CPMK 11&12 KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) Widya
CPMK 11&12 KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) Widya
Disusun Oleh :
19089016025
S-1 FARMASI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ” ini tepat pada waktunya.
Penulis sadar bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan
tugas ini di masa yang akan datang. Penulis juga berharap tugas ini dapat berguna
bagi pembaca.
Penulis,
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pendahuluan................................................................................................
2.2 Cara Kerja KCKT.......................................................................................
2.3 Wadah Fase Gerak Pada KCKT.................................................................
2.12 Bagan Senyawa Kopolimer Stiren dan Benzil Vinil Sebagai Bahan
Fase Diam.................................................................................................
ii
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan.....................................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu dari kromatografi adalah kromatografi cair kinerja tinggi , yang
merupakan teknik pemisahan yang lebih baik dimana banyak keputusan telah
dibuat dan aplikasi jauh lebih banyak dibandingkan dengan kromatograi gas.
12. Bagaimana Bagan Senyawa Kopolimer Stiren dan Benzil Vinil Sebagai Bahan
Fase Diam ?
12. Menjelaskan Bagan Senyawa Kopolimer Stiren dan Benzil Vinil Sebagai Bahan
Fase Diam
PEMBAHASAN
2.1 Pendahuluan
Kromatografi Cair Kinerja tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut
dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dikembangkan
pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini, KCKT merupakan
teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian
senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang, antara lain:
farmasi, lingkung- an, bioteknologi, polimer, dan industri-industri makanan.
Beberapa perkembangan KCKT terbaru antara lain: miniaturisasi sistem
KCKT, penggunaan KCKT untuk analisis asam-asam nukleat, analisis protein,
analisis karbohidrat, dan analisis senyawa-senyawa kiral.
3
Keterbatasan metode KCKT adalah untuk identifikasi senyawa,
kecuali jika KCKT dihubungkan dengan spektrometer massa (MS).
Keterbatasan lainnya adalah jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi
yang baik sulit diperoleh.
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut vang
dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam dava elusi dan
resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan
pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk
fase normal (fase diam lebih polar dari pada fase gerak), kemampuan elusi
meningkat dengan me- ningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk fase
terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak), kemampuan elusi
menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut.
Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan ngan fase
terbalik adalah campuran larutan bufer dengan meta atau campuran air dengan
asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang paling
sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut
yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut jenis alkohol Pemisahan
dengan fase normal ini kurang unmum dibanding dengan fase terbalik.
Kolom pada KCKT Ada 2 jenis kolom pada KCKT yaitu kolom
konvensional dan kolom mikrobor. Perbandingan kedua kolom dapat dilihat
pada tabel 15.2.
Kolom mikrobor mempunyai 3 keuntungan yang utama dibanding
dengan kolom konverisional, yakni:
1) Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih il dibanding dengan
kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih
lambat (10-100 ul/menit).
2) Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal
jika digabung dengan spektrometer massa.
Oktadesil silika (ODS atau C,) merupakan fase diam yang pal- ing
banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa- senyawa dengan
kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang
lebih pendek lagi lebih sesuai untuk solut yang polar. Silika-silika aminopropil
dan sianopropil (nitril) lebih cocok sebagai pengganti silika yang tidak
dimodifikasi. Silika yang tidak dimodifikasi akan memberikan waktu retensi
yang bervariasi disebabkan karena adanya kandungan air yang digunakan.
Fase diam eksklusi dan penukar ion dapat menggunakan silika atau
polimer. Asam sulfonat merupakan fase diam dengan meka- Isme penukar
kation, sementara amonium kuartener mempunyai mekanisme penukar anion.
Fase diam kiral telah dikembangkan untuk memisahkan campuran
enansiomer, akan tetapi jenis fase diam ini mahal dan mempunyai waktu
hidup yang pendek. Tersedianya berbagai macam fase diam jenis fase terikat
dalam polimer telah memunculkan berbagai macam KCKT.
2) Mempunyai sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut pada kadar
yang sangat kecil
6) Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak.
Beberapa detektor yang paling sering digunakan pada KCKT diringkas dalam
tabel 15.4.
1.
1.
1.
1.
1.
1.
1.
1.
1.
1.
1.
1.
1.
1.
1.
1. Detektor Spektrofotometri UV-Vis
Detektor jenis ini merupakan detektor yang paling banyak digunakan dan
sangat berguna untuk analisis di bidang farmasi karena kebanyakan senyawa obat
mempunyai struktur yang dapat menyerap sinar UV-Vis.
Detektror ini didasarkan pada adanya penyerapan radiasi solut
yang mempunyai struktur- struktur atau gugus-gugus kromoforik. Sel
detektor umumnya berupa tabung dengan diameter 1 mm dan panjang
celah optiknya 10 mm, serta diatur sedemikian rupa sehingga mampu
memg- hilangkan pengaruh indeks bias yang dapat mengubah absorbansi
yang terukur.
3. Detektor Fluoresensi
Fluoresensi merupakan fenomena luminisensi yang terjadi ketika
suatu senyawa menyerap sinar UV atau visibel lalu menge sikarınya pada
panjang gelombang yang lebih besar. Tidak semua nyawa obat
mempunyai sifat fluoresen sehingga detektor fluore- ini sangat spesifik. Di
samping itu, detektor ini juga sangat Sensitif dibandingkan dengan
detektor UV (lihat bab XI). Kelemahan detektor ini adalah terkait dengan
rentang linieri- tasnya yang sempit yakni antara 10-100, sementara
keunggulannya adalah bahwa detektor ini lebih sensitif dan selektif.
Sensitifitas detektor fluoresenni dibsundinekan dengan detektor
UV mengguna- kan senyawa dan konsentrasi varng sama ditunjukkan oleh
gambar 15.6. Dari gambar ini dapat diketahui bahwa dengan mengguna-
kan detektor fluoresensi diperoleh respon (tinggi puncak) yang lebih besar
dibandingkan dengan respon pada detektor UV.
Pemilihan
fase gerak pada deteksi dengan fluoresensi ini sangat penting karena
fluoresensi sangat sensitif terhadap peredam fluore- sensi (luorescence
quenchers). Pelarut-pelarut yang sangat polar, bufer-bufer, dan ion-ion
halida akan meredam fluoresensi, pH fase gerak juga penting terkait
dengan efisiensi fluoresensi; sebagai contoh kinin dan kuinidin hanya
menunjukkan fluoresensi dalam medium yang asam, sementara
oksibarbiturat akan berfluoresensi dalam medium yang bersifat basa.
Terkait dengan stabilitas penyerapan pada fase diam, maka penggunaan
fase gerak yang sangat asam atau sangat basa harus dihindari.
Detektor ini akan merespon setiap perbedam indeks bias Dra analit (zat
terlarut) dengan pelatutnya (fase geraknya), Kele ant vang utama detektor ini
adalah bahwa indeks bias dipenuhi oleh suhu, oleh karena itu suhu fase gerak,
kolom, dan ntor harus dikendalikan secara seksama Indeks bias pada kedua sel
(sampel dan pembanding) harus sama persis agar didapatkan garis dasar
(hackground) yang stabil. Karena alasan ini maka detektor ini tidak dianjurkan
untuk elusi bergradien. Komposisi fase gerak juga harus dikendalikan secara
seksama karenanya penguapan fase gerak atau penyerapan air oleh fase gerak
harus dicegah. Penggunaan detektor ini terutama untuk senyawa-senyawa vang
tidak mempunyai kromofor. Sebagai contoh penggunaarınıinya ndalah untuk
deteksi karbohidrat baik dalam bahan tambahan tablet atau dalam bahan makanan
serta untuk deteksi asetilkolin dalam sediaan optalmik.
5. Detektor elektrokimia
1. Kromatografi Adsorbsi
Fase gerak yang digunakan untuk fase diam silika atau alu- mina
berupa pelarut non polar yang ditambah dengan pelarut polar seperti air atau
alkohol rantai pendek untuk meningkatkan kemampuan elusinya sehingga tidak
timbul pengekoran puncak. misal n- heksana ditambah dengan metanol.
Penambahan air atau pelarut polar lain harus dipertimbang kan
secara matang. Jika terlau sediikit yang ditambahkan maka kemungkinan
belum mampu mengelusi solut, akan tetapi jika terlalu banyak akan
menyebabkan kolom menjadi kurang aktif.
Fase gerak yang digunakan untuk fase diam silika atau alu- mina
berupa pelarut non polar yang ditambah dengan pelarut polar seperti air atau
alkohol rantai pendek untuk meningkatkan kemampuan elusinya sehingga tidak
timbul pengekoran puncak. misal n- heksana ditambah dengan metanol.
Untuk memperoleh waktu retensi yang reprodusibel, air yang ada
di fase gerak dan yang ada di dalam penjerap harus dijaga konstan
karena jika penjerap atau fase gerak menyerap air dari udara
menyebabkan waktu retensinya bergeser. Pemilihan fase gerak pada
kromatografi adsorpsi ini terbatas lika detektor yang digunakan adalah
spektrofotometer UV. Hal ini terkait dengan adanya nilai pemenggalan
UV (UV cut off) pelarut-pelarut yang digunakan sebagai fase gerak.
2. Kromatografi Partisi
Kromatografi jenis ini disebut juga dengan kromatografi fase terikat.
Kebanyakan fase diam kromatografi ini adalah silika yang dimodifikasi secara
kimiawi atau fase terikat. Sejauh ini yang diguan untuk memodifikasi silika
adalah hidrokarbon-hidrokarbon non polar seperti dengan oktadesilsilana,
oktasilana, atau dengan fenil.
Fase diam yang paling populer digunakan adalah oktadesilsi- an
(ODS atau C) dan kebanyakan pemisahannya adalah fase terbalik.
Berbagai macam fase diam KCKT partisi yang beredar di pasaran
disajikan pada tabel 15.6.
Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau polimer yang
bersifat porus sehingga solut dapat melewati porus (lewat diantara
partikel), atau berdifusi lewat fase diam. Molekul solut yang mempunyai
BM yang jauh lebih besar, akan terelusi terlebih dahulu, kemudian
molekul-molekul yang ukuran medium, dan terakhir adalah molekul
yang jauh lebih kecil. Hal ini disebabkan solut dengan BM yang bessar
tidak melewati porus, akan tetapi Jewat diantara partikel fase diam.
Dengan demikian, dalam pemisahan dengan eksklusi ukuran ini tidak
terjadi interaksi kimia antara solut dan fase diam seperti tipe
kromatografi yang lain.
2.12 Bagan Senyawa Kopolimer Stiren dan Benzil Vinil Sebagai Bahan Fase
Diam
Dua tipe bahan sebagai fase diam yang digunakan dalam kro
matografi ini ialah gel dari senyawa organik (polimer), dan silika gel yang
mudah berinteraksi dengan polimer. Fase diam yang lebih banyak digunakan
adalah senyawa kopolimer dari stiren dan divenilbenzen yang tidak disertai
dengan gugus ionik sulfonat dan amina seperti pada fase diam penukar ion.
1. Asam karboksilat
Suatu reaksi derivatisasi yang umum bagi asam ini adalah pembentukan
ester yang berasal dari reaksi asam karboksilat dengan pereaksi fenasil
bromida menurut reaksi
Berbagai analog fenasil bromida yang bermanfaat dapat dilihat pada Tabel
15.8. Sebagai katalis ditambahkan triaalkilamina untuk menggeser reaksi ke
kanan dengan menampung HBr hasil reaksi tersebut.
2. Alkohol
3. Amina
Pembentukan amida yang melibatkan reaksi antara amina dengan asam
karboksilat sama dengan pembentukan ester bagi alkohol dengan asam
karboksilat Pembentukan amida ini merupa kan reaksi umum bagi amina
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Diharapkan para mahasiswa dapat memahami materi tentang Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi. Meskipun begitu saya sadar akan banyaknya kekurangan
dalam pembuatan makalah ini, penulis mengharapkan para pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, M dan Abdul, R. (Editor), 2006, Pengantar Kimia Farmasi Analisi:
Volumetri dsn Gravimetri, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Anonim, 1994, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Gandjar, I. G., 1991, Kimia Anaisis Instrumental. Fakultas Farmasi, Universits
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mulya, M., dan Suherman, 1995, Analisis instrumen, Airlangga University Press,
Surabaya.
Munson, J.W., 1981, Pharmaceutical Analysis: Modern Methods, Part A dan B,
diterjemahkan oleh Harjana dan Soemadi, Airlangga University Press,
Surabaya.
Rivai, H., 2006, Asas Pemeriksaan Kimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Sudarmadji, S, Haryono, B dan Suhardi, 1997, Prosedur Analisa Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian, Penerbit Lyberty, Yogyakarta.