Anda di halaman 1dari 76

SKRIPSI

SYSTEMATIC REVIEW GAMBARAN KEJADIAN HIPERTENSI DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS RIJALI AMBON

OLEH
CHRISTY IRENE HATTU
12114201150023

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
AMBON
2020

i
SYSTEMATIC REVIEW GAMBARAN KEJADIAN HIPERTENSI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS RIJALI AMBON

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan

OLEH
CHRISTY IRENE HATTU
12114201150023

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
AMBON
2020

ii
MOTO

HAI ANAKKU DENGARKANLAH DIDIKAN AYAHMU

DAN JANGAN MENYIAKAN AJARAN IBUMU

(Amsal 1 : 8)

iii
ii
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Christy Irene Hattu


NPM : 12114201150023
Judul Skripsi : Systematic Review Gambaran Kejadian
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Rijali Ambon
Jurusan : Keperawatan
Program Studi : Keperawatan
Fakultas : Kesehatan
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Karya Tulis ini adalah orisinal sendiri melalui proses penelitian, dan didalam
karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat orang lain, kecuali secara
tertulis menyebutkan penulis dari sumber aslinya atau dari sumber orang lain,
sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka.
2. Saya menyerarkan hak milik atas karya tulis ini kepada Universitas Kristen

Indonesia Maluku dan oleh karenanya berhak melakukan pengelolaan atas

karya tulis ini sesuai dengan norma hukum dan etika yang berlaku.

3. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila dikemudian hari

terbukti tidak sesuai dengan pernyataan ini, saya bersedia menerima sanksi

akademik sesuai dengan norma yang berlaku di Universitas Kristen Indonesia

Maluku dan perundang-undangan yang berlaku.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kuasa dan hikmat-Nya

yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini

dengan judul “ Systematic Review Gambaran Kejadian Hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Rijali Ambon”.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan proposal penelitian ini banyak

hambatan dan kendala yang di hadapi oleh penulis, namun dengan dukungan yang

telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesakan penulisan skripsi dengan

baik dan tepat waktu. Untuk itu, pada kesempata kali ini izinkan penulis untuk

mengucapkan banyak terimakasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. J. Damamain, selaku Rektor Universitas Kristen Indonesia Maluku yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan

pada program studi ilmu keperawatan

2. B. Talarima, SKM.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas

Kristen Indonesia Maluku dan para pembantu dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Kristen Indonesia Maluku

3. Ns.S. R. Maelissa, S.Kep.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan

yang telah membimbing, membina dan memberikan banyak ilmu pengetahuan

selama penulis mengikuti perkuliahan sampai pada skripsi ini

4. G. Wakanno, S.Kp.,M.Kep selaku pembimbing I yang telah membimbing,

membina, mengarahkan serta memberikan ilmu yang bermanfaat dalam

penyusunan skripsi ini

iv
5. I. V. Lawalata, SKM.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah membimbing,

membina, mengarahkan serta memberikan ilmu yang bermanfaat dalam

menyusun skripsi ini

6. Para dosen dan semua staf administrasi di fakultas kesehatan program studi

ilmu keperawatan yang telah membantu dan memberikan dukungan serta

motivasi yang berguna bagi penulis selama penulis mulai mengikuti

perkuliahan sampai pada proposal ini.

7. Kepala Puskesmas Wilayah Kerja Rijali Provinsi Maluku dan para staf yang

telah memberikan izin kepada penulis dalam melakukan pengambilan data

awal

8. Keluarga yang telah memberikan dukungan baik materi maupun moril serta

selalu menopang dalam doa guna penyelesaian studi.

9. Teman-teman angkatan 2015 Fakultas Kesehata Program Studi Keperawatan

yang selalu bersama-sama dengan saya dalam mengikuti proses perkuliahan

sampai pada penyusunan proposal ini.

Ambon, Desember 2020

Penulis

v
ABSTRAK

Christy Irene Hattu (12114201150023). Systematic Review Gambaran


Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Rijali Ambon. G. J. Wakanno, I. V.
Lawalatta.

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular yang
menjadi isu kesehatan global saat ini. Pasien laki-laki memiliki kebiasan merokok
dan aktif merokok sejak sekolah sampai sekarang, sedangkan pasien perempuan
memiliki suami yang merokok aktif dan suami memiliki kebiasaan merokok di
dalam rumah. Terkait faktor aktivitas fisik, dikatakan bahwa pasien jarang
berolahraga, sesekali pasien berolahraga jalan kaki setiap pagi dan melakukan
pekerjaan rumah sehari-hari yang menurut pasien hal tersebut termasuk aktivitas
fisik ringan yang dilakukan. Terdapat pasien yang menderita hipertensi pada usia
yang masih tergolong muda namun juga ada yang sudah lansia. terkadang pasien
tidak menjaga pola makan dengan baik dan tidak mengimbangi dengan olahraga.
Pasien beranggapan bahwa hipertensi merupakan penyakit keturunan jadi pasien
menganggap bahwa penyakit hipertensi merupakan hal yang biasa dan ketika
melakukan pemeriksaan ke Puskesmas, pasien mendapat obat dan pasti sembuh.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian hipertensi. Desain penelitian ini menggunakan jenis systematic
review. Systematic review ini bertujuan mengetahui hubungan faktor merokok,
aktivitas fisik, usia/umur dan genetic/keturunan dengan kejadian hipertensi.
Metode yang digunakan menggunakan review artikel dan jurnal keperawatan.
Hasil berbagai artikel dan jurnal yang dilakukan menunjukkan bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara merokok, aktivitas fisik, usia/umur dan
genetic/keturunan dengan kejadian hipertensi. Hipertensi dapat diminimalisir
dengan mengatur pola hidup yang sehat, makan yang teratur dan melakukan
olahraga ringan setiap hari. Dengan demikian, dapat mencegah terjadinya
hipertensi yang dapat terjadi pada anggota keluarga yang memiliki riwayat
keturunan hipertensi dan saat usia lansia. Dari hasil literature review yang dibuat,
disimpulkan bahwa aktivitas fisik yang baik dan pola makan yang sehat dapat
mencegah terjadinya hipertensi terutama bagi pasien dengan faktor genetik.
Sehingga disarankan dapat menjadi informasi dan bermanfaat bagi masyarakat
khususnya pasien hipertensi dalam menjaga pola hidup sehari-hari.

Kata Kunci: Merokok, Aktivitas Fisik, Usia/Umur, Genetik/Keturunan,


Kejadian Hipertensi

vi
ABSTRAC

Christy Irene Hattu (12114201150023). Factors Related to the Occurrence of


Hypertension in Rijali Ambon Health Center. G. J. Wakanno, I. V.
Lawalatta.
Hypertension is one of the main risk factors for cardiovascular disease which is
currently a global health issue. Male patients have habitually smoked and actively
smoked since schooluntil now, while female patients have husbands who smoke
actively and husbands have smoking habits in the home. Regarding physical
activity factors, it is said that patients rarely exercise, patients occasionally
exercise walking every morning and doing daily chores which according to the
patient include mild physical activity undertaken. There are patients who suffer
from hypertensionat a relatively young age but there are alsothose who are
elderly. sometimes patients do not maintain a good diet and do not keep up with
exercise. Patients assume that hypertension is a hereditary disease so patients
assume that hypertension is a common thing and whendoing an examination at the
health center, the patient gets medication and is definitely cured. The purpose of
this studywas to determine the factors associated with the incidence of
hypertension. The design of this study uses a systematic review type. This
systematic review aims to determine the relationship of smoking, physical
activity, age / age and genetic / heredity with the incidence of hypertension. The
method used uses review articles and nursing journals. The results of various
articles and journals conducted show that there is a significant relationship
between smoking, physical activity, age / age and genetic / offspring with the
incidence of hypertension. Hypertension can be minimized by regulating a healthy
lifestyle, eating regularly and doing light exercise every day. Thus, it can prevent
hypertension thatcan occur in family members who have a family history of
hypertension and at the age of the elderly.

Keywords: Smoke, physical activity, age, genetics, hypertension

vii
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL............................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................ii
MOTTO ..............................................................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS...................................................iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRAC .........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................vii
DAFTAR ISI .....................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian.................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi......................................................... 8
2. Klasifikasi Hipertensi...................................................... 9
3. Etiologi Hipertensi...........................................................10
4. Patofisiologi Hipertensi...................................................12
5. Manifestasi Klinis Hipertensi..........................................15
6. Komplikasi Hipertensi.....................................................16
7. Pencegahan Hipertensi.....................................................18
8. Penatalaksanaan Hipertensi.............................................18
9. Faktor-Faktor Penyebab Hipertensi.................................20

viii
B. Tinjauan Umum Tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Hipertensi
1. Merokok...........................................................................25
2. Aktivitas Fisik..................................................................28
3. Umur/Usia.......................................................................31
4. Keturunan/Genetik...........................................................32
C. Kerangka Konsep....................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.......................................................................34
B. Tahapan Systematic Review...................................................34
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling.................................36
D. Variabel Penelitian..................................................................38
E. Analisa Data............................................................................38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian.......................................................................39
B. Pembahasan............................................................................54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................58
B. Saran.......................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi .........................................................................10

Tabel 4.1 Hasil Systematic Review......................................................................40

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 33

Gambar 3.1 PRISMA ...................................................................................... 36

xi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keputusan Dekan Tentang Penunjukan Pembimbing Skripsi

2. Surat Permohonan Pengambilan Data Awal

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit

kardiovaskular yang menjadi isu kesehatan global saat ini. Berdasarkan data

World Health Organization (WHO) terdapat sekitar 600 juta penderita

hipertensi di seluruh dunia.Prevalensi tertinggi terjadi di wilayah Afrika yaitu

sebesar 30%. Prevalensi terendah terdapat di wilayah Amerika Sebesar 18%.

Secara umum, laki-laki memiliki prevalensihipertensi yang lebih tinggi

dibandingkan denganwanita (WHO, 2014).

Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang

berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5

juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya

(Kemenkes RI, 2014). Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi telah

membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. World Health Organization

(2014) mencatat ada satu miliar orang yang terkena hipertensi, dan akan terus

meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang membesar. Presentase

penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di Negara berkembang

(Mamahit, Mulyadi, & Onibala, 2017).

Data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2019

menunjukan bahwa terdapat 10 juta orang dari 1 milyar penduduk di dunia

yang meninggal akibat gangguan sistem kardiovaskular. Prevalensi hipertensi

1
di Negara maju sebesar 43% dan di Negara berkembang sebesar 54% dari

populasi dewasa. Pada tahun 2025 diperkirakan kasus hipertensi terutama di

Negara berkembang akan mengalami peningkatan 80% menjadi 1,15 milyar

kasus. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi dan

bertambahnya penduduk saat ini (WHO, 2019).

Menurut data Riskesdas (2018), angka kejadian hipertensi meningkat

menjadi 34,1% sesuai hasil pengukuran tekanan darah, jika dibandingkan

dengan data Riskesdas 2013 yaitu 25,8%. Sementara kasus hipertensi yang

belum berhasil terdiagnosa juga masih sangat tinggi yakni 76%. Berdasarkan

data Kementrian Kesehatan (Kemenkes), prevalensi hipertensi di Indonesia

mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Sekitar 60%

penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya mengakibatkan

penyakit jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Data angka kejadian hipertensi

menurut pusat data Kemenkes RI (2017) melaporkan angka kejadian

hipertensi 25,8%, tertinggi di bangka Belitung(30,9%), sedangkan terendah di

Papua sebesar (16,8%). Terdapat data Profil Kesehatan Maluku mencatat

kejadian hipertensi tercatat 1,2% dari jumlah penduduk di Maluku (Kemenkes

RI, 2018).

Beberapa faktor yang berperan dalam terjadinya hipertensi meliputi

faktor mayor yaitu faktor risiko yang tidak dapat dikontrol dan faktor minor

yaitu faktor risiko yang masih dapat dikontrol. Keturunan dan usia merupakan

faktor risiko yang tidak dapat dikontrol (mayor). Sedangkan gaya hidup

merupakan faktor risiko yang masih dapat dikontrol (minor). Upaya

2
penanganan terhadap penderita hipertensi dititik beratkan pada faktor yang

masih bisa dikontrol seperti mengubah gaya hidup yang negatif dari penderita

hipertensi itu sendiri. Gaya hidup negatif dapat dipengaruhi oleh pola pikir

yang kurang baik misalnya karena beban dalam pikiran yang menumpuk dan

mekanisme koping yang kurang baik sehingga lama kelamaan mengakibatkan

stress. Stres atau ketegangan emosional dapat mempengaruhi system

kardiovaskular. Secara psikologis stress dapat meningkatkan tekanan darah,

oleh sebab itu penderita hipertensi harus mampu mengendalikan emosi

(Andria, 2015).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Febby Hendra (2014)

menunjukkan adanya hubungan antara usia dengan kejadian hipertensi. Hal ini

disebabkan karena tekanan arterial yang meningkat sesuai dengan

bertambahnya usia, terjadinya regurgitasi aorta, serta adanya peroses

degeneratif, yang lebih sering pada usia tua.

Dari hasil studi pengambilan data awal yang dilakukan peneliti di

Wilayah Kerja Puskesmas Rijali. Bahwa terdapat jumlah pasien penderita

hipertensi pada tahun 2016-2018 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Tahun 2016 frekuensi hipertensi pada pasien berjenis kelamin laki-laki

berjumlah 247 orang dan pasien perempuan berjumlah 608 orang. Pada tahun

2017 pasien laki-laki berjumlah 393 orang dan perempuan berjumlah 785

orang. Pada tahun 2018 pasien laki-laki berjumlah 424 orang dan pasien

perempuan berjumlah 823 orang penderita hipertensi. Pada tahun 2019 tercatat

penderita hipertensi pada pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 472

3
orang, dan pada pasien perempuan sebanyak 669 orang. Januari 2020, jumlah

pasien hipertensi 182 orang yang terdiri dari laki-laki 73 orang dan perempuan

109 orang.

Peneliti melakukan wawancara dengan 5 orang penderita hipertensi

terkait faktor merokok, aktivitas fisik, umur dan genetik. Pada faktor merokok,

ke-5 orang tersebut diantaranya 3 laki-laki dan 2 perempuan. Ke-3 laki-laki

tersebut adalah pasien yang memiliki kebiasan merokok dan aktif merokok

sejak sekolah sampai sekarang dan 2 pasien lainnya yang adalah perempuan,

mengatakan bahwa memiliki suami yang merokok aktif dan suami memiliki

kebiasaan merokok di dalam rumah. Terkait faktor aktivitas fisik, dikatakan

bahwa pasien jarang berolahraga, sesekali pasien berolahraga jalan kaki setiap

pagi dan melakukan pekerjaan rumah sehari-hari yang menurut pasien hal

tersebut termasuk aktivitas fisik ringan yang dilakukan. Masalah usia, ke-5

orang tersebut menderita hipertensi pada usia yang berbeda-beda. Ada yang

menderita hipertensi pada usia yang masih tergolong muda namun juga ada

yang sudah tua. 2 orang pasien menderita hipertensi pada usia 35 tahun dan 3

lainnya pada usia 55 dan 43 tahun. Dikatakan bahwa hipertensi dapat

menyerang siapa saja dan tidak memandang usia. Masalah genetik atau

keturunan, ke-5 orang tersebut memiliki orang tua yang juga menderita

hipertensi. Pasien mengatakan bahwa hipertensi yang diderita ini merupakan

penyakit keturunan yang diturunkan dari orang tua. Ke-5 pasien juga

mengatakan bahwa terkadang pasien tidak menjaga pola makan dengan baik

dan tidak mengimbangi dengan olahraga. Pasien beranggapan bahwa

4
hipertensi merupakan penyakit keturunan jadi pasien menganggap bahwa

penyakit hipertensi merupakan hal yang biasa dan ketika melakukan

pemeriksaan ke Puskesmas, pasien mendapat obat dan pasti sembuh.

Peneliti juga melakukan wawancara singkat dengan perawat terkait

dengan ke-4 faktor tersebut, dikatakan bahwa perawat selalu bahkan sering

memberikan edukasi kepada pasien hipertensi namun pasien hanya

mengangguk tetapi tidak pernah ada pelaksanaannya. Menurut perawat, untuk

masalah merokok, perawat tidak bisa melarang pasien karena itu adalah hak

pasien. Perawat telah menganjurkan namun tidak didengarkan. Begitu juga

dengan aktifitas fisik.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

meneliti tentang “Systematic Review Gambaran Kejadian Hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Rijali Ambon”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “faktor-faktor apakah yang menggambarkan kejadian

hipertensi di Puskesmas Rijali Ambon” ?

5
C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat tujuan umum dan tujuan khusus sebagai

berikut:

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran kejadian hipertensi yang ditinjau dari faktor

merokok, aktivitas fisik, usia dan genetic di Wilayah Kerja Puskesmas

Rijali Ambon.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran merokok dengan kejadian hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Rijali Ambon

b. Mengetahui gambaran aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Rijali Ambon .

c. Mengetahui gambaran usia dengan kejadian hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Ambon.

d. Mengetahui gambaran genetik dengan kejadian hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Rijali Ambon.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

bagi masyarakat khususnya petugas kesehatan dalam bidang keperawatan

6
komunitas dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui

program-program yang dijalankan dalam masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat menjadi informasi dan bermanfaat bagi masyarakat

khususnya pasien hipertensi dalam menjaga pola hidup sehari-hari dan

dapat memahami tanda-tanda dan gejala terjadinya hipertensi serta

cara pencegahannya agar dapat mengatasi dan merawat secara mandiri

dengan pola hidup yang baik.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk

melakukan penelitian sejenis dan lebih lanjut dalam bidang yang sama.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Tubuh akan

bereaksi lapar, yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras

untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Apabila kondisi tersebut berlangsung

lama dan tetap akan menimbulkan gejala yang disebut sebagai penyakit

darah tinggi. Hipertensi mencaku.Tekanan darah 140/90 mmHg

(millimeter hydrogyrum atau millimeter air raksa) dan diatasnya (Sustrani

dkk, 2015).

Menurut Susanto (2016) Hipertensi atau yang paling sering dikenal

dengan tekanan darah tinggi adalah penyakit kronik akibat desakan darah

yang berlebihan dan hamper tidak konstan arteri. Tekanan dihasilkan oleh

kekuatan jantung ketika memompa darah.Hipertensi berkaitan dengan

meningkatnya tekanan pada arterial sismetik, baik diastolik maupun

sistolik, atau kedua-duanya secara terus-menerus (Susanto, 2016).

8
2. Klasifikasi Hipertensi

a. Kalsifikasi berdasarkan Gejala Klinis

Menurut Herbert Benson dkk, (2014) berdasarkan gejala klinis,

hipertensi dibdakan menjadi dua yaitu (Benson dkk, 2014).

1) Hipertensi Benigna

Hipertensi benigna adalah keadaan hipertensi yang tidak

menimbulkan gejala-gejala , biasanya basanya ditemukan saat cek-

up. Pada hipertensi benigna, tekanan darah sistolik maupun

diastolik belum meningkat, bersifat ringan atau sedang dan belum

tampak kelaianan dari kerusakan organ.

2) Hipertensi Maligna

Hipertensi maligna adalah keadaan hipertensi yang

membahayakan, ditandai dengan kenaikan tekanan darah yang

tiba-tiba dan tidak biasa ke level yang berbahaya, sering dengan

angka diastolik 120-130 mmHg atau lebih. Hipertensi ini

meupakan akibat komplikasi organ-organ seperti otak, jantung, dan

ginjal.Hipertensi maligna merupakan emergensi medik dan

memerlukan terapi hipertensi.

b. Klasifikasi berdasarkan Derajat Hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut The Seventh Report of Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and the Treatment of

High Blood Preasure .

9
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC-7
Kategori Sistolik Diastolik
Normal < 120 < 80

Pre- Hipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi stadium I 140 – 159 90-99

Hipertensi Stadium II > 160 > 100

Hipertensi sistolik terisolasi > 140


Sumber: kurniadi dkk, 2014

3. Etiologi Hipertensi

Sekitar 90% penyebab hipertensi belum diketahui dengan pasti

yang disebut dengan hipertensi primer atau esensial.Sedangkan 7%

disebabkan oleh kelainan ginjal atau hipertensi renalis dan 3% disebabkan

oleh kelainan hormonal atau hipertensi hormonal serta penyebab lain

(Mutaqin.A, 2014).

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi dua

golongan besar, yaitu:

1) Hipertensi esensial (hipertensi primer), yaitu hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya. Golongan hipertensi ini terdapat pada lebih

dari 90 persen penderita hipertensi.

2) Hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit

lain. Mengingat lebih dari 90% penderita hipertensi termasuk golongan

hipertensi primer, maka secara umum yang disebut hipertensi adalah

hipertensi primer. Meskipun hipertensi golongan ini belum diketahui

secara pasti penyebabnya, beberapa faktor berikut sering berperan

10
dalam kasus-kasus hipertensi, yaitu faktor keturunan, faktor umur,

serta gaya hidup.

a) Gaya hidup

Gaya hidup sering merupakan faktor risiko penting bagi timbulnya

hipertensi pada seseorang.Gaya hidup modern dengan pola makan

dan pola hidup tertentu, cenderung mengakibatkan terjadinya

hipertensi. Beberapa diantaranya adalah: kebiasaan merokok, dan

aktifitas fisik yang tinggi. Beberapa penyebab hipertensi

ditunjukkan oleh penampilannya yang khas.diantaranya; Sindrom

Cushing, Akromegali, Feokromositoma, Gagal ginjal kronik,

hipertensi fundus dan gagal jantung.

b) Umur

Dengan semakin bertambahannya usia, kemungkinan seseorang

menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi

merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari

berbagai faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Hanya

elastisitas jaringan yang erterosklerosis serta pelebaran pembulu

darah adalah faktor penyebab hipertensi pada usia tua. Pada

umumnya hipertensi pada pria terjadi di atas usia 31 tahun

sedangkan pada wanita terjadi setelah berumur 45 tahun.

c) Faktor keturunan (Genetika)

Tidak setiap penderita hipertensi didapat dari garis keturunan,

tetapi seseorang memiliki potensi untuk mendapat hipertensi jika

11
orang tuanya adalah penderita hipertensi. Selain itu faktor

keturunan juga memang memiliki peran yang sangat besar

terhadap munculnya hipertensi. Hal tersebut terbukti dengan

ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada

kembar monozigot (berasal dari satu sel telur) dibandigkan

heterozigot (berasal dari sel telur yang berbeda). Jika seseorang

termasuk orang yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer

(esensial) dan tidak melakukan penanganan atau pengobatan maka

ada kemungkinan lingkungannya akan menyebabkan hipertensi

berkembang dan dalam waktu sekitar tiga puluhan tahun akan

mulai muncul tanda-tanda dan gejala hipertensi dengan berbagai

komplikasinya.

4. Patofisiologi Hipertensi

Menurut Angriani (2014), mekanisme patofisiologi yang

berhubungan dengan peningkatan hipertensi antara lain sebagai berikut:

a. Curah Jantung dan Tahan Perifer

Keseimbangan curah jantung dan tahan perifer sangat berpengaruh

terhadap kenormalan tekanan darah. Pada sebagian besar kasus

hipertensi curah jantung biasanya normal tetapi tahanan perifernya

meningakat.Tekanan darahh ditentukan oleh konsentrasi sel otot halus

yang terdapat pada arteriol kecil. Peningkatan konsentrasi sel otot

halus akan berpengaruh pada peningkatan konsentrasi kalsium

intraseluler. Peningkatan konsentrasi otot halus ini semakin lama akan

12
mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol yang mungkin

dimediasi oleh angiostensi yang menjadi awal meningkatnya tahanan

perifer yang irreversible.

b. System Renin-Angiotensin

Ginjal mengotrol tekanan darah melalui pengaturan volume cairan

ekstraseluler dan sekresi renin.System renin-angiostensin merupakan

system endokrin yang penting dalam pengontrolan tekanan

darah.Renin disekresikan oleh juxtaglomerulus aparatus ginjal sebagai

respon glomerulus underperfusion atau penurunan asupan garam,

ataupun respon dari system saraf simpatik.

c. System Saraf Otonom

Sirkulasi system saraf simpatik dapat menyebabkan vasokonstriksi dan

dilatsi arteriol.System saraf otonom ini mempunyai peran penting

dalam mempertahankan tekanan darah.Hipertensi dapat terjadi karena

interaksi antara system saraf system saraf otonom dan system saraf

renin-angiostensin bersama-sama dengan faktor lain termasuk

natrium, volume sirkulasi, dan beberapa hormon.

d. Disfungsi Endotalium

Pembuluh darah sel endotel mempunyai peran yang penting dalam

pengontrolan pembuluh darah jantung yang memproduksi sejumlah

vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida ondetelium

banyak terjadi pada kasus hipertensi perimer.

e. Substansi Vasokatif

13
Banyak system vasoaktif yang mempengaruhi transpor natrium dalam

keadaan normal.Bradikinin merupakan vasodilator yang potensial,

endotelin.Endotelin dapat meningkatkan sensifitas garam pada tekanan

darah serta mengaktifkan system renin-angiotensin local.Arterial

natriuretik peptida merupakan hormon yang diproduksi oleh atrium

jantung dalam merspon peningkatan volume darah.Hal ini dapat

meningkatkan retensi cairan dan hipertensi.

f. Hiperkoagulasi

Pasien dengan hipertensi memperlihatkan ketidaknormalam dari

dinding pembuluh darah (disfungsi endotelium atau kerusakan sel

endotelium), ketidaknormalan faktor homeostatis, platelet, dan

fibrinolisis. Diduga hipertensi dapat menyebabkan protombotik dan

hiperkoagulasi yang semakin lama akan semakin parah dan merusak

organ target. Beberapa keadaan dapat dicegah dengan pemberian obat

anti-hipertensi.

g. Disfungsi Diastolic

Hipertopi ventrikel kiri menyebabkan ventrikel tidak dapat beristirahat

ketika terjadi tekanan diastolik .hal ini untuk memenuhi peningkatan

kebutuhan input ventrikel, terutama pada saat olahraga terjadi

peningkatan tekanan atrium kiri mlebihi normal, dan penurunan

tekanan ventrikel.

5. Manifestasi Klinis Hipertensi

14
Pemeriksaan fisik pada pasien yang menderita hipertensi tidak

dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi. Tetapi dapat

ditemukan perubahan pada retina, seperti pendarahan, eksudat (kumpulan

cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat terdapat

edema pupil (edema pada diskus optikus) (Irianto, 2014).

Tahapan awal pasien kebanyakan tidak memiliki keluhan. Keadaan

simtomatik maka pasien biasanya peningkatan tekanan darah disertai

berdebar–debar, rasa melayang (dizzy) dan impoten. Hipertensi vaskuler

terasa tubuh cepat untuk merasakan capek, sesak nafas, sakit pada bagian

dada, bengkak pada kedua kaki atau perut (Setiati, Alwi, Sudoyo,

Simadibrata, Syam, 2014). Gejala yang muncul sakit kepala, pendarahan

pada hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang bisa terjadi

saat orang menderita hipertensi (Irianto, 2014).

Hipertensi dasar seperti hipertensi sekunder akan mengakibatkan

penderita tersebut mengalami kelemahan otot pada aldosteronisme primer,

mengalami peningkatan berat badan dengan emosi yang labil pada

sindrom cushing, polidipsia, poliuria. Feokromositoma dapat muncul

dengan keluhan episode sakit kepala, palpitasi, banyak keringat dan rasa

melayang saat berdiri (postural dizzy) (Setiati, Alwi, Sudoyo, Simadibrata,

dan Syam, 2014). Saat hipertensi terjadi sudah lama pada penderita atau

hipertensi sudah dalam keadaan yang berat dan tidak diobati gejala yang

timbul yaitu sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah,

pandangan menjadi kabur (Irianto, 2014).

15
Semua itu terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,

jantung dan ginjal. Pada penderita hipertensi berat mengalami penurunan

kesadaran dan bahkan mengakibatkan penderita mengalami koma karena

terjadi pembengkakan pada bagian otak. Keadaan tersebut merupakan

keadaan ensefalopati hipertensi (Irianto, 2014).

6. Komplikasi Hipertensi

Menurut (Triyanto,2014) komplikasi hipertensi dapat

menyebabkan sebaga berikut :

a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekananan tinggi diotak, atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan

tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila

arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan

menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya

berkurang. Arteri-arteri otak mengalami arterosklerosis dapat menjadi

lemah, sehingga meningkatkan kemungkinan terbentukya aneurisma.

Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang

binggung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian

tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau

lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak

sadarkan diri secara mendadak.

b. Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila

terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh

16
darah tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka

kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan

dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infrak. Demikian

juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan

waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia,

hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.

c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler-kapiler ginjal. Glomerolus. Dengan rusaknya

glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron

akan terganggudan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.

Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui

urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan

edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.

d. Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya

kejantung dengan cepat dengan mengakibatkan caitan terkumpul

diparu, kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam

paru-paru menyebabkan sesak napas, timbunan cairan ditungkai

menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema. Ensefolopati

dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat).

Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan

tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruangan intertisium

diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolap dan

terjadi koma.

17
7. Pencegahan Hipertensi

Menurut Wahyuni (2014), agar terhindar dari komplikasi fatal

hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik antara lain

dengan cara berusaha membina hidup yang positif. Dalam kehidupan

dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan atau tantangan

yang menumpuk menjadi takanan atau beban stress (ketegangan), bagi

setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui daya

tahan induvidu, menimbulkan sakit kepala, suka marah-marah, tidak bisa

tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar terhindar dari efek negatif tersebut,

orang harus berusah membina hidup yang positif (Wahyuni, 2014).

8. Penatalaksanaan Hipertensi

Menurut Junaedi, Sufrida dan Gusti (2014), pengobatan pada hipertensi

bertujuan mengurangi morbiditas dan mortalitas dan mengontrol tekanan

darah. Dalam pengobatan hipertensi ada 2 cara yaitu pengobatan

nonfarmakologik (perubahan gaya hidup) dan pengobatan farmakologik

a. Pengobatan Nonfarmakologik

Pengobatan ini dilakukan dengan cara:

1) Pengurangan berat badan

Penderita hipertensi yang obesitas dianjurkan untuk menurunkan

berat badan, membatasi asupan kalori dan peningkatan pemakaian

kalori dengan latihan fisik yang teratur.

2) Menghentikan merokok

18
Merokok tidak berhubungan langsung dengan hipertensi tetapi

merupakan faktor utama penyakit kardiovaskuler.Penderita

hipertensi sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.

3) Menghindari alcohol

Alkohol dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan

resistensi terhadap obat anti hipertensi. Penderita yang minum

alkohol sebaiknya membatasi asupan etanol sekitar satu ons sehari.

4) Melakukan aktivitas fisik

Penderita hipertensi tanpa komplikasi dapat meningkatkan aktivitas

fisik secara aman. Penderita dengan penyakit jantung atau masalah

kesehatan lain yang serius memerlukan pemerikasaan yang lebih

lengkap misalnya dengan exercise test dan bila perlu mengikuti

program rehabilitasi yang diawasi soleh dokter.

5) Membatasi asupan garam

Kurangi asupan garam kurang dari 100 mmol per hari atau kurang

dari 2,3 gram natrium atau kurang dari 6 gram NaCL. Pendertita

hipertensi dianjurkan juga untuk menjaga asupan kalsium dan

magnesium

b. Pengobatan Farmakologik

Pengobatan farmakologik pada setiap penderita hipertensi

memerlukan pertimbangan berbagai faktor seperti beratnya hipertensi,

kelainan organ dan faktor resiko lain. Hipertensi dapat diatasi dengan

19
memodifikasi gaya hidup. Pengobatan dengan anti hipertensi diberikan

jika modifikasi gaya hidup tidak berhasil.

Tujuan pengobatan hipertensi untuk mencegah mortalitas dan

morbiditas akibat tekanan darah tinggi.Artinya tekanan darah harus di

turunkan serendah mungkin yang tidak mengganggu fungsi ginjal,

otak, jantung maupun kualitas hidup sambil dilakukan pengendalian

faktor resiko kardiovaskuler.

c. Pengobatan hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat;

1) Diuretic

(Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (furosemide)).

2) Beta-Blokers

(Atenolol (Tenorim), Capoten (Captopril)).

3) Kalsium chanel blokers

(Norvasc (amlopidine), angiotensinconverting enzime (ACE))

9. Faktor-Faktor Penyebab Hipertensi

Ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi

yaitu hipertensi yang dapat di kontrol dan hipertensi yang tidak dapat di

kontrol menurut (Sutanto, 2014) antara lain :

a. Faktor yang dapat dikontrol

Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada umumnya

berkaitan dengan gaya hidup dan pola makan. Faktor-faktor tersebut

antara lain:

1) Kegemukkan (obesitas)

20
Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang kegemukan

mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk pada usia 30

tahun mempunyai resiko terserang hipertensi 7 kali lipat. Di

bandingkan dengan wanita langsing pada usia yang sama. Curah

jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang

obesitas.Meskipun belum diketahui secara pasti hubungan antara

hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa

jantungdan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan

hipertensi lebih tinggi dibanding penderita hipertensi denganberat

badan normal.

2) Kurang Olahraga

Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang kegemukan

mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk pada usia 30

tahun mempunyai resiko terserang hipertensi 7 kali lipat. Di

bandingkan dengan wanita langsing pada usia yang sama. Curah

jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang

obesitas.Meskipun belum diketahui secara pasti hubungan antara

hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa

jantungdan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan

hipertensi lebih tinggi dibanding penderita hipertensi denganberat

badan normal.

3) Konsumsi garam berlebihan

21
Sebagian masyarakat kita sering menghubungkan antara konsumsi

garam berlebihan dengan kemungkinan mengidap

hipertensi.Garam merupakan hal yang penting dalam mekanisme

timbulnya hipertensi.Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi

adalah melalui peningkatan volume plasma atau cairan tubuh dan

tekanan darah. Keadaan ini akan di ikuti oleh peningkatan ekresi

(pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada kondisi

keadaan sistem hemodinamik (pendarahan) yang normal. Pada

hipertensi primer (esensial) mekanisme tersebut terganggu di

samping kemungkinan ada faktor lain yang berpengaruh:

a) Banyak orang yang mengatakan bahwa mereka tidak

mengonsumsi garam, tetapi masih menderita hipertensi.

Ternyata setelah di telusuri, banyak orang yang mengartikan

konsumsi garam adalah garam meja atau garam yang di

tambahkan dalam makanan saja. Pendapat ini sebenarnya

kurang tepat karena hampir di semua makanan mengandung

garam natrium termasuk di dalam bahan-bahan pengawet

makanan yang di gunakan.

b) Natrium dan klorida adalah ion utama cairan ekstraseluler yang

berlebih menyebabkan konsetrasi natri`um didalam cairan

ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya kembali,

cairan intreseluler harus ditarik keluar sehingga volume cairan

ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan

22
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume

darah, sehingga berdampak pada timbulnya hipertensi.

c) Merokok dan mengonsumsi alkohol

Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan

kesehatan selain dapat meningkatkan penggumpalan darah

dalam pembuluh darah, nikotin dapat menyebabkan

pengapuran pada dinding pembuluh darah.Mengonsumsi

alkohol juga dapat membahayakan kesehatan karena dapat

meningkatkan sistem katekholamin, adanya katekholamin

memicu naik tekanan darah.

d) Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara

Jika ketakutan, tegang atau dikejar masalah maka tekanan

darah kita dapat meningkat. Tetapi pada umumnya, begitu kita

sudah kembali rileks maka tekanan darah akan turun kembali.

Dalam keadaan stres maka terjadi respon sel-sel saraf yang

mengakibatkan kelainan pengeluaran atau pengangkutan

natrium.Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga

melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja ketika

beraktivitas) yang dapat meningkatkan tekanan darah secara

bertahap.Stres berkepanjanngan dapat mengakibatkan tekanan

darah menjadi tinggi.Hal tersebut belum terbukti secara pasti,

namun pada binatang percobaan yang diberikan stres memicu

binatang tersebut menjadi hipertensi.

23
b. Faktor yang tidak dapat dikontrol

1) Keturunan (genetika)

Faktor keturunan memang memiliki peran yang sangat besar

terhadap munculnya hipertensi.Hal tersebut terbukti dengan

ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak terjadi

padakembar monozigot (berasal dari satu sel telur) dibandigkan

heterozigot (berasal dari sel telur yang berbeda). Jika seseorang

termasuk orang yang mempunyai sifat genetik hipertensi

primer(esensial) dan tidak melakukan penanganan atau pengobata

maka ada kemungkinan lingkungannya akan menyebabkan

hipertensi berkembang dan dalam waktu sekitar tiga puluhan tahun

akan mulai muncul tanda-tanda dan gejala hipertensi dengan

berbagai komplikasinya.

2) Jenis Kelamin

Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi dibandingkan

dengan wanita.Hal ini disebabkan pria banyak mempunyai faktor

yang mendorong terjadinya hipertensi seperti kelelahan, perasaan

kurang nyaman, terhadap pekerjaan, pengangguran dan makan

tidak terkontrol. Biasanya wanita akan mengalami peningkatan

resiko hipertensi setelah masa menopause.

24
B. Tinjauan Umum Tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Hipertensi

1. Merokok

a. Defenisi Rokok

Rokok adalah benda berbentuk silinder kertas yang berukuran

sekitar 70 sampai dengan 120 milimeter, dengan diameter sekitar 10

milimeter yang berisi campuran tembakau yang sudah dicacah,

cengkeh, dan beberapa bahan perasa lainnya (Effendi et al., 2014).

Rokok dapat dibedakan menjadi rokok elekrik dan rokok

nonelektrik. Rokok berdasarkan bahan pembungkusnya dibedakan

menjadi klobot, kawung, sigaret, dan cerutu. Berdasarkan bahan baku

atau isinya terdapat rokok putih, rokok kretek, dan rokok klembak.

Rokok berdasarkan proses pembuatannya terdapat Sigaret Kretek

Tangan (SKT) dan Sigaret Kretek Mesin (SKM). Dan rokok

berdasarkan penggunaan filternya disuguhkan dalam bentuk Rokok

Filter (RF) dan Rokok Non Filter (RNF) (Aji et al., 2015).

b. Derajat Merokok

Menurut Amelia et al. (2016), derajat merokok seseorang dapat diukur

dengan Indeks Brinkman, yaitu hasil perkalian antara jumlah batang

rokok yang dihisap dalam sehari dikalikan dengan lama merokok

dalam satu tahun, yang dikelompokkan sebagai berikut:

1) Perokok ringan : <200 batang per tahun

2) Perokok sedang : 200-599 batang per tahun

25
3) Perokok berat : >600 batang per tahun

c. Bahaya dan Efek Samping Rokok Bagi Kesehatan

Bahaya merokok menurut Aziz & Yadav (2016) adalah:

1) Bagi Perokok Aktif

a) Penyakit Kardiovaskular terkait tembakau

Penyakit kardiovaskular dan aterosklerosis adalah

penyebab utama kematian pada masyarakat industri. Merokok

berhubungan erat dengan faktor risiko lain seperti hipertensi

dan hiperkolesterolemia, yang berkontribusi pada proses

aterosklerosis. Penelitian yang telah banyak dilakukan

menunjukkan bahwa risiko penyakit arteri koroner meningkat

dengan jumlah rokok yang dihisap per hari, jumlah tahun

merokok dan usia memulai, sedangkan penghentian merokok

dilaporkan mengurangi mortalitas dan morbiditas dari

aterosklerosis.

Aterosklerosis merupakan penyakit akibat peradangan

pada pembuluh darah yang bersifat progresif. Aterosklerosis

dimulai dengan fatty streak yang merupakan akumulasi sel

busa pada tunika intima. Perubahan fatty streak menjadi

aterosklerosis terdiri atas tiga komponen yaitu inflamasi, sel

otot polos dan sel jaringan ikat.

Aterosklerosis disebabkan oleh banyak faktor, salah

satunya yaitu kebiasaan merokok dan kenaikan kadar LDL

26
dalam darah. Asap rokok yang terhirup akan menghasilkan

radikal bebas yang dapat mengoksidasi LDL menjadi Ox-LDL.

Pembentukan Ox-LDL akan memicu respon inflamasi dan

menghasilkan sitokin yang mengekspresikan molekul adhesi

pada permukaan endotel, yaitu inter cellular adhesion

molecule-I (ICAM-I), vascular cell adhesion molecule-I

(VCAM-I) yang menyebabkan melekatnya monosit pada

permukaan endotel, kemudian monosit tersebut akan

berpenetrasi ke tunika intima menjadi makrofag dan

mengekspresikan macrophage colony stimulating factor

(MCSP). Molekul M-CSP berfungsi merangsang terjadinya

radang dan mengekspresikan reseptor skavenger yang dapat

mengenali LDL termodifikasi sehingga membentuk sel busa

yang menyebabkan penyempitan lumen arteri (Jannah et al.,

2013). Tahap ini merupakan tahap pembentukan fatty streak.

Pada tahap selanjutnya, makrofag akan mengeluarkan sitokin

proinflamasi yang akan menarik sel otot polos menuju tunika

intima dan meningkatkan matriks ekstraseluler. Hasil akhir dari

lesi ini adalah plak fibrous endotel yang terdiri dari sel lemak,

sel otot polos dan sel jaringan ikat.

b) Kanker terkait tembakau

Karsinogenesis tembakau tetap menjadi focus penelitian

selama 10 tahun terakhir, dan berbagai studi epidemiologi dan

27
eksperimental tidak hanya mengkonfirmasi peran utama

paparan asap tembakau pada kanker paru-paru dan kandung

kemih, tetapi juga hubungannya dengan kanker lain, seperti

rongga mulut, kerongkongan, usus besar, pankreas, payudara,

laring dan ginjal. Ini juga terkait dengan leukemia, terutama

leukemia myeloid akut.

2) Bagi Perokok Pasif

Asap rokok merupakan penyebab utama penyakit paru

obstruktif kronik dan kanker paru-paru, dan merupakan zat

karsinogen pada manusia. Perokok pasif juga terlibat dalam

peningkatan aterosklerosis pada individu berusia 15 hingga 65

tahun. Anak-anak yang terpapar ETS (Environmental tobacco

smoke) berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kardiovaskular.

2. Aktivitas Fisik

a. Defenisi Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan segala pergerakan tubuh yang

dihasilkan oleh otot rangka dan akan meningkatkan pengeluaran energi

(National Institute of Health, 2013). Menurut World Health

Organization (2018), aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap

pergerakan anggota tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot rangka dan

memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang teratur

mempunyai banyak manfaat kesehatan dan kurangnya aktivitas fisik

merupakan salah satu faktor risiko penyebab kematian secara global.

28
b. Manfaat Aktivitas Fisik

Manfaat aktivitas fisik menurut WHO (2018) adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan kekuatan otot dan jantung

2) Meningkatkan fungsi tulang dan kesehatan

3) Menurunkan risiko hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke,

diabetes, berbagai macam kanker (termasuk kanker payudara dan

kanker usus besar) dan depresi

4) Menurunkan risiko fraktur

5) Sebagai penyeimbang energi dan kontrol berat badan

c. Tipe Aktivitas Fisik

1) Menurut NIH (2013) terdapat empat tipe aktivitas fisik yang

bermanfaat terutama untuk jantung dan paru-paru, yaitu:

a) Aerobik

Aerobik adalah salah satu aktivitas ketahanan (endurance).

Misalnya berlari, berenang, berjalan, bersepeda, dan menari.

Aktivitas aerobik membuat jantung berdenyut lebih cepat dan

membuat nafas lebih berat dibanding biasanya, hal itu

membuat jantung dan paru-paru lebih kuat dan dapat bekerja

lebih baik.

b) Kekuatan Otot

Aktivitas ini meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.

Misalnya push up, sit up, angkat beban, dan menaiki tangga.

c) Kekuatan Tulang

29
Misalnya berlari, berjalan, lompat tali dan angkat beban akan

menambah kekuatan tulang.

d) Peregangan

Aktivitas ini membantu meningkatkan fleksibilitas dan abilitas

gerak sendi. Misalnya menyentuh ibu jari kaki dan yoga.

2) Menurut Kemenkes (2013) berdasarkan WHO Global Physical

Activity Questionnaire (GPAQ), aktivitas fisik dibagi menjadi:

a) Aktivitas Fisik Berat

Aktivitas fisik berat adalah kegiatan fisik minimal 30 menit

yang dilakukan terus menerus sampai meningkatnya denyut

nadi dan napas lebih cepat dari biasanya (misalnya menimba

air, mendaki gunung, lari cepat, menebang pohon, mencangkul,

dll) selama minimal tiga hari dalam satu minggu dan total

waktu beraktivitas ≥1500 MET (Metabolic equivalent) minute.

Metabolic equivalent minute aktivitas fisik berat adalah

lamanya waktu (menit) melakukan aktivitas dalam satu minggu

dikalikan bobot sebesar 8 kalori.

b) Aktivitas Fisik Sedang

Aktivitas fisik sedang adalah apabila melakukan kegiatan

aktivitas fisik sedang (menyapu, mengepel, dll) minimal lima

hari atau lebih dengan total lamanya beraktivitas 150 menit

dalam satu minggu. Metabolic equivalent minute aktivitas fisik

30
sedang adalah lamanya waktu (menit) melakukan aktivitas

dalam satu minggu dikalikan bobot sebesar 4 kalori.

c) Aktivitas Fisik Ringan

Selain dari kegiatan aktivitas fisik sedang dan berat termasuk

dalam aktivitas fisik ringan

3. Umur/Usia

Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami

kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80

tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,

kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.

Penyakit hipertensi paling banyak dialami oleh kelompok umur 31-55

tahun dan umumnya berkembang pada saat umur seseorang mencapai

paruh baya yakni cenderung meningkat khususnya yang berusia lebih dari

40 tahun bahkan pada usia lebih dari 60 tahun keatas. Tekanan darah

sistolik dan diastolic berpengaruh nyata dengan umur pada laki-laki

maupun perempuan (Krummel 2004).

Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan

bertambahnya umur seseorang. Individu yang berumur di atas 60 tahun,

50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90

mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang

yang bertambah usianya. Bukan berarti kita harus takut dengan

bertambahnya usia. Proses menua adalah hal alami yang tidak bisa kita

31
hindari. Namun, menjadi tua dengan tetap sehat adalah hal yang bisa kita

usahakan sejak dini (Susilo, 2011).

4. Keturunan/Genetik

Genetik merupakan variasi genetik dalam satu spesies baik di antara

populasi-populasi yang terpisah secara geografik maupun di antara

individu-individu dalam satu populasi. Individu dalam satu populasi

memiliki perbedaan genetik antara satu dengan lainnya. Variasi genetik

timbul karena setiap individu mempunyai bentuk-bentuk gen yang khas.

Variasi genetik bertambah ketika keturunan menerima kombinasi unik gen

dan kromosom dari induknya melalui rekombinasi gen yang terjadi

melalui reproduksi seksual. Proses inilah yang meningkatkan potensi

variasi genetik dengan mengatur ulang alela secara acak sehingga timbul

kombinasi yang berbeda-beda. Keragaman genetik merupakan suatu

variasi di dalam populasi yang terjadi akibat adanya keragaman di antara

individu yang menjadi anggota populasi. Genetik dapat dijadikan kunci

konservasi karena berperan penting dalam mempertahankan populasi dan

pemulihan dari kerusakan. Oleh karena itu, informasi mengenai

keragaman genetik membantu dalam proses pengelolaan kawasan

perlindungan laut secara berkelanjutan (Kusuma dkk, 2016).

32
C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti gambar di

bawah ini:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Merokok

Aktivitas Fisik
Kejadian
Hipertensi
Usia/Umur

Genetik (Keturunan)

Keterangan:

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Hubungan

33
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan

metode Systematic Review yakni sebuah sintesis dari studi literature yang

bersifat sitematik, jelas, menyeluruh, dengan mengidentifikasi, menganalisis,

mengevaluasi melalui pengumpulan data – data yang sudah ada dengan metode

pencarian yang eksplisit dan melibatkan proses telaah kritis dalam pemilihan

studi.

B. Tahapan Systematic Review

1. Identifikasi Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan judul penelitian diatas kita dapat menentukan PICO tersebut; P

= Pasien Hipertensi, I = Adanya faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian hipertensi, C = tidak ada pembanding atau intervensi lainnya dan O

= mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi.

Pertanyaan penelitian berdasarkan “PICO” adalah bagaimanakah gambaran

kejadian hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Rijali Ambon?

2. Menyusun Protokol

Menyusun protokol review kita menggunakan metode PRISMA (Preferred

Reporting Items For Systematic Reviews and Meta Analyses)

a. Pencarian Data

34
Pencarian data mengacu pada sumber data base Google Scholar yang

sifatnya resmi.

b. Skrining Data

Skrining adalah penyaringan atau pemilihan data (artikel penelitian)

yang bertujuan untuk memilih masalah penelitian

c. Penialaian Kualitas (Kelayakan) Data

Penilaian kualitas atau kelayakan didasarkan pada data (artikel

penelitian) denga teks lengkap (full text) dengan memenuhi criteria yang

ditentukan (kriteria inklusi dan eksklusi).

d. Hasil Pencarian Data

Semua data (artikel penelitian) berupa artikel penelitian kuantitatif atau

kualitatif yang memenuhi semua syarat dan kriteria untuk dilakukan

analisis lebih lajut.

3. Menyusun Strategi Pencarian

Strategi pencarian dilakukan mengacu pada protokol yang telah dibuat dan

menentukan lokasi atau sumber database untuk pencarian data serta dapat

melibatkan orang lain untuk membantu review.

4. Ekstrasi Data

Ekstraksi data dapat dilakukan setelah proses protokol telah dilakukan

dengan menggunakan metode PRISMA, ekstrasi data dapat dilakukan

secara manual dengan membuat formulir yang berisi tentang; tipe artikel,

nama jurnal atau konferensi, tahun, judul, kata kunci, metode penelitian dan

lain-lain.

35
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah jurnal

nasional. Jurnal yang didapatkan dari tahun 2013-2018 sebanyak 230 jurnal

nasional yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian hipertensi. Jurnal yang dapat diproses keseluruhan teks sebanyak

31 Jurnal dan disaring jurnal yang berkaitan dengan variabel independen

terdapat 10 jurnal.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini yaitu jurnal yang dapat dianalisis dan

dipersempit oleh peneliti terkait variabel independen dan sesuai dengan

kriteria inklusi yaitu berjumlah 10 artikel penelitian nasional yang berkaitan

dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi, yang

dapat dilihat pada bagan PRISMA:

Hasil Jurnal secara keseluruhan Jurnal Google


(n=230 ) Scholar

Screening, jurnal yang dapat diproses Screening rentang


keseluruhan teks waktu 5 tahun
(n=30 )

Jurnal yang
berkaitan dengan
faktor-faktor yang
Jurnal akhir yang sesuai kriteria berhubungan dengan
inklusi kejadian hipertensi
(n=10 )

36
3. Teknik Sampling

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sample

di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan dan

masalah dalam penelitian), sehingga sampel dapat mewakili karakteristik

populasi yang telah diketahui sebelumnya. Berdasarkan karakteristik

populasi yang telah diketahui, maka dibuat kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria Inklusi adalah semua aspek yang harus ada dalam sebuah penelitian

yang akan kita review dan kirteria eksklusi adalah faktor – faktor yang dapat

menyebabkan sebuah penelitian menjadi tidak layak untuk di review;

sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1) Artikel penelitian nasional dan internasional yang berkaitan dengan

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi.

2) Artikel penelitian diterbitkan dalam rentang waktu 5 tahun

3) Tipe artikel penelitian review articles, research articles

4) Artikel penelitian yang dapat diakses secara penuh

b. Kriteria Eksklusi

1) Artikel penelitian nasional dan internasional yang tidak berkaitan

dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi.

2) Artikel penelitian diterbitkan telah lebih dari 5 tahun

37
D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek,

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang di tetapkan oleh peneliti

untuk di pelajari kemudian di tarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian

ini meliputi :

1. Variabel Independen

Variabel independen atau bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahan timbulnya variabel dependen (Sugiyono,

2013). Variabel independen dalam penelitian ini adalah merokok, aktivitas

fisik, umur/usia, dan genetic/keturunan.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen atau terikat adalah variabel yang di pengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiono, 2013). Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah kejadian hipertensi.

E. Analisa Data

Setelah melewati tahap protokol sampai pada ekstraksi data, maka analisis data

dilakukan dengan menggabungkan semua data yang telah memenuhi kriteria

inklusi mengguakan teknik secara deskriptif untuk memberikan gambaran

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi.

38
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Tabel 4.1
Hasil Systematic Review Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi

No Judul/Peneliti Tahun Lokasi Tujuan Desain Jumlah Metode Teknik Intervensi Hasil
Penelitian Responden Pengukuran Analisa
1 Hubungan 2015 Kota Untuk mengetahui cross-sectional 92 Kuesioner uji chi- Kebiasaan ada
Merokok Padang hubungan study responden square merokok hubungan
dengan antara kebiasaan berpengaruh antara
Kejadian merokok termasuk terhadap kebiasaan
Hipertensi pada lama merokok, hipertensi merokok
LakiLaki Usia jumlah rokok dan dengan
35-65 Tahun di jenis rokok hipertensi
Kota Padang. dengan hipertensi. (p=0,003)
(Yashinta
Octavian Gita
Setyanda)
2 Hubungan 2018 Wilayah untuk mengetahui Korelasi dan 51 Baecke Uji Aktivitas fisik Didapatkan
aktivitas fisik Tlogosuryo hubungan pendekatan Responden questionnaire speraman berpengaruh nilai Sig.=
dengan tekanan Kelurahan aktivitas fisik cross sectional dan observasi rank pada tekanan 0,005(α
darah pada Tlogomas dengan tekanan darah ≤0,05).
masyarakat Kecamatan darah pada Artinya ada
penderita Lowokwar masyarakat hubungan

39
hipertensi di u Kota penderita aktivitas
Wilayah Malang hipertensi di fisik dengan
Tlogosuryo Wilayah tekanan
Kelurahan Tlogosuryo darah pada
Tlogomas Kelurahan masyarakat
Kecamatan Tlogomas penderita
Lowokwaru Kecamatan hipertensi di
Kota Malang. Lowokwaru Kota wilayah
(Hasanudin) Malang Tlogosuryo,
Kelurahan
Tlogomas
Kecamatan
Lowokwaru
Kota
Malang
3 Faktor-Faktor 2017 Pasar Untuk mengetahui Survey 320 Kuesioner Analisa Terdapat Faktor-
Yang Beringharj faktor-faktor yang Analitik Responden bivariat hubungan faktor yang
Berhubungan o Kota berhubungan dengan Uji Chi- antara usia, berhubunga
Dengan Yogyakart dengan kejadian pendekatan square jenis kelamin, n dengan
Hipertensi pada Cross sectional pekerjaan, kejadian
Kejadian a
Pekerja Sektor pendapatan, hipertensi
Hipertensi Informal di Pasar pendidikan pada pekerja
Pada Pekerja Beringharjo Kota keturunan, sector: usia
Sektor Yogyakarta akses layanan (p=0,000),
Informal Di kesehatan, jenis
Pasar pola konsumsi kelamin
Beringharjo makanan asin, (p=0,003),
Kota pola konsumsi pekerjaan
Yogyakarta. makanan (p=0,001),
(Dwi Lestari berlemak, pendapatan
Ratna Ningsih) aktivitas fisik, (p=0,000),

40
pengetahuan, pendidikan
asal dan (p=0,000),
konsumsi riwayat
alcohol keturunan
dengan (p=0,000),
kejadian akses
hipertensi kelayanan
kessehatan
(p=0,030),
pola
konsumsi
makanan
asin
(p=0,000),
pola
konsumsi
makanan
berlemak
(p=0,000),
pola
aktivitas
fisik
(p=0,000),p
engetahuan
(p=0,011).
Faktor-
faktor yang
tidak
berhubunga
n dengan
kejadian

41
hipertensi
yaitu asal
(p=0,825)
dan
konsumsi
alkohol
(p=0,70).
4 Faktor-Faktor 2017 Puskesmas Untuk mengetahui Deskriptif 112 Kuesioner Chi Ada hubungan Terdapat
Yang Makrayu faktor-faktor yang analitik dengan Responden Square antara usia, hubungan
Berhubungan Kecamatan berhubungan pendekatan jenis kelamin, antara
Dengan Ilir dengan kejadian study cross keturunan, kejadian
Kejadian Barat II hipertensi yang sectional pekerjaan, dan hipertensi
Hipertensi Di Palembang terdiri dari faktor aktivitas fisik dengan
Puskesmas usia, jenis dengan umur (p
Makrayu kelamin, kejadia value =
Kecamatan Ilir keturunan, hipertensi 0,010), jenis
Barat II pekerjaan, dan kelamin (p
Palembang. aktivitas fisik. value =
(Hasan Azhari) 0,026),
keturunan (p
value =
0,002),
pekerjaan (p
value =
0,006), dan
juga
Aktivitas
fisik dengan
nilai p value
= 0,019.
5 Hubungan Usia 2018 Kecamatan Untuk mengetahui analitik cross 115 Kuesioner uji Chi- Usia Hasil

42
Dengan Kresek dan gambaran sectional responden Square berpengaruh penelitian
Kejadian Tegal hipertensi di terhadap yang
Hipertensi di Angus, Kecamatan hipertensi didapatkan
Kecamatan Kabupaten Kresek dari 115
Kresek dan Tangerang dan Tegal Angus responden
Tegal Angus, yaitu rata-
Kabupaten rata usia
Tangerang. pada rentang
(Nita Widjaya) usia 18-40
tahun
(61,7%).
Analisis
bivariate
hubungan
antara usia
dengan
kejadian
hipertensi p-
value 0,00.
6 Faktor-Faktor 2015 Puskesmas Untuk mengetahui Survei analitik 88 Kuesioner dan Uji chi Ada hubungan Faktor
Yang Kedungmu faktor-faktor yang dengan Responden Wawancara square antara umur, yang
Berhubungan ndu Kota berhubungan pendekatan status berhubunga
Dengan Semarang dengan kejadian kasus kontrol pasangan, n dengan
Kejadian hipertensi tidak konsumsi kejadian
Hipertensi terkendali pada garam,
hipertensi
Tidak penderita yang konsumsi
Terkendali melakukan kopi, stress, yaitu: umur
Pada Penderita pemeriksaan rutin konsumsi obat (p=0,022),
Yang di Puskesmas antihipertensi, status
Melakukan Kedungmundu obesitas, pasangan
Pemeriksaan Kota Semarang konsumsi (p=0,001),

43
Rutin Di alcohol, konsumsi
Puskesmas merokok dan garam
Kedungmundu aktivitas fisik (p=0,001),
Kota Semarang konsumsi
(Budi
kopi
Artiyaningrum)
(p=0,033),
stres
(p=0,001),
dan
konsumsi
obat anti
hipertensi
(p=0,010).
Faktor
yang tidak
berhubunga
n yaitu
obesitas
(p=0,280),
konsumsi
alkohol
(p=0,502),
merokok
(p=0,265),
dan
aktivitas
fisik
(p=0,509).

44
7 Faktor-Faktor 2016 Puskesmas Untuk mengetahui Observasional 39 Kuesioner Chi Terdapat Variabel
Yang Demak II faktor yang analitik dengan Responden Square hubungan yang
Berhubungan berhubungan pendekatan antara umur, berhubunga
Dengan Tingkat dengan tingkat cross sectional keturunan, n dengan
Hipertensi di hipertensi di aktivitas fisik,tingkat
Wilayah Kerja wilayah kerja asupan garam hipertensi
Puskesmas Puskesmas dan obesitas adalah umur
Demak II. Demak II dengan tingkat (p=0,026),
(Lina Dwi hipertensi keturunan
Yoga Pramana) (p=0,003)
dan aktivitas
fisik
(p=0,013).
Sedangkan
variabel
yang tidak
berhubunga
n dengan
tingkat
hipertensi
adalah
asupan
garam
(p=0,678)
dan obesitas
(p=0,272).
8 Faktor-Faktor 2016 Puskesmas Untuk mengetahui Studi analitik 112 Kuesioner Uji chi- Terdapat Terdapat
Yang Petang I faktor-faktor yang dengan desain Responden square hubungan hubungan
Berhubungan Kabupaten berhubungan cross-sectional dan Fisher antara genatik, yang
Dengan Badung dengan study dan Exact Test aktivitas fisik, bermakna
Kejadian hipertensi pada menggunakan tingkat stress, antara

45
Hipertensi Pada lansia di wilayah pendekatan jenis kelamin,lgenetik (p =
Kelompok kerja UPT retrospektif. obesitas, 0,019),
Lanjut Usia Di Puskesmas Petang merokok dan aktivitas
Wilayah Kerja I, Kabupaten konsumsi fisik (p =
Upt Puskesmas Badung alcohol 0,017), dan
Petang I dengan tingkat
Kabupaten kejadian stress (p =
Badung. hipertensi 0,001 )
(Muhamad dengan
Hafiz) kejadian
hipertensi.
Sedangkan
jenis
kelamin,
obesitas,
merokok,
dan
konsumsi
alkohol
tidak
terdapat
hubungan
yang
bermakna
dengan
kejadian
hipertensi
9 Faktor-Faktor 2014 Puskesmas Untuk mengetahui Penelitian 87 Kuesioner, Chi Ada hubungan Adanya
yang Simpang faktor-faktor yang kuantitatif Responden Sphygmoman Square antara jenis hubungan
Berhubungan Tiga berhubungan dengan ometer air kelamin, antara faktor
dengan Pekanbaru dengan hipertensi rancangan raksa dan keturunan, keturunan

46
Hipertensi Pada pada lansia diatas cross sectional stetoskop obesitas, dengan
Lansia di Atas Umur 65 tahun study kebiasaan hipertensi
Umur 65 merokok, Pvalue ≤
Tahun. stress dan 0,05.
(Sri Agustina) olahraga Tidak ada
dengan hubungan
kejadian antara faktor
hipertensi jenis
kelamin,
obesitas,
kebiasaan
merokok,
stres,
olahraga
dengan
Pvalue >
0,05.
10 Hubungan 2018 Poli Untuk deskritif 53 Kuesioner uji Chi- Genetik Hasil
Genetik Dan Penyakit mengetahui analitik dengan responden Square berpengaruh penelitian
Stress Dengan Dalam hubungan genetik menggunakan terhadap diperoleh
Kejadian RSUD dan stress dengan metode Cross hipertensi bahwa
Hipertensi. kejadian Sectional Study hubungan
Nene
(Suparta) hipertensi antara
Mallomo genetic
Kabupaten dengan
Sidenreng kejadian
Rappang hipertensi
diperoleh
dengan
nilai p=
0,004 < p=

47
0,05.
Terdapat
hubungan
antara
genetik dan
stress
dengan
kejadian
hipertensi.

48
Hasil penelitian Yashinta (2015) tentang Hubungan Merokok dengan

Kejadian Hipertensi pada LakiLaki Usia 35-65 Tahun di Kota Padang

didapatkan hasil 60 (65,2%) dari 92 responden mengalami hipertensi. Dari

penelitian didapatkan jumlah responden perokok ialah 57 orang (62%) dan

bukan perokok sebesar 35 orang (38%). Artinya lebih dari setengah responden

merupakan perokok. Data dianalisis dengan uji chi-square dengan p < 0,05

untuk signifikansi. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara kebiasaan

merokok dengan hipertensi (p=0,003) yaitu dipengaruhi oleh lama merokok

(p=0,017) dan jenis rokok (p=0,017).

Berdasarkan hasil penelitian Hasanudin (2018) tentang Hubungan

Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Masyarakat Penderita Hipertensi

Di Wilayah Tlogosuryo Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota

Malang didapatkan hasil menunjukkan bahwa aktivitas fisiksebagian besar

responden dikategorikan kadang-kadang yaitu sebanyak 31 orang (60,78%),

dantekanan darah hampir seluruhnya responden dikategorikan stadium 1 yaitu

sebanyak 41 orang (81,39%), selanjutnya data dianalisis menggunakan uji

speraman rankdan didapatkan nilai Sig.= 0,005(α ≤0,05). Artinya ada

hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada masyarakat penderita

hipertensi di wilayah Tlogosuryo, Kelurahan Tlogomas Kecamatan

Lowokwaru Kota Malang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Lestari (2017),

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada

pekerja sektor informal di Pasar Beringharjo Kota Yogyakarta didapatkan

49
hasil angka kejadian hipertensi pada pekerja sektor informla di Pasar

Beringharjo di Kota Yogyakarta sebanyak 180 responden (56,3%). Rata-rata

Usia responden mayoritas ≥40 tahun yaitu 297 responden (92,5%), Jenis

Kelamin mayoritas perempuan sebanyak 226 (70,6%), Pendidikan paling

banyak dalam kelompok rendah 206 (64,4%), Jenis Pekerjaan responden

mayoritas pemilik kios 167 responden (52,2%), Asal tempat tinggal rata-rata

Kota Yogyakarta 105 (32,8%). Penghasilan responden terbanyak rendah yaitu

175 (54,4%), mayoritas responden tidak menyukai makanan asin yaitu 171

(53,2%), dan tidak menyukai makanan berlemak 163 responden (50,3%),

responden rata-rata tidak mengkonsumsi alkohol yaitu 315 ( (98,4%), tidak

mengkonsumsi rokok sebanyak 240 (75%), aktivitas fisik kurang sebanyak

137 responden (43,8%) akses layanan kesehatan > 60 menit yitu 165

responden (51,6%) dan rata-rat responden memiliki pengetahuan yang rendah

yaitu 152 responden (47,5%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian hipertensi pada pekerja sektor usia (p=0,000), jenis kelamin

(p=0,003), pekerjaan (p=0,001), pendapatan (p=0,000), pendidikan (p=0,000),

riwayat hipertensi keluarga (p=0,000), akses kelayanan kessehatan (p=0,030),

pola konsumsi makanan asin (p=0,000), pola konsumsi makanan berlemak

(p=0,000), pola aktivitas fisik (p=0,000),pengetahuan (p=0,011) dan faktor-

faktor yang tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi yaitu asal

(p=0,825), konsumsi alkohol (p=0,70).

Penelitian lain juga dilakukan oleh Hasan Azhari (2017), tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di Puskesmas

50
Makrayu Kecamatan Ilir Barat II Palembang didapatkan hasil bahwa dari 57

responden yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi yang menderita

hipertensi sebanyak 43 orang (75,4%) lebih banyak dibandingkan dengan

responden yang tidak mempunyai riwayat keluarga hipertensi sebanyak 25

orang (45,5%) dari 55 reponden dengan hasil analisis chi-square didapatkan p

value = 0,002 < α (0.05). Hasil analisis bivariat didapatkan p value = 0,010

dengan nilai α = 0,05, p<α (H0 ditolak) berarti menunjukkan bahwa ada

hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi. Dari 72 responden yang

tidak melakukan aktivitas fisik yang menderita hipertensi sebanyak 50 orang

(69,4%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang melakukan

aktivitas fisik yang menderita hipertensi sebanyak 18 orang (45%) dari 40

responden, dengan hasil analisis chi-square didapatkan p value = 0,019 < α

(0,05).

Hasil penelitian Nita Widjaya (2018) tentang Hubungan Usia Dengan

Kejadian Hipertensi di Kecamatan Kresek dan Tegal Angus, Kabupaten

Tangerang didapatkan hasil dari 115 responden yaitu rata-rata usia pada

rentang usia 18-40 tahun (61,7%), Analisis univariate hipertensi sebanyak 66

(57,4%) dan tidak hipertensi 49 (42,6%). Analisis bivariate hubungan antara

usia dengan kejadian hipertensi p-value 0,00. Terdapat hubungan antara usia

dengan kejadian hipertensi di Kecamatan Kresek and Tegal Angus, Kabupaten

Tangerang, Banten.

Hasil penelitian Budi Artiyaningrum (2015) tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian hipertensi tidak terkendali pada penderita yang

51
melakukan pemeriksaan rutin di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang

didapatkan hasil penelitian didapatkan faktor yang berhubungan dengan

kejadian hipertensi tidak terkendali yaitu umur (p=0,022;OR=2,956), status

pasangan (p=0,001;OR=4,610), konsumsi garam (p=0,001;OR=4,173),

konsumsi kopi (p=0,033;OR=2,528), stres (p=0,0001;OR=6,333), dan

konsumsi obat antihipertensi (p=0,010;OR=3,095). Faktor yang tidak

berhubungan yaitu obesitas (p=0,280;OR=1,598), konsumsi alkohol

(p=0,502;OR=1,579), merokok (p=0,265;OR=1,651), dan aktivitas fisik

(p=0,509;OR=1,338).

Berdarakan penelitian Lina Dwi Yoga Pramana (2016) tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan tingkat hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Demak II didapatkan hasil Variabel yang berhubungan dengan tingkat hipertensi

adalah umur (p=0,026), keturunan (p=0,003) dan aktivitas fisik (p=0,013). Sedangkan

variabel yang tidak berhubungan dengan tingkat hipertensi adalah asupan garam

(p=0,678) dan obesitas (p=0,272).

Berdasarkan hasil penelitian Muhamad Hafiz (2016) tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada kelompok lanjut

usia di wilayah kerja Upt Puskesmas Petang I Kabupaten Badung

menunjukkan bahwa hasil Penelitian dengan uji chi-square dan Fisher Exact

Test menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara genetik (p =

0,019; RP = 1,417; IK 95% 1,069 sampai 1,877), olah raga (p =0,017; RP =

1,424; IK 95% 1,069 sampai 1,895), dan tingkat stress (p < 0,0001; RP =

2,043; IK 95% 1,184 sampai 2,141) dengan kejadian hipertensi. Sedangkan

52
jenis kelamin, obesitas, merokok, dan konsumsi alkohol tidak terdapat

hubungan yang bermakna dengan kejadian hipertensi.

Hasil penelitian Sri Agustina (2014) tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan hipertensi pada lansia di atas umur 65 tahun didapatkan

hasil penelitian Ada hubungan antara faktor keturunan dengan hipertensi pada

lansia di atas umur 65 tahun yang berobat di puskesmas Simpang Tiga

Pekanbaru dengan hasil p value = 0,008. Tidak ada hubungan antara faktor

jenis kelamin, obesitas, kebiasaan merokok, stres, dan olahraga dengan

hipertensi pada lansia yang berobat di puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru.

Berdsarkan hasil penelitian Suparta (2018) tentang Hubungan Genetik

Dan Stress Dengan Kejadian Hipertensi didapatkan hasil dari 53 responden Di

Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Nene Mallomo Kabupaten Sidenreng

Rappang, yang memiliki genetik (riwayat hipertensi dalam keluarga) sebanyak

31 responden (58,5%) sedangkan yang tidak ada genetik (tidak memiliki

riwayat hipertensi dalam keluarga) sebanyak 22 responden (41,5%). Jumlah

pasien hipertensi sebanyak 40 responden (75,5%) dan yang tidak hipertensi

sebanyak 13 responden (24,5%). Berdasarkan uji Chi Square diperoleh

p=0,004 dengan tingkat kemaknaan α= 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai

p<α. Dari analisis tersebut dapat diartikan Ha gagal ditolak, sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara genetik dengan

kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Nene Mallomo

Kabupaten Sidenreng Rappang.

53
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil review dari jurnal atau artikel yang di dapatkan oleh

peneliti, terdapat 10 artikel yang yang menganalisis tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian hipertensi terutama merokok, aktifitas fisik,

usia, dan genetik. Dari hasil review artikel atau jurnal diatas, terdapat

hubungan yang signifikan antara merokok, aktivitas fisik, usia dan genetic

dengan kejadian hipertensi.

Hasil penelitian dari artikel/jurnal review tersebut jika dibandingkan

dengan teori, terdapat kesinambungan yaitu kebiasaan merokok dapat

menyebabkan gangguan kardiovaskuler pada lansia sebagaimana dengan teori

yang dikemukakan oleh Ode (2012) yaitu penyebab terjadinya hipertensi

adalah terdiri dari berbagai faktor seperti stres, kegemukan, merokok,

hipernatriumia. Merokok adalah kebiasaan/perilaku menghisap rokok dan

pernah merokok dalam kehidupan. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan

karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran

darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri,dan

mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada studi

autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya

artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan

denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung.

Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko

kerusakan pada pernbuluh darah arteri (Karo, 2012).

54
Perokok pasif dapat mengalami hipertensi. Seseorang yang merokok

memiliki risiko 1,20 kali untuk terkena hipertensi dibandingkan dengan

seseorang yang tidak merokok. Nikotin dan karbondioksida yang terkandung

dalam rokok akan merusak lapisanendotel pembuluh darah arteri, elastisitas

pembuluh darah berkurang sehingga pembuluh darah menjadi kaku dan

menganggu aliran darah sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat

(Anggara dan Prayitno, 2013).

Aktivitas fisik adalah kegiatan latihan fisik sehari-hari yang dilakukan

seseorang secara teratur agar dapat memberikan kebugaran jasmani dalam

seminggu minimal 30 menit, minimal 3-4 kali seminggu. Olah raga yang

teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan bermanfaat bagi

penderita hipertensi ringan. Pada orang tertentu dengan melakukan olah raga

aerobic yang teratur dapat menurunkan tekanan darah (Karo,2012).

Semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang yang menderita

hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang

timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko yang di miliki

seseorang. Berbagai penelitian telah menemukan hubungan antara berbagai

factor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Hilangnya elastisitas jaringan dan

arterisklerosis serta pelebaran pembuluh darah adalah faktor penyebab

hipertensi pada usia tua. Dari berbagai penelitian yang di lakukan di Indonesia

menunjukkan penduduk yang berusia di atas 20 tahun sudah memiliki faktor

resiko penderita hipertensi (Sutanto, 2010).

55
Semakin bertambahnya usia elastisitas pembuluh darah akan mengecil

menyebabkan aliran darah ke tubuh semakin sedikit sehingga jantung harus

bekerja keras untuk memenuhi aliran darah sehingga berdampak pada

hipertensi (Journal Medicine, 2015).

Lansia dengan riwayat keturunan hipertensi mempunyai peluang 8,8

kali menderita hipertensi ringan dibandingkan dengan yang tidak ada

keturunan. Riwayat keluarga yang memiliki hipertensi merupakan faktor

risiko terjadinya hipertensi. faktor resiko hipertensi yang tidak dapat dirubah

salah satunya adalah riwayat keluarga yang positif menderita masalah jantung

atau kardiovaskuler (Rachman, 2011).

Faktor genetik mempertinggi risiko terkena penyakit hipertensi,

terutama pada hipertensi primer (esensial). Yang dimaksud dengan faktor

genetik pada penelitian ini adalah apakah pada keluarga responden terdapat

riwayat anggota keluarga yang menderita hipertensi. Tentunya faktor genetik

ini tidak berdiri sendiri, faktor ini juga diperngaruhi faktor-faktor lingkungan

lain. Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolism pengaturan garam dan

renin membran sel. bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar

45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang

menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya. lansia

yang memiliki riwayat hipertensi pada keluarga merupakan faktor risiko untuk

terjadinya hipertensi, yakni lansia yang memiliki riwayat hipertensi pada

keluarga mempunyai risiko untuk menderita hipertensi 1,417 kali lebih besar

56
dibandingkan dengan lansia yang tidak memiliki riwayat hipertensi pada

keluarga (Karo, 2012).

Hasil penelitian adalah hipertensi dapat terjadi pada semua orang.

Penyakit hipertensi dapat diminimalisir dengan menjaga pola hidup yang baik.

Jika seseorang memiliki riwayat keturunan penyakit hipertensi, kemungkinan

besar akan mengalami hipertensi, untuk itu jika ada riwayat keluarga yang

hipertensi, haruslah menjaga pola hidup yang baik, dengan melakukan

aktivitas fisik seperti olahraga ringan, dan tidak merokok terutama bagi laki-

laki yang seringkali tergantung dengan rokok. Selain itu juga, dari hasil-hasil

penelitian, obesitas juga dapat menyebabkan hipertensi, sehingga pola makan

juga harus diatur sejak usia muda, sehingga dapat mencegah penyakit

hipertensi di usia lanjut. Dengan demikian, perlu adanya pola hidup yang

sehat dan teratur untuk meningkatkan derajat kesehatan dan menekankan

angka kejadian hipertensi.

57
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan jurnal-jurnal penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan hipertensi, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Berdasarkan jurnal-jurnal yang ditemui, terdapat hubungan yang signifikan

antara merokok dengan hipertensi.

2. Berdasarkan jurnal-jurnal yang ditemui, terdapat hubungan yang signifikan

antara aktivitas fisik dengan hipertensi.

3. Berdasarkan jurnal-jurnal yang ditemui, terdapat hubungan yang signifikan

antara usia/umur dengan hipertensi

4. Berdasarkan jurnal-jurnal yang ditemui, terdapat hubungan yang signifikan

anatara genetic/keturunan dengan hipertensi

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, adapun saran yang peneliti sampaikan sebagai

berikut:

1. Dapat dapat menjadi informasi dan bermanfaat bagi masyarakat khususnya

pasien hipertensi dalam menjaga pola hidup sehari-hari.

2. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam

meningkatkan efektifitas dan efesiensi pelayanan penyakit hipertensi dan

58
dalam menyusun kebijakan dan strategi dalam melaksanakan program

pencegahan penyakit hipertensi.

3. Dapat memahami tanda-tanda dan gejala terjadinya hipertensi serta cara

pencegahannya agar dapat mengatasi dan merawat secara mandiri dengan

pola hidup yang baik.

59
DAFTAR PUSTAKA

Andria, K. M., 2013. Hubungan Antara Perilaku Olahraga, Stres, dan Pola
Makan dengan Tingkat Hipertensi Pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia
Kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Jurnal
Promkes, Volume 1, pp. 111-117.

Anggraeny, Rini. 2014. Faktor Risiko Aktifitas Fisik, Merokok, dan Konsumsi
Alkohol Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Patingaloang Kota Makassar. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Makassar: Universitas Hasanudin

Aziz, M. & Yadav, K. V. 2016. Pathogenesis of Atherosclerosis. iMedPub


Journal, 2(3): 22.

Budi. Artyaningrum. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Hipertensi Tidak Terkendali Pada Penderita Yang Melakukan Pemeriksaan
Rutin Di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang.

Dwi Lestari. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Hipertensi Pada Pekerja Sektor Informal Di Pasar Beringharjo Kota
Yogyakarta.

Febby Hendra. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah


Di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat.

Hasan Azhari. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Hipertensi Di Puskesmas Makrayu Ke Barat Ii Palembang. Jurnal Ilmu
Kesehatan 2 (1).

Hasanudin. 2018. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada


Masyarakat Penderita Hipertensi Di Wilayah Tlogosuryo Kelurahan
Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Nursing News Volume 3,
Nomor 1.

Herbert Benson. 2014. Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta: Gramedia.

Irianto Koes. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Alfabet.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Pintar Kader


Penyelenggaraan POSBINDU PTM.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. 2014. Jakarta : Kemenkes RI

60
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:
Kemenkes RI

Kurniadi dkk. 2014. Stop Diabetes Hipertensi, kolesterol tinggi dam jantung
karoner. Yogyakarta: Istana Media

Lina Dwi. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Hipertensi Di


Wilayah Kerja Puskesmas Demak II.

Mamahit, Melia Leidi, Mulyadi dan Franly Onibala. 2017. Hubungan


Pengetahuan Tentang Diet Garam Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di
Puskesmas Bahu Kota Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado. E
Journal keperawatan vol. 5(1).

Muhamad Hafic. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas
Petang I Kabupaten Badung. e-Jurnal Medika, VOL. 5 NO.7.

Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

National Institute for Health and Care Excellence. 2013. Clinical Management of
Hypertension

Nita Widjaya. 2018. Hubungan Usia Dengan Kejadian Hipertensi di Kecamatan


Kresek dan Tegal Angus, Kabupaten Tangerang. Jurnal Kedokteran Yarsi
26 (3).

Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2015. Metodologi penelitian: pendekatan praktis. Jakarta: Salemba


Medika.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI.

Siti Setiati , Idrus Alwi, Aru W Sudoyo, Marecellus Simadibrata K, Bambang


Setiyohadi, Ari Fahrial Syam. 2014. Buku Ajar Penyakit Dalam. Ed keenam
Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, pp 1458-1474.

Sri Agustin. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi Pada


Lansia di Atas Umur 65 Tahun. Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 4.

Susanto. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group

61
Suparta. 2018. Hubungan Genetik Dan Stress Dengan Kejadian Hipertensi. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Pencerah.

Susilo, R. 2011. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Yogyakarta: Nuha


Medika

Sustrani L. 2015. Hipertensi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi


Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wahyuni A. 2014. Analisis Praktik Residensi Keperawatan Medikal Bedah Pada


Pasien Gangguan Sistem Kardiovaskuler Dengan Pendekatan Model
Adaptasi Roy Di Rumah Sakit Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita
Jakarta

World Health Organization. 2014. Global Status Report on Noncommunicable


Diseases 2014.

World Health Organization. 2015. A global brief on hypertension: silent killer,


global public health crisis

World Health Organization (WHO). 2018. Deafness and hearing loss.

Yashinta Octavian. 2018. Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada


Laki-Laki Usia 35-65 Tahun di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas.

62

Anda mungkin juga menyukai