Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPOTENSI

LAPORAN KASUS

Oleh

YENNI HASTUTI
NIM : P 07120119187

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH


JURUSAN KEPERAWATAN BANDA ACEH
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
PROGRAM REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU
KELAS PIDIE
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Studi Kasus Dengan Judul

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipotensi

Oleh :

Yenni Hastuti

Telah Disetujui Untuk Disidangkan Dihadapan Tim Penguji


Studi Kasus Program Studi Diploma III Keperawatan
Banda Aceh

Banda Aceh, Juni 2020

Menyetujui,
Pembimbing

Baharuddin, SKM,M.Kes
Nip. 19640112198603 1 003

Mengetahui,
Program Studi Diploma III Keperawatan Banda Aceh
Ketua,

Dr. Ns. Wirda Hayati, M.Kep, Sp. Kom


NIP. 19741231199801 2 002
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipotensi

Oleh :

YENNI HASTUTI
NIM : P 07120119187

Telah Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah


Program Studi Diploma III Keperawatan
Banda Aceh

Banda Aceh , Juni 2020

Tanda Tangan

Penguji I : Ns. Asniah Syamsuddin, S.Kep. M.Kep


Nip. 19700218199603 2003

Penguji II : Dr. Hermansyah, SKM, MPH


Nip. 19720218 199703 1 002

Moderator : Baharuddin, SKM,M.Kes


Nip. 19640112198603 1 003

Menyetujui,

Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Program Studi


Poltekes Kemenkes Aceh D-III Keperawatan Banda Aceh
Jurusan Keperawatan Poltekes
Kemenkes Aceh

Dr. Hermansyah, SKM, MPH Dr. Ns.Wirda Hayati.,S.Kep., M.Kep.,Sp. Kom


Nip. 19720218 199703 1 002 Nip. 19741231 199803 2 002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya peneliti

telah menyelesaikan penyusunan laporan studi kasus dengan judul ” Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipotensi ”. Selanjutnya selawat beriring

salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para

sahabat beliau yang telah membawa umat manusia ke alam yang penuh dengan

ilmu pengetahuan.

Penyusunan laporan studi kasus ini dalam prosesnya peneliti banyak

mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada

kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak H. Ampera Miko, DN.Com, MM selaku Direktur Politeknik

Kemenkes Aceh

2. Bapak Dr. Hermansyah, SKM, MPH selaku selaku Ketua Jurusan

keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenskes Aceh

3. Ibu Dr. Ns. Wirda Hayati, M.Kep, Sp.Kom selaku Ketua Program Studi D-III

Keperawatan Banda Aceh

4. Bapak Baharuddin,SKM, M.Kes; sebagai pembimbing yang dengan penuh

perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan,

petunjuk, hingga selesainya penulisan laporan kasus ini.

5. Seluruh Dosen dan staf pengajar Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

Jurusan Keperawatan Banda Aceh yang telah memberikan ilmu pengetahuan

yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan.


6. Teristimewa peneliti ucapakan terima kasih kepada keluarga tercinta yang

telah memberikan dorongan semangat dan harapan atas semua pengorbanan

yang telah diberikan.

7. Seluruh teman-teman satu angkatan yang telah menyumbangkan masukan dan

saran serta kritikan untuk kesempurnaan proposal laporan studi kasus ini

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan studi laporan

kasus ini masih terdapat kekurangan, sehingga peneliti sangat mengharapkan

kritikan dan saran untuk perbaikan laporan studi kasus ini. Demikianlah laoporan

ini peneliti susun dengan sebaik-baiknya dan semoga dapat bermanfaat bagi orang

lain……Amin.

Banda Aceh, Junil 2020

YENNI HASTUTI

NIM :
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan di Indonesia masih buruk, buktinya Indonesia menjadi salah

satu negara terburuk dalam bidang kesehatan di Asia. Tidak hanya dipandang

dari keadaan jasmaninya saja tetapi juga dilihat dari keadaan yang lain seperti

keadaan rohani,ekonomi dan sosial dan itulah definisi kesehatan menurut

WHO bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera seseorang baik jasmani,

rohani, ekonomi maupun sosial. Semua hal itu harus seimbang, artinya

semuanya terkontrol dengan baik. jika salah satu nya timpang (tidak dalam

keadaan baik/sejahtera), maka kondisinya tidak sehat (sakit). Lihat kondisi

Indonesia sekarang, selain jasmani rakyatnya lemah, iman mereka lemah,

pergaulan remaja pun semakin jauh dari kategori generasi negeri yang

berpendidikan. Tidak hanya itu, pendapatan Pegawai Negeri Sipil (PNS)

berada dibawah rata-rata. Kemudian keharmonisan sesama penduduk Negara

Indonesia pun masih jauh dari kategori baik. Banyaknya demo, tawuran antar

pelajar, perang saudara itu menunjukkan bahwa keadaan penduduk Indonesia

tidak sehat. Kita kesulitan mendeteksi sumber penyakit yang telah menular

kemana-mana sehingga sudah dirasa sebagai kebiasaan.

Terdapat banyak sekali perubahan gaya hidup yang terjadi, termasuk

yang dialami oleh anak remaja. Terlebih di kota besar, rata-rata remaja

cenderung memiliki sifat acuh dan mengabaikan hal-hal penting yang terjadi

dalam diri dan lingkungan mereka. Termasuk juga dalam masalah kesehatan.
Kurangnya aktifitas fisik akibat kecanggihan teknologi, pola makan yang

tidak sehat, dan juga pola tidur yang tidak teratur dapat menyebabkan bibit-

bibit penyakit tumbuh dalam tubuh mereka. Menurut Monks, masa remaja

sendiri terbagi menjadi 3 tahap, yaitu fase remaja awal (12 - 15 tahun), remaja

madya (15-18 tahun) dan remaja akhir (18 – 21 tahun). Beberapa hal yang

membedakan remaja tahap awal dan tahap akhir adalah dalam pemikiran

kognitif, moral, dan sosial (Geldard, 2011).

Hal yang paling menonjol adalah bebasnya pola hidup masyarakat yang

akhirnya mengakibatkan masyarakat itu sendiri menjadi sakit. Penyakit yang

tersebar di negara kita di jaman kekinian, mayoritasnya diakibatkan pola

hidup mereka sendiri yang tidak sehat, ternyata dibalik zaman yang semakin

modern, mencari info tentang segala hal pun mudah, masih saja mereka

belum berperilaku sehat. Seringkali masyarakat mengetahui dirinya sakit

setelah tubuh mereka terjangkit dan terasa gejalanya. Seperti hal nya penyakit

hipotensi. Biasanya, orang yang terkena hipotensi tidak merasa dan tidak

menyadari  kalau dia terkena penyakit. Hal itu terjadi dikarenakan kurangnya

pengetahuan akan ruang lingkup penyakit itu.

Hipotensi merupakan tekanan darah rendah sehingga tidak mencukupi

untuk perfusi dan oksigenasi adekuat. Hipotensi orsototik adalah penurunan

tekanan darah tiba-tiba saat mengubah posisi dengan cepat dari berbaring

menjadi duduk. Gejala yang tibul salah satunya yaitu pusing atau sakit kepala

yang menimbulkan rasa ketidak nyamanan (Chris,2006).

Insiden hipotensi ortostatik meningkat seiring dengan meningkatnya


usia pasien. Beberapa evaluasi sebelum perawatan perlu dilakukan pada

hipotensi ortostatik. Evaluasi ini mengambil tekanan darah, denyut jantung,

denyut nadi, laju pernafasan, dan suhu. Tekanan darah pasien harus diperiksa

pada beberapa posisi seperti berdiri, duduk, semi- terlentang, dan posisi

terlentang. Pasien dapat dianggap normal jika tekanan darah hasil tes tidak

melampaui 25mm Hg untuk sistolik tekanan darah dan 10mm Hg untuk

tekanan darah diastolic perbedaan tes detak jantung tidak melampaui 30

ketukan per menit antara posisi berdiri dan terlentang. (Evri Kusumah

Ningtyas, 2019)

World Health Organizations (WHO) menyatakan bahwa penyakit tidak

menular menyumbang kematian utama paling besar yaitu sebesar 36 juta atau

2/3 dari 57 juta kematian pada tahun 2008. Penyakit tidak menular juga

membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini menyebabkan

penyakit tidak menular menjadi permasalahan yang serius bagi dunia

kesehatan. Kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan

akan terus meningkat di seluruh dunia, terutama di negaranegara menengah

dan miskin (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2012).

Prevalensi hipotensi di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2013

yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 %.

Prevelensi hipotensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner

terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 %, yang didiagnosis tenaga

kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9.5 %, jadi ada 0,1 % yang

minum obat sendiri. Penyakit terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah hipotensi dengan prevalensi 45,9% pada

usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan 63,8% pada usia ≥ 75

Tahun.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mencatat bahwa setiap

tahunnya terdapat lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak

Menular (PTM). Secara global, penyebab kematian PTM nomor satu setiap

tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler yang adalah penyakit yang

disebabkan oleh gangguan jantung dan pembuluh darah. Selain itu, dr.

Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH selaku Menteri Kesehatan

Indonesia periode 2009-2012 menyatakan bahwa proporsi angka kematian

akibat PTM meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 59,5% pada

tahun 2007. Diperkirakan pada tahun 2030 kasus PTM akan meningkat

menjadi 52 juta orang (WHO SEARO (South East Asia Region), 2011).

Dalam mengatasi berbagai permasalahan yang timbul pada pasien

hipotensi, peran perawat sangat penting, diantaranya sebagai pelaksana,

pendidik, pengelola, peneliti dan advocate. Sebagai pelaksana, perawat

berperan dalam memberikan asuhan keperawatan secara professional dan

kemprehensif yang meliputi : meningkatkan asupan nutrisi yang adekuat,

meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi dan mencegah injury. Sebagai

pendidik perawat memberikan pendidikan kesehatan, Perawat sebagai

pengelola, yaitu perawat harus membuat perencanaan asuhan keperawatan

dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan yang lainnya sehinggal program

pengobatan dan perawatan dapat berjalan dengan baik. Peran perawat sebagai
peneliti adalah menerapkan hasil penelitian di bidang keperawatan untuk

meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Peran perawat sebagai advocate

adalah membela hak pasien selama perawatan, seperti hak pasien untuk

mengetahui rasional penatalaksanaan medis, pemeriksaan penunjang, dan

sebagainya (Guswanti, 2019)

Berdasarkan data, fenomena dan uraian diatas, maka dirasakan perlu

untuk memberikan perawatan pada pasien dengan hipotensi secara

komprehensif. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengetahui asuhan

keperawatan pada pasien dengan hipotensi berdasarkan tinjauan literatur

B. Perumusan Masalah

Pasien dengan hipotensi mengalami gejala utama yaitu kepala

pusing, badan terasa ringan dan mata berkuang kunang yang dapat

menghambat pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari secara mandiri.

Perawat dapat menjalankan perannya dalam memberikan perawatan secara

komprehensif kepada pasien dengan hipotensi . Oleh sebab itu, permasalahan

dalam karya tulis ilmiah ini adalah bagaimanakah asuhan keperawatan pada

pasien dengan hipotensi berdasarkan tinjuan literatur?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk menggali secara mendalam tentang asuhan keperawatan

pada pasien dengan hipotensi.


2. Tujuan Khusus

a. Untuk menggali secara mendalam tentang pengkajian keperawatan

pada pasien dengan hipotensi.

b. Untuk menggali secara mendalam tentang diagnosa keperawatan

pada pasien dengan hipotensi.

c. Untuk menggali secara mendalam tentang rencana keperawatan pada

pasien dengan hipotensi.

d. Untuk menggali secara mendalam tentang implementasi

keperawatan pada pasien dengan hipotensi

e. Untuk menggali secara mendalam tentang evaluasi keperawatan

pada pasien dengan hipotensi.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi pasien dan keluarga.

Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan

dalam memberikan perawatan pada pasien dengan hipotensi.

2. Bagi Rumah Sakit.

Hasil karya tulis ilmiah ini dapat di jadikan sebagai masukan bagi

perawat di rumah sakit dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan pada

pasien dengan hipotensi.

3. Bagi Institusi pendidikan.

Sebagai masukan bahan ajar dalam kegiatan belajar mengajar tentang

asuhan keperawatan, teutama pada pasien yang mengalami hipotensi.


4. Bagi Penulis.

Sebagai sarana dan alat memperoleh informasi dan pengetahuan serta

menambah pengalaman tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan

hipotensi dan memberikan wawasan serta pemahaman pada penulis dalam

memberikan dan menyusun penatalaksana asuhan keperawatan medikal

bedah.
BAB II

TINJAUAN PERPUSTAKAAN

A. Konsep Hiportensi

1. Pengertian

Hipotensi atau tekanan darah rendah adalah suatu keaadan dimana

tekanan darah lebih rendah dari nilai 90/60 mmHg atau tekanan darah cukup

rendah, sehingga menyebabkan gejala-gejala seperti pusing dan pingsan,

(A.J Ramadahan, 2010). Hipotensi atau tekanan darah rendah terjadi jika

terdapat ketidakseimbangan antara kapasitas vaskuler darah dan volume

darah atau jika jantung terlalu lemah untuk menghasilkan tekanan darah

yang dapat mendorong darah (Sherwod. 2002)

Hipotensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah rendah dari

90/60 mmHg sehingga menyebabkan keluhan. Namun, jika tidak terjadi

keluhan dapat dikategorikan kondisi yang normal. Sedangkan tekanan darah

adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak

terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan

diastolic adalah tekanan terendah yang terjadi saat ventrikel beristirahat dan

mengisi ruangannya. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio

tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik .

Hipotensi adalah tekanan darah rendah sehingga tidak mencukupi untuk

perfusi dan oksigenasi jaringan adekuat. Hipotensi dapat primer atau

sekunder (misalnya penurunan curah jantung, syok hipovolemik, penyakit

Addison) atau postural (ortostatik).


2. Etiologi

Banyak orang memiliki tekanan darah sistolik dibawah 100, tetapi

beberapa orang mengalami gejala dengan tekanan darah rendah. Gejala

tekanan darah rendah terjadi karena satu atau lebih organ tubuh tidak

mendapat pasokan darah yang cukup. Jika tekanan darah rendah

menyebabkan gejala klinis, penyebabnya akan berada disalah satu dari tiga

kategori umum. Entah jantung tidak memompa dengan tekanan yang cukup,

dinding arteri terlalu melebar, atau tidak ada cukup cairan intravaskuler .

1. Jantung

Jantung adalah pompa listrik. Masalah dengan baik pompa atau listrik

dapat menyebabkan masalah dengan tekanan darah rendah.

Jika jantung berdetak terlalu cepat, tekanan darah bisa turun karena tidak

ada cukup waktu bagi jantung untuk mengisi diantara setiap denyut. Jika

jantung berdetak terlalu lambat, mungkin ada terlalu banyak waktu yang

dihabiskan didiastol ketika darah tidak mengalir.

Jika otot jantung telah rusak atau jengkel, mungkin tidak ada cukup

kekuatan memompa untuk mempertahankan tekanan darah. Dalam

serangan jantung (infark miokard) otot jantung cukup mungkin akan

terkejut sehingga jantung terlalu lemah untuk memompa secara efektif.

Katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya satu arah. Jika katup

gagal, darah akan memutar mundur, meminimalkan jumlah yang akan

mengalir ketubuh. Jika katup menjadi menyempit maka aliran darah

dapat menurun. kedua situasi ini akan menyebabkan hipotensi.


2. Cairan intravascular

Ruang cairan di dalam pembuluh darah terdiri dari sel-sel darah dan

serum (air , faktor pembekuan , bahan kimia , dan elektrolit)

a. Dehidrasi, hilangnya air, mengurangi total volume dalam ruang

intravaskular (dalam pembuluh darah). Hal ini dapat dilihat pada

penyakit dengan peningkatan kehilangan air. Muntah dan diare adalah

tanda-tanda kehilangan air.

1) Pasien dengan pneumonia atau infeksi saluran kemih, terutama

orang tua, rentan terhadap dehidrasi .

2) Korban kebakaranbisa kehilangan sejumlah besar cairan dari luka

bakar mereka. Perdarahan mengurangi jumlah sel darah merah dalam

aliran darah dan menyebabkan penurunan jumlah cairan di ruang

intravaskular dan tekanan darah rendah.

Selain itu, hipotensi juga bisa disebabkan oleh kondisi atau

penyakit tertentu, seperti:

1. Kehamilan

Tekanan darah selama masa kehamilan akan menurun seiring

berkembangnya sirkulasi darah dalam tubuh ibu hamil.

2. Konsumsi obat-obatan tertentu.

Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek menurunnya tekanan

darah, di antaranya adalah furosemide, atenolol, propranolol,

levodopa, dan sildenafil.


3. Ketidakseimbangan hormone.

Beberapa penyakit, seperti diabetes dan penyakit tiroid,

menyebabkan penurunan kadar hormon dalam darah, dan

berdampak pada menurunnya tekanan darah.

4. Dehidrasi

Ketika kekurangan cairan atau mengalami dehidrasi, volume darah

juga dapat berkurang. Kondisi ini dapat memicu penurunan tekanan

darah.

5. Infeksi

Ketika infeksi yang terjadi dalam suatu jaringan mulai memasuki

aliran darah (sepsis), tekanan darah dapat

6. Penyakit jantung

Terganggunya fungsi jantung menyebabkan jantung tidak dapat

memompa darah dengan baik ke seluruh tubuh, sehingga tekanan

darah akan menurun. Salah satu penyakit jantung yang bisa

menyebabkan hipotensi adalah syok kardiogenik.

7. Kekurangan nutrisi

Kekurangan vitamin B12 dan asam folat dapat menyebabkan

anemia dan berakhir pada penurunan tekanan darah.

8. Perdarahan

Kehilangan darah dalam jumlah besar akibat cedera dapat

menurunkan volume dan aliran darah ke berbagai jaringan tubuh,

sehingga tekanan darah menurun drastis.


9. Reaksi alergi parah

Beberapa pemicu alergi (alergen) dapat menimbulkan reaksi alergi

parah (anafilaksis) yang berdampak pada menurunnya tekanan

darah.

3. Klasifikasi

1. Hipotensi postural

Pada jenis hipotensi ini, tekanan darah mungkin turun mendadak karena

perubahan posisi tubuh, biasanya saat sedang berdiri dari posisi duduk

atau dari posisi berbaring. Orang yang mengalami perasaan seperti mau

pingsan, pusing dan pandangan kabur setiap kali ia berdiri dari posisi

duduk atau posisi berbaring, mungkin mengalami hipotensi postural.

Biasanya tubuh mengkompensasi penarikan darah kea rah bawah karena

gaya gravitasi dengan cara meningkatkan laju detak jantung untuk

memastikan distribusi darah ke otak dalam jumlah cukup. Pada hipotensi

postural, tekanan darah turun karena jantung tidak memompa cukup

darah sehingga terjadi kekurangan oksigen diotak, yang menyebabkan

timbulnya gejala pusing bahkan pingsan.

2. Hipotensi postprandial

Hipotensi postprandial adalah turunnya tekanan darah secara mendadak

setelah mengkonsumsi makanan. Setelah makan darah mengalir cepat ke

saluran pencernaan, dan untuk mengkompensasi penurunan mendadak

dalam pembuluh darah, laju detka jantung meningkat dan beberapa


pembuluh darah menyempit. Ini merupakan respon yang otomatis,

namun dengan sebagian orang orang dengan kelainan syaraf tertentu

seperti pada penderita Parkinson, tubuhnya tidak dapat segera mengatasi

aliran darah mendadak ke perut. Akibatnya orang tersebut akan

mengalami pusing dan kadang-kadang pingsan.

3. Hipotensi karena syaraf

Dalam mondisi normal, jika anda berdiri dan berjalan selama jangka

waktu tertentu, gaya gravitasi menarik darah keujung-ujung bagian tubuh

yang menyebabkan tekanan darah turun. Tubuh mengkompensasinya

dengan meningkatkan laju detak jantung dan memompa lebih banyak

darah untuk mensuplai otak dan organ-organ lainnya. Pada sebagian

orang suplai darah tidak terpenuhi karena adanya masalah komunikasi

pada sistem syaraf yang menyampaikan perintah dari otak ke jantung,

sehingga jantung tidak segera meningkatkan laju detaknya, dan terjadilah

ketidakseimbangan sirkulasi darah yang menyebabkan pusing bahkan

pingsan.

4. Manifestasi

Hipotensi atau tekanan darah rendah adalah penyakit yang disebabkan

oleh denyut jantung yang lebih rendah dari batas normal. Seseorang

dikatakan menderita tekanan darah rendah jika hasil tensi menunjukkan

angka sistolik kurang dari 120 mg/dl dan angka diastoliknya kurang dari 85

mg/dl. Jika tekanan darah terlalu rendah maka jaringan tidak mendapatkan
nutrisi serta oksigen yang memadai. Banyak sekali orang yang menderita

tekanan darah rendah yang mengakibatkan rasa lemah dan kecapaian. Upaya

meningkatkan tekanan darah juga tidak mudah, sama seperti halnya dengan

menurunkan tekanan darah tinggi pada penderita hipotensi

Hipotensi ortostatik, juga disebut "hipotensi postural", adalah bentuk

umum dari tekanan darah rendah. Ini terjadi setelah perubahan posisi tubuh,

biasanya ketika seseorang berdiri baik dari posisi duduk atau berbaring. Hal

ini biasanya bersifat sementara dan merupakan keterlambatan dalam

kemampuan kompensasi normal dari sistem saraf otonom. Hal ini sering

terlihat pada hipovolemia dan sebagai hasil dari berbagai obat. Selain

penurun tekanan darah, obat psikiatri banyak, terutama antidepresan , dapat

memiliki efek samping. Tekanan darah sederhana dan pengukuran denyut

jantung sambil berbaring, duduk, dan berdiri (dengan penundaan dua menit

di antara setiap perubahan posisi) dapat mengkonfirmasi kehadiran

hipotensi ortostatik. Hipotensi ortostatik diindikasikan jika ada penurunan

20 mmHg tekanan sistolik (dan 10 mmHg penurunan tekanan diastolik pada

beberapa fasilitas) dan 20 denyut per menit dalam peningkatan denyut

jantung. Sinkop Neurocardiogenic adalah bentuk dysautonomia ditandai

dengan penurunan tekanan darah yang tidak pantas sementara di posisi

tegak. Sinkop Neurocardiogenic berhubungan dengan sinkop vasovagal di

kedua terjadi sebagai akibat dari peningkatan aktivitas dari saraf vagus ,

andalan sistem saraf parasimpatis. Lain, tetapi bentuk jarang, adalah

postprandial hypotension, penurunan drastis tekanan darah yang terjadi 30


hingga 75 menit setelah makan makanan besar. Ketika banyak darah

dialihkan ke usus (semacam "splanknikus darah pooling" ) untuk

memfasilitasi pencernaan dan penyerapan , tubuh harus meningkatkan

cardiac output dan perifer vasokonstriksi untuk mempertahankan tekanan

darah yang cukup untuk menyembur organ vital, seperti otak. Hipotensi

postprandial diyakini disebabkan oleh sistem saraf otonom tidak

kompensasi tepat, karena penuaan atau gangguan tertentu.

Tekanan darah rendah terkadang diartikan sebagai tanda tidak

cukupnya darah yang mengalir pada otak dan organ vital lainnya, sehingga

dapat menyebabkan beberapa gejala seperti:

1. Kepala pusing atau badan terasa ringan

2. Pingsan

3. Penglihatan kabur

4. Detak jantung lebih cepat dari normalnya dan iramanya menjadi tidak

teratur

5. Merasa kebingungan

6. Mual atau merasa tidak enak badan

7. Lemah

8. Merasa kedinginan

9. Kulit pucat (pucat karena sakit)

10. Merasa haus atau dehidrasi (dehidrasi juga bisa menjadi penyebab tekanan

darah menurun)

11. Susah fokus atau berkonsentrasi (dr. Tjin Willy, Alodokter,2020).


5. Patofisiologi

Patofisiologi tekanan pada perubahan posisi tubuh misalnya dari tidur ke

berdiri maka tekanan darah bagian atas tubuh akan menurun karena

pengaruh gravitasi. Pada orang dewasa normal, tekanan darah arteri rata-rata

pada kaki adalah 180-200 mmHg. Tekanan darah arter isetinggi kepala

adalah 60-75 mmHg dan tekanan venanya 0. Pada dasarnya, darah akan

mengumpul pada pembuluh kapasitas vena ekstremitas inferior 650 hingga

750 ml darah akan terlokalisir pada satu tempat. Pengisian atrium kanan

jantung akan berkurang, dengan sendirinya curah jantung juga berkurang

sehingga pada posisi berdiri akan terjadi penurunan sementara tekanan

darah sistolik hingga 25 mmHg, sedang tekanan diastolic tidak berubah atau

meningkat ringan hingga 10mmHg (Andhini Alfiani Putri F, 2012).

Penurunan curah jantung akibat pengumpulan darah pada anggota tubuh

bagian bawah akan cenderung mengurangi darah ke otak. Tekanan arteri

kepala akan turun mencapai 20-30 mmHg. Penurunan tekanan ini akan

diikuti kenaikan tekanan persial CO2 (pCO2) dan penurunan tekanan persial

O2 (pCO2) serta pH jaringan otak (Andhini Alfiani Putri F, 2012). Secara

reflektoris, hal ini akan merangsang baroreseptor yang terdapat didalam

dinding dan hamper setiap arteri besar didaerah dada dan leher, namun

dalam jumlah banyak didapatkan dalam diding arteri karotis interna, sedikit

di atas bifurcation carotis, daerah yang dikenal sebagai sinus karotikus dan

dinding arkus aorta. Respon yang ditimbulkan baroreseptor berupa

peningkatan tahanan pembuluh darah perifer, peningkatan tekanan jaringan


pada otot kaki dan abdomen, peningkatan frekuensi respirasi, kenaikan

frekuensi denyut jantung serta sekresi zat-zat vasoaktif. Sekresi zat

vasoaktif berupa katekolamin, pengaktifan system Renin-Angiostensin

Aldosteron, pelepasan ADH dan neurohipofisis. Kegagalan fungsi reflex

autonomy inilah yang menjadi penyebab timbulnya hipotensi ortostatik,

selain oleh factor penurunan curah jantung akibat berbagai sebab dan

kontraksi volume intravascular baik yang relative maupun absolute.

Tingginya kasus hipotensi ortostatik pada usia lanjut berkaitan

dengan: (Andhini Alfiani Putri F, 2012).

1. Penurunan sensitivitas baroreseptor yang diakibatkan oleh proses

atheroskleosis sekitar sinus karotikus dan arkus aorta, hal iniakan

menyebabkan tak berfungsinya reflex vasokontriksi dan peningkatan

frekuensi denyut jantung sehingga mengakibatkan kegagalan

pemeliharaan tekanan arteri sistemik saat berdiri.

2. Menurunnya daya elastisitas serta kekuatan otot eksremitas inferior

6. Komplikasi

1. Pingsan : hipotensi yang menyebabkan tidak cukupnya darah yang

mengalir ke otak, sel-sel otak tidak meneri,a cukup oksigen dan nutrisi-

nutrisi. Sehingga mengakibatkan pening bahkan pingsan.

2. Stroke : hipotensi yang menyebabkan berkurangnya aliran darah dan

oksigen yang menuju otak sehingga mengakibatkan kerusakan otak.


Sehingga menimbulkan kematiain pada jaringan otak karena arteri otak

tersumbat (infark serebral) atau arteri pecah (pendarahan).

3. Anemia : hipotensi pada tekanan darah 90/80 menyebabkan produksi sel

darah merah yang minimal atau produksi sel darah merah yang rendah

sehingga mengakibatkan anemia.

4. Serangan jantung : hipotensi yang mengakbatkan kurangnya tekanan darah

yang tidak cukup untuk menyerahkan dara ke arter-arteri koroner (arteri

yang menyuplai darah ke otot jantung) seingga menyebabkan nyeri dada

yang mengakibatkan serangan jantung.

5. Gangguan ginjal : ketika darah yang tidak cukup dialirkan ke ginjal-

ginjal, ginjal-ginjal akan gagal untuk mengeliminasi pembuangan-

pembuangan dari tubuh yaitu urea, dan creatin, dan peningkatan pada

tingkat-tingkat hasil eliminasi didarah terjadi (contohnya : kenaikan dari

blood urea nitrogen atau BUN,dan serum keratin.

6. Shock : tekanan darah yang rendah memacu jantung untuk memompa

darah lebihbanyak, kondisi tersebut yang mengancam nyawa dimana

tekanan darah yang gigih menyebabkan organ-organ seperti ginjal , hati,

jantung, dan otak untuk secara cepat.

7. Penatalaksanan

1. Perawatan untuk hipotensi tergantung pada penyebabnya. Hipotensi

kronis jarang ada sebagai lebih dari gejala. Hipotensi tanpa gejala pada

orang sehat biasanya tidak memerlukan pengobatan. Pada penderita


hipotensi diharapkan melakukan olahraga ringan, seperti joging untuk

melatih kerja jantung secara teratur dan melancarkan aliran pmbuluh

darah keseluruh tubuh.

2. Penderita hipotensi harus membiasakan diri untuk mengatur pola

makan yang baik, dan mempunyai pelengkap makan seperti susu untuk

menambah stamina tubuh. Karena pada umumnya penderita hipotensi

memiliki kondisi yang lemah.

3. Penderita yang mengalami hipotensi diharuskan banyak beristirahat dan

membatasi aktivitas fisiknya.

4. Apabila penderita hipotensi mengalami anemia, maka harus

mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi untuk

meningkatkan sel - sel darah merah yang menambah volume darah

sehingga dapat meningkatkan tekanan darah.

5. Ubah posisi tubuh secara perlahan. Anda bisa mengurangi pusing saat

berdiri dengan cara berdiri perlahan. Sebelum bangun dari tempat tidur

di pagi hari, tarik nafas dalam-dalam selama beberapa menit kemudian

duduk perlahan sebelum berdiri. Hindari istrahat dengan posisi

terlentang. Ernadewi (2008)


B. Konsep Asuhan Keparawatan

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Pada pengkajian jenis kelamin : hipotensi berkaitan dengan jenis kelamin

laki-laki dan usia. Namun, pada usia muda , risiko hipotensi meningkat

tajam pada perempuan dibandingkan laki-laki. Laki-laki obesitas lebih

mempunyai risiko hiportensi lebih besar dibandingkan dengan

perempuan obesitas dengan berat badan sama. Di Kamerun utara,

pravelensi hipotensi pada perempuan (51,7%) lebih tinggi dibandingkan

laki-laki (48,7%). Hormon seks berkontribusi terhadap perbedaan gender

dalam control tekanan darah. 55% perempuan hipotensi berusia >40

tahun. Hipotensi berat sebanyak 88,5%. Usia.(Pikir dkk, 2015)

b. Riwayat Penyakit

1. Aktifitas dan Istirahat

Gejala : merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan, perubahan

kesadaran, letarghi, hemiparesis, quadreplagia, ataksia, cara berjalan

tak tegap, masalah dalam keseimbangan, cedera (trauma) ortopedi,

kehilangan tonus otot dan spastik otot.

2. Sirkulasi

Gejala: Perubahan tekanan darah (hipotensi), perubahan frekuensi

jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi dan

distritmia).
3. Integritas Ego

Gejala: Perubahan tingkah laku / kepribadian (demam). Tanda.:

Cemas, mudah tersinggung, delrium, agitasi, bingung, depresi dan

impulsif.

4. Eliminasi

Gejala: Inkontinensia kandung kemih.

5. Makanan / Cairan

Gejala : Mual, muntah dan mengalami penurunan selera. makan.

Tanda.: Muntah (mimgkin proyektif), gangguan menelan (batuk, air

liur keluar, dan disfagia).

6. Neurosensorik

Gejala: Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian,

vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, rasa baal dan

ekstremitas. Perubahan dalam penglihatan seperti ketajamamiya,

displopia, kehilangan sebagian lapang pandang, fotofotobia, gangguan

pengecapan dan penciuman. Tanda perubahan kesadaran bisa sampai

koma, perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian,

konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emosi tingkah laku dan

emosi). Perubahan pupil (respon terhadap cahaya., simetri) deviasi

pada. mata, ketidakmampuan mengikuti cahaya, kehilangan

pengindraan seperti: pengecapan, penciuman dan pendengaran, wajah


tidak simetris, lemah dan tidak seimbang. Reflek tendon dalam tidak

ada / lemah, apiaksia, hemiparesis, quadreplagia, postur (dekortikasi

deselerasi), kejang, sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan,

kehilangan sensasi sebagian tubuh dan kesulitan menentukan posisi

tubuh.

7. Nyeri / kenyamanan

Gejala : sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda dan

biasanya lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik ada

rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa beristirahat dan merintih

8. Pernafasan

Tanda : perubahan pola nafas (apneu yang diselingi oleh hiperventilasi),

nafas berbunyi, stridor, tersedak, ronchi, menghi positif (kemungkinan

karena aspirasi).

9. Keamanan

Gejala : trauma karena kecelakaan. Tanda : fraktur / dislokasi dan

gangguan penglihatan gangguan rentang gerak, kekuatan secara umum

mengalami paralisis.

10. Interaksi sosial

Tanda : bicara tanpa arti, disorientasi, amnesia / lupa sesaat


2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,

keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang aktual atau potensial (Hidayat,2001)

Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus hipotensi adalah:

1. Penurunan curah jantung

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

3. Intoleran aktivitas

4. Resiko cidera

3. Intervensi Keperawatan

No Tujuan NOC NIC


1 Penurunan curah NOC: NIC:
jantung  Cardiac pump Cardiac Care
Definisi : Ketidak effect tiveness 1. Evaluasi adanya nyeri dada
adekuatan darah  Circulation status (intensitas, lokasi, durasi)
yang dipompa oleh  Vital sign status 2. Catat adanya disritmia
jantung untuk Kriteria hasil: jantung
memenuhi  Tanda vital 3. Catat adanya tanda dan
kebutuhan dalam rentan gejala penurunan cardiac
metabolik tubuh normal (tekanan output
Batasan darah, nadi, 4. Monitor status
Karaktekristik: respirasi) kardiovaskuler
1. Perubahan  Dapat 5. Monitor status pernafasan
frekuensi irama mentoleransi yang menandakan gagal
jantung aktivitas, tidak jantung
 Bradikardia ada kelelahan 6. Monitor abdomen sebagai
 Palpitasi indicator penurunan perfusi
 Tidak ada edema
jantung paru, perifer dan 7. Monitor balance cairan
 Perubahan tidak ada asites 8. Monitor adanya perubahan
elektrokardiog  Tidak ada tekanan darah
ram (EKG) penurunan 9. Monitor respon pasien
(mis, kesadaran terhadap efek pengobatan
aritmia,abnor antiaritmia
malitas 10. Atur periode latihan dan
konduksi, istirahat untuk menghindari
iskemia) kelelahan
 Takikardia 11. Monitor toleransi aktivitas
2. Perubahan pasien
preload: 12. Monitor adanya dyspneu,
 Distensi vena fatigue, takipneu, dan
jugular ortopneu

 Edema 13. Anjurkan untuk menurunkan

 Keletihan stress

 Murmur
Vital Sign Monitoring
jantung
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan
 Peningkatan
RR
berat badan
2. Catat adanya fluktuasi
 Peningkatan
tekanan darah
CVP
3. Monitor VS saat pasien
 Penurunan
berbaring, duduk, atau berdiri
pulmonary
4. Auskultasi TD pada kedua
artery wedge
lengan dan bandingkan
pressure
5. Monitor TD, nadi, RR,
(PAWP)
sebelum, selama, dan setelah
3. Perubahan
aktivitas
afterload:
6. Monitor kualitas dari nadi
 Dispnea
7. Monitor adanya pulsus
 Kulit lembab paradokus
 Oliguria 8. Monitor adanya pulsus

 Pengisian alterans

kapiler 9. Monitor jumlah dan irama

memanjang jantung

 Peningkatan 10.identifikasi penyebab dari

PVR perubahan vital sign

 Peningkatan
SVR
 Penurunan
nadi perifer
 Penurunan
resistansi
vascular paru
(pulmonary
vascular
resistance,
PVR)
 Penurunan
resistansi
vascular
sistemik
(systemic
vascular
resistance,
SVR)
 Perubahan
tekanan darah
 Perubahan
warna kulit
(mis: pucat,
abu-abu,
sianosis)
4. Perubahan
kontraktilitas
 Batuk
 Bunyi nafas
tambahan
 Bunyi S3-S4
 Dispnea
paroksismal
nocturnal
 Ortopnea
 Penurunan
fraksi ejeksi
 Penurunan
stroke volume
index (SVI)
5. Perilaku/emosi
 Ansietas
 Gelisa
Faktor yang
berhubungan:
 Perubahan
afterload
2 Resiko NOC NIC
ketidakefektifan 1. Perfusi jaringan:
perfusi jaringan selebral Manajemen Edema Serebral
otak 2. Koagulasi darah Observasi:
3. Status sirkulasi
Definisi: Beresiko 1. Monitor status Neurologi
terhadap penurunan dengan ketat dan
sirkulasi darah ke
ginjal yang dapat Kriteria hasil bandingkan dengan nilai
menganggu normal
kesehatan - Tekanan systole 2. Monitor CVP, PAWP, dan
dan iastole dalam
rentang yang PAP sesuai kebutuhan
Faktor resiko 3. Monitor TTV
diharapkan
 Sindrom - Tidak ada 4. Monitor TIK klien dan
kompartemen ortostatisk respon neurologi akibat
hipertensi aktivitas perawatan
abdomen - Tidak ada tanda Mandiri:
 Usia lanjut peningkatan
tekanan 1. Lakukan latihan ROM
 Nekrosis intrakranial pasif
kortikal bilateral - Berkomunikasi
2. Berikan metode alternatif
 Luka bakar dengan jelas dan
sesuai dengan komunikasi
 Pembedahan
kemampuan 3. Berikan sedasi, sesuai
jantung
- Menunjukkan kebutuhan
 Bypass kardio perhatian, 4. Hindari fleksi leher, atau
pulmonal konsentrasi dan
 Diabetes orientasi fleksi ekstrem pada
mellitus lutut/panggul
 Pajanan 5. Berikan aroma terapi
terhadap toksis
Kolaborasi:
 Jenis kelamin
wanita 1. Kolaborasi dengan dokter dan
 Glemerulonefrit tim kesehatan lain untuk
is tindakan selanjutnya bila
 Hipertensi
keadaan klien belum
 Hipoksemia,
hiposia membaik
 Infeksi, misal 2. Monitor TIK (Tekanan
sepsis; Intrakranial)
infeksilikal
 Intersitial Observasi:
nefritis 1. Monitor kualitas dan
 Keganasan karakteristik gelombang
 Hipertensi
TIK
maligna
 Asisdosis Mandiri:
metabolik 1. Pertahankan sterilisasi
 Multi trauma, sistem pemantauan
polinefritis 2. Jaga tekanan arteri
sistemik dalam jangkuan
tertentu
3. Sesuaikan kepala tempat
tidur untuk
mengoptimalkan perfusi
serebral
HE:

1. Berikan informasi kepada


pasien dan keluarga
tentang prosedur yang
akan dilakukan
Kolaborasi

1. Beritahukan dokter untuk


peningkatan TIK yang tidak
bereaksi sesuai perawatan
Perawatan Jantung

1. Monitor distritmia jantung,


termasuk gangguan ritme
dan konduksi jantung
2. Monitor toleransi aktivitas
pasien
3. Pastikan aktivitas klien yang
tidak berpengaruh terhadap
kenaikan darah
4. Lindungi klien dari
kecemasan dan depresi
5. 6. Susun waktu latihan dan
6. istirahat
7. Intruksikan kepada keluarga
agar sesalu didekat klien
8. Kolaborasikan dengan dokter
bila, tekanan darah klien
tidak kembali normal setelah
dilakukan tindakan
3 Intoleran aktivitas NOC NIC:
Definisi :  Energy
Activity Therapy
conservation
ketidakcukupan
 Activity 1. Kolaborasikan dengan tenaga
energi psikologis
tolerance rehabilitasi Medik dalam
atau fisiologis
untuk melanjutkan merencanakan program
Kriteria hasil: terapi yang tepat
atau menyelesaikan
 Berpartisipasi 2. Bantu klien untuk
aktifitas kehidupan
dalam aktivitas mengidentifikasi aktivitas
sehari-hari yang
fisik tanpa yang mampu dilakukan
harus atau ingin
disertai 3. Bantu untuk memilih
dilakukan.
peningkatan aktivitas konsisten yang
Batasan tekanan sesuai dengan kemampuan
Karaktekristik: darah,nadi, RR fisik, psikologi dan social
 Mampu 4. Bantu untuk
 Dispnea setelah melakukan mengidentifikasi dan
beraktivitas aktivitas sehari- mendapatka sumber yang
 Keletihan hari secara diperlukan untuk aktivitas
 Ketidaknyamana mandiri yang diinginkan
n setelah  Tanda-tanda vital 5. Bantu untuk mendapatkan
beraktivitas normal alat bantuan aktivitas seperti
 Perubahan  Level kelemahan kursi roda, krek.
elektrokardiogra  Status 6. Bantu untuk
m (EKG) (mis., kardiopolmunai mengidentifikasi aktivitas
aritmia., adekuat yang disukai
abnormalitas.,  Status 7. Bantu pasien/keluarga untuk
konduksi., respirasi(pertuka mengidentifikasi kekuranga
iskemia) ran gas) dalam beraktivitas
 Respons 8. Sediakan penguatan positif
frekuensi jantung bagi yang aktif beraktivitas
abnormal 9. Bantu pasien untuk
terhadap aktivitas mengembangkan motivasi
 Respons tekanan diri dari dan penguatan
darah abnormal Monitor respon fisik, emosi,
terhadap aktivitas social dan spiritual
Factor yang
berhubungan :

 Gaya hidup
kurang gerak
 Imobilitas
 Ketidakseimb
angan antara
suplai dan
kebutuhan
oksigen
 Tirah baring

4 Resika cedera NOC NIC


1. Risk kontrol
Definisi : Rentan Environmen manajemen
rentan mengalami (Manajemen lingkungan)
cedera fisik akibat Kriteria hasil :
kondisi lingkunagn 1. Sediakan lingkungan yang
yang berinteraksi  Klien terbebas aman untuk pasien
terbebas dari 2. Identifkasi kebutuhan
dengan sumber
cedera keamanan pasien, sesuai
adaptif dan sumber  Klien mampu dengan kondisi fisik dan
menjelaskan
definsif individu, fungsi kognitif pasien dan
cara /metode
yang dapat untuk mencegah riwayat penyakit terdahulu
menggangu injuri atau cedera pasien
kesehatan.  Klien mampu 3. Menghindarkan lingkungan
menjelaskan yang berbahaya
Faktor Risiko: faktor risiko dari 4. Monitor lingkungan terhadap
Eksternal lingkungan terjadinya perubahan status
- Biologis (tingkat /perilku personal keselamatan.
imunisasi,  Mampu
5. Sediakan alat untuk
komunitas, memodifikasi
gaya hdup untuk beradaptasi (misalnya, kursi
mikroorganisme) untuk pijakan dan pegangan
mencegah injuri
- Zat kimia (racut,
 Menggunakan tangan).
polutan,obat,alko fasiltas kesehatan 6. Letakkan benda-benda dalam
hol, yang ada jangkauan yang mudah bagi
nikotin,pengawet,  Mampu pasien.
pewarna) menegnali 7. Sediakan pegangan pada
- Manusia (agent, perubahan
kesehatan tangga dan pegangan tangan
nosokomial, pola yang dapat dilihat pasien.
ketangangan) 8. Bantu klien menata
- Cara pemindahan lingkungan
/ transfor 9. Orientasi klien pada ruangan
Internal 10. Tidak memberikan tekanan
- Profil darah yang pada mata yang terkena
abnormal (mis. trauma.
Lekositosis/leuko 11. Gunakan prosedur yang
penia,gangguan memadai ketika memberikan
faktor koagulan, obat mata
trombositopenia, Health Education
talasemia,
- Disfungsi imun 12. Ajarkan anggota keluarga
/autoimun mengenai faktor-faktor yang
- Mal nutrisi berkontribusi terhadap
- Disfungsi adanya kejadian jatuh dan
sensorik bagaiman keluarga bisa
- Hipoksia jaringan menurunkan risiko ini
- Dsfungsi 13. Bahas perlunya penggunaan
biokimia perisai metal atau kacamata
bila diperintahkan

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Berman & Synder,

2016).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahapan akhir dan suatu proses

keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan rencana

tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan

dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kesehatan (Wijaya &

Putri, 2013).

BAB III
METODE PENULISAN

A. Pendekatan/Desain

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan laporan asuhan

keperawatan hipotensi metode literatur ini adalah tinjauan literatur tentang

hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipotensi.

B. Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam tinjauan literatur tentang

hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipotensi

berdasarkan publikasi ilmiah menggunakan mesin pencari online, yaitu

google scholar.

C. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui penelusuran artikel publikasi pada

penerbit nasional dan internasional, menggunakan kata kunci asuhan

keperawatan dan hipotensi.

D. Analisa Data

Menjelaskan proses analisis hasil penelusuran beberapa publikasi

ilmiah terkait dengan asuhan keperawatan dengan hipotensi dan dibuat

rangkuman. Analisis data yang digunakan dalam studi kasus ini

menggunakan metode naratif, yang berisikan: 1) nama peneliti; 2) tahun

publikasi; 3) lokasi penelitian; 4) judul penelitian; 5) metode; dan 6)

ringkasan hasil penelitian.


BAB IV

PROSES KEPERAWATAN DAN PEMBAHSAN

A. Pengkajian

Pada pengkajian jenis kelamin : hipotensi berkaitan dengan jenis kelamin

laki-laki dan usia. Namun, pada usia muda , risiko hipotensi meningkat tajam

pada perempuan dibandingkan laki-laki. Laki-laki obesitas lebih mempunyai

risiko hiportensi lebih besar dibandingkan dengan perempuan obesitas dengan

berat badan sama.

Keluhan utama yang dijumpai pada klien dengan hipotensi kepala

pusing dan badan terasa ringan. Berdasarkan teori Munadiatul (2009),

keluhan utama yang didapat pada klien dengan hipotensi adalah adalah :

kepala pusing, lemah dan mudah lelah, mudah pingsan, pucat, kebingungan,

ujung tangan dan kaki dingin.

Pengkajian riwayat dahulu pada klien hipotensi biasanya adanya

riwayat penyakit DM atau penyakit - penyakit lain yang ada kaitannya dengan

defisiensi insulin misalnya penyakit pancreas, adanya riwayat penyakit gagal

ginjal. Berdasarkan Pendapat dr. Tjin Willy (2020), beberapa penyakit,

seperti diabetes dan penyakit tiroid, menyebabkan penurunan kadar hormon

dalam darah, dan berdampak pada menurunnya tekanan darah. Salah satu

penyakit jantung yang bisa menyebabkan hipotensi adalah syok kardiogenikg

juga akan merganggunya fungsi jantung menyebabkan jantung tidak dapat


memompa darah dengan baik ke seluruh tubuh, sehingga tekanan darah akan

menurun.

Pengkajian aktifitas sehari-hari klien dengan hipotensi biasanya

mengalami gangguan, lemah, susah bergerak, tidak ada nafsu makan dan

mengalami anoreksia. Berdasarkan penelitian Santoso (2017), pada riwayat

kebiasaan (pola makan) pasien sebelum sakit yaitu pasien tidak bisa tidak

bisa menjaga pola makan dan sering sekali minum minuman yang manis

secara berlebihan. Klien belum tahu mengenai penyakit diabetes millitus,

selama dirawat pasien terjadi penurunan nafsu makan dan tidak

menghabiskan porsi makan yang disediakan. Hal ini disebabkan karena

pasien merasa cemas akan penyakitnya. Salah satu gejala gejala pada pasien

hipotensiadalah poliphagia yang disebabkan oleh karena glukosa tidak dapat

masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka produksi energi

menurun, penurunan energy akan menstimulasi rasa lapar. (Purwamto,H ,

2016)..

Berdasarkan penelitian Santoso (2017) pola aktifitas juga mengalami

gangguan disebabkan kondisi klien dalam keadaan lemah, semua aktifitas

pasien dibantu oleh perawat dan keluarga. Seseorang yang mengalami

tekanan darah rendah umumnya akan mengeluhkan keadaan sering pusing,

sering menguap, penglihatan terkadang dirasakan kurang jelas (kunang-

kunang) terutama sehabis duduk lama lalu berjalan, keringat dingin, merasa

cepat lelah tak bertenaga, bahkan mengalami pingsan yang berulang.

29
Pada pemeriksaan secara umum detak/denyut nadi teraba lemah,

penderita tampak pucat, hal ini disebabkan suplai darah yang tidak

maksimum keseluruh jaringan tubuh. Pengkajian riwayat psikososial pada

klien dengan hipotensi meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan

emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta

tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita. Hasil penelitian Amelia

(2017) klien dengan hipotensi riwayat merasa cemas dan berharap cepat

sembuh dan bisa keluar dari Rs dan berkumpul dengan keluarganya kembali

serta dapat menjalan ibadah dimesjid, klien mendapat dukungan kelurga baik,

reaksi saat interaksi cukup kooperatif.

Pemeriksaan fisik pada klien dengan kehilangan kesadaran

sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan

pendengaran, rasa baal dan ekstremitas. Perubahan dalam penglihatan seperti

ketajamamiya, displopia, kehilangan sebagian lapang pandang, fotofotobia,

gangguan pengecapan dan penciuman. Tanda. Perubahan kesadaran bisa

sampai koma, perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian,

konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emosi tingkah laku dan emosi).

Perubahan pupil (respon terhadap cahaya., simetri) deviasi pada. mata,

ketidakmampuan mengikuti cahaya, kehilangan pengindraan seperti:

pengecapan, penciuman dan pendengaran, wajah tidak simetris, lemah dan

tidak seimbang. Reflek tendon dalam tidak ada / lemah, apiaksia,

hemiparesis, quadreplagia, postur (dekortikasi deselerasi), kejang, sangat


sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi sebagian tubuh

dan kesulitan menentukan posisi tubuh.

B. Diagnosa Keperawatan

Analisa data pada kasus hipotensi Kusuma, A (2018) yang mengatakan

diagnosa keperawatan pada klien dengan masalah dapat ditarik beberapa

diagnosa antara lain Menurut PPNI (2017) diagnosa keperawatan klien

yang muncul pada kasus hipotensi adalah:

1. Penurunan curah jantung

2. Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

3. Intoleran aktivitas

4. Resiko cidera

Diagnosa keperawatan klien dengan hipotensi menurut NANDA

International Nursing Diagnosis and Calssification 2018-2020 yaitu

Penurunan curah jantung adalah ketidak adekuatan darah yang dipompa oleh

jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh . Batasan karaktekristik:

pada perubahan frekuensi irama jantung mengalami bradikardia , palpitasi

jantung, perubahan, elektrokardiogram (EKG) (mis, aritmia,abnormalitas

konduksi, iskemia), takikardia. Untuk perubahan preload klien mengalami

distensi vena jugular, edema, keletihan, murmur jantung, peningkatan berat

badan, peningkatan CVP, penurunan pulmonary artery wedge pressure

(PAWP). Pada perubahan afterload: dyspnea, kulit lembab, oliguria,

31
pengisian kapiler memanjang, peningkatan PVR, peningkatan

SVR,penurunan nadi perifer, penurunan resistansi vascular paru (pulmonary

vascular resistance, PVR), penurunan resistansi vascular sistemik (systemic

vascular resistance, SVR), perubahan tekanan darah, perubahan warna kulit

(mis: pucat, abu-abu, sianosis). Bila terjadi perubahan kontraktilitas klien

mengalami batuk, bunyi nafas tambahan, bunyi S3-S4, dispnea paroksismal ,

nocturnal, ortopnea . Pada Perilaku / emosi : ansietas , gelisah (Kusuma A,

2018).

Diagnosa keperawatan resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

pada klien dengan hipotensi menurut NANDA International Nursing

Diagnosis and Calssification 2018-2020 adalah beresiko terhadap penurunan

sirkulasi darah ke otak yang dapat menganggu kesehatan. Faktor risiko

adalah adalah sindrom kompartemen abdomen, usia lanjut, nekrosis kortikal

bilateral, luka bakar, pembedahan jantung, bypass kardio pulmonal, diabetes

mellitus, pajanan terhadap toksis, jenis kelamin wanita, glemerulonefritis,

hipoksemia, hiposia, infeksi, misal sepsis; infeksilikal, intersitial nefritis,

keganasan, asisdosis metabolik, multi trauma, polinefritis (Kusuma A,

2018).

Diagnosa keperawatan intoleransi aktifitas pada hipotensi menurut

NANDA International Nursing Diagnosis and Calssification 2018-2020

yaitu ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan

atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau ingin

dilakukan. Batas karakteristiknya adalah respon tekanan darah abnormal


terhadap aktivitas, respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas,

ketidaknyamanan setelah beraktifitas, dispunue setelah beraktifitas,

menyetakan merasa letih, menyatakan merasa lemah (Kusuma A, 2018).

Diagnosa keperawatan resiko cedera pada klien dengan hipotensi

menurut NANDA International Nursing Diagnosis and Calssification 2018-

2020 adalah Rentan rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkunagn

yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber definsif individu, yang

dapat menggangu kesehatan. Faktor risiko adalah pada eksternal; biologis

(tingkat imunisasi, komunitas, mikroorganisme), zat kimia (racut, polutan,

obat, alkohol, nikotin, pengawet, pewarna), manusia (agent, nosokomial, pola

ketangangan), cara pemindahan/ transfor. Pada Internal ; profil darah yang

abnormal (mis. lekositosis /leukopenia, gangguan faktor koagulan,

trombositopenia, talasemia; Disfungsi imun /autoimun, malnutrisi, disfungsi

sensorik, hipoksia jaringan, disfungsi biokimia (Kusuma A, 2018).

C. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer pada klien dengan hipotensi berdasarkan Nursing

Outcomes Classification (NOC) dan Nursing Interventions Classification

(NIC) bertujuan untuk: Cardiac pump effect tiveness, circulation status, vital

sign status. Indikator yang ditetapkan juga mengacu pada NOC, yaitu: untuk

cardiac are yang dilakukan evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi,

durasi), catat adanya disritmia jantung, catat adanya tanda dan gejala

33
penurunan cardiac output, monitor status kardiovaskuler, monitor status

pernafasan yang menandakan gagal jantung, monitor abdomen sebagai

indicator penurunan perfusi, monitor balance cairan, monitor adanya

perubahan tekanan darah, monitor respon pasien terhadap efek pengobatan

antiaritmia, atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan,

monitor toleransi aktivitas pasien, monitor adanya dyspneu, fatigue, takipneu,

dan ortopneu, anjurkan untuk menurunkan stress. Pada vital sign monitoring

dilakukan monitor TD, nadi, suhu, dan RR, catat adanya fluktuasi tekanan

darah, monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri, auskultasi TD

pada kedua lengan dan bandingkan, monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,

dan setelah aktivitas, monitor kualitas dari nadi, monitor adanya pulsus

paradokus, monitor adanya pulsus alterans, monitor jumlah dan irama

jantung, identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.

Rencana keperawatan untuk mengatasi resiko ketidakefektifan perfusi

jaringan otak pada pasien dengan hipotensi berdasarkan Nursing Outcomes

Classification (NOC) dan Nursing Interventions Classification (NIC)

bertujuan Perfusi jaringan: selebral, koagulasi darah, status sirkulasi.

Indikator yang ditetapkan juga mengacu pada NOC, yaitu manajemen edema

serebral terdiri dari tindakan :monitor status Neurologi dengan ketat dan

bandingkan dengan nilai normal, monitor CVP, PAWP, dan PAP sesuai

kebutuhan, monitor TTV, Monitor kualitas dan karakteristik gelombang TIK,

monitor TIK klien dan respon neurologi akibat aktivitas perawatan, lakukan

latihan ROM pasif, berikan metode alternatif komunikasi, berikan sedasi,


sesuai kebutuhan, hindari fleksi leher, atau fleksi ekstrem pada lutut/panggul,

berikan aroma terapi, Pertahankan sterilisasi sistem pemantauan, Jaga tekanan

arteri sistemik dalam jangkuan tertentu sesuaikan kepala tempat tidur untuk

mengoptimalkan perfusi serebral berikan informasi kepada keluarga tentang

penyakit yang di derita klien, kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lain

untuk tindakan selanjutnya bila keadaan klien belum membaik, berikan

informasi kepada pasien dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan,

beritahukan dokter untuk peningkatan TIK yang tidak bereaksi sesuai

perawatan, pastikan aktivitas klien yang tidak berpengaruh terhadap kenaikan

darah, lindungi klien dari kecemasan dan depresi, usun waktu latihan dan

istirahat

Rencana keperawatan untuk mengatasi intoleransi aktifitas pada

pasien dengan hipotensi berdasarkan Nursing Outcomes Classification

(NOC) dan Nursing Interventions Classification (NIC) bertujuan untuk

Energy conservation , activity tolerance, self care: ADLs. Indikator yang

ditetapkan juga mengacu pada NOC, yaitu bantu klien untuk

mengidentifikasikan aktivitas yang mampu dilakukan, monitor respirasi dan

status O2, bersihkan mulut, hidung dan secret trakea, pertahankan jalan nafas

yang paten, psikologi, dan sosial, sediakan alat bantu aktivitas seperti kursi

roda dan krek, kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medic dalam

merencanakan program terapi yang tepat, bantu klien untuk membuat jadwal

latihan diwaktu luang, berikan motivasi, monitor respon fisik, emosi, sosial,

dan spiritual.

35
Rencana keperawatan untuk mengatasi resiko cedera pada pasien

dengan hipotensi berdasarkan Nursing Outcomes Classification (NOC) dan

Nursing Interventions Classification (NIC) bertujuan untuk Risk kontrol.

Indikator yang ditetapkan juga mengacu pada NOC, yaitu sediakan

lingkungan yang aman untuk pasien, identifkasi kebutuhan keamanan pasien

sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit

terdahulu pasien, hindarkan lingkungan yang berbahaya, monitor lingkungan

terhadap terjadinya perubahan status keselamatan, sediakan alat untuk

beradaptasi (misalnya, kursi untuk pijakan dan pegangan tangan), letakkan

benda-benda dalam jangkauan yang mudah bagi pasien, sediakan pegangan

pada tangga dan pegangan tangan yang dapat dilihat pasien, bantu klien

menata lingkungan, orientasi klien pada ruangan unakan prosedur yang

memadai ketika memberikan obat mata, ajarkan anggota keluarga mengenai

faktor-faktor yang berkontribusi terhadap adanya kejadian jatuh dan

bagaiman keluarga bisa menurunkan risiko ini, Bahas perlunya penggunaan

perisai metal atau kacamata bila diperintahkan.

D. Tindakan Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang sesuai dengan

yang telah direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.

Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan

kesimpulan perawat, dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.

Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh


hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain. Pada

tahap implementasi ini terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana

keperawatan, menuliskan atau mendokumentasi rancana keperawatan,

serta melanjutkan pengumpulan data (Mitayani, 2011).

Dalam implementasi keperawatan, tindakan harus cukup mendetail

dan jelas supaya tenaga keperawatan dapat menjalankannya dengan baik

dalam waktu yang telah ditentukan. Perawat dapat melaksanakan langsung

atau bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya (Mitayani, 2011).

Implementasi menurut teori adalah mengidentifikasi bidang bantuan

situasi yang membutuhkan tambahan beragam dan mengimplementasikan

intervensi keperawatan dengan praktik terdiri atas keterampilan kognitif,

interpersonal dan psikomotor (teknis). Dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pada klien pada batu kandung kemih, pada prinsipnya adalah

menganjurkan klien untuk banyak minum, mengobservasi tanda-tanda vital,

mengawasi pemasukan dan pengeluaran cairan, memberikan obat dan

memantau hasil pemeriksaan darah lengkap sesuai program serta melibatkan

keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan. Mendokumentasikan semua

tindakan keperawatan yang dilakukan ke dalam catatan keperawatan secara

lengkap yaitu ; jam, tangal, jenis tindakan, respon klien dan nama lengkap

perawat yang melakukan tindakan keperawatan.

37
E. Evaluasi Keperawatan

Hidayat (2009) mengatakan evaluasi merupakan langkah terakhir dari

proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana

tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan

evaluasi keperawatan seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan

dalam memahami respons terhadap intervensi keperawatan, kemampuan

menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta

kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria

hasil.

1. Tinjauan literatur terhadap evaluasi tindakan keperawatan pada pasien

dengan hipotensi didasarkan pada kriteria yang ditetapkan oleh NOC dari

Kusuma A (2018). Berdasarkan beberapa literatur yang penulis analisis

terkait dengan kriteria evaluasi terhadap keberhasilan tindakan

keperawatan untuk masalah penurunan curah jantung berdasarkan

beberapa literatur yang dikemukakan oleh Kusuma,A (2008) adalah

sebagai berikut :

1. Tanda vital dalam rentan normal (tekanan darah, nadi, respirasi)

2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan

3. Tidak ada edema paru, perifer dan tidak ada asites

4. Tidak ada penurunan kesadaran

1. Tinjauan literatur terhadap evaluasi tindakan keperawatan pada pasien

dengan hipotensi didasarkan pada kriteria yang ditetapkan oleh NOC dari

Kusuma A (2018). Berdasarkan beberapa literatur yang penulis analisis


terkait dengan kriteria evaluasi terhadap keberhasilan tindakan keperawatan

untuk masalah penurunan curah jantung berdasarkan beberapa literatur yang

dikemukakan oleh Kusuma,A(2008) adalah sebagai berikut :

1. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang

diharapkan

2. Tidak ada tanda peningkatan tekanan intrakranial

3. Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan

4. Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi

Tinjauan literatur terhadap evaluasi tindakan keperawatan pada pasien

dengan hipotensi didasarkan pada kriteria yang ditetapkan oleh NOC dari

Kusuma A (2018). Berdasarkan beberapa literatur yang penulis analisis

terkait dengan kriteria evaluasi terhadap keberhasilan tindakan keperawatan

untuk masalah intoleransi aktifitas berhubungan pada hipotensi berdasarkan

beberapa literatur yang dikemukakan oleh Kusuma,A (2008) adalah sebagai

berikut :

1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan

darah, nadi, dan RR

2. Mampu melakukan aktifitas sehari-hari (ADL) secara mandiri

3. Tanda – tanda vital dalam batas normal

4. Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat

Tinjauan literatur terhadap evaluasi tindakan keperawatan pada pasien

dengan hipotensi didasarkan pada kriteria yang ditetapkan oleh NOC dari

Kusuma A (2018). Berdasarkan beberapa literatur yang penulis analisis

39
terkait dengan kriteria evaluasi terhadap keberhasilan tindakan keperawatan

untuk masalah resijko cedera berhubungan pada hipotensi berdasarkan

beberapa literatur yang dikemukakan oleh Kusuma,A (2008) adalah sebagai

berikut :

1. Klien terbebas terbebas dari cedera

2. Klien mampu menjelaskan cara /metode untuk mencegah injuri atau

cedera

3. Klien mampu menjelaskan faktor risiko dari lingkungan /perilku personal

4. Mampu memodifikasi gaya hdup untuk mencegah injuri

5. Menggunakan fasiltas kesehatan yang ada

6. Mampu menegnali perubahan kesehatan

7. Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Hasil tinjauan literatur terhadap pengkajian klien hipotensi dapat

disimpulkan bahwa klien bisanya terjadi pada klien yang perempuan dan

berumur ≥ 45 tahun. Keluhan utama yang didapat pada klien dengan

hipotensi adalah : kepala pusing, lemah dan mudah lelah, mudah pingsan,

pucat, kebingungan , ujung tangan dan kaki dingin

2. Diagnosa Keperawatan.

Hasil tinjauan literatur terhadap diagnosa keperawatan prioritas pada

klien dengan adalah Diagnosa keperawatan hipotensi yang muncul pada

kasus hipotensi adalah: penurunan curah jantung, ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer, intoleransi aktivitas, resiko cidera

3. Rencana Keperawatan.

Rencana keperawatan pada klien dengan hipotensi berdasarkan hasil

tinjauan literatur sudah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh

Nursing Outcomes Classification (NOC) dan Nursing Interventions

Classification (NIC).

41
4. Tindakan Keperawatan.

Tindakan keperawatan pada klien dengan hipotensi berdasarkan hasil

tinjauan literatur sudah sesuai dengan rencana keperawatan yang telah

disusun berdasarkan Nursing Interventions Classification (NIC). Tindakan

keperawatan pada klien dilakukan sesuai rencana pada teori. Tidak semua

tindakan yang direncanakan dilakukan karena penulis dalam melakukan

tindakan lebih mengutamakan tindakan prioritas dalam proses pengobatan

dan penyembuhan klien dan juga disesuaikan dengan kondisi, situasi, dan

perubahan yang dialami klien.

5. Evaluasi

Evaluasi keberhasilan tindakan pada klien dengan hipotensi berdasarkan

hasil tinjauan literatur sudah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan

oleh Nursing Outcomes Classification (NOC). Klien di pulangkan karena

kondisinya telah membaik dan disarankan untuk kembali melakukan

kontrol. Maka penulis memberikan health education mengenai

menganjurkan kepada klien untuk selalu melakuan teknik relaksasi napas

dalam ketika nyeri kembali dirasakan dan menganjurkan klien untuk selalu

mengontrol tanda – tanda vital secara rutin,, juga menganjurkan pada

klien untuk selalu mengkonsumsi air yang banyak beristirahat, membantu

klien untuk mobilisasi, modifikasi lingkungan yang aman dan nyaman, dan

serta mengkonsumsi obat yang diberikan sesuai dengan instruksi.

42
43

B. Saran

1. Klien/ keluarga

Meningkatkan pemahaman tentang perawatan dan pencegahan

hipotensi dengan cara berpartisipasi aktif bersama perawat dalam proses

perawatan untuk mengatasi masalah hipotensi

2. Fasilitas pelayanan kesehatan.

Perlu diberikan informasi yang lengkap guna mengurangi kecemasan

pada klien dengan hipotensi

3. Institusi Pendidikan.

Institusi pendidikan dapat berperan dalam mengatasi masalah hipotensi

pada klien melalui kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat.

43
44

DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Indonesia: CV Pentasada Media


Eduksi.

Doenges, Marilynn E.(2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC,
Jakarta

Guyton A. C dan Hall J. E, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, EGC, Jakarta

Hidayat, A. ( 2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta.

Idris, A. M., Indriasari, R., & Jafar, N. (2015). Hubungan Pola Makan Dengan
Kadar Gula Darah Pasien Rawat Jalan DM Tipe 2 Di Wiliyah Kerja
Puskesmas Kota Makassar. Diakses dari
https://core.ac.uk/download/pdf/2549581

Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Kozier, B. 2011. Fundamental Keperawatan.: EGC, Jakarta

Kususma H. Dan Nurarif (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.: MediAction. Jogjakarta

Morgan, (2011). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: I Made K., Nimade

Nugroho, D. T. (2011). Asuhan Keperawatan. : Nuha Medika, Yogyakarta

Nurarif Amin Huda, 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan NANDA NIC-NOC, Jilid 2, Media Action, Jogjakarta

PPNI. (2017). Standar Diagnosisi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Tim


Prokja SDKI DPP PPNI.

Snell, Ricchard S, Anatomi klinis untuk mahasiswa kedokteran, Alih bahasa : Liliana
Sugiarto, edisi ke-6, EGC, Jakarta
45

Wilkinson, J. M. (2013). Diagnosa Keperawatan Edisi 9, EGC. Jakarta

45

Anda mungkin juga menyukai