.

3. Porphyra (alga merah) dapat digunakan sebagai makanan suplemen kesehatan

4. Rhodymenia palmate (alga merah) dapat digunakan sebagai sumber makanan

5. Macrocystis pyrifera menghasilkan iodium, yaitu unsur yang digunakan untuk


mencegah penyakit gondok

6. Macrocystis (alga cokelat) juga dibuat sebagai makanan suplemen untuk hewan

ternak karena kaya kandungan Na, P, N, dan Ca

7. Gellidium sp dan Gracilaria sp menghasilkan agar-agar

8. Alga merah juga menghasilkan karagenan, yaitu senyawa yang berperan untuk

membuat es krim.

9. Alga cokelat terutama Macrocystis, Laminaria, Fucus, dan Ascophylum dapat

menghasilkan asam alginat.

32
10. Dinding sel diatom banyak mengandung silikat. Sisa-sisa dinding sel diatom yang

hidup jutaan tahun yang lalu membentuk lapisan tanah yang dikenal sebagai tanah

diatom. Tanah diatom dapat digunakan sebagai bahan penggosok, isolasi, bahan

dasar industri kaca, dan penyaring (karena berpori).

11. Alga hijau Chlorella dapat digunakan sebagai makanan suplemen, obat-obatan, dan

kosmetik.

6. Reproduksi

1. Reproduksi alga secara vegetatif (aseksual)

a. Reproduksi vegetatif pada alga cukup beragam. Beberapa bentuk alga uniseluler

seperti Euglena berkembang biak dengan pembelahan biner, di mana sel

membelah induk (longitudinal atau transversal) menjadi dua bagian yang sama.

Kedua sel berkembang sebagai organisme dan mirip dengan sel induk.

Fragmentasi adalah proses yang diklasifikasikan dalam reproduksi vegetatif pada

alga. Hal ini terjadi juga pada Sargassum dan koloni alga lainnya, dimana sel

induk membelah menjadi dua fragmen atau lebih yang tumbuh menjadi

organisme baru.

b. Reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan spora; spesies alga

Chlamydomonas dan Chlorella berkembang biak dengan metode ini. Tergantung

pada spesies alga, spora dapat diproduksi dalam sel-sel normal atau khusus.

Mereka baik motil atau non-motil. Berbagai jenis spora seperti zoospora,

synzoospores, aplanospores, hypnospores, autospores, dan tetraspores.

2. Reproduksi alga secara generatif (seksual)

33
Seperti disebutkan sebelumnya, reproduksi seksual terjadi dengan

penyatuan gamet jantan dan betina. Gamet mungkin identik dalam bentuk,

ukuran, dan struktur (isogami) atau berbeda (heterogamy). Beberapa bentuk

yang paling sederhana dari alga seperti Spirogyra berkembang biak dengan

metode konjugasi reproduksi seksual. Dalam proses konjugasi, dua helai

berserabut (atau dua organisme) spesies alga yang sama bertukar materi genetik

melalui tabung konjugasi. Di antara dua helai, satu bertindak sebagai donor dan

berperilaku lain sebagai penerima. Setelah bertukar materi genetik, dua helai

terpisah satu sama lain. Penerima kemudian menimbulkan organisme diploid.

Dalam bentuk yang lebih tinggi dari alga, misalnya Ulva dan Laminaria,

pergantian generasi biasanya diamati. Kedua reproduksi aseksual dan seksual

terjadi pada organisme tersebut. Dengan demikian, bentuk dewasa organisme

haploid disebut gametofit dan organisme diploid disebut sporofit yang hadir

dalam siklus hidup mereka. Jika organisme gametofit dan sporofit mirip dalam

penampilan, maka mereka disebut sebagai isomorfik, sedangkan alga dengan

bentuk gametofit dan sporofit yang berbeda disebut heteromorfik.

Gametofit menghasilkan gamet haploid dengan pembelahan sel mitosis,

yang bersatu untuk membentuk zigot diploid yang berkembang menjadi sporofit.

Sporofit kemudian mengalami pembelahan sel meiosis menimbulkan spora

haploid, yang tumbuh menjadi gametofit. Dengan cara ini, generasi gametofit

dan sporofit mengubah satu sama lain.

34
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada hari Minggu, 26 Oktober 2019 dari pukul 10.00

s.d. 12.00 WIB, bertempat di kawasan wisata Brayeun, Desa Meunasah Mesjid,

Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar. Peta lokasi penelitian kawasan wisata

Brayeun, Desa Meunasah Mesjid, Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar.

3.2 Metode Sampling

Pengumpulan data dilakukan dengan cara eksploratif dengan teknik purposive

sampling, yaitu pemilihan sekelompok subjek berdasarkan karakteristik tertentu yang

dinilain memiliki keterkaitan dengan ciri-ciri atau karakteristik dari populasi yang akan

diteliti. Karakteristik ini sudah diketahui oleh peneliti, sehingga hanya perlu

menghubungkan unit sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.

3.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

tabel 3.1 berikut:

Jumla
Nama Alat Fungsi
h
Untuk membantu pengambilan
Cutter 2
sampel.
Alat tulis 1 Set Sebagai perlengkapan untuk

melakukan pencatatan selama

34
penelitian.
Penggaris 1 Untuk mengukur sampel.
Plastik Sampel 1 Ons Untuk menyimpan sampel.
Kamera Untuk mengambil gambar dan
2
handphone dokumentasi kegiatan penelitian.

3.4 Analisis Data

Data penelitian dianalisis secara kuantitatif. yaitu dengan mencantumkan

famili dan nama ilmiah yang disajikan dalam bentuk gambar yang dipotret dengan

handphone serta mendeskripsikan masing-masing spesies yang diperoleh berdasarkan

ciri-ciri morfologinya.

35
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Jamur

Morfologi thallus berbentuk Crustose:

1. Cookeina sulcipes

Gambar Pembanding

Gambar 1. Cookeina sulcipes 1. Cookeina sulcipes

Cookeina sulcipes ditemukan pada substrat kayu yang berada di Lhong dan

diameter cup berkisar antara 2-3 cm. Cookeina sulcipes merupakan jenis fungi paling

umum ditemukan di daerah tropis dan subtropics. Spesises masuk ke dalam kelompok

Cup Fungi, yang dapat dikenali melalui bentuk sporokarp seperti mangkuk, memiliki

tangkai, dan spora diproduksi pada bagian interior mangkuk yang halus. Umumnya

tumbuhan ini berwarna merah cerah dan terdapat rambut dengan garis tipis.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Ascomycota

36
Kelas : Pezizomycetes

Ordo : Pezizales

Famili : Sarcoscyphaceae

Genus : Cookeina

Spesies : Cookeina sulcipes

2. Auricularia auricula judae

Gambar 2. Auricularia auricula Gambar Pembanding 2. Auricularia

judae auricula judae


Auricularia auricula judae ditemukan di substrat kayu di Lhong dan

tumbuh dengan pola mangkuk dan cuping/kuping dengan diameter berkisar

antara 2-10 cm. Auricularia auricula judae, merupakan jenis Fungi yang

memiliki daging tipis dan kenyal, memiliki warna coklat pada bagian atas dan

warna hitam pada bagian bawah tubuh.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Basidiomycota

37
Kelas : Agaricomycetes

Ordo : Auriculariales

Famili : Auriculariaceae

Genus : Auricularia

Spesies : Auricularia auricula judae

3. Phallus indusiatus

Gambar 3. Phallus indusiatus Gambar Pembanding 3. Phallus

indusiatus
Phallus indusiatus ditemukan di bawah pohon durian di Lhong dan

tumbuh dengan pola membulat dengan diameter berkisar antara 10-20 cm. selain

itu, jamur ini memiliki jarring-jaring halus yang membentuk layaknya tudung

pengantin. Bagian kepala jamur berbentuk kerucut berwarna coklat kehijauan

dan berlendir yang memiliki bau untuk menarik serangga.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Basidiomycota

38
Kelas : Agaricomycetes

Ordo : Phallales

Famili : Phallaceae

Genus : Phallus

Spesies : Phallus indusiatus

4.1.2 Paku

1. Pyrrosia lanceollata

Gambar 1. Pyrrosia lanceolata Gambar Pembanding 1. Pyrrosia


lanceolata
Jenis tumbuhan ini ditemukan hidup sebagai epifit pada pohon

mangga, pohon manggis, dan juga ada yang menempel pada saluran aliran dari

besi yang ada di wilayah observasi. Tumbuhan ini memiliki akar yang panjang

dan merambat, tipis dan bersisik. Pada bagian pinggir terdapat bulu-bulu halus

yang tumbuh. Memiliki bentuk daun tunggal yang berlekuk sebagian, daunnya

gemuk.

Klasifikasi

39
Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Pteridopsida

Ordo : Polypodiales

Famili : Polypodiaceae

Genus : Pyrrosia

Spesies : Pyrrosia lanceolata

2. Nephrolepis biserrata

Gambar 2. Paku pedang (Nephrolepis Gambar Pembanding 2. Paku pedang


biserrata) (Nephrolepis biserrata)
Tumbuhan ini kami temukan di daratan, membentuk suatu tumpukan dan

berukuran besar. Tumbuhan ini tergolong terna epifit atau setengah epifit.

Rimpangnya tipis, menyerupai akar. Dari rimpangnya tumbuh ental yang

memanjang dapat mencapai 1,5 m, dengan anak-anak daun tersusun menyirip

tunggal mirip pedang atau mata tombak.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

40
Divisi : Pteridophyta

Kelas : Pteridopsida

Ordo : Polypodiales

Famili : Lomariopsidaceae

Genus : Neprolepis

Spesies : Nephrolepis biserrat

3. Diplazium esculentum

Gambar 3. Paku sayur Diplazium Gambar Pembanding 3. Paku sayur


esculentum Diplazium esculentum
Tumbuhan ini kami temukan di daratan, mempunyai warna hijau dan tersebar di

beberapa titik pada lokasi observasi. Paku ini biasanya tumbuh di tepi sungai atau di

tebing-tebing yang lembab dan teduh. Dapat tumbuh dengan ketinggian 350mm-

1600mm.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophytes

41
Kelas : Polypodiopsida

Order : Polypodiales

Famili : Athyriaceae

Genus : Diplazium

Spesies : Diplazium esculentum

4.1. 3 Lumut

1. Fissidens allenianus

Gambar Pembanding 1. Fissidens


Gambar 1. Fissidens allenianus
allenianus

Fissidens sp merupakan tumbuhan lumut yang dapat ditemukan pada

batu-batuan. Lumut jenis ini tumbuh tersusun tampak sperti sisir yang rapi

apabila dilihat dari atas atau bagian dorsal, memiliki ukuran yang sangat kecil

yaitu panjang tubuh 3 cm, daun lumut ini bewarna hijau tua, susunan daunnya

42
distichous atau daun tersusun dalam dua baris. Bentuk daun lanset, memanjang,

dengan tepi daun rata, ujung daun runcing.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi :Bryophyta

Kelas : Bryopsida

Ordo : Fissidentales

Famili : Fissidentaceae

Genus : Fissidens

Spesies :Fissidens allenianus

2. Homalothecium lutescens

Gambar 2. Homalothecium lutescens Gambar Pembanding 2.

Homalothecium lutescens
Lumut Homalothecium lutescens ditemukan pada batang pohon, bentuk yang

kurang tumbuh bersujud dan melekat erat dengan batu atau pohon. Dikeduanya kasus

43
cabang-cabangnya kokoh. Daun sekitar 2-3mm, secara segitiga ujung tombak, terlebar

dibagian bawah, dan meruncing secara merata ke ujung runcing yang halus.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Bryophyta

Kelas : Bryopsida

Ordo : Hypanales

Famili : Brachytheciaceae

Genus : Homalothecium

Spesies : Homalothecium lutescens

3. Hyophila apiculata

Gambar 3. Hyophila apiculata Gambar Pembanding 3. Hyophila

apiculata

44
Hyophila apiculata lumut yang ditemukan hanya pada titik 1 dan II yaitu

disekitaran air terjun yang ditemukan dibebatuan. Lumut ini tumbuh tersusun

tampak seperti sisik-sisik yang rapi apabila dilihat dari atas atau bagian dorsal,

memiliki ukuran yang sangat kecil yaitu panjang berukuran 1-2mm, batang pada

lumut ini sangat pendek dan tertutupi oleh daun-daunya sehingga tampak tidak.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi :Bryophyta

Kelas : Bryopsida

Ordo : Pottiales

Famili : Pottiaceae

Genus : Hyophila

Spesie : Hyophila apiculata

4.1.4 Linchen

1. Cryptothecia striata

45
Gambar Pembanding 1.
Gambar 1. Cryptothecia striata
Cryptothecia striata
Cryptothecia striata, ditemukan pada sebagian besar permukaan kulit

batang tumbuhan yang berada di kawasan wisataAir terjun Seuhom,

DesaTunong Krueng kala, Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar. dan

tumbuh dengan pola membulat dengan diameter berkisar antara 3-11 cm.

Cryptothecia striata, merupakan jenis Lichenes yang memiliki morfologi

thallus berbentuk crustose. Warna thallusnya terbagi menjadi tiga zona yang

berbeda yaitu putih dibagian tengah dan pinggir sertaa hijau diantara keduanya

dan tidak terlihat adanya aphothecia.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Thallophyta

Kelas : Arthoniomycetes

Ordo : Arthoniales

Famili : Arthoniaceae

46
Genus : Cryptothecia

Spesies : Cryptothecia striata

2. Haematoma sp

Gambar Pembanding 2.
Gambar 2. Haematoma sp
Haematoma sp
Haematoma sp ditemukan pada sebagian besar permukaan kulit batang

tumbuhan yang berada di kawasan wisataAir terjun Seuhom, Desa Tunong

Krueng kala, Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar.dan tumbuh dengan

pola memanjang dengan diameter berkisar antara 10 cm.Haematoma

spmerupakan jenis Lichenes yang memiliki morfologi thallus berbentuk

crustose. Memiliki warna coklat keputihan, Melekat erat pada substratnya dan

letaknya rapat.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Ascomycotina

Kelas : Lecanoromycetes

47
Ordo : Lecanorales

Famili : Haematommataceae

Genus : Haematoma

Spesies : Haematoma sp

3. Pertusaria hemisphaerica

Gambar 3. Pertusaria hemisphaerica Gambar Pembanding 3

Pertusaria hemisphaerica

Pertusaria hemisphaerica,ditemukan pada sebagian besar permukaan

kulit batang tumbuhan yang berada di kawasan wisataAir terjun Seuhom,

Desa Tunong Krueng kala, Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh

Besar.Pertusaria hemisphaericamerupakan jenis Lichenes yang memiliki

48
morfologi thallus berbentuk crustose.Bewarna putih dan memiliki apothecia

bewarna putih pula dengan bentuk yang tidak beraturan.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Thallophyta

Kelas : Ascolichenes

Ordo : Pertusariales

Famili : Pertusariaceae

Genus : Pertusaria

Spesies : Pertusaria hemisphaerica

4.1.5 Alga

1. Synedra sp

Gambar 1. Synedra sp Gambar Pembanding 1. Synedra sp

49
Synedra sp merupakan spesies yang dapat hidup pada perairan yang

tercemar. Synedra sp dapat ditemukan diberbagai tempat, sperti tanha basah,

dinding batu, karang terjal, gambut dan kulit katu. Synedra sp memiliki bentuk

diatom, sehinggga memiliki sel pembungkus yang berlapis.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi :Thallophyta

Kelas : Bacillariophyceae

Ordo : Pennales

Famili : Fnigillariaceae

Genus : Synedra

Spesies : Synedra sp

2. Trichodesmium sp

Gambar 2. Trichodesmium sp Gambar Pembanding 2.

Trichodesmium sp

50
Trychodesmium sp merupakan alga yang termasuk ke dalam filum

Cyanophyta, yaitu tumbuhan pertama yang dapat berfotosintesis dan dianggap

salah satu pelopor penting dari kehidupan. Trychodesmium sp memiliki bentuk

tubuh yang berupa filament, yaitu lembaran seperti benang lurus, bersel banyak,

tanpa percabangan dan tanpa selubung. Satu filament dapat terdiri dari 15-60 sel

yang berbentuk persegi empat.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi :Cyanophyta

Kelas : Cyanophyceae

Ordo : Oscillatoriaceae

Famili : Osciallatoriaceae

Genus : Trichodesmium

Spesies : Trichodesmium sp

3. Flagilari sp

51
Gambar 3. Flagilari sp
Gambar Pembanding 3. Flagilari sp

Flagilaria sp berbentuk batang sampai bentuk fusiform, simetri bilateral,

seringkali dengan ujung- ujung yang memipih, dan dengan 1 atau 2

penggembungan pada sisi- sisinya. Koloni Flagilaria sp dapat mangapung bebas

atau sesil. Bentuk koloni mungkin seperti pita dengan sel saling bertempelan

pada bagian valvenya; atau bentuk benang zigzag yang bertempelan pada

bantalan gelatinous di ujung- ujung selnya. Valve dihisi dengan alur- alur

transversal, atau lubang- lubang yang berderet transversal. Pseudoraphe yang

terdapat pada bidang longitudinal axis mungkin halus dan tak jelas, atau lebar

dan jelas. Tergantung spesifik, kromatofor bentuk cakram kecil, atau 1- 4

kromatofor benruk lembaran dengan beberapa pirenoid. Pembiakan dengan

auxospora trikoma satu pada setiap sel.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi :Thallophyta

52
Kelas : Bacillariophyceae

Ordo : Pennales

Famili : Fnigillariaceae

Genus : Fragilaria

Spesie : Flagilari sp

4.2 Pembahasan

4.2.1 Jamur

Pada praktikum ini kami menemukan 3 spesies jamur, yaitu Cooceina sulcipes,

Auricularia auricular judae, Phallus indusiatus. Menurut Hartini (2017) Jamur

merupakan organisme eukaryotik, berspora, tidak berklorofil, bereproduksi secara

seksual dan aseksual, jamur berdasarkan ukuran tubuhnya ada yang makroskopis yaitu

jamur yang berukuran besar, sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang dan ada juga

jamur yang mikroskopis yaitu jamur yang berukuran kecil dan hanya dapat dilihat

dengan menggunakan alat bantu mikroskop.

Jamur merupakan salah satu organisme yang memegang peranan penting dalam

daur kehidupan. Peranan penting dari jamur adalah menguraikan bahan organik yang

kompleks yang ada di alam menjadi suatu unsur yang sangat sederhana sehingga mudah

diserap dan dimanfaatkan oleh organisme yang lainnya. Jamur merupakan organisme

yang bersifat dekomposer, parasitik, dan mutualistik. Keberadaan jamur di seluruh

dunia diperkirakan jumlahnya dapat mencapai 1,5 juta spesies yang diprediksi masih

hidup. Akan tetapi jumlah jamur teridentifikasi sampai saat ini baru mencapai sekitar

100.000 spesies yang artinya bahwa masih banyak jumlah spesies jamur yang belum

53
teridentifikasi. Jamur memperoleh makanan atau sumber nutrisi dengan menggunakan

suatu alat yang terdiri dari benang-benang halus yang disebut dengan hifa.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Wulansari (2017) Berdasarkan cara hidupnya,

sebagian besar jamur hidup dengan cara memperoleh nutrisi atau makannya dari bahan

organik yang tidak hidup dan telah mengalami pelapukan atau penguraian, sehingga

jamur sering disebut dengan organisme saprofit. Jamur saprofit, dapat digolongkan

kedalam beberapa jenis berdasarkan pada substrat bahan organik yang digunakan untuk

kehidupannya. Jamur penghuni kayu, seperti jamur tiram, jamur kuping dll,

memerlukan substrat yang mengandung lignin. Jamur merang, membutuhkan substrat

merang atau jerami yang mengandung selulosa.

Cookeina sulcipes

Cookeina sulcipes merupakan jenis fungi paling umum ditemukan di daerah

tropis dan subtropics. Spesises masuk ke dalam kelompok Cup Fungi, yang dapat

dikenali melalui bentuk sporokarp seperti mangkuk, memiliki tangkai, dan spora

diproduksi pada bagian interior mangkuk yang halus. Umumnya tumbuhan ini berwarna

merah cerah dan terdapat rambut dengan garis tipis. Pigmen warna dari jamur berfungsi

untuk melindungi dinding hifa atau dinding spora jamur dari pengaruh radiasi. Pigmen

yang dihasilkan oleh jamur umumnya termasuk golongan anthraquinone, karotenoid,

flavonoid, kuinin dan rubramin. Pembentukan pigmen oleh jamur pada umumnya

dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya cahaya, suhu, dan komposisi medium.

Kandungan nutrien organik, logam dan mineral di dalam medium sangat berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan pembentukan pigmen oleh Monascus.

4.2.2. Paku

54
Pada praktikum ini kami menemukan 3 spesies paku yaitu, Pyrrosia lanceollata,

Nephrolepis biserrata, dan Diplazium esculentum.

Pyrrosia lanceollata, memiliki akar rimpang berserabut, batang rhizome panjang

dan menjalar. Daun berwarna hijau, agak tebal, berdaging, tipe daun tunggal, bentuk

daun linear, dan memiliki tepi daun yang rata.

Deskripsi ini di dukung oleh penelitian yang telah dilakukan (Sofyanti, 2018),

yang mengakatakan bahwa Pyrrosia merupakan anggota famili Polypodiaceae yang

pada umumnya merupakan paku epifit. Rhizom panjang menjalar, coklat tua, ptiolus

berwarna hijau panjang sekitra 4 mm, diameter 3 mm, bertrikoma; lamina tungal, lanset,

pteiolus coklat kehitaman, lamina Oblong, ujung menyempit, bentuk garis, sori bulat.

Nephrolepis biserrata hidup teresterial berkelompok, memiliki rhizom tumbuh

tegak, warna hitam, tangkainya ditutupi rambut yang berwarna coklat. tangkai bulat, dan

kadang lebih panjang, beralur, keras, berwarna coklat muda. Daun pinnatus, anak daun

berselang seling, pangkal meruncing, ujung daun meruncing, pinggir daun bergerigi.

Sorus bulat, terletak mendekati tepi anak daun (sub marginal) berwarna coklat, memiliki

indisium berbentuk ginjal

Sesuai dengan pernyataan Sastrapraja (2010) paku ini tumbuhnya berumpun

dengan rimpang yang padat dan panjang. Rimpang-rimpang inilah yang kelak

membantu berkembangbiak dengan cepat. Entalnya panjang. Dapat 47 mencapai 2 m.

Daunnya tunggal, yang letaknya agak berselang-seling. Bentuknya meruncing,

panjangnya 5 cm dan lebarnya 1,5 cm. Tangkai daunnya rapat, pada permukaan tangkai

daun terdapat bulu-bulu berwarna coklat tua. Daun yang mandul lebih besar dari ukuran

55
daun yang subur. Indusia terdapat di tepi daun bagian bawah. Bentuknya hampir bulat,

letaknya berderet. Jarak antara satu indusia dengan yang lain berjauhan.

Diplazium esculentum, termasuk famili Athyriaceae dikenal dengan nama

daerah paku sayur atau lebih dikenal sebagai “Pakis”. Hal ini dikarenakan jenis

tumbuhan paku ini dapat dikonsumsi. Diplazium esculentum memiliki sinonim dengan

Anisogonium esculentum Presl, D. malabaricum Spreng dan Athyrium esculentum

Copel.

Menurut (Elsifa, 2019) Tumbuhan ini mempunyai akar berwarna hitam dan

berserabutbanyak. Batangnya berbentuk bulat, bagian depannya beralur dalam, semakin

ke atas alur semakin dangkal. Batangnya berwarna kuning. Tepi daun bergerigi dan

berwarna hijau tua. Pina (anak daun) yang paling atas mempunyai ujung yang runcing.

Kedua permukaan daun licin. Sporangium tersusun di bagian abaksial daun. Tumbuhan

ini mempunyai daun muda yang berwarna hijau. Diplazium esculentum mempunyai

akar yang berwarna hitam dengan batang yang beralur. Daun berwarna hijau tua dan

bertekstur tipis. Sporangium berwarna coklat terletak dibagian abaksial daun.

Wulandari (2019) mengatakan jenis paku ini merupakan salah satu tumbuhan

paku yang sering dikonsumsi masyarakat karena memiliki rasa yang cukup enak.

Masyarakat lebih menyukai ental muda yang ukurannya besar, bahkan orang terdahulu

memanfaatkan tumbuhan ini untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Menurut Tanahitumesseng (2018) morfologi Phegopteris connectilis

mempunyai karateristik dengan Rhizoma tegak, membentuk seperti batang dengan ental

yang tersusun meroset di bagian ujungnya. Daun berwarna hijau dengan panjang 30-40

cm dengan lebar 15-25 cm, sorus berpasangan pada setiap anak daun, warna sorus

56
coklat, berbentuk sorus bulat dengan penyeban < 0,5 ha. Hal ini di dukung oleh

penelitian Mardiyah (2016) bahwa berdasarkan hasil penelitiannya tumbuhan ini

memiliiki sorus bulat dengan warna sorus coklat letak di tepi.

Sellaginella willdenovii, jenis tumbuhan paku ini hidup teresterial di tempat

terbuka, mempunyai rhizom tegak, bersisik, percabangan tidak beraturan, tipe daun

mikrofil, tidak terlalu menutupi permukaan batang, berwarna hijau, berbentuk bulat

lonjong, menggerombol di ujung batang sehingga tampak menutupi batangnya.

Batangnya tegak dan bersisik halus dan sporangium terkumpul dalam bentuk strobilus

yang terletak diujung daun.

Deskripsi ini didukung oleh Sastrapraja (2010) yang menyebutkan paku ini

termasuk jenis paku yang mempunyai daun berukuran kecil. Hidupnya di tanah

terutama di tempat yang basah baik di daratan tinggi hingga ketinggian 1200 m.

Entalnya berbentuk bulat lonjong, kecil dan kaku, menggerombol di ujung batang

sehingga tampak menutupi batangnya, berwarna hijau, rhizom tegak dan bersisik halus,

kadang-kadang mempunyai percabangan yang menyirip, daun mikrofil. Ujung daun

tumpul, hidup di tanah terutama di tempat yang basah baik dataran rendah maupun

dataran tinggi hingga ketinggian 1200 m dpl.

Di sekitar tempat tumbuh Selaginella ditemukan tumbuhan lumut. Hal ini

sesuai dengan (Wijayanto, 2009) yang mengatakan bahwa harendong (Melastoma

affine), Nephrolepis, rumput gajah (Pennisetum pupureum), rumput gewor

(Commelina), cocor bebek (Kalanchoe), urang aring (Eclipta alba), alang-alang

(Imperata), keji beling (Strobilanthes), Begonia, dan lumut hati seperti Marchantia

tumbuh di sekitar Selaginella.

57
Menurut (Wijayanto 2009) mengatakan bahwa Selaginella willdenovii mirip

dengan S. involvens yaitu mempunyai pola pertumbuhan batang memanjat dan rizoma

yang panjang merayap. Namun S. willdenovii mempunyai daun berwarna hijau kuning

kebiruan sedangkan S. involvens hanya mempunyai satu warna pada daun dengan warna

hijau atau merah kecoklatan mengkilap dan pola percabangan yang lebih meruncing ke

ujung dibandingkan S. willdenovii.

Setyawan (2011) mengatakan tumbuhan purba ini mampu bertahan dari seleksi

alam tanpa modifikasi morfologi yang signifikan, dan kadang-kadang disebut spike

moss atau resurrection plants.

4.2.3. Lumut

Pada praktikum ini kami menemukan 3 spesies lumut yaitu Hyophila apiculata,

Homalothecium lutescens , dan Fissidens allenianus . lumut merupakan kelompok

tumbuhan yang memiliki perbedaan yang sangat jelas dan tidak memiliki hubungan

kekerabatan dengan tumbuhan lain. Sebagian besar tumbuhan lumut berukuran relative

kecil, dari ukuran terkecil lumut berukuran mikroskopis, dan ukuran terbesar sekitar 50

cm panjang atau ttingginya banyak ditemukan pada genus dausonia. Lumut bisa tumbuh

menempel dipohon, kayu, batu, dan dipermukaan tanah pada semua habitatkecuali

dilaut.

Tumbuhan lumut mudah dikenali dari strukturnya, namun lumut juga dapat

dibedakan dengan tumbuhan lain dengan melihat siklus hidup lumut, siklus hidup lumut

yang tumbuh dengan gametofit yang berkembangbiak secara seksual, dan genari seksual

atau generasi sporofit yang berkembang biak menggunakan spora.

58
Lumut dan tumbuhan berpembuluh adalah tumbuhan yang telah beradaptasi

dengan habitat darat bukan seperti ganggang yang banyak ditemukan dihabitat perairan.

Lumut juga bisa dibedakan dengan tumbuhan berpembuluh dikarenakan tumbuhan

lumut tidak memiliki berkas pengangkut, sedangkan pada tumbuhan berpembuluh selalu

smemiliki berkas pengangkut. Selain itu lumut tidak memiliki akar sejati, tumbuhan

lumut menggunakan rhizoid sebagai pengganti akar.

Tumbuhan lumut memiliki struktur tubuh pipih menyerupai pita da nada juga

menyerupai batang dengan daun-daun, yang tumbuh tegak ataupun mendatar menempel

pada substrat menggunakan rhizoid. Tumbuhan lumut memiliki alat reproduksi berupa

arkegonium yang memproduksi ovum dan anteridium yang memproduksi spermatozoid.

4.2.4. Lichen

Lichenes merupakan tumbuhan yang sering disebut sebagai lumut kerak, karena

tumbuhan ini merupakan simbiosis antara fungi dan alga. Alga berperan sebagai

penyedia karbohidrat karena memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis sedangkan

fungi mengambil air dan mineral lainnya dari lingkungan sekaligus berperan sebagai

penyedia struktur dan massa serta perlindungan. Lichenes mempunyai banyak manfaat

bagi kehidupan, salah satunya adalah sebagai indikator pencemaran udara. Zat-zat

berbahaya seperti logam berat, flourida, pestisida, radioaktif, dan zat berbahaya lainnya

dapat mempengaruhi pertumbuhan koloni lichenes

4.2.5 Alga

59
Pada praktikum ini kami menemukan 3 spesies alga, yaitu Synedra sp, Fragilaria

sp, dan Trichodesmium sp. Menurut Kuncoro (2014), Alga adalah golongan tumbuhan

yang hidup baik dan di air laut maupun air tawar, namun sebgian besar alga hidup di

laut. Alga yang hidup di laut akan menempel pada substrat baik pasir, karang, ataupun

kombinasi keduanya. Alga biasa disebut dengan berbagai nama, misalnya agar-agar,

gangggang dan rumput laut.

Tubuh ganggang ada yang bersel satu (uniseluler), ada pula yang bersel banyak

(multiseluler). Ukuran tubuh ganggang bervariasi, mulai dan yang mikroskopis

berukuran 8 jam hingga yang makroskopis berukuran 60 meter. Ganggang memiliki

bentuk tubuh yang tetap karena sel selnya memiliki dinding sel. Ganggang mikroskopis

terdiri atas satu sel dengan bentuk yang bervariasi, yaitu bulat, oval, kotak, segitiga,

batang, dan seperti bintang. Ganggang uniseluler ada yang hidup soliter (sendiri-

sendiri), ada pula yang berkoloni. Ganggang makroskopis terdiri atas banyak sel,

dengan bentuk tubuh yang bervariasi, yaitu seperti benang (filamen), lembaran,

menyerupai rumput, serta ada pula yang seperti tumbuhan tingkat tinggi.

Seperti semua eukariota, tetapi tidak seperti domain bakteri dan archaea, sel alga

mengandung organel membran-terikat, termasuk inti berisi informasi genetik mereka.

Mereka biasanya memiliki dinding sel selulosa. Kebanyakan alga adalah organisme

uniseluler, dan ada kelompok multiseluler beberapa seperti rumput laut dan spesies

kolonial seperti filamen “string” ganggang.

60
BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tipe

morfologi thallus yang paling banyak ditemukan di kawasan wisata Brayeun,

Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar adalah tipe morfologi thallus krustace.

Terdapat 3 spesies jamur yang ditemukan, yaitu Cooceina sulcipes, Auricularia

auricular judae, Phallus indusiatus. Terdapat Paku di daerah perbukitan yang terdiri

dari 3 jenis tumbuhan, yaitu Pyrrosia lanceollata, Nephrolepis biserrata, dan

Diplazium esculentum yang tumbuh teresterial sebanyak 80% dan tumbuhan paku yang

tumbuh epifit sebanyak 20%. Terdapat tiga jenis lumut yang ditemukan yaitu Hyophila

apiculata, Homalothecium lutescens, dan Fissidens allenianus. Kemudian terdapat 3

jenis lichen di daerah perbukitan. Serta terdapat tiga jenis Algae yang ditemukan yaitu

Synedra sp, Fragilaria sp, dan Trichodesmium sp.

5.2 Saran

Jamur ada yang beracun dan ada pula yang tidak. Di samping itu, banyak sekali

manfaat jamur sebagai obat-obatan dan bahan makanan, sehingga disarankan dapat

lebih mengerti dan mengetahui akan peran jamur bagi kehidupan, serta menjaga habitat

alami nya.

Tumbuhan lumut sangat berperan penting dalam ekologis, selain itu juga

berperan penting dalam pembuatan obat-obatan. Salah satunya yaitu yang dapat

digunakan sebagai obat-obat seprerti anti kanker. sehingga ke depan disarankan adanya

61
penelitian lebih lanjut tentang lumut sehingga dapat bisa memberikan manfaat dari

lumut tersebut, dan lebih memperhatikan lagi lumut yang ada di kawasan wisata Air

terjun Seuhom, Desa Tunong Krueng Kala, Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar

atau daerah lainnya.

Tumbuhan paku seringkali dianggap sebagai tanaman pengganggu. Padahal

banyak sekali manfaat yang bisa di dapat dari tumbuhan paku itu sendiri, misalnya

sebagai hiasan, bahan makanan, dan obat-obatan. Dengan menganggap tumbuhan paku

sebagai tanaman pengganggu maka secara langsung sudah mengancam kelestarian

tumbuhan paku juga. Oleh karena itu, diharapkan kita untuk bisa menjaga kelestarian

alam yang ada. Dan dengan mengetahui nama-nama spesies tumbuhan paku serta

mengenal jenis tumbuhannya kita juga dapat menambah wawasan tentang kerajaan

tumbuhan. Serta ikut memanfaatkan alam secara bijaksana.

Lichenes merupakan tumbuhan rendah yang sangat berperan penting dalam

mengidentifikasi pencemaran udara di suatu daerah, sehingga ke depan disarankan

adanya penelitian lebih lanjut tentang lichens yang ada di kawasan wisata Brayeun

Kabupaten Aceh besar atau daerah lainnya.

Alga merupakan tumbuhan rendah yang sangat berperan penting dalam berperan

sebagai produsen dalam rantai makanan, khususnya di ekosistem perairan. Alga juga

berperan dalam menyuplai ketersediaan oksigen, sehingga ke depan disarankan adanya

penelitian lebih lanjut tentang lichens yang ada di kawasan wisata Air terjun Seuhom,

Desa Tunong Krueng Kala, Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar atau daerah

lainnya.

62
DAFTAR PUSTAKA

Anas, Anwar. 2017. Inventarisasi Lumut Epifit di Kawasan Hutan Lumut, Suka Marga
Satwa Penggunungan Argopuro. Jurnal Biotropika. 5:3, 114-118.
Arini, D. I. D., & Kinho, J. 2012. Keragaman Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di
Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara. Info BPK Manado, 2:1, 17-
40.
Campbell., dkk. 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jiilid 2. Jakarta: Erlangga.
Dewi, A. 2014. Kandungan Total Fungi Serta Jenis Kapang dan Khamir pada Limbah
Pabrik Pakan yang Difermentasi dengan Berbagai Aras Starter ‘Starfung’.
Jurnal Agripet, 14:2, 102-106.
Elsifa, A., dkk. 2019. Eksplorasi Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di STL Ulu
Terawas, Musi Rawas, Sumatera Selatan. Biosfer: Jurnal Tadris Biologi,
10:1, 47-55.
Harahap, L. 2018. Inventarisasi Jamur Tingkat Tinggi (Basidiomycetes) Di Taman
Wisata Alam Muka Kuning Batam. Jurnal Simbiosa, 6:2, 74-84.
Hartini, S.dkk. 2017. Keanekaragaman Jamur di Cagar Alam Gunung Mutis Kabupaten
Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, Jurnak Biota, 2:3, 105-110.
Kuncoro, E. 2014. Akuarium Laut. Yogyakarta: Penerbit Kanisus.
Kusumawati. 2016. Keanekaragaman Hayati Tanaman Lumut DI Hutan Waduk
Kedumg Brubus Kecamatan Pilang Keceng Kabupaten Madiun. Jurnal Florea.
3:1, 46-51.
Lestari, S. 2019. Identifikasi Tumbuhan Paku Sejati (Filicinae) Epifit Di Gunung Pesagi
Kabupaten Lampung Barat (Doctoral dissertation, UIN Lampung).
Mardiyah, A.,dkk. 2016. Karakteristik Warna Sorus Tumbuhan Paku Di Kawasan
Gunung Paroy Kecamatan Lhoong Kabupaten Aceh Besar. Prosiding Biotik,
3:1, 220- 228.
Nurasiah. 2018. Keanekaragaman Tumbuhan Lumut Di Air Terjun Peucari Bueng
Jantho Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Biotik. 4;1
439-451
Purwati, A. 2013. Optimasi Kondisi Proses Pengambilan Asam Alginat Dari Alga
Coklat. Jurnal Teknologi Technoscientia, 5:2, 125-133.
Rikani, A. 2015. Mengidentifikasi Beberapa Jenis Mikroalga. Jurnal Cryptogamae, 1:1,
1-4.
Roziaty, Efri. 2016. Kajian Lichen: Morfologi, Habitat, dan Bioindikator Kualitas Udara
Ambien Akibat Polusi Kendaraan Bermotor. Jurnal Bioeksperimen, 2:1, 55-66.
Sastrapradja, S., J. J., dkk. 2010. Jenis Paku Indonesia. Lembaga Biologi Nasional-
LIPI: Bogor.
Setyawan AD. 2011. Review: Senyawa Biflavonoid pada Selaginella Pal. Beauv. dan
Pemanfaatannya. Journal Biodiversitas, 12:2, 112-124.
Sharo, N. 2013. Uji Toksisitas dan Identifikasi Senyawa Ekstrak Alga Merah
(Eucheuma cottonii) Terhadap Larva Udang Artemia salina. Jurnal Alchemy,
2:3, 170-177.
Sofyanti, N., & Isda, M. N. 2018. Kajian Morfologi dan Mikromorfologi (Sisik serta
Trikoma) 4 Jenis Pyrrosia Mirb. (Polypodiaceae) Di Provinsi Riau. Jurnal
Biologi Tropis, 18:2, 174-181.
Sugiarti, A. 2017. Identifikasi jenis paku-pakuan (pteridophyta) di kawasan Cagar Alam
Pagerwunung Darupono Kabupaten Kendal sebagai media pembelajaran
sistematika tumbuhan berupa herbarium (Doctoral dissertation, UIN
Walisongo).

Tanahitumesseng, B., dkk. 2018. Studi Karakteristik Dan Pengelompokan Jenis


Tumbuhan Bawah Pada Areal Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan Lindung Di
KPHL Kota Sorong. Median, 10:1, 40-49.
Wijayanto, A. 2009. Keanekaragaman Dan Penyebaran Selaginella Spp. Di Indonesia
Dari Tahun. el–Hayah, 5:1, 31-42.
Wulandari, A., & Rahmawati, R. D. 2011. Tingkat Ploidi Paku Sayur (Diplazium
esculentum) Pada Ketinggian Yang Berbeda Di Gunung Merbabu,
Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia. Bioeksperimen: Jurnal Penelitian
Biologi, 5:1, 11-15.
Wulansari, M. 2017. Pengaruh Induksi Medan Magnet Extremly Low Frequency (Elf)
Terhadap Pertumbuhan Pin Heat Jamur Kuping (Auricularia Auricula), Jurnal
Pembelajaran Fisika, 6:2, 175-182.
37

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai