Anda di halaman 1dari 8

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI Kampus Ketintang

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Jalan Ketintang, Surabaya 60231


Telepon : +6231-8280009, Psw. 401
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
Faksimil : +6231-8281466
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN GEOGRAFI Laman : geo.fish.unesa.ac.id

NAMA : Ade Irwansah

NIM : 20071315002

Prodi : S2 Pend.Geografi

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN 2020//2021

Matakuliah ..Geografi Politik dan Isu Global


Sks : .2
Program Studi : S-2 Pendidikan Geografi angkatan .2020
Dosen : .Dr. Rindawati,MSi
Hari/Tanggal : Rabo, 18 Nopvember 2020
Jam : 09.00-10.40

Petunjuk:
1. Tulis nama dan nomor induk mahasiswa pada lembar jawaban yang telah disediakan !
2. Bubuhkan tanda tangan pada lembar jawaban Anda !

Pertanyaan:

1. Di era global sekarang ini,ancaman yang berasal dari luar negeri terhadap
suatu bangsa yang berupa invasi militer dengan tujuan untuk
menjajah,semakin kecil kemungkinannya. Ini tidak berarti ancaman/
penjajahan telah hilang dari muka bumi, namun hanya berubah dalam
bentuk-bentuk yang baru. Buktikan kebenaran pernyataan di atas ! ( Skor
30)
2. Buatlah Diagram yang menggambarkan adanya hubungan Wawasan
Nusantara, Ketahanan Nasional, dan Pembangunan Nasional. ( skor
40)

3. Berikan contoh Fungsi ketahanan nasional sebagai metode pembinaan


kehidupan nasional dalam merumuskan kebijakan nasional di bidang
ketahanan pangan dan perbatasan wilayah NKRI (skor 30)

-selamat mengerjakan ---


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI Kampus Ketintang
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Jalan Ketintang, Surabaya 60231
Telepon : +6231-8280009, Psw. 401
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
Faksimil : +6231-8281466
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN GEOGRAFI Laman : geo.fish.unesa.ac.id

1. Strategi, konsep dan doktrin ikut berubah menyesuaikan dengan kemajuan dan
perkembangan teknologi komunikasi dan persenjataan. Analoginya, dengan
kemampuan pasukan dan teknologi persenjataan canggih yang berimbang apabila
dua negara kuat berperang maka kedua negara tersebut akan sama-sama hancur
sehingga mereka akan berfikir dua kali untuk melancarkan perang yang saling
berhadapan. Kenyataan tersebut mengharuskan grand strategi negara yang
memiliki nafsu imperialisme dilakukan tanpa pengerahanan pasukan dan alutsista.
Inilah yang disebut sebagai perang masa kini atau ”perang modern” dimana
perang ini kehancurannya lebih dahsyat dibandingkan dari perang konvensional
dengan pengerahan alutsita, karena negara sasaran akan dihancurkan secara
sistemik yang pada akhirnya negara sasaran tidak eksis sebagai negara bangsa,
sebagaimana yang sudah terjadi pada Uni Sovyet dan negara Balkan. Bahwa niat
menguasai suatu negara atau nafsu imperialisme akan terus terjadi dimuka bumi
ini sejalan dengan kodrat manusia. Dengan berkembangnya strategi perang dan
memikirkan resiko kehancuran saat ini perang dilakukan dengan skenario lain
tanpa harus mengeluarkan biaya besar. Skenario ini dilancarkan dengan memaksa
elite suatu bangsa agar silau dan terpengaruh terhadap faham luar, yang pada
akhirnya mengakibatkan suatu bangsa terpecah dan terkotak-kotak ke dalam tiga
parameter yaitu; Pertama: mayoritas masyarakat dibuat tidak tahu apa yang
sesungguhnya sedang terjadi, hal ini terjadi pada masyarakat awam; kedua:
sebagian masyarakat tahu namun tidak sadar atau tidak menyadari bahwa bangsa
ini berada dalam jebakan, ini terjadi pada kaum intelektual dan yang ketiga:
sebagian masyarakat tahu dan sadar apa yang sesungguhnya terjadi, namun akibat
kerakusan, mereka justru bersedia berkhianat kepada negara bangsanya, dengan
bekerja sebagai agen asing atau sebagai komprador.
Di Indonesia skenario perang ini sebenarnya dimulai beberapa waktu
sebelum krisis moneter 1997/1998, dimana krisis tersebut sangat cepat berubah
menjadi krisis multidimensi yang dampaknya terus dirasakan sampai sekarang.
Krisis yang berkepanjangan itu seharusnya harus menjadi peringatan sekaligus
ujian bagi bangsa Indonesia karena terjadi melalui desakan keras dari kekuatan
luar agar menerima faham yang dihembuskan dalam kemasan globalisasi, diawali
dengan penggoyangan sektor moneter, kemudian meluas ke sektor ekonomi riil
dan selanjutnya berkembang menjadi krisis kepercayaan dan krisis politik, serta
krisis budaya. Kondisi yang tidak stabil tersebut justru disikapi oleh para elite
politik dan beberapa kelompok kepentingan di dalam negeri untuk mengambil
kesempatan demi kepentingan pribadi dan kelompok-kelompoknya (Oligarkhi
ditingkat partai dan birokrasi), dengan mengabaikan kepentingan nasional dalam
jangkauan jauh ke depan. Dengan kata lain perang ini adalah bentuk kontrol dari
negara-negara koalisi global yang dimotori oleh salah satu negara kuat terhadap
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI Kampus Ketintang
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Jalan Ketintang, Surabaya 60231
Telepon : +6231-8280009, Psw. 401
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
Faksimil : +6231-8281466
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN GEOGRAFI Laman : geo.fish.unesa.ac.id

negara lain yang tidak mengakomodasi kepentingan negara koalisi tersebut atau
yang membahayakan kepentingan negara koalisinya.

Tujuan ”perang modern” ini adalah :

Mengeliminir kemampuan negara sasaran agar tidak menjadi suatu potensi


ancaman; Melemahkan kemampuan negara sasaran sehingga semakin tergantung
dan lebih mudah ditekan; Penguasaan secara total negara sasaran. Adapun
tahapannya sebagai berikut:

• Tahap I = Infiltrasi.

Melakukan infiltrasi melalui bidang-bidang: Intelijen, Militer, Pendidikan,


Ekonomi, Ideologi, Politik, SOSBUD / Kultur dan Agama, Bantuan-bantuan,
Kerjasama di semua bidang dan Media / Informasi.

• Tahap II = Eksploitasi.

Melakukan ekploitasi dengan melemahkan dan menguasai bidang-bidang


Intelijen, Angkatan Bersenjata, Ekonomi,Politik, Budaya dan Ideologi dimana
semua ini adalah titik berat kekuatan suatu negara.

• Tahap III = Politik Adu Domba.

Menjalankan strategi adu domba, dilakukan untuk timbulkan kekacauan /


kekerasan, konflikhorisontal (SARA), berikutnya bertujuan agar muncul
keinginan memisahkan diri dari NKRI atau separatisme dimulai dengan eskalasi
pemberontakan pada akhirnya terjadi pertikaian antar anak bangsa / perang
saudara.

• Tahap IV = Cuci Otak.

Pada tahap brain wash atau cuci otak, mereka mempengaruhi paradigma berfikir
masyarakat, yakni merubah paradigma berfikir dalam bingkai Kebangsaan
(Nasionalisme) menjadi cara pandang yanguniversal dengan keutamaan isu
global: Demokratisasi, HAM dan Lingkungan, dengan jalan menyusupkan dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari.

• Tahap V = Invasi / pencapaian sasaran.

Ketika wawasan kebangsaan suatu negara sasaran hancur dan jati diri bangsa
hilang, maka praktis negara sasaran sudah dengan kata lain dapat dikuasai atau
negara sasaran dalam penguasaan dan terjajah dalam berbagai aspek kehidupan.
Berikutnya tinggal membentuk negara boneka yang diwakili oleh komperador
asing.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI Kampus Ketintang
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Jalan Ketintang, Surabaya 60231
Telepon : +6231-8280009, Psw. 401
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
Faksimil : +6231-8281466
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN GEOGRAFI Laman : geo.fish.unesa.ac.id

Sadar ataupun tidak dari situasi dan kondisi saat ini,sesungguhnya sudah dan
sedang berlangsung perang modern di wilayah Indonesia, dengan menjalankan
strategi sesuai tahapan perang modern di atas; kapitalisme internasional yang
dipimpin oleh negara maju dan sekutunya, berusaha mengkikis wawasan
kebangsaan, berusaha memecah belah persatuan bangsa Indonesia agar lemah dan
akhirnya mampu mempengaruhi berbagai kebijakan dan pelaksanaannya untuk
tujuan akhir yakni menguasai mayoritas Sumber daya alamnya (SDA). Banyak
masyarakat Indonesia tidak menyadarinya bahwa saat ini sedang dijajah
danmenjadi korban dari perang modern. Satu alasan pasti bahwa melakukan invasi
fisik sangat tidak memungkinkan sehingga mereka merubah konsep dari
konvensional menjadi non konvensional (perang modern). Perang modern, dengan
biaya yang murah namun hasilnya sangat dahsyat karena dapat merusak sendi-
sendi kekuatan negara sasaran. Hal tersebut sangat berbahaya bagi keutuhan
wilayah NKRI karena didalamnya hidup jutaan manusia yang berasal dari
berbagai macam elemen suku, agama, ras dan budaya (SARA) sehingga sangat
memungkinkan bagi mereka untuk “bermain” untuk memecah belah struktur
masyarakat yang demikian majemuk

2. Diagram Hubungan Wawasan Nusantara, Ketahanan Nasional dan Pembangunan


Nasional
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI Kampus Ketintang
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Jalan Ketintang, Surabaya 60231
Telepon : +6231-8280009, Psw. 401
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
Faksimil : +6231-8281466
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN GEOGRAFI Laman : geo.fish.unesa.ac.id

Dalam diagram pola pikir ini tannas dilandasi oleh Pancasila, UUD 1945,
Wawasan nusantara menentukan arah perwujudan ketahanan nasional dan kondisi
Ketahanan Nasional yang diinginkan dalam GBHN, berperan sebagai
instrumental input bagi Ketahanan Nasional. Ketahanan Nasional menentukan
lingkup, volume dan kecepatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional
yang berhasil akan meningkatkan Ketahanan Nasional yang kokoh yang akan
mendorong lajunya pembangunan nasional.
Dalam bagan di atas, tannas merupakan kehidupan nasional yaitu tannas yang
kita miliki saat ini. Tannas tersebut diupayakan dan diproses melalui
pembangunan nasional yang kita lakukan yang dipengaruhi oleh lingkungan
strategik. Pembangunan nasional yang kita lakukan tersebut akan menghasilkan
tannas 2 atau kehidupan nasional dalam mencapai tujuan nasional. Pembangunan
nasional yang kita lakukan tidak selalu sama antara yang diinginkan (das sollen)
dan yang terjadi (das sein) maka ini sebagai masukan perbaikan dalam
perencanaan tannas berikutnya.
Kesimpulanya Ketahanan Nasional dan pembangunan nasional mempunyai
hubungan yang bersifat interdependensi, artinya tingkat Ketahanan Nasional yang
tangguh akan lebih mendorong laju pembangunan nasional, selanjutnya
keberhasilan pembangunan nasional akan lebih meningkatkan kondisi Ketahanan
Nasional. Oleh karena itu, diperlukan suatu konsepsi ketahanan nasional yang
sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia. Dengan adanya wawasan nusantara,
kita harus dapat memiliki sikap dan perilaku yang sesuai kejuangan, cinta tanah
air serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa. Dalam kaitannya dengan pemuda
penerus bangsa hendaknya ditanamkan sikap wawasan nusantara sejak dini
sehingga kecintaan mereka terhadap bangsa dan negara lebih meyakini dan lebih
dalam.
3. Kebijakan di bidang ketahanan Pangan
Seiring dengan proses otonomi daerah yang diatur dalam UndangUndang Nomor
22 Tahun 2000 Tentang Otonomi Daerah yang ditindak lanjuti dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 20 Tahun 2000, peranan daerah dalam meningkatkan
ketahanan pangan di wilayahnya menjadi semakin meningkat. Searah dengan
pelaksanaan kebijakan otonomi daerah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dapat IV-269 berperan aktif dalam upaya meningkatkan
ketahanan pangan di wilayah kerjanya. Partisipasi tersebut diharapkan
memperhatikan beberapa azas, yaitu:
a. Mengembangkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh
masingmasing daerah sesuai dengan potensi sumberdaya spesifik yang
dimilikinya, serta disesuaikan dengan kondisi sosial dan budaya setempat.
b. Menerapkan kebijakan yang terbuka dalam arti menselaraskan kebijakan
ketahanan pangan daerah dengan kebijakan ketahanan pangan nasional.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI Kampus Ketintang
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Jalan Ketintang, Surabaya 60231
Telepon : +6231-8280009, Psw. 401
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
Faksimil : +6231-8281466
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN GEOGRAFI Laman : geo.fish.unesa.ac.id

c. Mendorong terjadinya perdagangan antar daerah.


d. Mendorong terciptanya mekanisme pasar yang berkeadilan.
Antara kondisi geografis dengan kekayaan alam Sumber kekayaan alam perlu
didata lokasi penyebaran dan potensinya di seluruh - tanah air khususnya untuk
ketahanan pangan nasional. Oleh karena di dalam perencanaan dan pemanfaatan
kekayaan alam itu, kedekatan suatu usaha industri dengan sumber bahan baku
juga perlu dipertimbangkan, misalnya sangat menguntungkan dari sisi biaya
produksi (biaya rendah) yang pada akhirnya akan menentukan tingkat harga yang
dapat dijangkau oleh rakyat (masyarakat) sekaligus daya saing produk tersebut.

Antara kekayaan alam dan penduduk akan bermanfaat nyata apabila ada
penduduk yang mengolah. Manfaat ini akan lebih besar apabila dalam
pengolahannya didukung oleh kemampuan penguasaan teknologi sehingga
bermanfaat secara optimal, kita melihat potensi alam di Indonesia sebagai Negara
agraris. Dalam hal ini, bukan saja jumlah penduduk yang besar diperlukan tetapi
juga kualitas penduduk menguasai teknologi harus memadai untuk mengelola
siumber daya alam yang ada di Indonesia . Budaya tanam atau gali-petik-jual
harus diganti dengan tanam atau gali-petik-olah-jual. Di sinilah kita melihat
adanya hubungan sumber daya alam dan kualitas serta kuantitas penduduk. Saya
yakin Anda sebagai bangsa Indonesia, tidak mau terus-menerus membeli barang
yang bahan bakunya berasal dari daerah Anda, diolah di luar negeri, kemudian
diekspor ke Indonesia dan dibeli atau jual dengan harga mahal

Kebijakan di Bidang Perbatasan NKRI


Integral yang mencakup seluruh aspek dalam kehidupan negara yang
dikenal dengan Astagatra, yakni tiga gatra alamiah (geografi, kekaaan alam dan
kependudukan) yang bersifat relatif tetap/statis dan lima gatra sosial (ideologi,
politik, ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan keamanan) yang bersifat dinamis.
Kebijakan perbatasan harus mengedapankan aspek ketahanan nasional yang
seperti di atas. Karena harus adanya integrasi dari beberapa gatra untuk
menentukan arah kebijakan di daerah perbatasan termasuk kesejahteraan,
keamanan dan sumber daya alamnya tetap terjaga.
Kebijakan politik untuk mengamankan wilayah perbatasan belum seperti
diharapkan, hal ini terbutkti banyak walayah yang tidak dirurus oleh Jakarta
sehingga diklaim oleh negara tentangga seperti diungkapkan oleh Siswono (2005:
4) “ Tahun-tahun ini kita dirisaukan oleh berita tentang rapuhnya batas-batas
wilayah NKRI. Setelah Pulau Pasir di Wilayah Timor diakui milik Austsralia dan
kita menerimanya, Sipadan dan Ligitan diputuskan Mahkamah Internasional
menjadi milik Malaysia, tapal batas di Kalimantan digeser hingga 800 meter,
pekerja pembuat Mercusuar di Ambalat diintimidasi polisi perairan Malaysia.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI Kampus Ketintang
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Jalan Ketintang, Surabaya 60231
Telepon : +6231-8280009, Psw. 401
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
Faksimil : +6231-8281466
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN GEOGRAFI Laman : geo.fish.unesa.ac.id

Lalu lintas batas yang bebas, nelayan-nelayan asing yang mencuri ikan hinggga
merapat ke pantai-pantai Sumatra (pulau-pulau Rondo di Aceh dan Sekatung di
Riau). Semua itu menunjukkan betapa lemahnya negara kita dalam menjaga
batas luar wilayah NKRI” (Kompas, 20 April 2005: 4).
Pada tahun 2002 terpampang di surat kabar kapal ikan asing yang meledak
terbakar ditembak oleh kapal perang kita. Mengingat setiap hari ribuan kapal
asing mencuri ikan di wilayah RI ada baiknya jika setiap bulan 10 kapal pencuri
ikan ditembak meriam kapal patroli AL, agar jera. Jikalau yang terjadi
penyelesaian damai di laut, maka pencurian ikan akan semakin hebat, dan
penghormatan bangsa dan negara lain akan merosot.
Potensi desharmoni dengan negara tetangga adalah masalah perbatasan,
tentu tidak nyaman jika diperbatasan selalu tegang. Oleh karena itu perlu
penegasan batas wilayah agar saling menghormati wilayah masing-masing
negara. Suasana yang harmonis adalah kebutuhan hidup bertetanngga dengan
bangsa lain.
Kondisi disepanjang perbatasan Kalimantan dengan kehidupan seberang
perbatasan yang lebih makmur dapat mengurangi kebanggaan warga di
perbatasan pada negara kita. Pulau-pulau di Kepulauan Riau yang ekonominya
lebih berorientasi ke Singapura dengan menerima dolar Singapura sebagai alat
pembayaran juga dapat merapuhkan rasa kebangsaan Indonesia pada para
penghuni pulau tersebut. Perekonomian di Pulau Mianggas dan Pulau Marampit
lebih berorientasi ke Filipina Selatan akan melemahkan semangat kebangsaan
warganya.
Pengelolaan wilayah perbatasan perlu segera ditingkatkan dengan
membentuk “Kementriaan Perbatasan” yang mengelola kehidupan masyarakat
perbatasan agar lebih makmur dan mendapat kemudahan agar dapat mengakses ke
daerah lain di wilayah NKRI. Wilyan NKRI perlu dijaga dengan penegasan
secara defakto dengan menghadirkan penguasa local seperti lurah, camat seperti
polisi dan tentara sebagai simbul kedaulatan negara. Meskipun memiliki ribuan
pulau tetapi tidak boleh meremehkan eksistensi salah satu pulau atau perairan
yang sekecil apapun pulau atau daratan, dan bila itu wilayah NKRI perlu
dipertahankan dengan jiwa dan raga seluruh bangsa ini.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI Kampus Ketintang
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Jalan Ketintang, Surabaya 60231
Telepon : +6231-8280009, Psw. 401
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
Faksimil : +6231-8281466
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN GEOGRAFI Laman : geo.fish.unesa.ac.id

Daftar Pustaka

Ichlasul Amal, Armaidy Armawi, (ed) , 1996, Sumbangan Ilmu Sosial Terhadap
Ketahanan Nasional, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Lemhannas RI. 2012. Geostrategi dan Ketahanan Nasional. Jakarta.

Lemhannas RI. 2012. Wawasan Nusantara. Jakarta.

Mubyarto, 2005. “Nasionalisme di Asia-Afrika”, Kedaultan Rakyat, 20 April


2005.

Nur Feriyanto, 2005. “Romantisme KAA”, Kedaulatan Rakyat, 23 April 2005.

Suradinata, Ermaya, 2001 , Geopolitik dan Geostrategi Dalam Mewujudkan Integrasi


Negara Kesatuan Republik Indonesia, Jurnal Ketahanan Nasional, Program Studi
Ketahanan Nasional, SPs UGM, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai