Anda di halaman 1dari 18

HASIL KRITISI JURNAL DAN ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

COVID 19

Dosen : Ns. Kholishatul Qulbiyah, S.Kep

Disusun oleh :

1. Ahmad Farhan Putratama 201713001


2. Irot Khoirot 201713028
3. Kusnia Agustin 201713029
4. Mega Audina 201713033
5. Melani 201713034
6. Mutia Andriyani 201713040
7. Putri Nur Gumalasari 201713050
8. Ridlo Bilhuda 201713057
9. Serli 201713061
10. Sylvia Anggraini 201713069

S1 Keperawatan TK IV

STIKES AKBID WIJAYA HUSADA BOGOR

Jl. Letjend Ibrahim Adji No. 180 Sindang Barang, Bogor Barat
HASIL ANALISA JURNAL COVID 19

Tipe materi/artikel : Jurnal Riwayat Penyakit Dalam


Informasi Sitasi
Pengarang : Dominic Wichmann, Jan-Peter Sperhake, Marc Lu¨tgehetmann, Stefan Steurer,
Carolin Edler, Axel Heinemann, Fabian Heinrich, Herbert Mushumba, Inga Kniep, Ann Sophie
Schro¨der, Christoph Burdelski, Geraldine de Heer, Axel Nierhaus, Daniel Frings, Susanne
Pfefferle, Heinrich Becker, Hanns Bredereke-Wiedling, Andreas de Weerth, Hans-Richard
Paschen, Sara Sheikhzadeh-Eggers, Axel Stang, Stefan Schmiedel, Carsten Bokemeyer, Marylyn
M. Addo, Martin Aepfelbacher, Klaus Pu¨schel, and Stefan Kluge
Judul : Temuan Otopsi dan Variabel Tromboemboli dalam Pasien Dengan COVID-19
Publikasi : Annals of Internal Medicine
Tahun : 2020 Volume : - No :- Halaman : 1 – 10
Tipe Studi : Riset
Desain Studi : Studi kohort prospektif
Metode Pengumpulan Data : Observasi
Latar Belakang Penelitian
Corona Virus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak
kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga
bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia)..
Infeksi Pernafasan akut adalah infeksi yang disebabkan oleh virus yang menyerang hidung, trakea
(pipa pernapasan), atau paru-paru.
Sejak pertama kali terdeteksi pada bulan Desember 2019, novel yang parah sindrom pernapasan
akut coronavirus-2 (SARS-CoV-2) menyebar dari provinsi Hubei di Cina tengah ke hampir setiap
negara di dunia. Kebanyakan orang dengan COVID-19 memiliki perjalanan penyakit ringan,
tetapi sekitar 20% mengembangkan kursus yang lebih parah dengan tingkat kematian yang tinggi.
Pada 26 April 2020, lebih dari 2,9 juta orang telah didiagnosis dengan COVID-19 dan 210.000 di
antaranya telah meninggal. Mengapa coronavirus baru tampaknya memiliki tingkat kematian
yang jauh lebih tinggi daripada flu musiman tidak sepenuhnya dipahami. Beberapa penulis telah
melaporkan faktor-faktor risiko potensial untuk perjalanan penyakit yang lebih parah, termasuk
peningkatan kadar D-dimer, skor Penilaian Kegagalan Organ Berurutan yang tinggi, dan usia
yang lebih tua. Karena kebaruan patogen, sedikit yang diketahui tentang penyebab kematian pada
pasien yang terkena dan fitur patologis spesifiknya. Meskipun tes diagnostik modern, otopsi
masih sangat penting dan mungkin menjadi kunci untuk memahami karakteristik biologis SARS-
CoV-2 dan patogenesis penyakit. Idealnya, pengetahuan secara aktif).
Tujuan penelitian/pertanyaan penelitian
Untuk memvalidasi dan membandingkan temuan klinis dengan data dari otopsi medis, otopsi
virtual, dan tes virologi.
Populasi
a. Metode Sampling ( ada )
b. Kriteria Inklusi ( ada )
c. Kriteria Eksklusi (ada)
d. Jumlah responden = 12 pasien
e. Lokasi penelitian = Departement Kedokteran Hukum Pusat Medis Universitas Hamburg
Eppendorf Jerman
Profesi (Bidang yang diteliti).
Temuan Otopsi dan Tromboeli Vena Pada pasien Covid-19 dan dilakukan otopsi lengkap,
termasuk tomografi komputer postmortem dan analisis histopatologis dan virologi. Data klinis
dan kursus medis dievaluasi
Metode penelitian yang digunakan
Observasi
Hasil
Dalam studi otopsi 12 pasien berturut-turut yang meninggal karena COVID-19 karena
trombosis vena dalam yang tinggi (58%). Sepertiga pasien memiliki emboli paru sebagai
penyebab langsung kematian. kerusakan alveolar difus ditunjukkan oleh histologi pada 8 pasien
(67%).
Usia rata-rata pasien adalah 73 tahun (kisaran, 52 hingga 87 tahun), 75% pasien adalah laki-
laki, dan kematian terjadi di rumah sakit (n = 10) atau sektor rawat jalan (n = 2). Penyakit jantung
koroner dan asma atau penyakit paru obstruktif kronis adalah kondisi pasien (58%) di mana
tromboemboli vena tidak dicurigai sebelum kematian; emboli paru adalah penyebab langsung
kematian pada 4 pasien. Computed tomography postmortem mengungkapkan infiltrasi retikular
paru-paru dengan bilateral, dibahas padat, sedangkan kerusakan alveolar berbeda histologis
terlihat pada 8 pasien. Pada semua pasien, SARS - CoV-2 RNA dipertimbangkan di paru-paru
pada konsentrasi tinggi; viremia pada 6 dari 10 dan 5 dari 12 pasien menunjukkan titer RNA
virus yang tinggi di hati, ginjal, atau jantung.

Pembahasan
Virus ini menyebar antara manusia ke manusia melalui tetesan cairan dari mulut,hidung dan
mata saat orang yang terinfeksi sedang batuk atau bersin. Mirip dengan cara menularan penyakit
flu. Gejala yaitu demam, batuk, dan nafas yang pendek. Virus ini dapat mengalami gejala-gejala
ini selama 2 hari sampai 14 hari setelah terpapar virusnya. Virus kemudian masuk ke jalur
pernafasan dan membran mukus dibagian belakang tenggorokan, menempel pada sebuah reseptor
sel, dan mulai berkembang. Saat virus berkembang, mereka mulai menginfeksi sel-sel sekitarnya.
Lalu virus dengan cepat merambat masuk ke saluran pangkal paru-paru, hingga masuk ke paru-
paru. Psoses ini merusak jaringan pada paru, membuat jarinan ini membengkak,sehingga lebih
sulit bagi paru-paru untuk memasok oksigen dan menyalurkan keluar karbondiosida.
Dalam studi otopsi pasien berturut-turut yang meninggal karena virus tersebut, ditemukan
insiden yang tinggi trombosis vena, dan sepertiga pasien mengalami emboli paru sebagai
penyerang langsung dan kerusakan alveoli difus ditunjukan oleh histologi. Sejauh ini adalah seri
kasus pertama yang merangkum dan membandinkan data klinis berturut-turut dengan temuan
diperoleh dengan otopsi penuh,PMCT, histologi dan virologi.
Tingginya kasus embolisme paru yang menyebabkan kematian pada otopsi berkorelasi baik.
Laporan terbaru menggambarkan fitur klinis 85 kasus COVID-19 yang fatal dari Wuhan. Selain
kegagalan pernafasan, penyebab kematian adalah kegagalan multiorgan 16% dan serangan
jantung 9%. Tidak dilakukan otopsi. Namun, tingkat otopsi dirumah sakit telah menurun di
seluruh dunia dekade terakhir ini. Dalam penelitian terbaru terhadap 191 pasien dengan covid
19,dari 50% mereka yang meninggal mengalami koagulopati, dibandingkan dengan yang selamat.
Dalam subkelompok pasien dengan covid 19 yang parah, kadar sitokin proinflamatori plasma
yang tinngi diamati. Respon vaskular terhadap hipoksia adalah dikontrol oleh faktor transkripsi
yang diinduksi hipoksia, gen yang targetnya mencakup beberapa faktor yang mengatur
pembentukan trombus. Terakhir tidak langsung penyebab, seperti kurusakan yang di sebabkan
oleh imun antibodi antifosfilipid. Sejalan dengan temuan klinis, makroskopis , dan
histopatologis,PCR mendeteksi konsentrasi tinggi dari SARS – CoV-2 RNA di paru-paru dan
jaringan faring. Seperti pada pasien dengan SARS-CoV-1, dalam mereplikasi virus dapat
dideteksi di organ lain,termasuk hati, ginjal, limpa, dan otak besar, kami mendeteksi viral load
pada titer tertinggi di organ lain( hati,ginjal,jantung )pada 5 pasien. Data ini menyarankan bahwa
SARS-Cov-2 dapat menyebar melalui aliran darah dan menginfeksi organ lain.

Simpulan
Insiden kejadian tromboli yang tinggi pada pasien dengan COVID-19. Ketika kerusakan
hemodinamik terjadi pada pasien dengan Covid-19 emboli paru harus selalu dicurigai. Kejadian
tingkat tinggi menunjukkan peran penting koagulosi yang diinduksi COVID-19. Penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk membahas tentang kebijakan molekuler dan COVID-19, serta pelaporan
intervensi terapeutik untuk menguranginya.
Kelebihan dan Kekurangan Penelitian
a. Kelebihan Penelitian
1) Peneliti mampu memaparkan dengan jelas latar belakang dan tujuan dari penelitian
2) Penelitian juga disertai gambar
3) Penelitian ini juga dapat menjelaskan hasil pemeriksaannya

b. Kekurangan Penelitian
1) Ukuran sampel yang terbatas
2) Penelitian membutuhkan waktu yang lama
3) Sampel penelitian tidak sepenuhnya mewakili populasi
Berikan pendapatmu tentang hasil penelitian ini
Menurut saya penelitian ini sangat bagus dan bermanfaat bagi saya serta pembaca, dan
menambah pengetahuan tentang Covid-19. Sehingga saya tahu apa saja gejala dan cara
pemeriksaan nya. Dan penelitian ini juga berguna bagi pasien,tenaga kesehatan yang lain karena
penelitian ini memiliki banyak aspek atau hal yang terjadi pada pasien Covid-19. Penelitian ini
juga menjelaskan bahwa Covid-19 sangat berbahaya bagi kita jika kita memiliki gejala atau
penyakit terdahulu.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS COVID 19

1. Pengkajian

Pengkajian pasien yang diduga COVID – 19 harus mencakup :

1. Identitas Pasien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
- Keluhan utama
Kebanyakan kasus dijumpai klien masuk dengan keluhan
batuk yang lebih dari 3 minggu.

- Riwayat keluhan utama


Biasanya batuk dialami lebih dari 1 minggu disertai
peningkatan suhu tubuh, penurunan nafsu makan dan kelemahan
tubuh.

b. Riwayat Penyakit Sebelumnya:


Pasien pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
Pernah berobat tetapi tidak sembuh. Pernah berobat tetapi tidak teratur.
Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru. Daya tahan tubuh
yang menurun. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.

c. Riwayat Pengobatan Sebelumnya:


- Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan
sakitnya.
- Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
- Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan
penyakitnya.
- Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
d. Riwayat Sosial Ekonomi:
- Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja,
jumlah penghasilan.
- Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi
dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang
marnpu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk
sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah
tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus
harapan.
e. Faktor Pendukung:
- Riwayat lingkungan.
- Pola hidup.
Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan
tidur, kebersihan diri.

- Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang


penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
f. Pemeriksaan Diagnostik:
- Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap
akhir penyakit.
- Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15
mm terjadi 48-72 jam).
- Poto torak:
o Infiltnasi lesi awal pada area paru atas
o Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan
dengan batas tidak jelas
o Pada kavitas bayangan, berupa cincin
o Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan
densitas tinggi
o Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan
paru karena TB paru
- Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
- Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.

3. Sejarah perjalanan.

Penyediaan layanan kesehatan harus mendapat riwayat perjalanan yang


terperinci untuk pasien yang dievaluasi dengan demam dan penyakit
pernafasan akut.
4. Pemeriksaan fisik :

1) pasien yang mengalami demam,batuk, dan sesak nafas dan yang


telah melakukan perjalanan ke Wuhan, Cina baru – baru ini harus
ditempatkan dibawah isolasi segera.
2) Keadaan umum dan TTV merupakan pemeriksaan pertama dan
utama dalam menentukan triase pasien. Pasien COVID-19
umumnya memiliki suhu ≥ 38°c.
3) Pemeriksaan Kepala dan Leher biasanya warna bibir kebiruan.
Tenggorokan, pada beberapa kasus COVID-19 dapat ditemukan
kering.
4) Pemeriksaan Thoraks dapat di evaluasi untuk mengetahui kondisi
pasien COVID-19. Beberapa tanda yang dapat ditemukan pada
pasien covid-19.
 Tanda distress pernafasan berat
Terdapatnya stridor dan retraksi dinding dada
merupakantabda distress pernafasan berat yang ditemukan
pada pneumonia berat.
 Perubahan suara parau
Suara parau pada pasien COVID-19 sampai sekarang masih
sangat beragam dan terbatas.
5) Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas dingin dan kulit lembab merupakan salah satu tanda
dari kegagalan sirkulasi.

i. Pemeriksaan Penunjang

CT Scan Thoraks non kontras merupakan pemeriksaan yang dapat


dilakukan untuk mengevaluasi COVID-19. Nucleic acid amplifivation test
( NAAT) dan tes serologi merupakan tes diagnostik untuk menginformasi
diagnosis COVID-19 dan pemeriksaan laboratorium seperti, pemeriksaan
darah lengkap.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data penilaian, diagnosis keperawatan utama pada untuk pasien


COVID-19 :
a. Infeksi berhubungan dengan kegagalan untuk menghindari pemajanan
pathogen
b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
c. Ansietas berhungan dengan ancaman kematian

3. Intervensi

1. Diagnosa 1 : Infeksi berhubungan dengan kegagalan untuk menghindari


pemajanan patogen
 Tujuan dan Kriteria Hasil :
 Cegah penyebaran infeksi
 Intervensi
 Pantau TTV pasien
 Monitor suhu pasien : infeksi biasanya dimulai dengan suhu
tinggi
 Pertahankan isolasi pernafasan : simpan tisu disamping
tempat tidur,
buang sekresi dengan benar, instruksikan pasien untuk
menutup mulut saat batuk atau bersin, menggunakan
masker, dan menyarankan yang memasuki ruangan untuk
memakai masker juga, letakkan stiker pernafasan pada
bagan,linen, dan sebagainya

2. Diagnosa 2 : Hipertermia berhubungan dengan laju metabolisme


 Tujuan dan Kriteria Hasil :
 Pelajari lebih lanjut tentang penyakit dan penatalaksaannya
 Tingkatkan suhu tubuh
 Intervensi
 Pantau saturasi oksigen pasien karena gangguan pernafasan
dapat menyebabkan hipoksia
 Kelola hipertermi : gunakan terapi yang tepat untuk
mempertahankan normotermia dan mengurangi kebutuhan
metabolisme

d. Diagnosa 3 : Ansietas berhungan dengan ancaman kematian


 Tujuan dan Kriteria Hasil :
 Tingkat kecemasan : tingkat ansietas/kecemasan menurun
 Intervensi
 Berikan terapi relaksasi pada pasien dan keluarga: ajarkan
pasien cara melatih pernafasan perut,merileksasikan otot-
otot,membayangkan tempat-tempat yang nyaman dan
tenang.
 Monitor tanda tanda vital: cek selalu tekanan darah
,nadi,pernafasan,suhu tubuh pasien pagi,siang,sore dan
malam hari.

4. Implementasi

1. Diagnosa 1 : Infeksi berhubungan dengan kegagalan untuk menghindari


pemajanan patogen
 Memantau TTV pasien
 Memonitor suhu pasien : infeksi biasanya dimulai dengan suhu
tinggi
 Mempertahankan isolasi pernafasan : menyimpan tisu disamping
tempat tidur, membuang sekresi dengan benar, menginstruksikan
pasien untuk menutup mulut saat batuk atau bersin, menggunakan
masker, dan menyarankan yang memasuki ruangan untuk memakai
masker juga

2. Diagnosa 2 : Hipertermia berhubungan dengan laju metabolisme


 Memantau saturasi oksigen pasien karena gangguan pernafasan
dapat menyebabkan hipoksia
 Mengelola hipertermi : mengunakan terapi yang tepat untuk
mempertahankan
normotermia dan mengurangi kebutuhan metabolisme

e. Diagnosa 3 : Ansietas berhungan dengan ancaman kematian


 Memberikan terapi relaksasi pada pasien dan keluarga: ajarkan
pasien cara melatih pernafasan perut,merileksasikan otot-
otot,membayangkan tempat-tempat yang nyaman dan tenang.
 Memonitor tanda tanda vital: cek selalu tekanan darah
,nadi,pernafasan,suhu tubuh pasien pagi,siang,sore dan malam hari.

5. Evaluasi
1. Diagnosa 1 :
 Pasien dapat mencegah penyebaran infeksi yang dibuktikan
dengan PHBS dan isolasi pernafasan adekuat
2. Diagnosa 2 :
 Pasien dapat belajar lebih banyak tentang penyakit dan
penatalaksanaanya
 Pasien mampu meningkatkan level suhu tubuh yang adekuat
3. Diagnosa 3 :
 Pasien dengan perasaan gelisah,cemas,dan khawatir dapat menurun
 Pasien mampu mempertahankan suhu tubuhnya dengan adekuat

Anda mungkin juga menyukai