1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji serta syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, tuhan semesta alam, yang telah
memberikan kita rahmat, taufiq, hidayah dan anugerahnya sehingga kami berhasil
menyusun makalah ini dengan judul “RANCANGAN MUTU RUANG RAWAT
INAP DAN KONSEP MPKP”. Hanya kepada-Nya kami memohon pertolongan dan
kemudahan dalam segala urusan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan dan sari tauladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita
pada jalan yang diridhai oleh Allah SWT.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk menambah dan mengembangkan
pengetahuan tentang rancangan mutu ruang rawat inap dan konsep MPKP bagi para
mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Riau karena begitu pentingnya memahami
konsep rancangan mutu ruang rawat inap dan konsep MPKP. Makalah ini disusun
dengan urutan penyajian sedemikian rupa sehingga kita akan merasa senang untuk
mendalaminya.
“Tiada Manusia Yang Sempurna” begitu pula dengan kami yang telah
mempersembahkan makalah ini yang telah kami susun sebaik mungkin. Akan tetapi,
segala kritik dan saran demi perbaikkan isi makalah ini akan kami sambut dengan
senang hati.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan turut andil dalam
merncerdaskan para calon perawat Indonesia, dan menjadikan para perawat Indonesia
menjadi perawat yang professional.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................- 2 -
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................5
1.3 Tujuan pembelajaran..............................................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................................................6
SKENARIO 1...................................................................................................................................7
1.5 Klarifikasi Istilah...................................................................................................................8
1.6 Identifikasi Masalah...............................................................................................................8
1.7 Analisa Masalah.....................................................................................................................9
1.8 Mind Map............................................................................................................................13
1.9 Topik pembahasan : Rancangan Mutu Ruang Rawat Inap Dan Konsep MPKP...................14
BAB II............................................................................................................................................15
PEMBAHASAN............................................................................................................................15
2.1 Definisi Visi Misi, Folosifi, dan Objek Dalam Rencana Operasional Manajemen..............15
2.2 Perhitungan kapasitas tempat tidur BOR, AVLOS, TOI, BTO...........................................16
2.3 Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien.........................................................................18
2.4 Metode Penugasan Perawat.................................................................................................20
2.5 Definisi MPKP....................................................................................................................24
2.6 Sejarah MPKP.....................................................................................................................24
2.7 Jenis-Jenis Tingkatan MPKP...............................................................................................25
2.8 Pengembangan MPKP.........................................................................................................29
2.9 Struktur organisasi MPKP...................................................................................................30
2.10 Komunikasi Efekif MPKP...................................................................................................31
2.11 Prosedur MPKP...................................................................................................................34
2.12 Peran Manajer......................................................................................................................39
BAB III..........................................................................................................................................40
PENUTUP......................................................................................................................................40
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................40
3.2 Saran....................................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................41
3
BAB 1
PENDAHULUAN
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat
memahami tugas dan tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga
keluar rumah sakit. Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana yang memadai.
4
keperawatan ada enam macam, yaitu : model kasus, model fungsional, model
tim, model primer, model manajemen perawatan, dan model perawatan berfokus
pada pasien.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka menjadi penting untuk menyusun
makalah tentang konsep model praktik keperawatan profesional untuk
mengetahui lebih dalam tugas perawat dalam memberi asuhan keperawatan.
Sehingga memberi kepuasan bagi pasien.
5
3. Mengetahui klasifikasi tingkat ketergantungan pasien
4. Memahami jenis-jenis metode penugasan perawat?
5. Mengetahui definisi MPKP?
6. Mengetahui sejarah MPKP?
7. Memahami jenis-jenis tingkatan MPKP?
8. Mengetahui pengembangan MPKP?
9. Memahami struktur organisasi MPKP?
10. Memahami komunikasi MPKP?
11. Mengetahui prosedur MPKP?
12. Mengetahui peran manajer?
6
SKENARIO 1
Perencanaan Metode Penugasan Perawat
Ruangan Perawatan Dewasa RSUD Tipe B memiliki 40 kapasitas tempat tidur dengan
BOR 70% dan LOS 5 hari. Rata-rata tingkat ketergantungan pasien bervariasi yaitu 4 orang
Total care, 16 orang Partial care dan sisanya adalah self care. Jumlah tenaga perawatan yang
dimiliki adalah 32 orang dengan tingkat pendidikan yang juga bervariasi yaitu 5 orang DIII
dengan pengalaman kerja > 20 tahun, 22 orang DIII dengan masa kerja < 10 tahun dan 5
orang Ners dengan masa kerja < 2 tahun. ruangan tersebut dipimpin oleh seorang perawat
dengan tingkat pendidikan Ners yang telah memiliki pengalaman kerja selama 15 tahun.
7
1.5 Klarifikasi Istilah
1. LOS : kepanjangan Leght Of stay yang mana adalah rata-rata lama pasien dirawat
di rumah sakit, indikator yang digunakan untuk mengukur efisien pelayanan
selama rawat inap
2. Metode fungsional : suatu metode pengorganisasian pelayanan keperawatan
berdasarkan jenis pekerjaan yang dilakukan dimana satu pearat memegang 2
tindakan sebagai tanggung jawabnya
3. CCM : clinical care manager ialah perawat profesional yang bisa membimbing PP
da PA tentang MPKP dan juga harus bisa bekerja sama degan kepla ruangan
4. Perawat assosiate (PA) : perawat yang diberikan wewenang dan tugas untuk
memberikan asuhan keperawatan langsung kepada pasien.
5. Total care : pasien yang memerlukan bantuan perawat atau orang lain secara
penuh
6. Partial care : pasien yang masih mempunyai kemampuasn sebagian sehingga
hanya memerlukan bantuan sebagian pada perawat atau orang lain
7. Visi dan misi : Visi adalah suatu pernyataan komprehensif ttg segala sesuatu yg
diharapkan suatu organisasi pada masa yg akan datang dan dibuat sbg pedoman/
arah tujuan jangka panjang organisasi. Misi adalah pernyataan2 yg mendefinisikan
apa akan/ sedang dilakukan atau ingin dicapai dalam waktu tertentu.
8. Metode MPKP : adalah suatu sistem yang mana saat pemberian asuhan
keperawatan oleh perawat profesional.
9. Self care : seseorang atau pasien yang mampu merawat dirinya sendiri secara
mandiri
8
7. Apakah kekurangan metode tim dan kelebihan MPKP sehingga metode TIM
diganti menjadi MPKP?
8. Apa yang harus diperhatikan dalam menyusun visi dan misi?
9. Apa saja hambatan yang mungkin terjadi saat mengubah metod penugasan Tim
menjadi MPKP?
10. Apa saja yang harus dipenuhi untuk dapat mengubah metode Tim ke MPKP?
11. Antara metode tim dan MPKP mana yang lebih baik untuk memenuhi tuntutan
masyarakat dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan?
12. Apa perbedaan antara metode fungsional dan metode tim? Dan apa kelebihan dan
kekurangan dari setiap metode?
13. Tugas khusus apa yang akan dilakukan oleh CCM, perawat primer, dan perawat
assosiate dalam metode MPKP ini?
14. Berapa jumlah ideal perawat CCM, perawat primer, dan perawat assosiate?
9
kemampuan untuk bekerja khususnya dalam melakukan asuhan keperawatan
yang tepat bagi pasien.
Untuk pengalaman kerja itu sendiri menjadi tolak ukur maupun indicator apakah
seorang perawat mempunyai kemampuan yang baik dalam melakukan asuhan
keperawatan, dapat membantu perawat lain, dapan bekerja dalam tim serta tau
batasan tugas yang akan dilakukan. Khususnya dalam manajemen metode
penugasan keperawatan, perawat yang berpengalaman dalam beberapa metode
penugasan keperawatan akan lebih mudah beradaptasi dengan perubahan metode
penugasan yang mungkin akan terus berubah. Ini pula menjadi faktor yang
mendukung keberhasilan dari perubahan metode yang dilakukan tersebut.
6. Kriteria kepala ruangan memimpin adalah berdasarkan dari background
pendidikan dan juga lamanya pengalaman. Adapun pendidikan dan pengalaman
minimal, ditentukan berdasarkan ruangan.
7. . Kelemahan metode tim
- tim yang satu tidak mengetahui keadaan pasien yang bukan tanggung jawabnya
- rapat tim membutuhkan waktu sehingga dalam keadaan darurat dilakukan
terburu-buru dan dapat menyebabkan kesalahan pengambilan keputusan
-perawat yang kurang berpengalaman bergantung kepada anggota yang mampu
atau ketua tim
Kelebihan metode MPKP
- sangat cocok untuk rumah sakit yang kekurangan petugas
- memungkinkan perawatan yang menyeluruh
- memudahkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi
- sangat baik untuk proses belajar bagi program pembelajarang keperawatan
8. Untuk menyusun visi dan misi, pertama sudah ada arahan dan strategi diawali
dari penentuan dan pengenalan jati diri dari pelayanan kesehatan, dimana disini
perawat atau manajemen keperawatan harus mempunyai pikiran luas tentang apa
hal perubahan yang harus dilakukan, agar perubahan tapi menjadi lebih baik dari
sebelumnya maka harus ada pengetahuan tentang perubahan yang baru utk
pelayanan kesehatan menjadi lebih baik lagi sehingga dari sini perawat dapat
menciptakan visi sesuai dengan karakteristik pelayanan yang akan diubah tadi
sehingga perlu adanya tujuan khusus dari perubahan tersebut
9. Kemungkinan ada banyak hambatan yang bisa terjadi saat perubahan metode
penugasan. Salah satunya adalah beradaptasi dengan metode yang baru yaitu dari
10
tim menjadi MPKP. selain itu, ada banyak hal yang harus dipersiapkan dalam
perubahan metode penugasan. Misalnya, pelatihan perawat dan lain sebagainya.
10. Harus memenuhi syarat dan kriteria dari metode MPKP tersebut yaitu dari lama
pengalaman kerja, tingkat pendidikan, kualitas, kemampuan serta pelatihan dari
tenaga keperawatan.
11. Metode MPKP karena dengan metode ini membuat perawat melakukan
danmemeberikan asuhan keperawatan secara profesional, holisrik serta
memungkinkan perawatan yang menyeluruh, memudahkan komunikasi antar tim
sehingga konflik mudah diatasi dan sangat baik untuk proses belajar bagi
program pembelajarang keperawatan
12. Kelebihan dan kelemahan Metode fungsional dan Metode Tim
Kelebihan:
Kelemahan :
Kelebihan :
11
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
Kelemahan :
3) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur
13. Tugas CCM adalah melakukan bimbingan dan mengevaluasi tentang tindakan
yang telah diberikan kepada pasiennya.
Tugas perawat primer adalah melakukanontrak dengan pasien dan keluarganya
sejak awal masuk rumah sakit himhha pulang, serta memberikan asuhan
keperawan yang baik
Tugas perawat assosiate adalah memberikan pelayanan keperawatan secara
langsung pada pasien, memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik danmental
pasien serta melaksanakan tugas pershift
14. Tergantung kebutuhan di rumah sakit, ketergantungan jumlah pasien. Dimana
apabila jumlah pasien ketergantungan banyak maka jumlah perawat dan
ketenagaan kerja yg dibutuhkan rumah sakit banyak pula begitu sebaliknya.
12
1.8 Mind Map
Ruang rawat
RSUD Tipe B
13
1.9 Topik pembahasan : Rancangan Mutu Ruang Rawat Inap Dan Konsep MPKP
1. Apa definisi dari visi misi, folosifi, dan objek dalam rencana operasional
manajemen?
2. Bagaimana perhitungan kapasitas TT, BOR, LOS, AVLOS, TOI dan BTO?
3. Apa klasifikasi tingkat ketergantungan pasien?
4. Apa jenis-jenis metode penugasan perawat?
5. Apa definisi MPKP?
6. Bagaimana sejarah MPKP?
7. Apa jenis-jenis tingkatan MPKP?
8. Bagaimana pengembangan MPKP?
9. Bagaimana struktur organisasi MPKP?
10. Bagaimana komunikasi MPKP?
11. Bagaimana prosedur MPKP?
12. Bagaimana peran manajer?
14
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Visi Misi, Folosifi, dan Objek Dalam Rencana Operasional Manajemen
1. Visi
Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi itu dibentuk
serta tujuan organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai landasan
perencanaan organisasi. Contoh visi di Ruang MPKP RSMM Bogor adalah
“Mengoptimalkan kemampuan hidup klien gangguan jiwa sesuai dengan
kemampuannya dengan melibatkan keluarga.”
2. Misi
Misi Di Ruang MPKP Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi
dalam mencapai visi yang telah ditetapkan. Contoh misi di Ruang MPKP di
RSMM Bogor adalah “Memberikan pelayanan prima secara holistik meliputi bio,
psiko, sosio dan spiritual dengan pendekatan keilmuan keperawatan kesehatan
jiwa yang professional.”
3. Filosofi
Filosofi membahas tentang keyakinan mendasar tentang keperawatan dan asuhan
keperwatan, kualitas, kuantitas, dan ruang lingkup pelayanan keperawatan dan
bagaimana keperawatan secara spesifik akan memenuhi tujuan organisasi (Marquis
& Huston, 2012).
Contoh: pasien adalah manusia sebagai individu yang unik dan bermartabat
4. Perencanaan MPKP
a) Rencana jangka pendek di ruang Model Praktik Keperawatan Profesional
Kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan perannya masing-
masing yang dibuat setiap shif. Rencana harian dibuat sebelum melakukan
operan.
b) Rencana harian kepala ruangan, melalui:
- Asuhan keperawatan
15
- Supevisi ketua tim
- Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan tim lain yang
terkait.
c) Rencana harian ketua tim
- Menyelenggarakan asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi
tanggung jawab
- Melakukan supervisi perawat pelaksana
- Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain
- Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
d) Rencana harian perawat pelaksana:
- Pelaksanaan shif sore atau malam
- Memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
e) Rencana bulanan kepala ruangan
Akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluasi hasil keempat pilar.
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat rencana
bulanan ketua tim.
f) Rencana tahunan kepala ruangan
Akhir tahun kepala ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu
tahun yang dijadikan acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana
tahunan.Rencana kegiatan tahunan Model Praktek Keperawatan Profesional
(MPKP) :
- Menyusun laporan tahun yanhg berfungsi tentang kinerja model
proketek keperawatan profesional serta evaluasi mutu pelayanan.
- Melakukan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing – masing tim.
- Pengembangan sumber daya manusia peningkatan jenjang karis
perawat pelaksana menjadi ketua tim dan ketua tim menjadi kepala
ruangan.
- Membuat jadwal-jadwal pelatihan.
17
2.3 Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien
Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien berdasarkan teori Dorothea Orem yaitu:
2) Partial Care
a). Membutuhkan bantuan satu orang untuk naik turun tempat tidur
i). Melewati fase akut dari pasca operasi mayor Fase awal dari penyembuhan
18
3). Total Care
a). Membutuhkan dua orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur
e). Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan f). Dimandikan
perawat
19
memberikan motivasi agar makan, bantuan dalam eliminasi dan kebersihan diri,
tindakan perawatan untuk memonitor tanda-tanda vital, memeriksa produksi urine,
fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainase (infus), bantuan dalam
pendidikan kesehatan serta persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
Perawatan Parsial memerlukan waktu 3-4 jam/24jam
20
Kelebihan dari metode fungsional :
- Sederhana
- Efisien.
- Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
- Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
- Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi
tanggung jawabnya.
- Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan
atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan
koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelanncaran tugas
terhambat.
- Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
- Akuntabilitas dalam tim kabur.
21
C. Metode Primer
Metode primer adalah pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat
dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat.
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai
keluar rumah sakit.
D. Metode Kasus
Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang pertama kali
digunakan. Sampai perang dunia II metode tersebut merupakan metode pemberian
asuhan keperawatan yang paling banyak digunakan. Pada metode ini satu perawat
akan memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien secara total dalam
satu periode dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada
kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien. (Sitorus, 2006).
Setelah perang dunia II, jumlah pendidikan keperawatan dari berbagai jenis
program meningkat dan banyak lulusan bekerja di rumah sakit. Agar pemanfaatan
22
tenaga yang bervariasi tersebut dapat maksimal dan juga tuntutan peran yang
diharapkan dari perawat sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran, kemudian
dikembangkan metode fungsional. (Sitorus, 2006). Setiap pasien ditugaskan
kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada
hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan
khusus seperti : isolasi, intensive care.
23
Kelebihan:
Kekuarangan:
- Beban kerja tinggi apabila ketika jumlah klien sangat banyak sehingga tugas
rutin yang sederhana terlewat kan
24
kritis terhadap berbagai bentuk pelayanan keperawatan serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini (Kuntoro, 2010).
Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indonesia dimulai sejak diterima
dan diakuinya keperawatan pada tahun 1983 sebagai profesi pada Lokakarya Nasional
Keperawatan. Sejak saat itu berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen
Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan dan organisasi profesi, diantaranya
adalah dengan membuka pendidikan pada tingkat sarjana, mengembangkan
Kurikulum Diploma III keperawatan, mengadakan pelatihan bagi tenaga keperawatan,
serta mengembangkan standar praktik keperawatan. Upaya penting lainnya adalah
dibentuknya Direktorat Keperawatan di Departemen Kesehatan di Indonesia.
25
direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya.
Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam
memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu
orang untuk 10 perawat primer
26
MPKP 1 Mampu Modifikasi 1. Jumlah sesuai Standar 1. Riset
memberikan keperawatan tingkat renpra deskriptif
asuhan primer ketergantungan (masalah oleh PP
keperawatan pasien actual dan 2. Identifikas
profesional 2. Spesialis masalah i masalah
tingkat I keperawatan (I: risiko) riset
9-10 pasien) 3. Pemanfaat
sebagai CCM an hasil
3. S.Kep/Perawat riset
sebagai PP
4. D-3
Keperawatan
sebagai PA
MPKP II Mampu Manajemen 1. Jumlah sesuai Clinical 1. Riset
memberikan kasus dan tingkat pathway/ eksperime
asuhan keperawatan ketergantunga standar n oleh
keperawatan n pasien renpra spesialis
tingkat II 2. Spesialis (masalah 2. Identifikas
keperawatan actual dan i masalah
( I : 3 PP ) risiko) riset
3. Spesialis 3. Pemanfaat
keperawatan an hasil
(I:9-10 pasien) riset
4. D-3
Keperawatan
sebagai PA
MPKP III Mampu Manajemen 1. Jumlah sesuai Clinicial 1. Riset
memberikan Kasus tingkat pathway intervensi
asuhan ketergantungan lebih
keperawatan pasien banyak
tingkat III 2. Doktor 2. Identifikas
keperawatan i masalah
klinik riset
(konsultan) 3. Pemanfaat
27
3. Spesialis n hasil
keperawatan riset
(I:3 PP)
4. S.Kp/Perawat
sebagai PP
Model praktek keperawatan profesional terdiri dari 4 pilar diantaranya: (Keliat, 2012).
c. Pilar III
4) Visit dokter
d. Pilar IV
28
Manajemen asuhan keperawatan, yaitu memberikan asuhan keperawatan pada
pasien secara sistematis dan terorganisir. Manajemen asuhan keperawatan
merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan kebutuhan klien
atau menyelesaikan masalah klien
29
atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan keperawatan yang dilakukan
sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi dan penghargaan yang diberikan
kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan
penghargaan berdasarkan prosedur.
e. Sistem Kompensasi dan penghargaan
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan
keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi dan
penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau
kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.
Keterangan gambar:
30
2. Clinical care manager (CCM)
Diruang rawat MPKP pemula CCM adalah S.Kep/Ners dengan pengalaman
minimal 2 tahun dan pada MPKP tingkat 1 adalah seorang Ners Spesialis lebih dari
1 orang tetapi disesuaikan dengan kekhususan (majoring) sesuai kasus yang ada.
CCM bertugas sesuai jam kerja dinas yaitu pagi.
Timbang terima atau operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan kedaan klien dimana
komunikasi serah terima antar shif pagi, siang dan malam.bertujuan :
31
- Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2. Pelaksanaan
b. Preconference
Komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk
rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ka primer atau
penanggung jawab primer. Jika yang dinas pada primer tersebut hanya 1 orang,
maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat
(rencana harian) dan tambahan rencana dari kepala primer dan penanggung
jawab primer. (modul mpkp,2006)
32
PJ : kepala primer atau penanggung jawab primer
Kegiatan :
1. Kepala primer atau penanggung jawab primer membuka acara
2. Kepala primer atau penanggung jawab primer menanyakan rencana harian
masing- masing perawat pelaksana
3. Kepala primer atau penanggung jawab primer memberikan masukan dan
tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu
4. Kepala primer atau penanggung jawab primer memberikan reinforcement
5. Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup acara
c. Post conference
Kegiatan :
1. Kepala primer atau penanggung jawab primer membuka acara
2. Kepala primer atau penanggung jawab primer menanyakan kendala dalam
asuhan yang telah diberikan
3. Kepala primer atau penanggung jawab primer menyakan tindakan lanjut
asuhan klien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikut nya
4. Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup acara
d. Ronde keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk membahas dan
33
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim.
Karakteristik :
- Klien dilibatkan secara langsung
- Klien merupakan fokus kegiatan
- Perawat asosiet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
- Kosuler memfasilitasi kreatifitas
- Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet,
perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi
masalah.
Tujuan :
- Menumbuhkan cara berfikir secara kritis
- Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien
- Meningkatkan vadilitas data klien
- Menilai kemampuan justifikasi
- Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
- Meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana perawatan.
34
2) Rancangan Penilaian Mutu
Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan klien/keluarga
kepatuhan perawat terhadap standar yang diniali dari dokumentasi
keperawatan, lama hari rawat dan angka infeksi noksomial. (Sitorus, 2006).
3) Presentasi MPKP
Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil penilaian mutu
asuhan kepada pimpinan rumah sakit, departemen,staf keperawtan, dan staf
lain yang terlibat. Pada presentasi ini juga, sudah dapat ditetapkan ruang
rawat tempat implementasi MPKP akan dilaksanakan. (Sitorus, 2006).
4) Penempatan Tempat Implementasi MPKP
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan tempat
implementasi MPKP, antara lain (Sitorus, 2006) :
a) Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang tersebut. Hal ini
diperlukan sehingga dari awal tenaga perawat tersebut akan mendapat
pembinaan tentang kerangka kerja MPKP.
b) Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut terdiri dari 1
swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan dikembangkan sebagai pusat
pelatihan bagi perawat dari ruang rawat lain.
5) Penetapan Tenaga Keperawatan
Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat
ditetapkan dari klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan.
Untuk menetapkan jumlah tenaga keperawtan di suatu ruangrawat
didahului dengan menghitung jumlah klien derdasarkan derajat
ketergantungan dalam waktu tertentu, minimal selama 7 hari berturut-
turut. (Sitorus, 2006).
6) Penetapan Jenis Tenaga
Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang
digunakan adalah metode modifikasi keperawatan primer. Dengan
demikian, dalam suatu ruang rawat terdapat beberapa jenis tenaga,
meliputi (Sitorus, 2006) :
a) Kepala ruang rawat
b) Clinical care manager
c) Perawat primer
d) Perawat asosiet
35
7) Pengembangan Standar rencana asuhan Keperawatan.
Pengembangan standar renpra bertujuan untuk mengurangi waktu
perawat menulis, sehingga waktu yang tersedia lebih banyak dilakukan
untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan klien. Adanya standar renpra
menunjukan asuhan keperawtan yang diberikan berdasarkan konsep dan
teori keperwatan yang kukuh, yang merupakan salah satu karakteristik
pelayanan professional. Format standar renpra yang digunakan biasanya
terdiri dari bagian-bagian tindakan keperawatan: diagnose keperawatan
dan data penunjang, tujuan, tindakan keperawatan dan kolom keterangan.
(Sitorus, 2006).
8) Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan
Selain standar renpra, format dokumentasi keperawatan lain yang
diperlukan adalah (Sitorus, 2006) :
a) Format pengkajian awal keperawatan
b) Format implementasi tindakan keperawatan
c) Format kardex
d) Format catatan perkembangan
e) Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan dokter
f) Format laporan pergantian shif
g) Resume perawatan
9) Identifikasi Fasilitas
Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP sama dengan
fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Adapun fasilitas
tambahan yang di perlukan adalah (Sitorus, 2006) :
a) Badge atau kartu nama tim
Badge atau kartu nama tim merupakan kartu identitas tim yang
berisi nama PP dan PA dalam tim tersebut. Kartu ini digunakan
pertama kali sat melakukan kontrak dengan klien/keluarga.
b) Papan MPKP
Papan MPKP berisi darfat nama-nama klien, PP, PA, dan timnya
serta dokter yang merawat klien.
36
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut ini
(Sitorus, 2006) :
1) Pelatihan tentang MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang
yang sudah ditentukan.
2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan
konferensi.
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan setelah melaukan operan dinas, sore atau malam sesuai
dengan jadwal dinas PP. Konferensi sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri
sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar. (Sitorus, 2006).
3) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan ronde
dengan porawat asosiet (PA).
Ronde keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga dilakukan setiap
hari. Ronde ini penting selain untuk supervisi kegiatan PA, juga sarana bagi
PP untuk memperoleh tambahan data tentang kondisi klien. (Sitorus, 2006).
4) Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar renpra.
Standar renpra merupakan acuan bagi tim dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Semua masalah dan tindakan yang direncenakan mengacu pada
standar tersebut. (Sitorus, 2006).
5) Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi dengan
klien/keluarga.
Kontrak antara perawat dan klien/keuarga merupakan kesepakatan antara
perawat dan klien/keluarganya dalam pemberian asuhan keperawatan.
Kontrak ini diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dan
klien dapat terbina. Kontrak diawali dengan pemberian orientasibagi klien
dan keluarganya. (Sitorus, 2006).
6) Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus dalam
tim.
37
PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-kasus klien
yang dirawatnya. Melalui kasus ini PP dan PA dapat lebih mempelajari kasus
yang ditanganinya secara mendalam. (Sitorus, 2006).
7) Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam
membimbing PP dan PA.
Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam melakukan implementasi
MPKP dilakukan melalui supervisi secara berkala. Agar terdapat
kesinambungan bimbingan, diperlukan buku komunikasi CCM. Buku ini
menjadi sangat diperlukan karena CCM terdiri dari beberapa orang yaitu
anggota tim/panitia yang diatur gilirannya untuk memberikan bimbingan
kepada PP dan PA. Bila sudah ada CCM tertentu untuk setiap ruangan, buku
komunikasi CCM tidak diperlukan lagi. (Sitorus, 2006).
8) Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan.
Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab perawat kepada
klien. Oleh karena itu, pengisisan dokumentasi secara tepat menjadi
penting.
9) Tahap Evaluasi
Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen evsluasi
MPKP oleh CCM. Evaluasi prses dilakukan oleh CCM dua kali dalam
seminggu. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara dini maslah-
masalah yang ditemukan dan dapat segera diberi umpan balik atau
bimbingan. Evluasi hasil (outcome) dapat dilakukan dengan (Sitorus, 2006) :
a) Memberika instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap
klien pulang.
b) Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai
berdasarkan dokumentasi.
c) Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang rawat).
d) Penilaian rata-rata lama hari rawat.
10) Tahap Lanjut
MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem) pemberian
asuhan keperawatan. Agar implementasi MPKP memberikan dampak yang
lebih optimal, perlu disertai dengan implementasi substansi keilmuan
keperawatan. Pada ruang MPKP diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan
karena sudah ada sistem yang tepat untuk menerapkannya. (Sitorus, 2006).
38
a) MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada tingkat ini,
PP pemula diberi kesempatan meningkatkan pendidikan sehingga
mempunyai kemampuan sebagai SKp/Ners. Setelah mendapatkan
pendidikan tambahan tersebut berperan sebagai PP (bukan PP
pemula). (Sitorus, 2006).
b) MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada MPKP
tingkat I, PP adalah SKp/Ners. Agar PP dapat memberikan asuhan
keperawatan berdasarkan ilmu dan teknologi mutakhir, diperlukan
kemampuan seorang Ners sepeialis yang akan berperan sebagai CCM.
Oleh karena itu, kemampuan perawat SKp/ Ners ditingkatkan menjadi
ners spesialis. (Sitorus, 2006).
c) MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada tingkat
ini perawat denga kemampuan sebagai ners spesialis ditingkatkan
menjadi doktor keperawatan. Perawat diharapkan lebih banyak
melakukan penelitian keperawatan eksperimen yang dapat
meningkatkan asuhan keperwatan sekaligus mengembangkan ilmu
keperawatan. (Sitorus, 2006).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu: model kasus,
model fungsional, model tim, model primer, dan model modular. Masing-masing
model juga memiliki kelebihan maaupun kekurangannya sehingga pemberian asuhan
keperawatan dapat dilakukan dalam berbagai macam metode. Model Praktek
Keperawatan Profesional atau MPKP adalah suatu sistem (Struktur, Proses dan nilai-
nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang. Metode MPKP ini
memiliki empat tingkatan dan empat pilar. Terdapat lima sub sistem dalam
pengembangan MPKP salah satu diantaranya adalah nilai-nilai profesional sebagai
inti model dan pendekatan manajeman. Metode MPKP ini pun juga memiliki struktur,
kegiatan/komunikasi serta prosedurnya masing-masing.
3.2 Saran
Kita sebagai seorang perawat nantinya akan bekerja dan memberika asuhan
keperawatan profesional kepada pasien, sehingga diharapkan para pembaca
memperbanyak literatur berhubungan dengan model praktik keperawatan profesional
supaya mempermudah mahasiswa perawat untuk memberikan asuhan keperawatan
yang baik dan profesional kepada pasien.
40
DAFTAR PUSTAKA
Douglas, Laura Mae. (1992) The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th. Ed,. Mosby
-year book, Inc.
Gillies, D.A. (1994). Nursing management, a system approach. Third Edition. Philadelphia :
WB Saunders.
Keliat, B. A., & Sri, T . (2012). Manajemen keperawatan: aplikasi. MPKP di rumah sakit.
Jakarta: EGC
Keliat, B.A. 2012. Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC
Marquis B. L., & Houston, C. J. (2012). Leadership roles and management function in
nursing: theory and application (seventh edition). Philadelphia: Lippincott Williams and
Wilkins
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (1998). Management Decision Making for Nurses (3rd ed)
Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher
Nurhidayah, R. E., 2003. Pengorganisasian dalam keperawatan. Medan: Program Studi Ilmu
Keperawatan FK Universitas Sumatera Utara. Diperoleh tanggal 04 Maret 2021 dari
https://www.google.com/url?
41
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3590/3/keperri
ka.pdf.txt&ved=2ahUKEwiAi4vK3pjvAhWRqksFHYEKD18QFjAFegQIGxAC&usg=AOv
Vaw3Je-d9LzckAcEo52_3Fuxf.
Potter PA & Perry AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik Edisi 4, Jakarta: EGC.
Sitorus Ratna, Yulia. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah. Sakit.
Jakarta: EGC
Sitorus, Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit: Penataan
Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat:Implementasi. Jakarta: EGC
42