Anda di halaman 1dari 28

PENGOPTIMALAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI

RESEARCH BASED LEARNING (RBL) DALAM


MENGHADAPI BONUS DEMOGRAFI INDONESIA 2030

Karya ini Disusun untuk Mengikuti

Lomba Karya Tulis Ilmiah Kelompok Peneliti Muda UNJ 2018

“BONUS DEMOGRAFI MENUJU INDONESIA MANDIRI”

Pendidikan
Disusun oleh:
Meutia Azzahra (Kimia/115116016)
Jasmine Rahma Amalia (Ilmu Komunikasi/106116012)
Christina Aprilia (Kimia/105117001)

UNIVERSITAS PERTAMINA

JAKARTA

2018
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

ABSTRAK

2
ABSTRAK

Indonesia memiliki jumlah penduduk banyak yang didominasi oleh


penduduk angkatan kerja sebesar 127.671.869 jiwa dengan tingkat penganggutran
5,61 % pada tahun 2016. Dinamika persaingan antar angkatan kerja semakin
ketat setelah dikeluarkanya Peraturan Presiden (Perpres) tahun 2018 tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Selain itu Indonesia akan menghadapi Bonus
Demografi 2030 mendatang yang ditandai dengan mayoritas jumlah penduduk
produktif (angkatan kerja). Fenomena ini perlu disiapkan dengan peningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Peningkatan SDM pada usia produktif
dapat dilakukan melalui perbaikan sistem pembelajaran pada strata perguruan
tinggi. Research Based Learning menjadi salah satu alternatif pilihan untuk
perbaikan sistem pendidikan yang efektif karena menerapkan ilmu yang didapat
berbasi pada riset.
Penlisan karya tulis ini menggunakan metode deskriptif yang memiliki
objek kajian yaitu mutu pendidikan meliputi kreativitas dan inovasi sebagai
elemen penting dalam penerapan metode pembelajaran Research Based Learning
(RBL). Pengumpulan data yang kami gunakan berupa studi literatur, studi
pustaka, wawancara dan penyebaran angket. Variabel pada penulisan ini yaitu
variabel bebas berupa alternatif penerapan RBL dan variabel terikat berupa mutu
pendidikan.
Dari data yang terkumpul melalui angket sebanyak 271 responden
menyatakan sistem pembelajaran RBL efektif diterapkan sebagai peningkatan
aspek pemahaman (92,3 %), inovasi dan kreativitas (94,5 %) selain itu hasil
menyatakan sebanyak 80,1 % setuju perlunya pembaharuan dalam penerapan
RBL dengan kemudahan mahasiswa untuk menentukan subtemanya sendiri
sebagai usaha pengoptimalan peningkatan inovasi dan kreativitas. Responden
dari prodi soshum juga menyetujui diterapkanya sistem pembelajaran RBL ini
(88,4 %). Pihak dosen juga merespon baik terhadap upaya pembaharuan dari
penerapan RBL dengan tetap keikutsertaan dosen selaku pendidik dengan
mekanisme tertentu. Tanggapan dari dosen sosial juga merespon baik
diterapkanya sistem ini pada mahasiswanya.
Sistem pembelajaran RBL sebagai salah satu alternatif pilihan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan diantaranya pemahaman, berpikir kritis dalam
mencari solusi terhadap suatu permasalahan, kemampuan bekerja sama, belajar
aktif dan mandiri, serta meningkatkan inovasi dan kreativitas. Diharapkan
mahasiswa dapat lebih berperan aktif dan terlibat dalam penerapan metode
pembelajaran RBL sehingga dapat merasakan manfaat hingga membantu
meningkatkan kemampuan yang dibutuhkan dalam menghadapi Bonus
Demografi 2030 mendatang.

Kata Kunci: Mutu Pendidikan, Research Based Learning (RBL), Bonus


Demografi

3
DAFTAR ISI

ABSTRAK…………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI………………………………………………………………… ii

DAFTAR TABEL…………………………………………………………. iii

BAB 1 PENDAHULUN
1.1. Latar Belakang.......................................................………………………. 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................
……………………….. 2
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan..............................
………………………..
1.4. Rancangan Penelitian............................................
……………………….
1.5. Tinjauan Pustaka....................................................
……………………….

BAB 2 METODE PENULISAN

2.1. Metode dan Objek Penulisan.........................


………………………......…
2.2. Prosedur Penulisan..................................................………………......
….
2.3. Variabel Penulisan...................................................………………......
….
2.4. Tahapan dan Jadwal Pelaksanaan............................………………......
….
2.5. Teknik Pengumpulan Data.......................................………………......
….
2.6. Teknik Analisis Data..................................................
………………......

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Tabulasi Data Penulisan.........................................


…………………….
3.2. Interpretasi Hasil Analisis......................................
……………………….

4
BAB 4 PENUTUP

4.1. Kesimpulan............................................................…...........................…..

4.2 Saran...................................................................................................…….

5
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penulisan…………………………………….. 15

Tabel 2. Tabulasi Data Penulisan………………………………………. 19

Tabel 3. Hasil Wawancara antara Dosen Saintek dan Sosial…………… 22

6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memilki jumlah penduduk terbesar


ke-4 di dunia setelah Amerika Serikat. Berdasarkan data Direktorat Jenderal
Administrasi Kependudukan (Dirjen Adminduk) Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia, jumlah penduduk Indonesia per 30 Juni 2016 adalah sebesar
257.912.349 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut terdapat sebanyak 127.671.869
jiwa angkatan kerja yang terdiri dari 120.647.697 berkerja dan 7.024.172 jiwa
tidak berkerja (pengangguran). Persentase penduduk pengangguran pada tahun
2016 sebesar 5,81 %, sehingga persentase tersebut perlu ditekan agar tidak terus
meningkat.

Menurunnya angka pengangguran dapat berdampak positif bagi


perekonomian suatu negara. Jumlah pengangguran dapat terus bertambah
apabila jumlah angkatan kerja yang dibutuhkan tidak bisa memenuhi kualifikasi
lapangan kerja. Diresmikanya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 20 Tahun
2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing membuat semakin ketat
persaingan antar angkatan kerja dalam memperebutkan lapangan pekerjaan.
Keadaan ini menjadi tantangan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi
pada tahun 2020 - 2030 yang notabene jumlah penduduk produktif (angkatan
kerja) lebih besar daripada jumlah penduduk non-produktif.

Pada dasarnya bonus demografi diartikan sebagai kondisi komposisi


penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan
penduduk usia non produktif (di bawah 15 dan di atas 65 tahun) dalam
rentangan waktu tertentu (Munamar, 2015). Kondisi ini merupakan kondisi yang
jarang dimiliki oleh suatu negara terkait komposisi kependudukannya. Maka dari
itu, bonus demografi menjadi momentum bagi Indonesia untuk membangun
Indonesia yang lebih mandiri.

7
Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan peran serta Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas dalam menjalankan segala aspek kehidupan
bernegara. Perbaikan kualitas SDM dapat dilakukan melalui penerapan sistem
pendidikan yang efektif pada instansi pendidikan seperti pendidikan formal.

Pendidikan formal pada sekolah-sekolah di Indonesia mengalami


pergantian kurikulum selama beberapa tahun terakhir. Kurikulum terakhir di
Indonesia adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek
penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek ketrampilan, dan aspek sikap dan
perilaku. Penilaian terhadap ketiga aspek tersebut harus seimbang, namun sistem
pendidikan di Indonesia terlalu memberatkan siswa karena mata pelajaran yang
dimuat terlalu banyak dan metode pembelajaran yang kurang efektif. Hal ini
disampaikan oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan yang mengkritisi
sistem pendidikan di Indonesia yang memberatkan murid. Mantan rektor
Universitas Airlangga Surabaya, Prof dr Soedarso Djojonegoro menganggap
bahwa sistem pendidikan di Indonesia masih terfokus pada aspek-aspek kognitif
saja, sehingga kecenderungan kecerdasan siswa terbangun karena paksaan dalam
menghafalkan teks. Selain itu hal ini juga berdampak kurang terasahnya aspek
kreativitas dan inovasi dari siswa.

Penilaian aspek pendidikan di Indonesia yang diterbitkan Organisation


for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2016
menepati urutan 57 dari 65 negara. Urutan Indonesia yang masih terbelakang
menyatakan kualitas mutu pendidikan masih jauh tertinggal jika dibandingkan
dengan negara lain. Perlunya alternatif sistem pendidikan yang lebih efektif
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik. Keseimbangan antara
pengetahuan dan keterampilan pada pendidikan menjadi bekal utama dalam
menghadapi era bonus demografi pada 2030 mendatang. Salah satu alternatif
pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu Research Based Learning (RBL).
RBL merupakan sistem pembelajaran dengan menerapkan ilmu yang didapat
melalui riset sebagai hasil capaian aplikatif. Sistem pembelajaran seperti ini
telah diterapan di Universitas Pertamina pada program studi saintek. Diharapkan
penulisan ini menjadi referensi acuan untuk pembaharuan dalam penerapan

8
sistem pembelajaran yang efektif sehingga mampu meningkatkan kualitas
peserta didik.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah penulisan ini adalah :
a) Bagaimana penerapan RBL di Universitas Pertamina dan alternatif yang
dapat dilakukan untuk mengoptimalkan mutu pendidikan?
b) Apa kelebihan dari penerapan RBL dibandingkan dengan sistem perkuliahan
biasa?
c) Apa saja capaian yang didapat dari metode pembelajaran RBL untuk
menghadapi Bonus Demografi Indonesia 2030?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.3.1 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut.
a) Untuk mengetahui penerapan RBL di Universitas Pertamina dan alternatif
yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan mutu pendidikan.
b) Untuk mengetahui kelebihan dari penerapan RBL dibandingkan dengan
sistem perkuliahan biasa.
c) Untuk mengetahui capaian yang didapat dari metode pembelajaran RBL
dalam menghadapi Bonus Demografi Indonesia 2030.

1.3.2 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut.
a) Memberikan alternatif pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan
inovasi dan kreativitas mahasiswa
b) Menyiapkan generasi muda yang kreatif dan inovatif dalam menyongsong
bonus demografi Indonesia
c) Meningkatkan minat baca dikalangan mahasiswa.
1.4 Rancangan Penelitian
Adapun rancangan penelitian dalam tulisan ini akan dijelaskan berikut ini.

IDE TULISAN

 Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia

9
 Kurangnya kualifikasi angkatan kerja untuk dapat bersaing
di dunia kerja

 Tantangan Bonus Demografi 2030

TINJAUAN PUSTAKA

 Mutu pendidikan

 Metode pembelajaran di strata univeristas

 Research Based Learning (RBL)

 Bonus Demografi

EKSPLORASI PERMASALAHAN

 Mutu pendidikan yang kurang efektif dalam menghasilkan SDM


untuk bekal untuk berkiprah di duna kerja

 Jumlah penduduk usia produktif lebih besar yang menjadi


tantangan Bonus Demografi Indonesia 2030

 Mahasiswa merupakan bagian dari penduduk yang tergolong


usia produktif

 Alternatif metode pembelajaran yang efektif sebagai solusi


meningkatkan mutu pendidikan pada strata universitas

Research Based Learning (RBL) sebagai alternatif metode


pembelajaran yang menumbuhkan kreatifitas dan inovasi mahasiswa

Pengoptimalan Mutu Pendidikan melalui Research Based Learning


(RBL) untuk meningkatkan Inovasi dan Kreativitas Mahasiswa dalam
Menghadapi Bonus Demografi Indonesia 2030

KESIMPULAN DAN SARAN

10
1.5 Tinjauan Pustaka
1.5.1 Mutu Pendidikan
A. Pengertian
Mutu pendidikan terdiri dari gabungan dua kata yaitu mutu dan
pendidikan. Mutu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
(ukuran) baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat (kepandaian,
kecerdasan, dan sebagainya); kualitas. Sedangkan pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses,
cara, perbuatan mendidik.
Dengan demikian, mutu pendidikan adalah derajat keunggulan
dalam pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien untuk melahirkan
keunggulan akademis dan ekstra kurikuler pada peserta didik yang
dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan
pembelajaran tertentu (Suti, 2011).
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikam
Berikut merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
mutu pendidikan yaitu:
1. Kompetensi guru
2. Peserta didik
3. Kurikulum pembelajaran
C. Upaya yang Dapat Meningkatkan Mutu Pendidikan
Peningkatan mutu pendidikan salah satunya dengan perbaikan dari
metode pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi
instruksional. Metode instruksional berfungsi sebagai cara untuk menyajikan,
menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk
mencapai tujuan tertentu (Yamin, 2012).
1.5.2 Sistem Pembelajaran
Menurut Merril (1971) pembelajaran merupakan suatu kegiatan
dimana seseorang dengan sengaja diubah dan dikontrol dengan maksud agar
dapat bertingkah laku atau bereaksi sesuai kondisi tertentu. Sedangkan menurut
Degeng (1989) pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa. Untuk

11
mengembangkan sumber daya manusia (SDM) tidak ada cara yang paling tepat
selain belajar dan belajar.
Menurut teori Behaviorisme belajar adalah perubahan tingkah laku.
Belajar adalah pembuka dari tidak tahu menjadi tahu dari paham menjadi paham,
dari kurang terampil menjadi mahir, dengan kata lain terjadi perubahan mental
dalam diri seseorang. Pada prosesnya pendidik menjadi faktor pendukung siswa.
Pendidik berperan sebagai fasilitator, dan mediator dalam rangka membawa
peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan (Sigit Mangun
Wardoyo, 2013).
1.5.3 Research Based Learning (RBL)
RBL merupakan salah satu sitem pembelajaran aplikatif. Sistem ini
dapat diterapkan disemua tingkatan pendidikan. Secara bahasa, istilah Research
Based Learning (RBL) menggunakan bahasa inggris yang artinya adalah
pembelajaran berbasis riset atau penelitiaan. Menurut Dafik (2015: 6) RBL
merupakan metode pembelajaran yang menggunakan contextual learning,
authentic learning, problem-solving, cooperative learning, hands on & minds on
learning, dan inquiry discovery approach. Target dari penerapan RBL adalah
mendorong terciptanya keterampilan berfikir tingkat tinggi pada diri dosen dan
mahasiswa. Mahasiswa tidak hanya dijejali dengan informasi dan ilmu
pengetahuan namun harus dibawa ke level yang tinggi yaitu creating atau
comunicating.
1.5.6 Bonus Demografi
Indonesia menjadi salah satu negara yang dalam waktu dekat ini akan
mendapatkan bonus dalam aspek kependudukan. Istilahnya lebih sering dikenal
dengan bonus demografi. Bonus demografi diartikan sebagai peluang (window of
opportunity) yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi
penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan
yang dialaminya (Noor, 2015).
Dalam menghadapi bonus demografi, diperlukan beberapa langkah agar
bonus demografi yang dihadapi nantinya dapat memberikan keuntungan bagi
Indonesia. Rekomendasi untuk menghadapi bonus demografi diperlukan kesiapan
dari sumber daya manusia (Maryati, 2015). Salah satu hal yang penting dalam hal

12
ini adalah diberikannya akses pendidikan yang merata serta peningkatan kualitas
sumber daya manusia yang memadai. Pemerintah juga dapat berpartisipasi
dengan menjadikan pendidikan sebagai pilar utama pembagunan nasional.
Pendidikan yang merata diartikan bahwa semua elemen dapat menikmatinya;
bukan hal eksklusif. Hingga kedepannya sumber daya manusia ini dapat menjadi
generasi emas yang dapat menghadapi tantangan bonus demografi dengan sebaik-
baiknya.

BAB II
METODE PENULISAN

2.1.Metode dan Objek Penulisan


Metode penulisan yang kami gunakan adalah metode penulisam
deskriptif. Menurut Winarno (1990:139) metode deskriptif merupakan cakupan
berbagai teknik deskriptif, diantaranya adalah penelitian yang menuturkan
penyelidikan dengan teknik survei, interview, angket observasi, atau dengan
teknik tes, studi kasus, komperatif, waktu dan gerak analisa, analisa kuantitatif,
studi koperatif, dan operasional. Objek kajian penulisan ini yaitu mutu
pendidikan yang meliputi kreativitas dan inovasi sebagai elemen penting dalam
penerapan metode pembelajaran Research Based Learning (RBL) pada kegiatan
pembelajaran di perguruan tinggi.
2.2 Prosedur Penulisan
Prosedur penulisan yang kami gunakan dalam penyebaran kuisioner
sebagai berikut.
1) Penentuan pernyataan yang dikaji pada kuisioner.
2) Penentuan target respnden yang akan diteliti.
3) Pemberian jangka waktu pengisian kuesioner.
4) Penyebaran kuesioner kepada responden.
5) Analisis data yang telah terkumpul.
Sedangkan prosedur penulisan pada wawancara yang kami lakukan
adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan pertanyaan yang akan dikaji terkait penerapan RBL di Universitas

13
Pertamina.
2) Penentuan pihak yang akan diwawancarai (dosen).
3) Pengolahan data hasil wawancara.
2.3 Variabel Penulisan
Variabel penulisan adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehinggadiperole informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 2013). Variabel yang digunakan
dalam penulisan dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Variabel Bebas (X)
Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat.
Variabel bebas pada penulisan ini yaitu alteratif penerapan RBL.
2) Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel bebas. Variabel bebas pada penulisan yaitu mutu pendidikan.
2.4 Tahapan dan Jadwal Pelaksanaan
Penulisan dilaksanakan mulai bulan Mei dan direncanakan berakhir
pada bulan Juni 2018. Selanjutnya rincian mengenai waktu, tempat, dan jadwal
kegiatan diuraikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penulisan

No. Kegiatan Waktu (Minggu) Tempat

1. Pengidentifikasian dan perumusan Minggu ke-3 Mei Universitas


masalah 2018 Pertamina

2. Penyusunan Kerangka Pemikiran Minggu ke-3 Mei


2018

3. Perumusan Hipotesis Minggu ke-4 Mei


2018

4. Pengujian Hipotesis Minggu ke-4 Juni

5. Pembahasan 2018

6. Penarikan Kesimpulan

14
2.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan karya tulis ini
menggunakan beberapa metode yaitu :
1) Studi Pustaka
Data-data yang diperoleh diambil dari reverensi buku yang
diperoleh dari perpustakaan yang memiliki relevansi dengan pembahasan.
2) Studi Litelatur
Informasi-informasi lain yang diperoleh sebagai input dalam
penyusunan karya tulis ini diperoleh dari internet, jurnal ilmiah dan media
elektronik.
3) Wawancara
Wawancara dilakukan dengan dosen saintek dan soshum Universitas
Pertamina terkait penerapan sistem pembelajaran RBL. Wawancara
dilakukan pada 3 dosen saintek dan 2 dosen soshum.
4) Angket
Penyebaran angket dilakukan melalui pengisian google form oleh
mahasiswa/i Universitas Pertamina secara random untuk mengetahui
presentase perolehan terkait validasi data yang diperoleh dari penerapan
metode RBL.
2.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data
kuantitatif dan kualitatif. Teknik kuantitatif dilakukan dengan menganalisa
presentase pernyataan terkait pemahaman, peningkatan inovasi, dan kreativitas
setelah diterapkanya metode RBL dari angket yang disebarkan kepada
mahasiswa/I melalui google form. Sedangkan teknik pengumpulan data secara
kualitatif dilakukan melalui wawancara kepada pihak dosen terkait penerapan
sistem pembelajran RBL

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

15
3.1 Hasil Pengumpulan Data
Berdasarkan pengumpulan data yang kami gunakan berupa penyebaran
google form dan wawancara diperoleh hasil sebagai berikut.
3.1.1 Hasil Penyebaran google form
Hasil penyebaran google form merupakan rekapitulasi data dari 272
responden mahasiswa Universitas Pertamina program studi saintek dan soshum
angkatan 2016 dan 2017. Hasil dari pernyataan-pernyataan tentang penerapan
RBL di Universitas Pertamina adalah sebagai berikut.
1) Program Studi Responden
Angket ini diisi oleh mahasiswa dari 16 program studi soshum dan
saintek Universitas Pertamina. Pengisi responden terbanyak pada program studi
Teknik Kimia sebesar 14 %.
2) Angkatan Responden
Responden yang mengisi google form berasal dari angkatan 2017
yang jumlanya jauh lebih besar sebanyak 66,2 % daripada angkatan 2016
sebanyak 33,8%.
3) Persentase Responden yang Mengetahui Metode Pembelajaran RBL
Jumlah responden yang mengetahui sistem pembelajaran RBL
sebanyak 84,1 % dan 15,9 % tidak mengetahui.
4) Persentase Tanggapan Mahasiswa Sosial terhadap Rencana Penerapan RBL
Sebanyak 88,4 % mahasiswa sosial menyatakan bersedia apabila
RBL diterapkan pula pada pembelajaran mereka dan 11.6 % menyatakan tidak
setuju.
5) Persentase Tingkat Pemahaman setelah Diterapkanya Sistem Pembelajaran
RBL
Tingkat pemahaman mahasiswa menunjukan angka yang
memuaskan setelah diterapkanya sistem pembelajaran RBL, sebanyak 92,3 %
menyatakan paham dan 7,7 % menyatakan tidak paham.
6) Persentase Responden yang Menyatakan Peningkatan Inovasi dan Kreativitas
dari Diterapkanya RBL
Penerapan sistem pembelajaran RBL sebagai peningkatan inovasi
dan kreativitas menyatakan sebanyak 94,5 % mahasiswa setuju dan sisanya 5,5

16
% menyatakan tidak setuju.
7) Persentase Mahasiswa yang Setuju Terhadap Pembaharuan Penerapan sistem
Pembelajaran RBL
Pembaharuan dari sistem penerapan yang kami ajukan di
pernyataan angket yaitu berupa keleluasaan mahasiswa dalam menentukan
tema proyek RBL sebanyak 80,1 % setuju dan 19,9 % menyatakan tidak setuju.

3.1.2 Hasil Wawancara Dosen


Untuk melengkapi data, kami melakukan wawancara dengan lima
dosen Universitas Pertamina yang berasal dari program studi berbeda. Berikut
merupakan nama kelima dosen beserta asal program studi:
1) Meri Ayurini M.Si. (Kimia)
2) Muhammad Akbar Barinaya, S.T., M.T. (Teknik Mesin)
3) Dicky Ahmad Zaky, M.T. (Teknik Geofisika)
4) Dr. Farah Mulyasari, S.T., M.Sc. (Ilmu Komunikasi)
5) Nursechafia, S.E., M. Ec. (Ilmu Ekonomi)
Kami mengajukan beberapa pertanyaan berbeda kepada lima dosen
menurut program studi, yaitu saintek dan sosial. Berdasarkan hasil wawancara
kepada dosen saintek yang sudah menerapkan RBL dalam dua angkatan terakhir,
baik Ibu Meri, Pak Akbar, serta Pak Dicky mengaku cukup puas dengan
penerapan RBL yang telah berjalan. Dengan RBL, mahasiswa dapat
mempraktikkan langsung teori yang telah diajarkan di kelas. RBL pun
memberikan beberapa keterampilan tambahan bagi mahasiswa, di antaranya kerja
dalam kelompok, berpikir mencari solusi dalam suatu permasalahan, serta
berpikir kreatif dan inovatif.
Selain itu, dosen soshum yaitu Ibu Farah dan Ibu Nursechafia mengaku
mengetahui konsep RBL. Selama ini, memang tidak ada penyebutan khusus RBL
dalam prodi sosial namun konsep penugasan pada prodi sosial mirip dengan
RBL. Pada prodi Ilmu Ekonomi, kegiatan yang lebih banyak dilakukan adalah
membaca data. Maka dari itu, riset yang dilakukan terkait dengan riset terhadap
data menggunakan konsep dari mata kuliah yang telah dipelajari, misalnya
statistika, makroekonomi, mikroekonomi, serta ekonometrika.

17
Sedangkan pada prodi Ilmu Komunikasi, Ibu Farah mengaku kerap
memberikan kasus untuk dianalisis lebih lanjut menggunakan konsep yang telah
dipelajari, misalnya dalam mata kuliah komunikasi strategis, komunikasi
pemasaran, ataupun public relation. Sehingga dalam prodi Ilmu Komunikasi
riset yang digunakan lebih kepada studi kasus untuk mencari solusi terhadap
permasalahan yang ada di masyarakat menggunakan konsep komunikasi.
3.2 Tabulasi Data Penulisan
Data penulisan yang diperoleh melalui metode, teknik dan pengolahan
data yang telah dijelaskan sebelumnya disajikan melalui tabulasi data penulisan
sebagai berikut :
Tabel 2. Tabulasi Data Penulisan

NO Pertanyaan Frekuensi Responden Mahasiswa Jumlah


(Variabel Bebas) Angkatan 2016 & 2017 tentang
pemahaman RBL
(Variabel Terikat)
Ya Tidak
F F F
1 Mengetahui sistem 229 43 272
pembelajaran RBL
2 Sistem pembelajaran 241 31
RBL dapat diterapkan
di program studi sosial
3 RBL dapat 251 21
memudahkan
mahasiswa dalam
memahami materi
perkuliahan
4 RBL dapat 257 15
meningkatkan inovasi
dan kreativitas
mahasiswa
5 Penentuan tema RBL 218 54
dapat ditentukan oleh
mahasiswa

Untuk mendapatkan jumlah frekuensi dapat dihasilkan dari rumus :

Frekuensi
Rumus perhitungan persentase ¿ x 100 %
Jumlah Frekuensi

Jumlah persentase x Jumlah Frekuensi


Maka Frekuensi =
100 % 18
Berdasarkan tabulasi data tersebut dapat diamati bahwa mahasiswa angkatan
2016 & 2017 mengetahui sistem pembelajaran RBL dan memiliki keinginan
untuk turut andil dalam penentuan tema proyek RBL.
3.3 Intepretasi Hasil Analisis
Penulisan yang dilakukan oleh penulis dalam makalah ini berbentuk
deskriptif dengan mengambil objek mahasiswa dan dosen yang didasarkan pada
fakta yang sebenarnya. Data yang telah terkumpul dari objek penulisan dianalisis
menggunakan bentuk analisis kualitatif yang menganalisis fenomena dan
pendapat terkait penerapan RBL dari wawancara tiga dosen program studi saintek
dan dua dosen program studi sosial Universitas Pertamina. Selain itu data
kualitatif diperoleh dari pengisian kuisioner secara online (google form) kepada
272 mahasiswa saintek dan soshum pada dua angkatan terakhir yaitu angkatan
2016 dan 2017. Selain data kualitatif, kami juga menganalisis data yang
terkumpul secara kuantitatif melalui perhitungan persentase mahasiswa terkait
pernyataan pada kuesioner. Berikut merupakan hasil analisis dari data terkait
penerapan RBL:
1. Pengoptimalan Penerapan RBL untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di
Universitas Pertamina
Dari data yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan dosen,
terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan
penerapan RBL di Universitas Pertamina. Berikut merupakan beberapa upaya
yang dapat dilakukan:
 Penerapan RBL tidak hanya dilaksanakan pada tahap persiapan bersama
(TPB) dan disesuaikan dengan mata kuliah yang memiliki konten
memadai untuk penerapan tersebut.

 RBL tidak hanya diberikan kepada mahasiswa pada tahap persiapan bersama
(TPB) saja dikarenakan konsepnya masih berlaku untuk materi pada mata
perkuliahan pada tingkat-tingkat lanjutan. Namun, untuk lebih mendalam,
penerapannya dapat menyesuaikan dengan materi mata kuliah yang relevan

19
dengan penerapan RBL.

 Untuk lebih mengoptimalkan penerapan proyek RBL, proyek ini juga dapat
dilaksanakan pada berbagai program studi, baik saintek maupun sosial.
Hanya saja dari hasil wawancara dengan dosen dari program studi saintek
maupun sosial, keduanya memiliki beberapa perbedaan, yaitu sebagai
berikut:

Tabel 3. Hasil Wawancara antara Dosen Saintek dan Sosial

Saintek Sosial
Pada tahap persiapan bersama Pada tahap persiapan bersama (TPB),
(TPB), materi dasar lebih relevan materi dasar lebih sulit diaplikasikan
diaplikasikan karena bahan-bahan karena masih memuat konsep teoretis.
dan riset cenderung mudah.
Pada tingkat lanjutan, materi lebih Pada tingkat lanjutan, materi lebih
sulit diaplikasikan mengacu pada mudah diaplikasikan karena sudah
kerumitan bahan dan riset yang aplikatif dan berkaitan langsung
kompleks. dengan masyarakat.

Proyek RBL nantinya menyesuaikan dengan mata kuliah pada


masing-masing program studi. Hal tersebut dikarenakan masing-masing
program studi memiliki acuan serta ketentuannya masing-masing. Jika
menyesuaikan dengan program studi, penerapan RBL juga dapat membuat
mahasiswa merasakan manfaat dari pembelajaran pada program studinya
secara langsung. Tema besar ditentukan oleh dosen, namun mahasiswa dapat
memilih subtema yang sesuai.

Alternatif penerapan RBL berupa kebebasan mahasiswa berkreasi


dan berinovasi menentukan subtema proyek RBL menurut pendapat dari
sampel dosen menyatakan bahwa hal ini memungkinkan. Pembebasan
subtema yang dapat dipilih mahasiswa tentunya akan lebih meningkatkan
kreativitas dan inovasi mahasiswa karena mahasiswa dituntut untuk
mengaplikasikan ilmu yang didapat melalui suatu karya yang menarik tanpa

20
adanya ketentuan tema spesifik. Namun intervensi pihak dosen selaku
pendidik dan penilai memiliki peran penting keberhasilan penerapan RBL
seperti penentuan tema besar dan indikator penilaian.
Tema besar ini dimaksudkan agar pihak dosen selaku penilai
mudah untuk melakukan aspek penilaian dengan penyeragaman tema besar,
misalnya dalam Bab “Elektrokimia”. Mahasiswa bebas berkreasi dan
berinovasi tentang proyek apa yang akan dibuat asalkan tetap berpedoman
pada tema besar tersebut. Kebebasan pemilihan subtema dalam pembuatan
proyek RBL juga mencegah terjadinya plagiarisme produk RBL yang akan
dibuat oleh mahasiswa.

2. Kelebihan dari Penerapan RBL Dibandingkan dengan Sistem Perkuliahan


Biasa dilakukan di Universitas Pertamina
Proyek RBL menjadi salah satu proses pembelajaran mahasiswa di
Universitas Pertamina yang dapat mendukung pemahaman mahasiswa terhadap
materi perkuliahan yang diberikan oleh dosen. Dalam proses pembuatan proyek
RBL, mahasiswa dituntut untuk lebih aktif dalam melakukan pembelajaran.
Teori-teori yang telah diberikan di kelas dipraktikkan secara langsung melalui
proyek RBL ini.
Selain itu, setiap langkah pembuatan proyek RBL dikerjakan langsung
oleh mahasiswa. Sehingga mahasiswa belajar untuk menerapkan secara langsung
pembelajaran yang sudah disampaikan ditambah dengan inovasi dan kreativitas
masing-masing.

3. Pencapaian Beberapa Aspek Mutu Pendidikan dari Metode Pembelajaran RBL


untuk Menghadapi Bonus Demografi Indonesia 2030

Berdasarkan hasil analisis mutu pendidikan yang kami peroleh dari


penyebaran angket melalui google form terkait penerpan sistem pembelajaran
RBL di Universitas Pertamina, kami menganalisis tiga aspek capaian mutu
pendidikan yaitu pemahaman, inovasi, dan kreativitas. Hasil yang didapatkan
menunjukkan sebanyak 92,3% mahasiswa menyatakan paham dengan adanya
sistem pembelajarann RBL dan 94,5% menyatakan mahasiswa setuju bahwa RBL

21
dapat meningkatkan aspek inovasi dan kreativitas. Selain itu data hasil
wawancara yang diperoleh dari dosen program studi saintek dan soshum
menyatakan bahwa penerapan RBL berpengaruh pada peningkatan beberapa
aspek seperti:
 Pemahaman
Peningkatan aspek pemahaman mahasiswa dapat diamati dari
berbagai hal. Pertama, kesesuaian antara teori yang didapat dengan hasil dari
pembuatan proyek RBL. Teori dan hasil yang dibuat akan menghasilkan
persen galat sehingga persentase tersebut menyatakan seberapa besar tingkat
pemahaman mahasiswa. Dari hasil wawancara yang diperoleh, rata-rata
persen galat yang dihasilkan mahasiswa cukup kecil dikarenakan hal tersebut
termasuk pada salah satu indikator penilaian. Kedua, kesesuaian hasil laporan
pembuatan. Laporan Pembuatan RBL merupakan salah satu indikator
penilaian substanisal yang merepresentasikan tingkat pemahaman dilihat dari
kelengkapan data yang disajikan, kesesuaian dengan teori yang digunakan,
dan hasil analisis data yang diperoleh. Ketiga, penjelasan sesi presentasi dari
masing-masing anggota kelompok RBL pada proses penilaian. Pada sesi
presentasi, pihak penilai (dosen) akan memberikan beberapa pertanyaan
kepada mahasiswanya terkait dengan teori dan proses selama pembuatan
RBL. Hal ini memacu mahasiswa untuk menyiapkan materi dengan sebaik
mungkin agar dapat menjawab pertanyaan yang diajukan sehingga
meningkatkan pemahaman.
 Belajar aktif dan mandiri
Dalam pembuatan proyek RBL, mahasiswa menjadi tertantang
untuk terlibat aktif mengerjakan tugas dengan teman-teman kelompoknya.
Proyek RBL yang harus diselesaikan dengan sejumlah orang yang ada
mengharuskan mahasiswa untuk aktif dan mandiri dimulai dari penentuan
bahan, pembelian alat dan bahan, hingga proses pengerjaan. Mahasiswa
menjadi terlatih mandiri untuk turun langsung ke lapangan. Selama proses
tersebut pun mahasiswa aktif terlibat langsung dalam berbagai langkah
pembuatannya sehingga juga dapat membuat mahasiswa lebih memahami
tema pada mata kuliah tersebut.

22
 Berpikir kritis dalam mencari solusi terhadap suatu permasalahan
Proyek RBL mengharuskan mahasiswa menyelesaikan produk yang
akan dibuat dengan sebaik mungkin. Hal ini berlaku sejak awal mahasiswa
membuat konsep. Mahasiswa dituntut untuk berpikir memecahkan masalah
agar proyek RBL tersebut dapat menggunakan sumber daya yang baik dan
sesuai serta menghasilkan keluaran yang diinginkan. Saat memiliki kendala
dalam proses pembuatan, mahasiswa juga dituntut untuk berpikir agar proyek
RBL tetap dapat berjalan sesuai yang direncanakan dengan mencari solusi-
solusi bagi kendala tersebut.
 Inovasi dan Kreativitas
Proyek RBL dapat meningkatkan inovasi dan kreativitas mahasiswa
karena banyaknya variasi produk RBL yang dibuat oleh tiap mahasiswa
dengan tujuan berlomba-lomba mendapatkan nilai yang tinggi. Seperti
contohnya pembuatan baterai, terlihat inovasi dan kreativitas mahasiswa
muncul untuk menghasilkan bentuk baterai yang ringan, mudah dibawa, dan
memiliki voltase yang besar. Berbagai bentuk variasi tersebut muncul dari
ide masing-masing mahasiswa sehingga mendorong diri untuk berinovasi.
 Kemampuan Kerjasama
Pengerjaan proyek RBL dilakukan secara kelompok sehingga masing-
masing mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Dalam laporan akhir
terdapat ketentuan penyantuman terkait pembagian tugas dari masing-maisng
anggota kelompok. Hal ini menjadikan terasahnya kemampuan bekerja sama
antar anggota kelompok untuk menghasilkan sesuatu yang sesuai harapan.
Kemampuan bekerja sama sangat dibutuhkan sebagai bekal utuk terjun ke
dunia kerja. Tanpa disadari dengan dibentuknya kerja secara kelompok akan
tercipta iklim yang baik berupa meningkatnya kemampuan berkomunikasi
antar sesama.

23
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Research Based Learning (RBL) menjadi salah satu metode
pembelajaran alternatif untuk membantu mengoptimalkan mutu pendidikan. RBL
dapat dilakukan baik pada program studi saintek maupun sosial. Penerapannya
berdasarkan materi dari mata kuliah yang relevan jika dilakukan dengan konsep
RBL. Dengan RBL, mahasiswa berperan aktif dalam proses pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan tingkat pemahaman terhadap materi yang sedang
dipelajari. Selain itu, dengan metode pembelajaran RBL, mahasiswa memiliki
kemampuan tambahan yang dapat mendukung keberlangsungan Bonus
Demografi 2030, di antaranya berpikir kritis dalam mencari solusi terhadap suatu
permasalahan, kemampuan bekerja sama, belajar aktif dan mandiri, serta
meningkatkan inovasi dan kreativitas.

4.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat lebih berperan aktif dan terlibat dalam
penerapan metode pembelajaran RBL sehingga dapat merasakan manfaat hingga
membantu meningkatkan kemampuan yang dibutuhkan dalam menghadapi
Bonus Demografi 2030. Selain itu, untuk pihak dosen, diharapkan dapat mencari
materi lain yang relevan dengan penerapan RBL sehingga tidak mengacu pada
yang sudah ada sebelumnya. Serta untuk peneliti, diharapkan dapat menggali
potensi penerapan RBL agar terus relevan bagi mahasiswa dan dapat dirasakan
manfaatnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Hamid K. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan: PPs Unimed.

Ariyanti, F., dkk. (2018). HEADLINE: Tenaga Kerja Asing, Tuntutan Investasi atau Ancaman
bagi Pekerja Lokal?. Diakses pada 28 Mei 2018 dari
https://m.liputan6.com/bisnis/read/3469944/headline-tenaga-kerja-asing-tuntutan-investasi-
atau-ancaman-bagi-pekerja-lokal

Budi, K. (2018). Tantangan Bonus Demografi, Universitas Mesti Lakukan Ini. Diakses pada 31
Mei 2018 dari https://edukasi.kompas.com/read/2018/02/01/09110991/tantangan-bonus-
demografi-universitas-mesti-lakukan-ini

Chapman, D., & Adams D. (2002). Education in Developing Asia. The Quality of Education:
Dimensions and Strategies. Asian Development Bank, Comparative Education Research
Centre, The University of Hong Kong. Volume 5 .

Danim, Sudarwan. (2007). Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara

Jalal, F. (2014). Peranan Gizi dalam Memanfaatkan Bonus Demografi. Diakses dari
https://file.persagi.org/share/3%20Fasli%20Jalal%20-%20Gizi%20&%20Bonus
%20Demografi.pdf

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses pada 3 Juni 2018 dari https://kbbi.kemdikbud.go.id

Keswara, R. (2013). Pendidikan Indonesia Memberatkan Siswa. Diakses dari


https://nasional.sindonews.com/read/742834/15/pendidikan-indonesia-memberatkan-siswa-
1367143859

Maryati. S. (2015). Dinamika Pengangguran Terdidik: Tantangan Menuju Bonus Demografi di


Indonesia. Journal of Economic and Economic Education Vol. 3 No. 3 (124-136). Diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/43023-ID-dinamika-pengangguran-terdidik-
tantangan-menuju-bonus-demografi-di-indonesia.pdf

Noor, M. (2015). Kebijakan Pembangunan Kependudukan dan Bonus Demografi. E-Journal


Ilmiah UNTAG Semarang. Diakses dari
https://jurnal.untagsmg.ac.id/index.php/sa/article/download/149/206

Rosari, A. (2017). Bonus Demografi dan Dampak Terhadap Indonesia. Diakses pada 31 Mei
2018 dari https://www.kompasiana.com/andhinirosari/5a2e2c4acf01b4574160ed32/bonus-
demografi-dan-dampak-terhadap-indonesia

Sunaryo. 2002. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

25
Suti, Marsus. (n.d.). Strategi Peningkatan Mutu di Era Otonomi Pendidikan, Jurnal MEDTEK,
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2011.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Th. 2003 Tentang sistem Pendidikan  Nasional
(Sisdiknas). Jakarta: Cemelang.

Yamin, Martinis. (2012). Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta: Referensi.

26
BIODATA

27
LAMPIRAN

Lampiran 1. Penyebaran Angket melalui google form

28

Anda mungkin juga menyukai