Anda di halaman 1dari 21

Implikatur Percakapan Dalam Dialog Interaktif DR OZ

Trans TV Dengan Tema Mabuk Perjalanan


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan analisis ini. Semoga penulis diberikan
kesehatan agar dapat menyelesaikan laporan analisis ini.
Laporan penelitian ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan penulis terhadap
implikatur percakapan dalam dialog interaktif DR OZ di Trans TV dengan tema mabuk
perjalan. Diharapkan laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa program studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya dalam belajar mata kuliah Pragmatik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan laporan analisis ini. Hingga tersusun laporan analisis yang
sampai dihadapan pembaca saat ini.
Penulis juga menyadari bahwa laporan penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, sangat disarankan pembaca meyampaikan saran atau kritik
yang membangun demi tercapainya laporan penelitian yang lebih baik.

Jember, 8 Juli 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Lembar Judul...................................................................................................................i
Kata Pengantar................................................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................2
1.5 Ruang Lingkup Penelitian..............................................................................2
1.6 Definisi Masalah............................................................................................3
Bab II Kajian Teori....................................................................................................4
2.1 Pragmatik......................................................................................................4
2.2 Konteks..........................................................................................................5
2.3 Tindak tutur...................................................................................................5
2.4 Pengertian Implikatur...................................................................................6
2.5 Jenis-jenis Implikatur....................................................................................7
2.6 Dialog Interaktif............................................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................................10
3. 1 Jenis Penelitian.............................................................................................10
3. 2 Sumber Data dan Data.................................................................................10
3. 3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data......................................................10
3. 4 Instrumen Penelitian....................................................................................11
3. 5 Teknik Analisis Data.....................................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................................13
4.1 Wujud Implikatur Percakapan dalam Dialog Interaktif
DR OZ di Trans TV dengan Tema Mabuk Perjalan........................................13
4.1.1 Wujud Implikatur Percakapan dalam Tuturan
Representatif...........................................................................................13
4.1.2 Wujud Implikatur Percakapan dalam Tuturan Komisif...........................
4.1.3 Wujud Implikatur Percakapan dalam Tuturan Direktif...........................14
4.1.4 Wujud Implikatur Percakapan dalam Tuturan Ekspresif........................15
BAB V PENUTUP.......................................................................................................17
5.1 Kesimpulan....................................................................................................17
5.2 Saran ............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


percakapan yang sesungguhnya, antara penutur dan mitra tutur dapat berkomunikasi
dengan lancar karena mereka memiliki kesamaan latar belakang pengetahuan tentang
sesuatu yang dipertuturkan. Menurut Grice (dalam Rahardi, 2005:43) dalam artikelnya yang
berjudul Logic and Conversation menyatakan “sebuah tuturan dapat mengimplikasikan
preposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan tersebut”. Preposisi yang
diimplikasikan itu disebut dengan implikatur percakapan. Tuturan yang berbunyi “cuacanya
panas sekali ya”, penutur tidak semata-mata memberitahuan lawan tuturnya bahwa cuanya
panas. Penutur bermaksud menyuruh lawan tuturnya untuk menyalakan AC. Penutur dan
lawan tutur biasanya terbantu oleh keadaan sekitar tuturan itu.
Fonomena implikatur juga banyak ditemukan dalam berbagai macam program-program
televisi, seperti program komedi maupun program yang berkonsep memotivasi pendengar
atau penonton. Penggunaan bahasa yang mengandung implikatur dapat menyulitkan
pendengar apabila mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk memaknai bahasa
tersebut.
Implikatur menarik untuk diteliti karena tidak sedikit percakapan yang pelaku tuturnya
tidak menerapkan prinsip kerja sama, sehingga pemaknaan suatu bentuk bahasa yang
implikatif menjadi sulit. Di samping itu, ketertarikan terhadap implikatur ini juga diharapkan
dapat membantu penikmat program televisi untuk lebih mudah memahami tuturan yang
berimplikatur.
Penelitian ini akan mengkaji implikatur percakapan dalam dialog interaktif DR OZ di
Trans TV dengan tema mabuk perjalan. Dialog interaktif DR. OZ dipandu oleh seorang Dr.
yang bernama Ryan Thamrin. Dr Ryan terkenal mahir dalam memberikan pengetahuannya
kepada penonton. Dalam tuturannya maksud tidak selalu disampaikan secara eksplisit,
tetapi tersembunyi dalam tuturan itu sendiri.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah bagaimana wujud implikatur percakapan dalam dialog interaktif DR OZ Trans TV
dengan tema mabuk perjalanan?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang hendak dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan wujud
implikatur percakapan dalam dialog interaktif DR OZ Trans TV dengan tema mabuk
perjalanan.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis yang diuraikan
sebagai berikut.
a) Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam kaitannya dengan
kajian ilmu kebahasan yaitu ilmu prakmatik.
b) Praktis
1) Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan agar pembaca dapat memahami maksud-maksud
implikatur percakapan dalam dialog interaktif DR OZ Trans TV dengan tema
mabuk perjalanan.
2) Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mahasiswa dalam ilmu kebahasaan khususnya ilmu prakatik.
3) Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan oleh penelitian lain yang
meneliti implikatur agar dapat dikembangkan lagi.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya menyangkut wujud implikatur percakapan
dalam dialog interaktif DR OZ Trans TV dengan tema mabuk perjalanan. Tuturan yang diteliti
adalah dialog antar Dr Ryan Thamrin dengan Tya Aristya.

2
1.6 Definisi Istilah
Definisi istilah digunakan untuk mempermudah pemahaman penelitian dan pembaca
dalam memahami apa yang sedang diteliti oleh peneliti. Berikut ini merupakan definisi
istilah yang digunakan oleh peneliti.
a) Prakmatik
Yule (2006:3) prakmatik adalah study tentang makna yang disampaikan oleh penutur
dan ditafsirkan oleh lawan tutur (pendengar).
b) Konteks
Konteks adalah aspek-aspek yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah
tuturan (Leech:1993).
c) Implikatur
Implikatur yaitu contoh utama dari banyaknya informasi yang disampaikan dari pada
yang dikatakan (Yule, 2006:62).
d) Implikatur percakapan
Adalah makna yang dipahami tetapi tidak atau kurang terungkap dalam apa yang
diucapkan (Kridalaksana, 1993)
e) Wujud
Menurut KBBI (2008:1564) wujud adalah rupa, dan bentuk yang dapat diraba.
f) Maksud
Menurut Chaer (2013:35) maksud dapat dilihat dari segi si pengujar, orang yang
berbicara, atau pihak subjeknya. Di sini orang yang berbicara itu mengujarkan suatu
ujaran entah berupa kalimat atau frasa, tetapi yang dimaksudnya tidak sama dengan
makna lahiriah ujaran itu sendiri.
g) Dialog interaktif
Adalah kegiatan bertanya jawab yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang
bertujuan untuk mendapatkan suatu informasi (Wirajaya dan Sudarmawarti,
2008:77).

3
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pragmatik
Leech (1993) menyatakan bahwa pragmatik merupakan kajian tentang makna dalam
hubungannya dengan situasi ujar atau speech situations. Levinson (dalam Rahardi, 2005:48)
mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan
konteksnya. Menurut Yule (2006:3) pragmatik adalah studi tentang makna yang
disampaikan oleh penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca).
Berdasarkan beberapa pandangan mengenai pengertian pragmatik di atas dapat
disimpulkan bahwa pragmatik adalah salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari
sruktur bahasa (secara eksternal) yang disampaikan penutur kepada mitra tutur
berdasarkan konteks yang melatarbelakangi suatu ujaran. Fokus kajian ilmu pragmatik
adalah tuturan dan konteks yang melatarbelakangi sebuah komunikasi. Oleh sebab itu, studi
ini mempelajari analisis mengenai apa yang dimaksudkan penutur berdasarkan tuturannya,
daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu
sendiri.
Ilmu pragmatik perlu melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di
dalam konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang
dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa
yang ingin mereka katakan yang disesuaikan dengan orang yang mereka ajak bicara, di
mana, kapan, dan dalam keadaan apa. Manfaat belajar bahasa melalui pragmatik ialah
bahwa seseorang dapat bertutur kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi
mereka, maksud dan tujuan mereka, dan jenis-jenis tindakan (sebagai contoh:permohonan)
yang mereka perlihatkan ketika mereka sedang berbicara. Kelemahan pragmatik adalah
bahwa konsep manusia ini sulit dianalisis dalam suatu cara yang konsisten dan objektif.
Jadi pragmatik adalah ilmu bahasa yang menarik untuk dipelajari karena melibatkan
bagaimana orang saling memahami satu sama lain secara linguistik,. Pragmatik dapat
mematahkan semangat karena studi ini mengharuskan kita untuk memahami orang lain dan
apa yang ada dalam pikiran mereka menurut Yule (2006:6). Penutur dan lawan tutur bisa
memanfaatkan pengalaman bersama (Background knowledge).

4
2.2 Konteks
Menurut Leech (1993:20) konteks adalah suatu pengetahuan latar belakang yang
sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur untuk membantu menafsirkan makna
tuturan. Sejalan dengan hal itu, Mulyana (2005:21) memberijan devinisi bahwa konteks
adalah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. Menurut Rahardi (2005:50) konteks
adalah segala latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra
tutur serta yang menyertai dan mewadahi sebuah pertuturan.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konteks
adalah suatu latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra
tutur dalam sebuah tuturan. Dengan berpijak pada pendapat Leech , Wijana (dalam Rahardi,
2005:50) menyatakan bahwa konteks yang semacam itu disebut dengan konteks situasi
tutur (Speech situational contexts).
Ada empat macam konteks terjadinya suatu percakapan menurut Syafi‟ie (dalam
Mulyana, 2005:24) yaitu sebagai berikut.
a) Konteks linguistik (linguistic context), yaitu kalimat-kalimat yang terdapat dalam
sebuah percakapan.
b) Konteks epistemis (epistemic context), yaitu latar belakang pengetahuan yang sama-
sama diketahui oleh partisipan atau pelaku tutur.
c) Konteks fisik (physical context), meliputi tempat terjadinya percakapan, objek yang
disajikan dalam percakapan, dan tindakan para partisipan.
d) Konteks social (social context), yaitu relasi sosio-kultural yang melengkapi hubungan
antarpelaku atau partisipan dalam percakapan.
Menurut Hymes (dalam Rani, dkk, 2006:190) ada delapan komponen tutur yang
merupakan ciri khas konteks, yaitu: (1) penutur, (2) pendengar, (3) pokok pembicaraan, (4)
latar, (5) penghubung: bahasa lisan/tulisan, (6) dialek, (7) bentuk pesan, dan (8) peristiwa
tutur.

2.3 Tindak Tutur


Menurut Yule (2006:82) tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan melalui
tuturan. Senada dengan hal itu, Kridalaksana (dalam Putrayasa, 2014:85) mengatakan
bahwa tindak tutur adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari
pembaca diketahui pendengar. Putrayasa (2014:86) menjelaskan bahwa tindak tutur adalah

5
kegiatan seseorang menggunakan bahasa kepada mitra tutur dalam rangka
mengkomunikasikan sesuatu. Berdasarkan tiga pengertian mengenai tindak tutur di atas
dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah tuturan yang bertujuan untuk
mengkomunikasikan suatu maksud penutur agar dapat dimengerti oleh lawan tuturnya.
Menurut Searle (dalam Nadar, 2009:12) pada hakekatnya semua tuturan mengandung
arti tindakan. Searle (dalam Nadar, 2009:12) mengklasifikasikan tiga macam tindakan yang
berbeda, yakni tindak lokusioner, tindak ilokusioner, dan tindak perlokusioner. Tindakan-
tindakan tersebut diatur oleh aturan atau norma penggunaan bahasa dalam situasi
percakapan antara dua pihak, misalnya situasi perkuliahan, situasi perkenalan, situasi
upacara keagamaan, dan lain-lain, Schmidt dan Richards (dalam Nadar, 2009:14).
a) Lokusioner
Menurut Searle (dalam Nadar, 2009:14) tindak tutur lokusioner adalah tindak tutur
yang semata-mata menyatakan sesuatu, biasanya dipandang kurang penting dalam
kajian tindak tutur.
b) Ilokusioner
Menurut Searle (dalam Nadar, 2009:14) tindak tutur ilokusioner adalah apa yang
ingin dicapai penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu dan dapat merupakan
tindakan menyatakan berjanji, minta maaf, mengancam, meramalkan, memerintah,
meminta dan lain sebagainya. Tindak ilokusioner dapat dikatakan sebagai tindak
terpenting dalam kajian dan pemahaman dalam tindak tutur
c) Perlokusioner
Menurut Searle (dalam Nadar, 2009:14) perlokusioner adalah tindakan untuk
mempengaruhi lawan tutur seperti memalukan, mengintimidasi, membujuk dan lain-
lain.

2.4 Pengertian Implikatur


Konsep implikatur pertama kali dikemukakan oleh Grice untuk memecahkan persoalan
makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan oleh teori semantik biasa. Menurut Brown dan
Yule (1996:1) implikatur adalah apa yang disarankan atau apa yang dimaksud oleh penutur
sebagai hal yang berbeda dari apa yang dinyatakan secara harafiah. Yule (2006:62)
menjelaskan bahwa implikatur adalah contoh utama dari banyaknya informasi yang
disampaikan daripada yang dikatakan.

6
Menurut Grice (dalam Rahardi, 2005:43) di dalam artikelnya yang berjudul “Logic and
Conversation” menyatakan bahwa implikatur adalah sebuah tuturan dapat
mengimplikasikan preposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan itu. Preposisi yang
diimplikasikan itu dapat disebut dengan implikatur.
Berdasarkan berbagai pandangan yang dikemukakan oleh pakar-pakar di atas mengenai
pengertian implikatur, dapat disimpulkan bahwa implikatur adalah maksud yang terkandung
dalam sebuah tuturan yang terikat dengan penutur, lawan tutur, konteks, dan tujuan
tuturan.
Makna sebuah kalimat tidak hanya diterangkan oleh kata-kata yang mendukung kalimat
itu saja, karena kalau hanya itu yang dijadikan bahan untuk menentukan makna kalimat kita
hanya baru sampai pada tataran inferensi konvensi belaka. Inferensi pembicaraan
(percakapan) merupakan proses interpretasi yang ditentukan oleh situasi dan konteks.
Hamid (2011:70) menjelaskan bahwa implikatur adalah ketika si pendengar dalam
percakapan menduga kemauan si pembicara, dengan itu pula si pendengar memberikan
responnya.
Seperti yang sudah dikatan oleh Gunpers bahwa inferensi percakapan itu ditentukan
oleh situasi dan konteks, tidak melulu oleh pendukung kalimat itu. Sering terjadi kesalahan
apa yang dimaksud oleh pembicara tidak sama dengan apa yang ditanggap oleh si
pendengar sehingga terkadang jawaban si pendengar tidak dapat atau sering juga terjadi si
pembicara mengulangi kembali ucapannya dengan cara kalimat lain supaya pendengar
dapat mengerti. Levinson (dalam Nababan, 1987:28) menjelaskan empat kegunaan konsep
implikatur diantaranya:
a) Memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta kebahasaan yang tidak terjangkau
oleh teori linguistik.
b) Memberikan penjelasan yang tegas/eksplisit tentang bagaimana mungkinnya bahwa
apa yang diucapkan secara lahririah berbeda dari apa yang dimaksud dan bahwa
pemakai bahasa itu mengerti (=dapat menangkap) pesan yang dimaksud.

2.5 Jenis-Jenis Implikatur


Menurut Grice (dalam Rani, dkk, 2006:177) implikatur terdiri dari dua macam, yaitu (a)
implikatur nonkonvensional atau implikatur percakapan (conversation implikature) dan (b)
implikatur konvensional (convnsional implicature).

7
a) Implikatur Percakapan
Implikatur percakapan merupakan implikatur yang muncul dalam konteks
pemakaian bahasa yang bersifat khusus (Zamzani, 2007:28). Implikatur percakapan
adalah makna yang dipahami tetapi tidak atau kurang terungkap dalam apa yang
diucapkan (Kridalaksana, 2008:91). Implikatur percakapan memiliki makna yang lebih
bervariasi, karena pemahaman terhadap implikasi sangat bergantung kepada
konteks terjadinya percakapan. Suatu komunikasi atau percakapan sering kali terjadi
seorang penutur tidak mengatakan maksud tuturan secara langsung.
Berdasarkan beberapa pandangan yang disebutkan oleh pakar-pakar mengenai
pengertian implikatur percakapan dapat disimpulkan bahwa implikatur percakapan
adalah maksud dari pemakaian bahasa yang tidak terungkap tetapi dapat dipahami
oleh penutur dan mitra tutur karena memiliki latar belakang pengetahuan yang
sama.
1) Implikatur Percakapan Khusus
Implikatur percakapan khusus bertolak dengan implikatur percakapan umum.
Menurut Yule (2006:74) implikatur percakapan khusus adalah percakapan yang
terjadi dalam konteks yang sangat khusus di mana pendengar mengasumsikan
informasi secara lokal. Implikatur percakapan khusus merupakan maksud yang
diturunkan dari percakapan dengan merujuk atau mengetahui konteks
percakapan, hubungan antarpembicara serta kesamaan pengetahuan, dengan
pengetahuan khusus itulah maksud atau implikatur dapat diturunkan.
2) Implikatur Percakapan Umum
Menurut Nadar (dalam Purayasa, 2014:70) implikatur percakapan umum adalah
implikatur yang kehadirannya di dalam percakapan tidak memerlukan konteks
khusus. Apabila pengetahuan khusus tidak dipersyaratkan untuk
memperhitungkan makna tambahan yang disampaikan, hal ini disebut implikatur
percakapan umum. Contoh di bawah ini menmperlihatkan hal tersebut.
Implikatur (1) sebagai akibat adanya tuturan (2) merupakan implikatur
percakapan umum.
3) Implikatur Berskala
Informasi berskala tentu selalu disampaikan dengan memilih sebuah kata yang
menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai. Ini secara khusus tampak jelas dalam

8
istilah-istilah untuk mengungkapkan kuantitas, seperti yang ditunjukkan dalam
skala (11), di mana istilah- istilah itu didaftar dari skala nilai tertinggi ke nilai
terendah.
b) Implikatur Konvensional
Menurut Yule (2006:78), ia menyatakan bahwa implikatur konvensional kebalikan
dari implikatur percakapan yaitu implikatur konvensional tidak harus terjadi dalam
percakapan, dan tidak tergantung pada konteks khusus untuk
menginterpretasikannya. Zamzani (2007: 28) menyatakan bahwa implikatur
konvensional adalah implikatur yang langsung diperoleh dari kata- kata dan kaidah
gramatikal. Kridalaksana (2008:91) menyatakan bahwa implikatur konvensional
merupakan makna yang dipahami atau diharapkan pada bentuk-bentuk bahasa
tertentu tetapi tidak terungkap. Artinya bahwa implikatur konvensional adalah
makna harfiah seperti yang dinyatakan oleh elemen kalimat secara formal struktural.
Dapat disimpulkan bahwa implikatur konvensional lebih menjelaskan pada apa yang
dimaksud. Jadi, peserta tutur umumnya sudah mengetahui tentang maksud atau
pengertian sesuatu hal tertentu. Mulyana (2005: 12).

2.6 Dialog Interaktif


Dialog interaktif didefinisikan sebagai dialog yang dilakukan di televisi atau radio yang
dapat melibatkan pemirsa dan pendengar melalui telepon. Sriwidianingsih (2015:52). Dialog
interaktif adalah kegiatan bertanya jawab yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang
bertujuan untuk mendapatkan suatu informasi Wirajaya dan Sudarmawarti (2008:77).
Berdialog dengan narasumber dapat disebut juga sebagai kegiatan wawancara. Jadi
pengertian dialog interaktif adalah dialog yang dilakukan antara narasumber di televisi atau
radio dengan pemirsa atau pendengar tentang suatu hal yang sedang diperbincangkan.

9
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 jenis penelitian


Penelitian ini mengkaji mengenai implikatur percakapan dalam dialog interaktif DR OZ
di Trans TV dengan tema mabuk perjalan. Penelitian ini menjelaskan mengenai wujud, ciri
penanda, dan maksud implikatur percakapan yang dilakukan oleh Dr Ryan Thamrin
pembawa acara DR OZ Trans TV dan narasumber Tya Aristya. Berdasarkan kajian tersebut
maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif .
Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang berusaha memberi
gambaran secara sistematis dan cermat mengenai fakta-fakta aktual dan sifat-sifat populasi
tertentu (Zuriah, 2005:14). Penelitian deskriptif hanya menggambarkan apa adanya tentang
suatu variabel, gejala atau keadaan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat deskripsi,
maksudnya membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
data, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diteliti.

3.2 Sumber Data dan Data


Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto,
2002:196). Sumber data dalam penelitian ini adalah video dialog interaktif DR OZ Trans TV
yang diunduh melalui internet. Data dalam penelitian ini adalah tuturan-tuturan Dr Ryan
Thamrin dengan Tya Aristya yang dicurigai mengandung implikatur percakapan.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data


Dalam menyediakan data, secara umum ada dua metode yaitu metode simak dan
metode cakap menurut Sudaryanto (dalam Muhammad, 2014:206-211). Penelitian ini,
peneliti hanya menggunakan satu metode yakni metode simak dengan teknik lanjutan.
Metode simak dilakukan dengan menyimak video dialog interaktif DR OZ Trans TV yang
dicurigai mengandung implikatur percakapan. Dalam metode penelitian ini peneliti
menggunaka teori Muhammad (2014:206-211).
a) Metode simak
Menurut Sudaryanto (dalam Muhammad, 2014:207) menyatakan bahwa untuk
menyimak objek penelitian dilakukan dengan menyadap. Dengan kata lain, metode

10
simak secara praktik dilakukan dengan menyadap percakapan Dr Ryan Thamrin
dengan Tya Aristya, guna menemukan tuturan yang dicurigai mengandung
implikatur percakapan. Aktivitas penyadapan merupakan cara yang mula-mula untuk
memperolah data yang dimaksud. Karena dilakukan di awal penelitian, aktivitas ini
dapat dipandang sebagai teknik dasar dan disebut “dasar” dengan meminjam istilah
Sudaryanto (dalam Muhammad, 2014). Menurut Muhammad metode simak dengan
teknik dasar dibagi menjadi empat teknik tetapi berikut hanya akan dijelaskan teknik
yang akan digunakan peneliti dalam memperoleh data yang sesuai dengan jenis
penelitiannya.
b) Teknik catat
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
sumber data primer yaitu video DR OZ Trans TV yang telah diunduh. Peneliti
menggunakan teknik catat. Setelah pencatatan dilakukan, peneliti melakukan
klasifikasi atau pengelompokkan menurut Muhammad (2014:211). Teknik catat
dilakukan untuk mencatat tuturan- tuturan yang mengandung implikatur percakapan
dalam dialog interaktif DR OZ Trans TV sehingga peneliti dapat menganalisisnya.
Teknik catat dalam penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi data yang sudah
dikumpulkan. Peneliti mengidentifikasi hasil temuan-temuan berupa kalimat dalam
percakapan Dr Ryan Thamrin dengan Tya Aristya yang dicurigai mengandung
implikatur percakapan.

3.4. Instrumen Penelitian


Menurut Sugiyono (2011) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah penliti itu sendiri. Peneliti dalam penelitian ini peneliti menggunakan
kemampuannya dengan berbekal teori pragmatik untuk menganlisis tuturan-tuturan yang
mengandung implikatur percakapan.

3.5. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitiannya merujuk pada
kajian analisis deskriptif dan analisis kontekstual. Nurastuti (2007:103) menjelaskan yang
dimaksud dengan analisis deskriptif adalah analisis yang dilakukan dengan merinci dan
menjelaskan secara panjang lebar (menyeluruh) keterkaitan data penelitian dalam bentuk

11
kalimat. Jadi, teknik analisis data secara deskriptif ini, peneliti benar-benar menangkap
masalah penelitian ini dengan cara mendeskripsikan, menjelaskan, dan memaparkan
masalah penelitian tersebut. Pada teknik analisis data ini, peneliti menggunakan ancangan
pragmatik yang menekankan pada maksud tuturan beserta konteksnya.
Maksud tuturan dan konteks di sini dideskripsikan secara mendetail guna mendapatkan
hasil yang maksimal. Peneliti kemudian mengaitkan deskripsi atau paparan masalah
tersebut ke dalam suatu bentuk kalimat, sehingga peneliti ini benar-benar jelas. Analisis
data dilakukan pada saat pertama kali peneliti mengumpulkan data. Setelah mengumpulkan
data, peneliti akan melakukan analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a) Mengidentifikasi
Tahap ini peneliti akan mengidentifikasikan data implikatur percakapan dalam dialog
interaktif DR OZ Trans TV berdasarkan teori tindak tutur Searle dan Yule.
b) Mengklasifikasi
Dalam tahap ini, peneliti mengelompokkan data-data penelitian berdasarkan wujud,
ciri penanda, dan maksud implikatur percakapan disertai konteks setiap datanya
dalam sebuah tabel.
c) Interpretasi
Langkah selanjutnya yaitu peneliti menginterpretasikan atau menafsirkan data
berdasarkan wujud dan maksud implikatur percakapan yang sudah diklasifikasikan.
d) Mendeskripsikan
Dalam tahap ini, peneliti melaporkan hasil analisis data.

12
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Wujud Implikatur Percakapan dalam Dialog Interaktif DR OZ di Trans TV dengan Tema
Mabuk Perjalan
Berdasarkan data diaolog Interaktif DR OZ di Trans TV dengan tema mabuk perjalan,
peneliti menemukan empat wujud implikatur percakapan berupa tindak tutur. Keempat
tindak tutur tersebut berupa representatif, komisif, direktif, dan ekspresif. Berikut akan
diuraikan mengenai wujud-wujud implikatur yang terdapat dalam diaolog Interaktif DR OZ di
Trans TV dengan tema mabuk perjalan.

4.1.1 Wujud Implikatur Percakapan dalam Tuturan Representatif


Yule (2006: 92) mengatakan bahwa representatif adalah jenis tindak tutur yang
menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan, dalam artian tindak tutur
representatif berupa pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian.
Tindak tutur yang berfungsi menetapkan atau menjelaskan suatu apa adanya. Tindak tutur
ini seperti melaporkan, menyatakan, memberitahukan, menjelaskan, mempertahankan, dan
lain-lain. Berdasarkan data yang terkumpul, peneliti menemukan wujud implikatur berupa
tindak tutur representatif. Peneliti menemukan data yang mengandung wujud implikatur
representatif dalam dialog Interaktif DR OZ di Trans TV dengan tema mabuk perjalan.
Perhatikan data berikut sebagai contoh implikatur representatif.

Tya Aristya : “Penyebab kita mabuk perjalanan apa sih dok?”


Dr. Ryan Thamrin : “Sebenarnya yang memegang kendali saat mabuk perjalanan itu
ialah bagian telinga dalam. Nah untuk lebih jelasnya, yuk kita lihat
animasi telinga ketika kita mabuk (menunjuk animasi foto telinga)”.

Tuturan pada contoh data diatas adalah wujud implikatur percakapan dalam tuturan
representasif karena dalam tuturan yang dikemukakan Dr. Ryan Thamrin berisi pernyataan
sebuah fakta, pemahaman, dan penjelasan suatu hal. Penanda wujud implikatur
representatif adalah “memegang kendali”, tuturan tersebut menjelas bahwa penyebab
mabuk perjalanan disebabkan adanya kendali dari telinga bagian dalam.

13
4.1.2 Wujud Implikatur Percakapan dalam Tuturan Komisif
Yule (2006: 94) mengatakan bahwa komosif adalah tindak tutur yang dipahami oleh
penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang.
Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini
berupa janji, ancaman, penolakan, ikrar. Berdasarkan penelitian ini, peneliti menemukan
data tuturan yang mengandung implikatur dengan wujud komisif. Perhatikan data berikut
sebagai contoh implikatur komisif.

Tya Aristya : “Apakah orang mabuk perjalanan disebabkan hanya itu saja dok?”
Dr. Ryan Thamrin : “Bukan itu saja. Biasanya mata mengikuti alur tubuh, yaitu bila
bergerak berputar kiri kanan kiri kanan dengan lama tentu saja akan
merasa pusing.”

Tuturan pada data diatas merupakan wujud implikatur percakapan komosif. Kalimat
tersebut menjelaskan adanya penolakan dari Dr. Ryan Thamrin untuk menjawab pertanyaan
Tya Aristya. Penanda implikatur percakan menolak yaitu tuturan “bukan itu saja”. Tuturan
tersebut menjelaskan bahwa penyebab mabuk perjalan tidak hanya itu saja melainkan juga
karena pengaruh mata.

4.1.3 Wujud Implikatur Percakapan dalam Tuturan Direktif


Menurut Yule (2006: 93) mengatakan bahwa direktif adalah jenis tindak tutur yang
dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Dalam penelitian ini,
peneliti menemukan data tuturan yang mengandung implikatur wujud direktif. Perhatikan
data berikut sebagai contoh yang mengandung implikatur direktif.

Dr. Ryan Thamrin : ”Iket raambut, letakkan iket rambut pada rambut, dan tekan-tekan
agar rileks.”
Tya Aristya : “Dekat urat ini diurutkan dok?”

Tuturan pada data diatas merupakan wujud implikatur percakapan direktif. Kalimat
tersebut menjelaskan adanya perintah dari Dr. Ryan Thamrin. Penanda implikatur percakan

14
perintah yaitu tuturan “letakkan iket rambut pada rambut, dan tekan-tekan agar rileks”.
Tuturan tersebut mengarahkan Tya Aristya untuk melakukan sebuah terapi.

4.1.4 Wujud Implikatur Percakapan dalam Tuturan Ekspresif


Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh
penutur (Yule,2006: 93). Tindak tutur ekspresif bertujuan untuk mengekspresikan perasaan
dan sikap. Tindak tutur ini berupa tindak meminta maaf, berterima kasih, menyampaikan
ucapan selamat, memuji, dan mengkritik. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan data
tuturan yang mengandung implikatur dengan wujud ekspresif. Perhatikan data berikut
sebagai contoh yang mengandung implikatur ekspresif.

Dr. Ryan Thamrin : “Bagaimana apa sudah mendingan?”


Tya Aristya : “Lumayan tips anti mabuknya, dokter.”

Tuturan pada data diatas merupakan wujud implikatur percakapan ekspresif. Kalimat
tersebut menjelaskan adanya ungkapan memuji dari Tya Aristya. Penanda implikatur
percakan ungkapan memuji yaitu tuturan “Lumayan tips anti mabuknya, dokter”. Tuturan
tersebut memuji tips-tips mengatasi mabuk perjalan oleh Dr. Ryan Thamrin.

Tabel data
No Data percakapan Kategori wujud implikatur
1 Sebenarnya yang memegang kendali saat mabuk wujud implikatur
perjalanan itu ialah bagian telinga dalam. Nah percakapan dalam tuturan
untuk lebih jelasnya, yuk kita lihat animasi representasif
telinga ketika kita mabuk
2 Bukan itu saja. Biasanya mata mengikuti alur wujud implikatur
tubuh, yaitu bila bergerak berputar kiri kanan kiri percakapan dalam tuturan
kanan dengan lama tentu saja akan merasa komosif
pusing
3 Iket raambut, letakkan iket rambut pada rambut, wujud implikatur
dan tekan-tekan agar rileks percakapan dalam tuturan
direktif
4 Lumayan tips anti mabuknya, dokter wujud implikatur

15
percakapan dalam tuturan
ekspresif

16
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, kesimpulan dari penelitian ini peneliti
menemukan empat wujud implikatur percakapan dalam dialog interaktif DR OZ di Trans TV
dengan tema mabuk perjalan. Keempat wujud implikatur yang berbentuk tindak tutur
tersebut adalah wujud implikatur percakapan dalam tuturan representasif, wujud implikatur
percakapan dalam tuturan komosif, wujud implikatur percakapan dalam tuturan direktif,
dan wujud implikatur percakapan dalam tuturan ekspresif.
Implikatur percakapan yang paling banyak muncul dalam dialog interaktif DR OZ di Trans
TV dengan tema mabuk perjalan, yaitu implikatur percakapan dalam tuturan representasif.

5.2 Saran
Penelitian ini hanya membahas mengenai implikatur percakapan. Diharapkan peneliti
lain yang tertarik untuk meneliti, masih ada aspek yang merupakan ruang lingkup pragmatik
yang menarik, seperti deiksis atau pranggapan yang terdapat pada berita politik juga
menarik dan bermanfaat bagi pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Reinika Cipta

Rahardi, K. (2005). Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

Leech, G. (1993). Prinsip-Prinsip Pragmatik (edisi terjemahan oleh M. D. D. Oka). Jakarta:


Universitas Indonesia.

Kridalaksana, H. (1993). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia

Chaer, A. (2013). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Renika Cipta

Wirajaya, A. Y. dan Sudarmawanti. (2008). Berbahasa dan Bersastra. Jakarta: Pusat


Perbukuan Depdiknas

Mulyana. (2005). Kajian Wacana Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis
Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana

Yule, G. (2006). Prakmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nurastuti, W. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Ardana Media

18

Anda mungkin juga menyukai