Anda di halaman 1dari 12

Nama : Muhammad Juniar Revanska Kusuma

NIM : 205060101111034

Kelas : Bahasa Indonesia A2

Jurusan : Teknik Sipil

Judul : Kalimat Efektif dan Paragraf

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat memberikan gagasan atau


perasaan si penyampai secara tepat sehingga dapat memberi pemahaman yang
sama antara penerima pesan tersebut dan penyampai. Supaya kalimat dapat
mengungkapkan gagasan penyampainya dengan baik, unsur kalimat-kalimat yang
digunakan harus lengkap. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak
boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang   seharusnya tidak ada tidak
perlu dimunculkan. Kalimat efektif memiliki beberapa persyaratan umum di
dalamnya untuk menjaga arti dari kalimat efektifnya sendiri (beserta contoh),
diantaranya:
 Yang pertama adalah kesepadanan, kesepadanan adalah keseimbangan
antara ide pikiran dengan struktur bahasa yang dipakai saat
penyampaiannya. Kesepadanan dalam penyampaian memiliki subjek dan
predikat yang jelas dengan tidak menggunakan kata depan seperti bagi,
untuk, pada dan sebagainya, contoh kesalahan dalam penggunaan kata
depan ini adalah “bagi murid yang sedang bermain api”, kalimat tersebut
tidak bisa disebut kalimat efektif karena tidak sepadan dengan
menghilangkan subjek dalam kalimatnya. Tidak menghadirkan subjek
ganda seperti “Orang itu perasaannya halus” terdapat dua subjek yaitu
“orang itu” dan “perasaannya”. Dan melakukan pemborosan dengan
menghubungkan kalimat menggunakan titik dan kata penghubung
intrakalimat misalnya, “Saya harus memperbaiki rantai sepeda saya
dahulu. Sehingga saya terlambat datang” di dalam kalimat tersebut lebih
baik menghilangkan tanda titik agar menjadi satu kalimat utuh dan
efektif atau menghilangkan “sehingga” dan menggantinya dengan kata
hubung antarkalimat.
 Yang kedua, kapararelan adalah kesetaraan bentuk kata dalam kalimat
yang digunakan. Jika kita menggunakan bentuk ajektival di awal, maka
seterusnya kita menggunakan bentuk ajektival juga. Misalnya “Di dalam
organisasi kita harus berdedikasi, bermoral dan musyawarah.”
sebaiknya “musyawarah” yang merupakan bentuk nominal haru kita
ubah menjadi bentuk ajektival yaitu “bermusyawarah”.
 Yang ketiga, kehematan adalah menghindari penggunaan kata, frase, atau
bentuk lain yang tidak perlu selama tidak mengganggu tatabahasa dan
makna kalimat. Dengan menghindari pengulanagn subjek yang
diperlukan seperti “Karena kamu lupa memakai atribut upacara, kamu
akan dihukum.” lebih baik menjadi “Kamu akan dihukum karena tidak
memakai atribut upacara.” penghematan di sini mempunyai arti
penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan. Hindari
hiponim seperti mengucapkan atau menuliskan keterangan yang sudah
jelas, misalnya “mata kamu berwarna biru.” sebaiknya “mata kamu
biru.” Hindari juga kesinoniman dalam kalimat, misalnya “Agar supaya
kamu sehat.” Sebaiknya “Supaya kamu sehat.” Hindari juga kalimat
penjelas kata yang sudah jamak misalnya “Para hadirin sekalian.”
Sebaiknya “Hadirin sekalian”
 Selanjutnya adalah kecermatan, Yang dimaksud dengan cermat adalah
kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan
kata misalnya “Dia adalah suami Bu Gubernur yang baru.” Kalimat
tersebut menimbulkan ambiguitas apakah Bu Gubernur memiliki suami
yang baru atau Bu Gubernur itu baru menjadi seorang gubernur.
Sebaiknya tambahkan (-) sebagai pengganti spasi menjadi “Dia adalah
suami-Bu Gubernur yang baru.” Jika Bu Gubernur memiliki suami yang
baru dan tanda (-) setelah “Bu Gubernur” Jika Bu Gubernur itu baru
menjadi seorang gubernur.
 Yang kelima, Kepaduan adalah hubungan yang padu antar unsur kalimat.
Satu unsur dengan unsur yang lain tidak dapat diselingi oleh kata yang
tidak penting dan letak kata dalam kalimat tidak boleh ditukar sehingga
informasi atau pesan tidak terpecah. Kalimat yang padu tidak bertele-tele,
menggunakan aspek+agen+verba yang konsisten dan tidak menyisipkan
kata antara predikat kata kerja dan kata benda. Contoh dari syarat padu
tersebut misalnya “Susu itu basi sudah” yang benar adalah “Susu itu
sudah basi”
 Yang terakhir adalah kelogisan, ide atau gagasan yang dituliskan atau
dilisankan dapat diterima oleh akal penerima dan tetap menggunakan
ejaan yang telah ditetapkan. Contoh yang salah misalnya “Saya
mengajar mata kuliah Filsafat di sebuah lembaga.”, tidak masuk akal
jika kita baca dengan baik kalimat tersebut. Bagaimana bisa seseorang
mengajarkan sesuatu kepada kata benda, kalimat tersebut tidak logis dan
ambigu. Yang benar adalah “Saya mengajari mahasiswa mata kuliah
Filsafat di sebuah lembaga.”
Kalimat efektif juga memiliki ciri-cirinya, mulai dari memakai diksi yang
tepat, Mempunyai unsur pokok atau penting, minimal Subjek Predikat (SP), taat
kepada tata aturan ejaan yang disempurnakan (EYD) yang berlaku, penekanan ide
pokok, penghematan penggunaan kata, kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai,
struktur kalimat sesuai variasi, kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan
pikiran yang logis dan sistematis, koherensi yang baik dan solid, pararelisme yang
diperhatikan, komunikasi yang berharkat dan pemilihan kata yang baik.
Contoh kalimat tidak efektif dalam paragraf, “Andi pergi ke bioskop
karena ingin menonton film Ayat-ayat cinta, padahal  novel ayat-ayat cinta sudah
pernah Andi baca tetapi Andi tetap ingin menonton film tersebut. Andi pun ikut
mengantri tiket bersama temannya, maka dia ikut berdesak-desakan  dengan  para
pengunjung yang lain. Setelah mendapatkan tiket, Andi dapat menoton film Ayat-
ayat Cinta yang sangat dia dambakan. Namun setelah selesai menonton  Andi
disadari bahwa film dan novelnya sangat berbeda. Menurut Andi, novel Ayat-
ayat Cinta lebih bagus daripada filmnya.” Paragraf yang efektif dan benar adalah,
“Andi pergi ke bioskop karena ingin menonton film Ayat-ayat Cinta,
padahal Andi sudah pernah membaca novel Ayat-ayat Cinta tetapi Andi tetap
ingin menonton film tersebut. Andi pun ikut mengantri tiket bersama temannya,
dia ikut berdesak-desakan  dengan pengunjung yang lain. Setelah mendapatkan
tiket Andi dapat menoton film Ayat-ayat Cinta yang sangat dia dambakan. Namun
setelah menonton tersebut Andi menyadari bahwa film dan novelnya sangat
berbeda. Menurut Andi, novel Ayat-ayat Cinta lebih bagus daripada filmnya.”
Paragraf adalah bahasa tulis yang terdiri dari kalimat-kalimat, memiliki
kesatuan dan menjelaskan satu ide atau gagasan. Kalimat-kalimat yang
dimaksud berarti paragraf merupakan beberapa kalimat yang dapat berupa
kalimat utama, kalimat penjelas dan kalimat penegas. Namun, tidak berarti
kalimat-kalimat pada paragraf itu harus terdiri dari kalimat-kalimat tersebut. Ada
paragraf yang hanya terdiri dari kalimat-kalimat penjelas, misalnya paragraf
deskripsi. Secara ideal suatu paragraf memiliki kalimat utama dan kalimat-
kalimat penjelas. Oleh karena itu, paragraf yang terdiri dari kalimat penjelas saja
dapat dikatakan paragraf asalkan paragraf itu memiliki gagasan utama. Jadi
paragraph adalah kesatuan pengungkapan pikiran/ide/gagasan.
Paragraf yang baik memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah
penggunaan kata kunci yang merupakan kata yang diulang untuk mengaitkan
antara satu kalimat dengan kalimat lainnya. Ada juga penggunaan kata ganti
yang dapat menggantikan nominal atau frase nominal, misalnya: dia, beliau,
(pronominal persona ‘kata ganti orang’), itu ini, di sini, di situ (pronominal
demonstrative ‘kata ganti penunjuk’), dan –nya, -ku, -mu (pronominal objektif
‘kata ganti sasaran’).
Berikut adalah ciri-ciri dari paragraf:
 Kalimat pertama bertakuk atau menjorok ke dalam lima ketukan spasi
untuk jenis karangan biasa, maisalnya makalah, skripsi, tesis, dan
desertasi. Karangan yang berbentuk lurus yang tidak bertakuk (block
style) ditandai dengan jarak spasi merenggang, satu spasi lebih banyak
daripada jarak antarbaris lainnya.
 Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan
dalam kalimat topik.
 Setiap paragraf menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya
merupakan kalimat pengembang yang berfungsi menjelaskan,
menguraikan, atau menerangkan pikiran utama yang ada dalam kalimat
topik.
 Paragraf mengguanakan pikiran penjelas (gagasan penjelas) yang
dinyatakan dalam kalimat penjelas. Kalimat itu berisi detail-detail dalam
kalimat topik. Paragraf hanya berisi satu kalimat topik dan beberapa
kalimat penjelas. Setiap kalimat penjelas berisi detail yang sangat
spesifik dan tidak mengulang pikiran penjelas lainnya.
Berikut adalah fungsi dari paragraf:
 Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran
dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis
dalam suatu kesatuan.
 Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri
atas beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran.
 Memudahkan perorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan
pemahaman bagi pembaca.
 Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit
pikiran yang lebih kecil.
 Memudahkan pengedalian variabel, terutama karangan yang terdiri atas
beberapa variabel.
Unsur alami paragraf juga berupa kalimat, frasa, kata, dan lain-lain.
Sedangkan unsur non-alami paragraf berupa makna atau maksud penulis yang
berada di dalam keseluruhan paragraf itu. Secara alami, khususnya paragraf non-
naratif tersusun dari:
 gagasan utama atau ide pokok merupakan inti dari paragraf yang berisi
dasar masalah yang akan dibicarakan. Gagasan utama berisi pernyataan
umum tentang isi keseluruhan paragraf. Gagasan utama terdapat di
dalam kalimat topik atau kalimat utama. Tapi gagasan utama tidak
selalu berada di dalam kalimat utama. Jika paragraf tersebut hanya
terdiri dari kalimat-kalimat penjelas, maka gagasan utama terdapat di
dalam seluruh kalimat pada paragraf tersebut. Dan apabila pembaca
ingin memahami gagasan utama paragrafnya, maka pembaca harus
membaca keseluruhan paragraf. Contohnya, “Pukul 07.00 Rudi sudah
berada di kampus. Ia duduk sejenak di taman kampus sambil
menggendong tas kuliahnya. Tidak terdengar suaranya. Lima menit
kemudian, tiga temannya telah datang di tempat yang sama. Masing-
masing membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa buku dan alat
tulisnya. Suasana sunyi. Lima menit kemudian mereka bersuara amat
gaduh. Mereka berdebat amat serius. Entah apa yang mereka
perdebatkan. Sepuluh menit kemudian suasana kembali sunyi. Mereka
semuanya membaca dan menulis. Tiga puluh menit kemudian salah
seorang membacakan hasil akhir mereka. Setelah itu, mereka
membacakan kembali hasil diskusinya. Terdengar sayup-sayup mereka
berucap alhamdulillah tugas kelompok selesai.” (Widjono, 2007: 176)
 Kalimat topik, merupakan kalimat yang mengandung gagasan pokok di
dalam sebuah paragraf. Kalimat topik berfungsi sebagai pengendali
pikiran penulis dalam menyampaikan gagasannya di dalam paragraf.
kalimat topik membantu memahami isi paragraf itu dengan mudah.
Kalimat topik berisi pernyataan umum yang memerlukan kalimat
penjelasnya. Kalimat topik dapat berada di awal, di akhir, di tengah, di
awal dan akhir, dan di seluruh paragraf. Namun, kalimat topik yang
berada di seluruh paragraf biasanya ditemukan pada cerita fiksi. Berikut
ini contoh paragraf yang kalimat topiknya berada di akhir paragraf.
Contohnya, “Perang saudara di Vietnam dalam konflik Kamboja jelas
membuat perekonomian Vietnam sempoyongan. Reformasi adalah kunci
untuk bangkit. Karena itu, sidang pendahuluan partai yang berkuasa di
negeri itu membahas soal mendasar tersebut. Akan tetapi, sidang belum
menghasilkan tentang arah kesepakatan reformasi menyeluruh di bidang
ekonomi yang ingin dijalankan di Vietnam. Mereka bahkan menolak
dengan tegas setiap usaha bagi terjadinya keterbukaan politik yang
dicoba jalankan. Dengan demikian, Vietnam terpaksa harus realistis
melihat dirinya.” (Wijayanti, dkk., 2013: 102)
 Kalimat penjelas atau pendukung, merupakan kalimat yang memperjelas
atau menjabarkan kalimat topik. Kalimat penjelas dibutuhkan untuk
memperjelas atau mengembangkan kalimat topiknya. Contoh, “Citra
bisnis retail dipengaruhi dua faktor. Faktor pertama yang membentuk
dan memengaruhi citra adalah komunikasi melalui media. Komunikasi
tersebut membentuk citra karena kemampuannya dalam memengaruhi
persepsi konsumen tentang bauran pemasaran suatu perusahaan. Faktor
berikutnya adalah pengalaman konsumen, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dalam berhubungan dengan penyedia produk atau jasa.
Apabila konsumen mendapatkan produk atau jasa, harga, dan kualitas
yang memuaskan, konsumen cenderung mempunyai persepsi yang positif
terhadap organisasi tersebut.” (Wijayanti, dkk., 2013: 108)
 Kalimat simpulan bertugas menegaskan kembali pernyataan yang

terdapat pada kalimat topik. Maka di dalam kalimat simpulan tidak

boleh ada topik baru yang di usungkan. Contoh, “Keluarga kami selalu

tampak sibuk pada pagi hari. Ayah selalu mencuri waktu untuk berlari

pagi atau bersepeda di sekeliling rumah. Ibu pagi-pagi sekali

menyiapkan sarapan dan bekal untuk dibawa saya dan adik ke sekolah.

Kami pun bersiap-siap berangkat ke sekolah. Tepat pukul 06.00 semua

anggota keluarga, kecuali ibu, sudah meninggalkan rumah”.

(Wijayanti, dkk., 2013: 111)

Paragraf memiliki beberapa jenis, Menurut Wijayanti, dkk. (2013: 117),

paragraf dapat dibedakan melalui posisi kalimat topik di dalam paragraf, urutan

kemunculan paragraf di dalam karangan, dan tujuan penulisannya di dalam

paragraf atau karangan. Di sini menjelaskan jenis paragraf berdasarkan posisi

kalimat topik saja. Berikut penjelasannya:

 Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak pada

awal paragraf (Wiyanto, 2004: 59). Namun, kalimat utamanya tidak

harus pada kalimat pertama. Banyak paragraf yang kalimat pertamanya

berupa kalimat transisi. Paragraf yang mengandung kalimat transisi,


kalimat utamanya berada dalam posisi kalimat kedua. Namun, paragraf

ini tetap dinamakan paragraf deduktif karena kalimat pertamanya

hanya merupakan transisi bukan kalimat penjelas. Contohnya

“Kegiatan seorang penulis dapat disamakan dengan seorang petani

yang mencangkul sawah ladangnya. Pak tani akan bertenaga kalau

cukup makan dan minum. Bila kurang makan dan minum, ia akan cepat

merasa lelah, letih, dan loyo. Demikian pula seorang penulis. Bila

penulis sedikit membaca, kurang melakukan riset untuk bahan

tulisannya, dan tidak sensitif terhadap lingkungannya, tentu saja ia

akan kehabisan ide.” (Wiyanto, 2004: 60)

 Paragraf induktif, memiliki kalimat utama yang berada di bagian akhir

paragraf. Biasanya kalimat utama paragraf induktif menggunakan

konjungsi penyimpul antarkalimat. Contohnya “Pulau Jawa dan

Madura yang luasnya hanya 6,7% dari luas Indonesia saat ini dihuni

oleh 60% penduduk Indonesia. Kepadatan penduduk di Jawa kurang

lebih 900 orang per kilometer persegi. Di wilayah Semarang mencapai

1.832 orang per kilometer persegi. Kepadatan penduduk saat ini sangat

luar biasa bedanya dengan wilayah Indonesia lainnya. Di Papua Barat

kepadatannya hanya 4 orang per kilometer persegi. Bahkan, di

Kabupaten Merauke yang luasnya hampir sama dengan Pulau Jawa

dan penduduknya hanya 270.000 orang itu, kepadatannya hanya 2

orang per kilometer persegi. Karena itu, siapa pun tidak akan ragu-

ragu mengatakan bahwa penyebaran penduduk Indonesia tidak

merata.” (Wiyanto, 2004: 61)


 paragraf deduktif-induktif, merupakan paragraf yang kalimat utamanya

berada di awal dan juga di akhir paragraf. Kalimat utama yang berada di

akhir paragraf adalah pengulangan atau penegasan kalimat utama pada

awal paragraf. Sebagai pengulangan atau penegas, wujud kalimat utama

yang berada di akhir paragraf itu memiliki variasi yang berbeda dalam

penulisannya. Contohnya, “Mulai sekarang kita harus membiasakan

hidup bersih. Kita buang sampah di tempatnya. Jangan sampai ada

sampah tercecer di sembarang tempat. Sebab, selain mengesankan

jorok dan menimbulkan bau busuk, sampah juga menjadi sarang

penyakit. Berbagai bibit penyakit yang berkembang biak di dalam

sampah itu mengancam kesehatan kita. Semakin banyak sampah di

sekitar kita, semakin besar pula ancaman itu. Sebaliknya, semakin

bersih lingkungan kita, semakin besar pula harapan kita untuk hidup

sehat. Karena itu, kita harus menjaga kebersihan lingkungan.”

(Wiyanto, 2004: 62)

 Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya berada di

tengah paragraf, contohnya “Etos kerja masyarakat Jepang sangat

tinggi. Mereka juga sangat berdisiplin. Masalah disiplin ini sudah

mendarah daging bagi mereka. Di mana-mana, baik di rumah, di jalan,

di tempat umum, maupun di kantor, semuanya sangat disiplin.

Masyarakat Jepang memang layak diteladani. Mereka rajin membaca

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Di mana saja, asal

ada kesempatan, mereka membaca. Bagi mereka, membaca tidak harus

di ruang baca. Mereka melakukannya di dalam gerbong kereta yang


melaju, di stasiun, dan bahkan sambil berdiri antre beli tiket.”

(Wiyanto, 2004: 62)

 Yang terakhir, paragraf tanpa kalimat. Tidak semua paragraf memiliki

kalimat utama. Tapi bukan berarti paragraf ini tidak mempunyai ide

pokok. Gagasan utamanya tersirat dalam kalimat-kalimat pada paragraf.

Contohnya, “Semua jalan setapak menuju puncak dipayungi pepohonan

besar dan rindang. Perjalanan ke puncak seakan menerobos belantara

dengan aneka pohon dan semak. Beberapa pohon besar menjulurkan

akar-akar gantungnya. Kicauan aneka burung melengkapi keindahan

hutan. Embusan angin sejuk memperkuat suasana alam pegunungan.”

(Wiyanto, 2004: 64)

Daftar Pustaka:

meltiana, m. (2017). UNSUR PARAGRAF, JENIS PARAGRAF, DAN POLA


PENGEMBANGAN PARAGRAF PADA TAJUK RENCANA SURAT
KABAR KOMPAS EDISI 1-15 DESEMBER 2016.

parto. (n.d.). KALIMAT EFEKTIF DAN PENGAJARANNYA DI SMP/MTs


PADA ERA GLOBAL. Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Konteks GlobalPS,
245-255
Pertanyaan terkait topik “Kalimat Efektif dan Paragraf”

1. Apakah kalimat efektif perlu digunakan dalam kehidupan sehari-hari?


Berikan alasan Anda!
2. Berdasarkan pengalaman Anda, berikan contoh nyata terkait penggunaan
kalimat efektif!

Jawaban

Menurut saya perlu untuk menggunakan kalimat efektif dalam kehidupan


sehari-hari, Saat kita menyampaikan sesuatu kepada instansi resmi, orang asing,
orang tua dan semacamnya kita perlu menggunakan kalimat efektif terstruktur
agar pesan kita dapat diterima oleh penerima dengan mudah dan tidak bertele-
tele. Juga untuk memberikan kesan pertama kepada orang asing bahwa kita dapat
mengatur pola kata kita dengan baik dan bisa lebih dipercaya oleh orang tersebut.
Kalimat efektif yang mengurangi penggunaan kata yang berlebih tanpa
melupakan struktur kata yang telat diatur akan membantu orang untuk
memahami kita lebih baik. Seringkali kalimat yang tidak efektif membingungkan
para penerima pesannya dan akan memakan waktu lebih lama lagi untuk
membuat pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan sesuai
ekspetasi penyampainya.
Saat saya berbicara kepada orang tua saya “Saya memberi tahu teman
saya.” Kalimat yang saya katakan tanpa konteks yang jelas dan saya lah yang
mengawali pembicaraan, dari kalimat saya timbul perasaan heran pada orang tua
saya. Apakah anak saya memberi makanan berupa tahu kepada temannya atau
saya memberi tahu tentang sesuatu kepada teman saya, sehingga yang terjadi
adalah orang tua saya bertanya mengenai dua asumsi tersebut yang muncul di
kepala mereka untuk memastikan apakah maksud saya, sehingga muncul tafsiran
ganda dan terjadi ketidakefektifan kalimat yang seharusnya dapat dihindari.
Contoh yang kedua terjadinya ketidaklogisan kalimat, teman saya berkata “Saya
sudah bermain laptop dari tadi sehingga saya sudah mencapai rank yang tinngi
sekarang.” Kalimat tersebut membuat saya berpikir sebentar untuk memastikan
dia memainkan sebuah benda mati (laptop) sebagaimana mungkin seperti
melemparkannya untuk kesenangan dia atau mungkin memakai laptopnya
sebagai papan bermain, entah laptop tersebut menyala atau tidak, terkoneksi
dengan internet atau tidak hingga dia mencapai ranking yang tinggi. Dan jika dia
bermain game, saya harus bertanya lagi game apakah game A yang telah dia
mainkan atau game B dan banyak lagi. Selain ketidaklogisan, kalimat tersebut
menimbulkan banyak tafsiran. Meskipun dalam bermasyarakat “bermain laptop”
lekat kaitannya dengan bermain game menggunakan laptopnya, belum ada
penjelasan resmi bahwa “bermain laptop” dapat diartikan demikian.

Anda mungkin juga menyukai