Oleh :
Dewi Yanti (195111003)
Karyn Julia Andriani (195111011)
Pinaring Halimatus Nursa’ad (195111019)
Siti Nada Adia (195111027)
KELAS 2AK-A
PROGRAM STUDI D3-AKUNTANSI
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2020
i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
anugerah-Nya kepada penulis, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tak
lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Ibu Ermina Tiorida, SE., M.Si
yang telah membimbing penulis dalam proses penyusunan makalah ini. Dan kepada Kak
Adhit yang telah menjadi narasumber atas pembuatan makalah ini.
Demikian makalah ini telah penulis susun, semoga dapat dipahami dengan baik.
Adapun penulis sadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan, maka dari itu
penulis harap kritik dan saran yang membangun agar penulis menjadi lebih baik lagi
dimasa depan.
Tim Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................................... ii
BAB I.................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang Perusahaan..........................................................................................1
I.2 Identifikasi Masalah.....................................................................................................2
I.3 Ruang Lingkup Laporan...............................................................................................2
I.4 Nama dan Alamat Perusahaan......................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................. 3
URAIAN PERUSAHAAN/ORGANISASI..............................................................................3
II.1 Kondisi Awal Perusahaan............................................................................................3
II.2 Identifikasi Rancangan................................................................................................4
II.3 Tujuan Rancangan......................................................................................................4
BAB III................................................................................................................................. 6
RANCANGAN PROYEK......................................................................................................6
III.1 Sistem Penyimpanan Arsip.........................................................................................7
III.1.1 Sistem Utama......................................................................................................7
III.1.2 Sistem Pembantu.................................................................................................8
III.2 Prosedur Penyimpanan Arsip.....................................................................................9
III.3 Prosedur Penemuan Kembali Arsip..........................................................................12
III.4 Prosedur Peminjaman Arsip....................................................................................12
III.5 Prosedur Pemeliharaan Arsip...................................................................................13
III.6 Prosedur Penilaian Arsip.........................................................................................15
III.6.1 Tahap Penilaian Arsip.......................................................................................17
III.6.2 Tujuan Penilaian Arsip......................................................................................18
III.7 Prosedur Penyusutan dan Pemusnahan Arsip...........................................................18
III.7.1 Penyusutan Arsip...............................................................................................18
III.7.1 Prosedur Pemusnahan Arsip..............................................................................20
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................23
IV.1 Kesimpulan..............................................................................................................23
IV.2 Saran....................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Perusahaan
Arsip berasal dari bahasa Yunani yaitu “Archaea” yang berarti catatan atau dokumen
mengenai masalah pemerintah. Dan “Felum” (Latin) yang berarti kumpulan dari warkat atau
dokumen.
Manajemen Kearsipan menjadi suatu kebutuhan yang perlu diperhatikan oleh setiap
perusahaan/ instansi. Seiring berjalannya aktivitas perusahaan, terdapat banyak surat masuk
dan keluar yang diproses oleh perusahaan. Dokumen-dokumen tersebut kemudian
diarsipkan agar tetap aman dan mudah ditemukan kembali ketika dibutuhkan lagi. Semakin
besar suatu perusahaan/instansi semakin banyak pula jumlah surat yang diproses sehingga
membutuhkan sistem pengelolaan arsip yang baik. Hal tersebut juga terjadi pada PT.Enre
Muda Sejahtera yang bergerak dibidang konveksi.
Saat ini, masih banyak perusahaan yang belum menerapkan sistem manajemen
kearsipan karena dinilai kurang memberikan dampak yang besar bagi aktivitas surat
menyurat perusahaan. Salah satunya pada PT.Enre Muda Sejahtera yang masih belum
memiliki sistem pengelolaan arsip. Selama ini perusahaan hanya menerima surat masuk dan
keluar dengan mengisi Google Form atau Google Sheet untuk mengisi database, sehingga
work order dan Google Form otomatis akan masuk ke sistem, tanpa mengelola atau
1
mengarsipkannya. Sehingga perusahaan mengalami kesulitan dalam menemukan berkas
yang dibutuhkan kembali. oleh karena itu, kami mengajukan sistem manajemen kearsipan
kepada PT. Enre Muda Sejahtera untuk mengefektifkan kinerja perusahaan, mempermudah
pencarian berkas.
2. Bagaimana sistem penataan arsip yang ada saat ini di PT. Enre Muda Sejahtera
3. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sistem penataan arsip di PT.
Enre Muda Sejahtera
bidang konveksi dan produksi peralatan bayi. Ruang lingkup laporan ini terdiri dari
4. Membuat prosedur penemuan dan peminjaman arsip di PT. Enre Muda Sejahtera
2
BAB II
URAIAN PERUSAHAAN/ORGANISASI
II.1 Kondisi Awal Perusahaan.
PT. Enre Muda Sejahtera bergerak dibidang manufaktur. Tidak semua orang yang
usahanya bergerak dibidang konveksi mau mengurus legalitas PT, akan tetapi mereka
memberanikan diri untuk menjadikan usahanya menjadi PT(Perseroan Terbatas) karena
para direksi memiliki visi besar dalam jangka 5 tahun, perusahaannya akan menjadi seperti
garmen.
PT. Enre Muda Sejahtera ini didirikan pada tahun 2018 oleh 3 orang dari kampus
STT Tekstil salah satunya Kak Adhit, mereka mendirikan usaha di bidang konveksi karena
ingin menerapkan ilmu yang mereka peroleh selama di perguruan tinggi, seperti
mempelajari cara perhitungan kain, dan sistem garmen yang diterapkan di konveksi ini.
Awalnya pendiri perusahaan ini terdiri dari 3 orang. Namun, karena ada selisih paham
tersisa 2 orang. Kemudian masuk seorang investor dari bali, sehingga mereka
memberanikan diri untuk mengubah perusahaan ini menjadi Perseroan Terbatas. Perusahaan
ini memiliki karyawan sebanyak 18 orang, terdiri dari 4 orang pegawai tetap yang
membawahi 4 divisi, ada direktur utama, bagian keuangan, bagian marketing, bagian
produksi, selebihnya operator cutting dan operator jahit.
3
Perusahaan ini belum memiliki sistem kearsipan yang efektif, surat-suratnya juga
masih dikelola dengan seadanya. untuk soft copy dikelola melalui google form dan google
suite oleh admin dari bagian marketing dan hard copy disatukan dalam lemari.
2. Perlu adanya tempat penyimpanan arsip agar arsip tidak hilang dan mudah
ditemukan saat diperlukan.
3. Perlu dibuat rancangan sistem kearsipan yang sesuai sehingga arsip dapat tersusun
dengan baik dan mudah ditemukan.
4
diperhatikan dari datangnya surat. Kemudian arsip atau file disusun berdasarkan waktu
dengan frekuensi tertentu, misalnya harian, mingguan, atau bulanan bahkan per tahun
berdasarkan keperluan. Sistem kronologis dipilih untuk arsip di bagian keuangan agar
memudahkan perusahaan untuk mencari surat yang memiliki tanggal jatuh tempo, sehingga
perusahaan tidak melewatkan transaksi yang mendekati tanggal jatuh tempo.
Sistem Abjad merupakan salah satu sistem penataan berkas yang menggunakan
metode penyusunan berdasarkan abjad secara berurutan dari A sampai dengan Z dengan
berpedoman pada peraturan mengindeks. Sistem abjad digunakan dalam arsip yang berisi
daftar nama pelanggan, pemasok dan karyawan.
5
BAB III
RANCANGAN PROYEK
Berikut rancangan kearsipan yang akan disusun ;
6
7
III.1 Sistem Penyimpanan Arsip
Sistem penyimpanan adalah sistem yang dipergunakan pada penyimpanan warkat
agar kemudahan kerja penyimpanan dapat diciptakan dan penemuan warkat yang sudah
disimpan dapat dilakukan dengan cepat bilamana warkat tersebut sewaktu-waktu
diperlukan. Sistem penyimpanan pada prinsipnya adalah penyimpanan berdasarkan kata-
tangkap (caption) dari warkat yang disimpan baik berupa huruf maupun angka yang disusun
menurut urutan tertentu.
Pada dasarnya ada dua jenis urutan, yaitu urutan abjad dan urutan angka. Sistem
penyimpanan yang berdasarkan urutan abjad adalah sistem nama (sering disebut sistem
abjad), sistem geografis, dan sistem subjek. Sedangkan yang berdasarkan urutan angka
adalah sistem numerik, sistem kronologis dan sistem subjek numerik. Pada umumnya sistem
penyimpanan yang dapat dipakai sebagai sistem penyimpanan yang standar adalah sistem
abjad, sistem numerik, sistem geografis dan sistem subjek
1. Sulit mengklasifikasinya karena terdapat beraneka ragam masalah yang hampir sama
padahal berbeda satu sama lainnya
1. Agar istilah yang digunakan untuk pengelompokan dokumen dapat dibuat tetap dan
seragam
8
2. Semua arsip yang bersubjek sama akan dapat berkumpul di tempat yang sama, dan
arsip yang subjeknya saling berkaitan akan diletakkan berdekatan.
3. Mengusahakan agar arsip secara mudah, cepat, dan tepat, ditentukan kembali dan
dikembalikan ke tempat semula.
A. Sistem Kronologis
Sistem kronologis adalah sistem penyimpanan warkat yang didasarkan pada urutan
waktu, mulai dari tanggal, bulan sampai dengan tahunnya. Tanggal yang dijadikan kode
surat tanggal pembuatan surat atau tanggal penerimaan surat. Sistem ini didasarkan pada
urutan waktu diterima atau waktu dikirimnya surat/dokumen ke luar organisasi. Untuk
keperluan tersebut, keberadaan buku agenda sangat penting karena susunannya harus
didahului dengan pencarian informasi mengenai waktu surat dibuat, atau dikirim melalui
buku agenda. Sistem ini digunakan di bagian administrasi yaitu pada surat masuk, surat
keluar, dan surat penting, di bagian pemasaran yaitu pada MOU, di bagian keuangan yaitu
pada pengeluaran kas, pemasukan kas, dan laporan keuangan, di bagian produksi yaitu pada
BOM atau surat perintah untuk produksi, di bagian kepegawaian yaitu pada daftar hadir
pegawai.
1. Lebih efektif dalam menemukan arsip jika akan dibutuhkan kembali dikarenakan
diurutkan berdasarkan Tanggal / waktu kronologis.
2. Agar tidak melewatkan surat-surat atau dokumen transaksi yang memuat tanggal
jatuh tempo.
1. Tidak cocok untuk organisasi besar, sedangkan PT. ENRE MUDA SEJAHTERA
tergolong kedalam organisasi yang cukup besar
9
3. Orang yang sering lupa dengan tanggal surat terutama tanggal penyimpanan
4. Tidak semua unit pengolah dalam organisasi itu cocok menerapkan sistem ini
5. Agar mudah mengatur letak arsip dalam folder maka pembuatan kode tidak dapat
murni 100% tetapi harus ditambahkan dengan kode abjad
B. Sistem Abjad
Sistem Abjad merupakan salah satu dari beberapa sistem penyimpanan arsip, selain
sistem abjad, dikenal juga sistem subjek, sistem tanggal, sistem nomor, juga sistem wilayah.
Setiap sistem ini pun memiliki keunggulan dan kelemahannya namun untuk menentukan
sistem penyimpanan apa yang hendak digunakan hendaknya berdasarkan kebutuhan
masing-masing perusahaan. Sistem Abjad adalah sistem yang tertua, langsung, dan paling
banyak digunakan. Disebut sistem langsung (direct filing system) karena dapat langsung
mencari arsip tanpa menggunakan kartu indeks. Sistem ini digunakan pada bagian
pemasaran yaitu pada daftar pelanggan dan daftar pemasok, di bagian keuangan pada daftar
gaji, di bagian kepegawaian pada daftar pegawai.
1. Pencarian dokumen nama untuk nama orang harus mengetahui nama belakangnya
2. Surat-surat yang walaupun berhubungan satu sama lain tetapi berbeda nama
pengirimannya akan terpisah dalam penyimpanannya
3. Banyak orang yang memiliki nama sama sehingga harus lebih teliti karena kalau
tidak teliti bisa salah dalam menempatkan dan menemukan arsip kembali
10
11
1. Memeriksa
Surat atau dokumen lainnya disimpan dan diperiksa apakah dokumen yang
bersangkutan memang sudah layak disimpan atau masih dalam pemrosesan. Tanda siap
disimpan, biasa disebut juga dengan istilah relasemark baik dalam bentuk stempel, paraf,
atau tanda file lainya yang perlu diteliti oleh petugas. Pemeriksaan ini penting karena
bilamana terjadi petugas tidak teliti dalam memeriksa dan menyimpan surat yang
seharusnya diteruskan atau distribusikan kepada unit lain untuk diproses , maka terjadilah
apa yang disebut surat “hilang”. Dengan begini akan timbul kekacauan antar petugas yang
saling menyalahkan sewaktu surat ditanyakan pimpinan.
2. Mengindeks
Mengindeks adalah proses menemukan kata tangkap (caption) dari suatu surat atau
dokumen untuk kepentingan penyimpanan. Di dalam pekerjaan diharapkan petugas dapat
menentukan subjek surat tidak hanya berdasarkan subjek yang tertulis pada perihal surat.
Dari indeks ini, petugas dapat melihat daftar klasifikasi subjek untuk mengetahui istilah
yang bersangkutan secara lebih rinci.
3. Mengkode
Mengkode adalah memberi tanda pada surat dengan cara menuliskan kata-kata di atas kertas
surat yang bersangkutan dengan tulisan tersebut petugas dapat menyortir ataupun
menempatkan surat sesuai dengan subjek yang benar. Atau berdasarkan kode tersebut
petugas dapat menempatkan (menyimpan) surat yang dikembalikan dari peminjaman
tempatnya, tanpa mengalami kesukaran karena kode penyimpanannya sudah ada.
4. Menyortir
5. Menempatkan
Dalam sistem subjek pengelompokan arsip atau dokumen berdasarkan subjek atau pokok
masalah. Petunjuk yang dipergunakan untuk map, laci lemari arsip, map ordner, rap arsip,
dan lain-lain sarana penyimpanan arsip, berupa istilah subjek. Istilah tersebut dimulai dari
12
kelas utama, kelas, sub kelas, sub-sub kelas, tergantung jumlah surat dari subjek
bersangkutan yang disimpan dengan pengelompokkan yang lebih terperinci. Apabila alat
yang digunakan untuk menyimpan adalah map gantung dalam lemari arsip, surat mula-mula
ditempatkan dalam map dengan label subjek utama. Apabila suratnya banyak subjek utama
menjadi label laci. Apabila dokumen yang disimpan sangat banyak, almari arsip dapat
berlabelkan subjek utama. Agar mudah dipahami, diambil contoh sederhana yakni
penyimpanan dengan map gantung. Misalnya, subjek personalia terdiri atas tingkatan-
tingkatan sebagai berikut. (1) Subjek utama=Personalia; (2)subjek=Penerimaan; (3)sub
subjek=Sarjana; sub-sub subjek=Pertanian.
1. Folder (map) adalah semacam map tetapi tidak mempunyai daun penutup
6. Kartu Kendali dibuat dari kertas tipis dengan ukuran 10x15 cm.
13
III.3 Prosedur Penemuan Kembali Arsip
Keberhasilan pelaksanaan manajemen arsip akan tampak jelas apabila semua arsip
yang dibutuhkan mudah ditemukan kembali dan mudah dikembalikan ke tempat semula.
Penemuan kembali arsip saat diperlukan dapat dilakukan dengan cara mengecek dan
mengambil pada tempat penyimpanan arsip berdasarkan sistem penyimpanannya. Apabila
arsip dapat ditemukan dengan mudah itu menandakan perusahaan memiliki sistem
penyimpanan arsip yang baik dan benar. Karena menemukan kembali, juga berarti
memastikan dimana suatu arsip yang akan dipergunakan itu disimpan, dalam kelompok
berkas apa arsip itu berada, disusun menurut sistem apa, dan bagaimana cara
mengambilnya. Menemukan kembali arsip, tidak hanya sekedar menemukan arsip dalam
bentuk fisiknya, akan tetapi juga menemukan informasi yang terkandung didalamnya. Oleh
karena itu, penemuan kembali ini sangat berhubungan dengan keakuratan sistem
pemberkasan atau penyimpanannya.
Prosedur penemuan kembali arsip di PT. Enre Muda Sejahtera adalah sebagai berikut :
2. Mencocokan pokok masalah pada kartu kendali, jika kartu kendali tidak ditemukan
dapat dilihat pada kartu lembar peminjaman arsip
3. Mengetahui kode arsip yang dicari dengan melihat kartu indeks, yaitu kartu petunjuk
atau tanda pengenal untuk mempermudah dalam menentukan tempat penyimpanan
arsip. Dengan demikian ketika kita memerlukan suatu arsip maka untuk
mempermudah penemuannya, digunakannya indeks.
14
3. Peminjam mengisi bon pinjaman rangkap 3 dan ditandatangani oleh peminjam. 11 a.
Lembar pertama (asli) dijadikan sebagai pengganti arsip yang dipinjam dan
ditempatkan dalam folder yang disebut dengan istilah out slip. Bila dipinjam 1 map,
maka map pengganti arsip yang dipinjam disebut out folder. b. Lembar kedua
diberikan kepada peminjam arsip. c. Lembar ketiga dijadikan sebagai bukti arsip
yang dipinjam, oleh arsiparis pada unit kearsipan dan ditempatkan pada berkas
peringatan yang disusun berdasarkan tanggal pengembalian.
5. Mengambil arsip dari tempat penyimpanan dan menggantinya dengan out slip.
7. Ketika menerima kembali arsip tersebut bersama bon pinjaman dari peminjam arsip,
tempatkan kembali arsip pada tempat penyimpanan nya dan mencabut bon pinjaman
dari out slip dan dirobek Sedangkan bon pinjaman dari unit kearsipan disimpan
sebagai bahan pertimbangan untuk menilai arsip pasif atau semi pasif.
Pemeliharaan arsip itu sendiri, melakukan pembersihan arsip dari debu debu yang
menempel pada map menggunakan kemoceng dan melakukan penataan ulang setiap ada
tambahan arsip baru secara terjadwal. 12 Perawatan arsip itu sendiri dapat dilakukan dengan
cara:
15
3. Laminasi yaitu menutup satu lembar kertas diantara dua lembar bahan
penguat agar arsip lebih aman
Pemeliharaan dan pengamanan bahan arsip harus dilakukan mengingat kertas sangat
rentan terhadap berbagai macam faktor kerusakan. Kerusakan arsip dapat disebabkan oleh
hal-hal berikut ini:
a. Faktor biologis
Faktor biologis adalah faktor perusak arsip yang dilakukan oleh jamur atau serangga.
Berikut ini hal yang sering menjadi penyebab rusaknya arsip oleh jamur dan serangga.
2. Serangga Serangga sering ditemukan pada tempat yang gelap dan membuat
sarang pada tumpukan arsip sehingga dapat merusak jilid dan buku, merusak
kertas, foto dan label. Contoh serangga yaitu rayap, ngengat
b. Faktor Fisik
1. Cahaya Penyebab ultraviolet dapat merusak kertas tekstil dan lukisan, dan
kertas menjadi pudar warnanya
2. 2) Panas Panas yang tinggi membuat kertas menjadi kering, mudah patah,
dan rapuh.
3. 3) Air Uap air menyebabkan kertas menjadi rusak dan basah sehingga
mendorong tumbuhnya jamur yang dapat menyebabkan kerusakan arsip
c. Faktor Kimiawi
Zat kimia yang ada didalam ruang penyimpanan arsip dan arsip itu sendiri juga dapat
menyebabkan rusaknya arsip. Contohnya CO2 (karbon dioksida) dan CO (karbon
16
monoksida). Kertas yang baik adalah kertas yang memiliki keasaman (ph)7, semakin rendah
ph semakin banyak asamnya sehingga kertas akan cepat rusak.
d. Faktor Bencana
Bencana alam yang sering terjadi seperti gempa bumi, banjir bandang, gunung
meletus, dan tsunami. Namun ada pula bencana yang diakibatkan ulah manusia yaitu,
kebakaran, kerusuhan, peledakan, perang dan lain sebagainya.
Konsep yang mendasari penilaian arsip adalah nilai guna arsip. Nilai guna tersebut
ditentukan oleh pengguna arsip sejak arsip tersebut tercipta, baik oleh instansi penciptanya
maupun oleh negara, sehingga dilakukan pemisahan antara nilai guna primer dan nilai guna
sekunder sebagai berikut :
Nilai guna primer adalah nilai arsip didasarkan pada kegunaan arsip bagi
kepentingan penciptanya, dalam rangka pelaksanaan fungsi-fungsinya baik pada masa
kini atau masa yang akan datang, nilai guna primer mencakup :
Nilai guna administrasi adalah nilai guna arsip yang kegunaannya dilihat dari
tanggung jawab pelaksanaan tanggung jawab kedinasan lembaga/instansi pencipta
umumnya mempunyai nilai guna tinggi dan perlu disimpan lebih lama. Pada
umumnya nilai guna administratif berkaitan dengan penyelesaian tanggung jawab
yang menjadi isi/materi informasi masing-masing arsip. Arsip dianggap telah selesai
tanggung jawab administratif jika
17
1) Pelaksanaan kegiatan telah diselesaikan
Nilai guna hukum berkaitan dengan tanggung jawab kewenangan yang berisikan
bukti-bukti kewajiban dan hak secara hukum baik bagi instansi penciptanya maupun
warga negara dan pemerintah. Secara terinci dapat dikatakan bahwa nilai guna hukum
berakhir apabila
Nilai guna fiskal adalah arsip yang memiliki informasi yang menggambarkan
bagaimana uang diperoleh, dibagikan, diawasi dan dibelanjakan. Arsip jenis ini dapat
saja berupa arsip yang menunjukkan bagaimana pengeluaran direncanakan. Dapat
juga berupa rencana anggaran belanja, pertanggungjawaban keuangan, pembukuan,
laporan keuangan, laporan pemeriksaan keuangan, dan sebagaimana. Nilai guna fiskal
akan berakhir jika transaksi finansialnya selesai dipertanggungjawabkan. Beberapa
contoh arsip bernilai guna fiskal antara lain adalah : DIK, DIP, Perencanaan
Keuangan, Investasi, dan lain lain.
Nilai guna pada arsip yang mengandung data ilmiah dan teknologi sebagai hasil/akibat
penelitian murni atau penelitian terapan. Arsip yang disimpan termasuk arsip hard
copy (net konsep) beserta seluruh catatan proses perbaikan/koreksi (historical draft),
mulai naskah awal hingga naskah format terakhir. Yang perlu diperhatikan bahwa
arsip tersebut merupakan bukti kreasi prestasi intelektual yang merupakan rekaman
18
gagasan original dan merupakan penemuan baru sehingga wajib dilestarikan sebagai
arsip bernilai guna permanen.
Arsip yang bernilai guna sekunder adalah arsip yang didasarkan kepada kegunaan
arsip bagi kepentingan skala luas mencakup instansi penciptanya dan instansi/lembaga lain
dan atau kepentingan umum atau penyelenggaraan kehidupan kebangsaan.
Nilai guna keberadaan (evidential) terdiri dari jenis-jenis yang berisikan bukti
keberadaan suatu organisasi atau lembaga, serta bukti prestasi intelektual di instansi
yang bersangkutan. Contohnya, laporan penelitian, design karya ilmiah yang bersifat
original, proposal pendirian lembaga dan struktur organisasi.
Nilai guna informasional dilihat dari isi informasi yang terkandung dalam arsip itu
bagi kegunaan berbagai kepentingan penelitian dan kesejarahan, yaitu informasi
mengenai orang, tempat, benda, fenomena, masalah dan sejenisnya yang terkait
dengan peristiwa/ kasus yang bermakna nasional.
Nilai guna intrinsik adalah nilai yang melekat (inheren) pada karakteristik dokumen
karena beberapa faktor keunikan yang dikandungnya seperti usia, isi, pemakaian
kata-kata, seputar penciptanya, tanda tangan, cap atau stempel yang melekat. Untuk
arsip yang memiliki nilai guna intrinsik ini perlu disimpan bentuk fisik aslinya
secara permanen.
2. Himpun kartu deskripsi/folder/naskah dari kegiatan yang sama dalam satu berkas. .
4. Lakukan penilaian untuk tiap seri, baik dari aspek fungsi maupun informasinya.
19
III.6.2 Tujuan Penilaian Arsip
1. Menentukan jangka waktu arsip
2. Menentukan arsip yang akan dimusnahkan setelah tidak bernilai guna lagi
3. Menentukan arsip permanen yang akan ditetapkan bernilai permanen bagi lembaga
penciptanya (arsip vital)
Jadi pada intinya penilaian arsip merupakan penentuan kegiatan untuk memisahkan
arsip-arsip ke dalam dua kategori :
2. Arsip yang bernilai guna sementara yang dapat dimusnahkan dengan segera di
kemudian hari.
Penyusutan arsip yang pada dasarnya adalah upaya untuk mengurangi jumlah arsip
dengan tujuan efisiensi dan penghematan bagi pemiliknya.
a. Pemusnahan arsip yang sudah tidak mempunyai nilai guna primer maupun nilai guna
sekunder.
c. Menyerahkan arsip bernilai historis, tetapi tidak bernilai guna primer ke badan yang
berwenang (Arsip Nasional).
d. Mengalihmediakan dari arsip kertas ke media lain (misal mikrofilm, CDROM, DLT,
dan sebagainya).
20
Jadwal Retensi Arsip adalah daftar yang berisi sekurang-kurangnya jangka waktu
penyimpanan atau retensi, jenis arsip, dan keterangan yang berisi rekomendasi tentang
penetapan suatu jenis arsip dimusnahkan, dinilai kembali, atau dipermanenkan yang
dipergunakan sebagai pedoman penyusutan dan penyelamatan arsip.
Di dalam prosedur penyusutan berdasarkan JRA (Jadwal Retensi Arsip) baik yang berupa
pemindahan, pemusnahan, maupun penyerahan tertuang ketentuan umum antara lain :
c. Pemusnahan arsip harus dilakukan secara total baik fisik maupun informasinya
Tujuan manajemen arsip adalah efisiensi, baik ruang penyimpanan, sumber daya
kearsipan, waktu pelayanan maupun biaya operasional tanpa mengurangi keharusan
untuk mewujudkan tujuan akhir, yaitu mampu memberikan informasi yang tepat
kepada orang/pengguna yang tepat dalam waktu yang cepat dan digunakan untuk
kepentingan yang tepat.
2. Pendayagunaan arsip
Pengawasan arsip yang bernilai guna tinggi dapat dilakukan secara intensif dengan
melakukan penyusutan arsip karena penyusutan arsip sudah melewati ‘filter’
penilaian sehingga arsip bernilai guna tinggi dapat terdeteksi dengan penilaian
terhadap arsip tersebut.
21
Dengan kondisi arsip yang tersebar dan tidak dikelola dengan baik besar
kemungkinan identitas organisasi pun tidak dapat diketahui di masa ini. Ironisnya,
arsip sebagai bukti kegiatan setiap organisasi ini akan mudah terlupakan atau bahkan
terhapus oleh waktu karena tidak dapat diselamatkan. Penyusutan arsip secara
terprogram dan berkesinambungan akan menjawab permasalahan dan memberikan
solusi yaitu menjamin terselamatkannya arsip/rekaman informasi bukti dari berbagai
kegiatan, keputusan dan kebijakan, saran dan proses dari suatu kegiatan organisasi
1. Penyeleksian Arsip.
Penyeleksian arsip adalah kegiatan mencermati daftar arsip dan memverifikasi arsip
inaktif berdasarkan JRA dengan cara mencocokan daftar arsip yang dinyatakan musnah
dengan JRA yang telah dimiliki. Kegiatan penyeleksian dimaksud merupakan pekerjaan
yang melekat dengan tugas fungsi unit kearsipan.
22
a) Nomor urut
b) Jenis arsip
c) Tahun
d) Jumlah
e) Tingkat perkembangan
f) Keterangan
Penilaian arsip merupakan tindakan yang dilakukan oleh tim/panitia yang berupa
kajian terhadap arsip yang akan dimusnahkan. Tindakan ini bertujuan untuk lebih
meyakinkan bahwa arsip yang sudah dinyatakan musnah dalam JRA (jadwal retensi arsip)
benar-benar sudah waktunya untuk dimusnahkan karena tidak lagi digunakan baik oleh
pemilik maupun oleh pihak lain, tidak ada peraturan yang melarang, dan tidak terkait
dengan suatu perkara baik yang sedang berlangsung maupun yang dimungkinkan kelak akan
muncul.
Sebelum mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang dilarang keras siapapun
melaksanakan pemusnahan. Pelanggaran terhadap larangan tersebut akan dikenakan sanksi
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Kearsipan Nomor 43 tahun 2009 pasal 86 yang
menyatakan bahwa “ Setiap orang yang dengan sengaja memusnahkan arsip di luar prosedur
yang benar dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)tahun atau denda paling
banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)”. Untuk menghindari terjadinya
pemusnahan arsip tanpa persetujuan, maka perlu dibuat berita acara.
23
Kewenangan Pemusnahan Arsip.
Pemusnahan arsip di lingkungan Pemerintah Daerah dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Pemusnahan arsip yang retensinya kurang dari 10 tahun. Arsip yang retensinya
dibawah 10 tahun pemusnahannya menjadi kewenangan SKPD (Satuan Kerja
Perangkat Daerah) yaitu badan, dinas, kantor, dan lain-lain yang secara teknis
dilaksanakan oleh Unit Kearsipan yaitu sekretariat atau Bagian Tata Usaha.
Pemusnahan arsip di Satuan Kerja Perangkat Daerah baru boleh dilakukan oleh
pimpinan SKPD setelah mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang yaitu
Gubernur atau Bupati/Walikota.
2. Pemusnahan arsip yang retensinya lebih dari 10 tahun. Arsip yang retensinya 10
tahun ke atas pemusnahannya menjadi kewenangan LKD (Lembaga Kearsipan
Daerah) yaitu instansi yang memiliki fungsi pembinaan kearsipan dan pengelolaan
arsip inaktif yang memiliki retensi minimal 10 (sepuluh) tahun. Pemusnahan arsip
baru boleh dilakukan oleh Kepala LKD apabila telah mendapat persetujuan dari
pejabat yang berwenang yaitu Kepala Arsip Nasional RI.
2. Efektivitas kerja. Tujuan pemusnahan arsip dilakukan agar arsip-arsip yang tidak
terpakai tidak mengganggu kinerja karyawan dalam mengelola arsip-arsip baru yang
masih terpakai.
24
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
Arsip adalah catatan rekaman kegiatan atau sumber informasi dengan
berbagai macam bentuk yang dibuat oleh lembaga, organisasi maupun perorangan
dalam rangka pelaksanaan kegiatan. Arsip dapat berupa surat, warkat, akta, piagam,
buku, dan sebagainya, yang dapat dijadikan bukti sahih untuk suatu tindakan dan
keputusan.
IV.2 Saran
Setelah membuat sistem kearsipan untuk sebuah perusahaan dengan terlebih
dahulu memahami tentang pengelolaan sistem kearsipan yang baik dan dengan telah
menerapkan sistem kearsipan yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan,
penulis berharap pembaca dapat juga memahami tentang kearsipan dan dapat
menerapkannya, sehingga di masa depan penemuan kembali arsip dapat dilakukan
dengan cepat dan mudah.
25
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta : Erlangga.
dari http://mynewsriapriliani.blogspot.com/2016/03/sistempenyimpananarsip-1.html
26