Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

KETERAMPILAN KIMIA
PEMBUATAN LILIN AROMATERAPI

Oleh :

Kelompok 4
1. Rahma Tia Nur Fitriani (IPA C-18312241075)
2. Anindiya Putri Ramadhani .SM (IPA D-18312244002)
3. Fatwa Syihabi (IPA D-18312244003)
4. Vidia Kurniawati (IPA D-18312244005)
5. Fikri Nur Muhammad (IPA D-18312244009)
6. Lusiana Diany (IPA D-18312244034)
7. Rigen Utami (IPA D-18312244027)
8. Rosita Dwiki Mustafa (IPA D-18312244039)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
A. Judul
Pembuatan Lilin Aromaterapi

B. Tujuan
1. Mengetahui cara membuat lilin aromaterapi.
2. Mengetahui fungsi masing-masing bahan dalam proses pembuatan lilin
aromaterapi.

C. Dasar Teori
1. Lilin dan lilin aromaterapi
Lilin adalah ester dari asam lemak berantai panjang dengan alkohol
monohidrat berantai panjang atau sterol .lilin sumber penerangan yang terdiri dari
sumbu yang diselimuti oleh bahan bakar padat. bahan bakar yang digunakan
biasanya adalah lemak sapi (yang banyak mengandung asam stearat (Rahfiqa,
2017 : 1).
Lilin aromaterapi adalah salah satu bentuk diversifikasi dari produk lilin
yaitu aplikasi lain dari cara inhalasi atau penghirupan aromaterapi lilin
aromaterapi dibuat dari minyak esensial (minyak atsiri) alami sehingga memiliki
efek menyembuhkan dan menenangkan. Lilin aromaterapi dapat digunakan untuk
berbagai tujuan termasuk menghilangkan stres dan kecemasan. (Rohman, 2011 :
45).
2. Cara pembuatan lilin aromaterapi
Pembuatan lilin aromaterapi membutuhkan stearin, parafin, dan minyak
atsiri. Pada pembuatan lilin, stearin perlu dipanaskan, tujuan dilakukan pemanasan
pada stearin adalah untuk mencairkan stearin yang semula berwujud padat pada
titik lelehnya yaitu sekitar 69,60 C (Saraswati, 1985 : 19).
Технология изготовления свечей очень проста, поэтому при желании
инструмент для гадания можно сделать в домашних условиях. Процесс
осуществляют в 3 этапа: подготовка основы, фитиля и формы. (Филатова,
2012, стр. 45) Pembuatan lilin cukup menggunakan teknologi yang sederhana,
dan dapat dilakukan dengan mudah. Dalam pembuatan lilin ada tiga hal yang
perlu disiapkan, yaitu alas, sumbu, serta cetakannya.
3. Parafin
Parafin adalah bahan baku lilin yang biasa digunakan, parafin adalah nama
umum untuk hidrokarbon alkana dengan formula CnH₂n+2. Lilin parafin merujuk
pada benda padat dengan n=20 (Saraswati, 1985 : 17).
Molekul parafin paling simpel adalah metana, CH ₄ sebuah gas dalam temperatur
ruangan. anggota sejenis ini yang lebih berat, seperti oktan C₈H₁₈, muncul
sebagai cairan pada temperatur ruangan. Bentuk adat parafin, disebut lilin parafin,
berasal dari molekul terberat mulai dari C₂₀H₄₂ hingga C₄₀H₈₂. Lilin parafin
pertama ditemukan oleh Carl Reichenbach tahun 1830 (Saraswati, 1985 : 18).
Parafin atau hidrokarbon parafin, juga merupakan nama teknis untuk
sebuah alkana pada umumnya, tetapi dalam beberapa hal kata ini merujuk pada
satu linear atau alkana normal, dimana bercabang atau isoalkana juga disebut
isoparafin (Ketaren, 1986 : 25).

Gambar 1. Parafin
Sumber : (Saraswati, 1985 : 17).
Fungsi parafin dalam pembuatan lilin adalah sebagai bahan bakar untuk
lilin agar dapat terbakar. Dalam pembuatan lilin tujuan pencampuran antara
parafin dan stearin adalah agar parafin yang dimasukkan dapat keras karena sifat
dasar dari parafin adalah cenderung lembek dan lentur di bawah titik leburnya,
maka digabungkan dengan stearin (Saraswati, 1985 : 18).
Paraffin, a petroleum by-product, is the recommended wax for making the
hot-wax candle projects in this book. Odorless, colorless, and relatively
inexpensive, quality paraffin is available in most craft supply stores, where it is
sold mainly in 10-pound slabs or 1 pound bags of pellets (Ebeling, 2018 : 10).
Lilin dibuat dengan parafin, yang merupakan salah satu produk dari minyak bumi.
Parafin yang baik bersifat tidak berbau dan tidak berwarna.
Parafin blok adalah bahan utama pembuatan lilin. Parafin adalah residu dari
minyak bumi. Bahan berbentuk padat ini paling tidak ada dua jenis, yakni lokal
dan impor (Apriyatno dan Murhananto, 2005 : 09).
4. Asam stearat
Stearin terdapat dalam lemak nabati atau hewani. Stearin juga dapat dibuat
dengan cara mereaksikan asam stearat dengan gliserol pada kondisi tertentu.
Stearin memiliki slip melting point pada kisaran 46 C-56 C . Stearin
merupakan gliserida yang mempunyai titik cair tinggi karena mengandung asam
palmitat dan asam stearat dalam jumlah yang tinggi. kandungan ini menyebabkan
stearin berada pada kondisi pasta padat pada suhu kamar (Primadiati, 2002 : 24).
Fungsi dari stearin dalam pembuatan lilin adalah untuk memberi bentuk
pada lilin yang dibuat, karena stearin akan menjadi padat setelah mendingin
(Saraswati, 1985 : 19).
Asam stearat (​Stearic Acid)​ adalah asam lemak jenuh yang memiliki
berbagai kegunaan seperti sebagai komposisi tambahan dalam makanan,
kosmetik, dan produk industri. Asam stearat diekstrak dari berbagai jenis lemak
hewani, lemak nabati, dan beberapa jenis minyak lainnya. senyawa ini juga
banyak digunakan untuk mengubah konsistensi atau suhu leleh suatu produk
sebagai pelumas atau untuk mencegah oksidasi (Primadiati, 2002 : 25).

Gambar 2. Stearat
Sumber : (Saraswati, 1985 : 19).
Salah satu penggunaan paling popular asam stearat adalah dalam produksi
lilin. Asam ini digunakan untuk mengeraskan dan memperkuat lilin. Asam stearat
juga memiliki pengaruh pada titik leleh lilin sehingga meningkatkan daya tahan
atau konsistensi nyala lilin. Kegunaan lain dari asam stearat adalah mencegah
oksidasi. Senyawa ini biasanya digunakan untuk melapisi serbuk logam seperti
besi dan alumunium yang digunakan dalam kembang api, sehingga
memungkinkannya disimpan dalam waktu lama (Sumardjo, 2006 : 42).
Stearic acid adalah bahan berbentuk granule atau butiran kecil dan
berwarna putih bersih. Bahan ini adalah bahan sintetis. Fungsi bahan ini adalah
sebagai pencampur parafin blok. Karakteristik bahan ini adalah keras, berkristal,
dan putih bersih. Dengan menambah stearic acid pada parafin blok, kelemahan
lilin dapat dikurangi. Campuran dengan takaran yang tepat akan menghasilkan
lilin berkualitas tinggi. Lilin juga bisa dibuat dari bahan stearic acid murni
(Apriyatno dan Murhananto, 2005 : 09).
5. Pewarna minyak
Bahan pewarna minyak secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu
benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap benda yang diwarnainya.
Bahan pewarna pada umumnya memiliki bentuk cair dan larut di minyak. Bahan
pewarna minyak berfungsi sebagai
a. Untuk memberi kesan menarik bagi konsumen.
b. Menyeragamkan warna makanan dan membuat identitas produk.
c. Untuk menstabilkan warna atau untuk memperbaiki variasi alami warna.
Dalam hal ini penambahan warna bertujuan untuk untuk menutupi kualitas
yang rendah dari suatu produk sebenarnya tidak dapat diterima apalagi bila
menggunakan zat pewarna yang berbahaya.
d. Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara atau
temperatur yang ekstrim akibat proses pengolahan dan selama penyimpanan.
Bahan pewarna minyak yang biasanya digunakan dalam pembuatan lilin
aromaterapi adalah pewarna dryobalanops (Minah, dkk. 2017: 2).
6. Pewangi aromaterapi

Aromaterapi adalah terapi dengan menggunakan minyak esensial yang


ekstrak dan unsur kimianya diambil dengan utuh. Penggunaan minyak esensial
dalam penyembuhan holistik untuk memperbaiki kesehatan dan kenyamanan
emosional dalam mengembalikan keseimbangan badan. Senyawa ini dapat
dihirup, digunakan dalam kompress, dalam air mandi atau dalam minyak
pijat(Jones dalam Minah, 2017: 30).

Pewangi aromaterapi digunakan dalam pembuatan lilin aromaterapi.


Penggunaannya sebagai zat yang menghasilkan wangi yang dapat merelaksasi.
Apabila suatu lilin di beri pewangi aromaterapi, maka saat lilin tersebut dibakar
maka dapat menghasilkan wewangian yang dapat dihirup dan merelaksasi saat
menghirupnya.

Pewangi aromaterapi yang digunakan dapat berupa kimia maupun alami


yang merupakan minyak esesensial dari suatu tanaman. Minyak esensial yang
sering digunakan biasanya memiliki wangi bunga seperti lavender, jasmine atau
melati atau kenanga(Minah, 2017: 32).

7. Sifat organoleptik pada lilin

Sifat organoleptik yang terdapat pada lilin aromaterapi, yaitu:

a. Kekerasan, diukur dengan penetrometer. Dimana nilai kekerasannya


berbanding terbalik dengan nilai kekerasan sebenarnya. Semakin kecil nilai
kekerasan maka lilin tersebut semakin keras, dan juga sebaliknya. Pengaruh
analisa ragam menunjukkan pengaruh perbedaan komposisi stearin-parafin
berbeda nyata terhadap kekerasan lilin pada = 0,05.
b. Titik leleh, diuji dengan menggunakan pipa kapiler. Titik leleh dipengaruhi
oleh titik leleh stearin dan parafin. Titik leleh stearin menurut buku thr merck
index adalah ± 55 ͦ C dan menurut pantzaris adalah 46-56 ͦ C. titik leleh
parafin 42-60 ͦ C (bennet, 1963).
c. Waktu bakar, merupakan selang waktu yang menunjukkan daya tahan lilin
dibakar sampai habis. waktu bakar diperoleh dari selisih antara waktu awal
pembakaran dan waktu saat sumbu lilin habis terbakar(api padam).
d. Warna yang cerah dan menarik akan lebih disukai dibandingkan warna yang
gelap ataupun pucat. Pengujian dengan menggunakan Chromameter CR-200.
e. Letak sumbu, di pusat lilin.
f. Penampakkan lilin secara keseluruhan, keadaan fisik adalah warna yang sama
dan juga merata, tidak rata, tidak cacat, dan tidak patah.
g. Gelembung atau bintik udara, hal ini dapat disebabkan oleh suhu lilin cair
yang rendah(kurang dari 40 ͦ C) saat pencetakkan dan penuangan lilin yang
terlalu cepat ke dalam cetakan(bardey, 1999).
h. Kesukaan terhadap aroma lilin, dihasilkan dari minyak esensial atau minyak
aromaterapi yang ditambahkan dalam bahan lilin cair
8. Serat pada lilin dan nyala api
Lilin sendiri memiliki struktur yang sederhana. Yang pertama ialah Wax
(padatan lilin) dan sumbu di bagian tengahnya.Wax pada lilin merupakan
senyawa hidrokarbon rantai panjang yang dihasilkan sebagai produk
sampingan dari destilasi fraksional suatu minyak bumi. Lilin menyala karena
sumbu yang dilapisi oleh wax. Saat sumbu dibakar dengan api, lilin menyala
kemudian panas dari api menyebabkan wax yang padat meleleh menjadi
cairan. Cairan wax ini terserap oleh sumbu lilin sehingga naik ke atas,
kemudian wax ini menjadi bahan bakar untuk nyala api (Minah, dkk. 2017 :2).

D. Metodologi Percobaan
1. Tempat dan waktu
a. Tempat : Laboratorium IPA FMIPA UNY
b. Hari, Tanggal : Jum’at, 15 November 2019
c. Pukul : 11:10-12:50 WIB
2. Alat dan Bahan

Alat Bahan

Beaker glass 50 ml Paraffin 50 gram

Penangas air
Asam asetat/asam stearat 5
gram
Batang pengaduk Pewarna minyak/krayon

Sumbu lilin
Aromaterapi oil 4 ml

Penjepit

Termometer

Cetakan lilin

Kaki tiga

Pembakar bunsen

Korek api

Timbangan analitik

Kaca arloji

Kawat kasa
3. Langkah Kerja

E. Data Hasil Pengamatan


1. Organoleptik
a. Warna : Hijau muda
b. Tekstur : Keras, Padat
c. Perabaan : Bagian permukaan atas halus dan cukup licin, bagian
permukaan samping agak licin dan agak halus.
d. Bau : Wangi
2. Rendemen berat sabun

Bahan Massa

Parafin + asam 50 + 5 gram


astearat
= 55 gram

Lilin 44,10 gram

3. Uji nyala: Menyala

F. Analisis Data
Rendemen berat lilin = (Massa Lilin)/(Massa parafin+asam stearat) x 100 %
Rendemen lilin = 44,10/55 x 100 % = 80,182%

G. Pembahasan
Praktikum keterampilan kimia yang berjudul Pembuatan Lilin Aromaterapi
bertujuan untuk mengetahui cara membuat lilin aromaterapi dan mengetahui fungsi
masing-masing bahan dalam proses pembuatan lilin aromaterapi. Praktikum ini
dilakukan pada hari Jum’at, tanggal 15 November 2019 pada pukul 11:10 sampai
dengan 12:50 WIB yang bertempat di Laboratorium IPA lantai 3 FMIPA UNY.
Alat-alat yang dibutuhkan pada praktikum ini yaitu ​beaker glass 50 ml yang
digunakan untuk wadah stearat dan parafin, penangas air yang digunakan untuk
memanaskan air, batang pengaduk yang digunakan untuk mengaduk, sumbu lilin,
penjepit yang digunakan untuk menjepit sumbu lilin dan menjepit sumbu lilin saat
dicelupkan pada stearat yang telah dilelehkan, termometer yang digunakan untuk
mengukur suhu, cetakan lilin yang digunakan sebagai wadah untuk mencetak lilin
aromaterapi, kaki tiga dan kawat kasa sebagai penyangga saat melelehkan stearat,
pembakar bunsen yang digunakan untuk memanaskan stearat, korek api untuk
menyalakan pembakar bunsen, timbangan analitik yang digunakan untuk menimbang
parafin dan stearat, serta kaca arloji yang digunakan sebagai wadah parafin dan stearat
saat ditimbang di atas timbangan analitik. kemudian, bahan-bahan yang digunakan
pada praktikum ini yaitu parafin 50 gram, asam stearat 5 gram, pewarna minyak yang
berwarna hijau, dan minyak aromaterapi sebanyak 4 ml.
Praktikum ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut. Pertama,
menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dengan rincian diatas. Kemudian,
menimbang bahan yang akan digunakan pada praktikum seperti asam stearat dan juga
parafin. Sebelumnya, memanaskan air di panci yang berukuran sedang. Kemudian
parafin yang telah ditimbang dan dipanaskan dalam penangas air dalam panci
dilakukan sambil terus diaduk agar tidak terjadi penggumpalan. Parafin dicairkan
secara tidak langsung atau menggunakan penangas air disebabkan parafin memiliki
titik leleh yang rendah sekitar 50 derajat celcius. Jika parafin langsung dipanaskan
pada suhu yang tinggi maka parafin akan menguap dan bercampur dengan oksigen.
Adapun fungsi parafin adalah sebagai bahan bakar untuk sumbu lilin agar dapat
menghasilkan nyala api. Setelah itu asam stearat dicairkan dengan api langsung
hingga mencair, Tujuan dilakukannya pemanasan pada asam stearat pada pembuatan
lilin aromaterapi adalah untuk mencairkan asam stearat yang semula berwujud padat.
Fungsi dari asam stearat ini adalah untuk memberi bentuk pada lilin yang dibuat,
karena asam stearat akan menjadi padat s​etelah dingin. Setelah asam stearat mencair,
memasukkan tali yang akan menjadi sumbu lilin aromaterapi ke dalam lelehan asam
stearat. Tujuannya ialah agar sumbu lilin menjadi keras dan tegak hal ini dapat terjadi
karena stearat akan mengeraskan sumbu, sehingga saat proses pencetakan sumbu
dapat diatur dengan mudah. P​arafin yang telah dicairkan kemudian ditambahkan
dengan asam stearat. Tujuan pencampuran antara parafin dan asam stearat ialah agar
parafin yang dimasukkan dapat keras karena sifat dasar dari parafin ialah cenderung
lembek dan lentur pada temperatur dibawah titik leburnya, maka digabungkan dengan
asam stearat. Bersama asam stearat, parafin menjadi bahan dasar lilin batangan.
kemudian aduk hingga homogen. Setelah itu dinginkan parafin hingga mencapai suhu
40 ͦ C. Setelah mencapai suhu yang ditentukan, kemudian masukkan parfum kurang
lebih 10-12 tetes. penambahan parfum dilakukan pada suhu tersebut hal ini untuk
menjaga agar parfum yang diberikan tidak ikut menguap bersama dengan uap panas.
Setelah mencapai suhu 40 ͦC, memasukkan cairan parafin kedalam cetakkan dengan
mendahulukan sumbu yang telah diberikan asam stearat, kemudian menuangkan
larutan parafin kedalam cetakkan dan mendinginkan hingga cairannya menjadi keras.
dan menunggu hingga kurang lebih 24 jam. Pada percobaan pembuatan lilin
aromaterapi ini, pengecekkan lilin dilakukan setelah hari ke-3 yaitu pada hari Senin,
18 November 2019.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap lilin aromaterapi yang telah mengeras
didapatkan hasil berupa data sifat organoleptik lilin, rendemen berat sabun, dan uji
nyala. Untuk sifat organoleptik, warna lilin adalah hijau muda; tekstur lilin keras dan
padat; hasil perabaan pada permukaan atas halus dan cukup licin sedangkan
permukaan samping agak licin dan agak halus; serta berbau wangi. Lilin berwarna
hijau muda disebabkan pewarna yang digunakan adalah pewarna minyak bubuk
berwarna hijau dan praktikan hanya menggunakannya sedikit sehingga warna yang
muncul tidak terlalu pekat. Warna hijau muda pada lilin merata keseluruh bagian,
tidak ada yang lebih gelap atau terang dikarenakan pada proses pencampuran
dilakukan pada suhu yang cukup tinggi atau dalam keadaan stearat meleleh sehingga
pewarna tercampur homogen. Adapun tekstur lilin keras, hal ini menandakan
campuran parafin dan stearat yang digunakan memiliki komposisi yang sesuai
sehingga lilin tidak lunak dan tidak mudah meleleh pada suhu kamar. Sementara pada
hasil perabaan, bagian permukaan samping saat diraba terasa agak halus dan agak
licin hal ini disebabkan suhu penuangan yang kurang tinggi sehingga sebagian bahan
sudah mulai mengeras sehingga berdampak pada hasil akhir yang demikian. Untuk
menghasilkan lilin yang licin dan mengkilap, suhu penuangan harus lebih tinggi
daripada 40°C, jika mengacu pada praktikum, namun akan beresiko karena suhu yang
tinggi akan membuat parfum aromaterapi menguap. Bau aromaterapi dapat tercium
dari lilin hasil praktikum, hal ini menandakan suhu campuran parafin dan stearat saat
parfum diteteskan sesuai atau tidak terlalu tinggi sehingga parfum tidak menguap.
Rendemen produk diperoleh dari massa lilin dibagi dengan massa parafin
ditambah massa stearat dan dikali 100 persen. Hasilnya rendemen produk adalah
80.182%. Berdasarkan hasil percobaan sumbu lilin berada di pusat lilin namun pada
ujung yang timbul sedikit miring ke bagian pinggir lilin hal ini mungkin terjadi
dikarenakan pada proses pembuatan, sumbu diletakkan pada stearat leleh sehingga
sumbu akan tegak dan keras dan mudah diletakkan pada pusat namun bagian yang
timbul atau tidak direndam stearat cenderung tidak tegak. Saat uji nyala dilakukan api
menyala dengan stabil dan tidak terlalu besar atau terlalu kecil. Lilin menyala karena
sumbu yang dilapisi oleh parafin. Saat sumbu dibakar dengan api, lilin menyala
kemudian panas dari api menyebabkan parafin yang padat meleleh menjadi cairan.
Cairan parafin ini terserap oleh sumbu lilin sehingga naik ke atas, kemudian ini
menjadi bahan bakar untuk nyala api

H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan praktikan dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Cara membuat lilin aromaterapi yaitu:
a. Memanaskan parafin dalam penangas air hingga meleleh
b. Memanaskan asam stearat pada tempat lain hingga meleleh, mencelupkan
sumbu lilin ke dalam lelehan stearat
c. Mencampurkan pewarna ke dalam lelehan stearat lalu mengaduk hingga
homogen
d. Mencampurkan stearat dengan larutan parafin dalam gelas beker, dan
mengaduk hingga homogen
e. Menambahkan minyak nilam dan minyak aromaterapi pada suhu 40 ͦC, lalu
mengaduknya hingga homogen
f. Meletakkan sumbu di tengah cetakan dan menuangkan larutan lilin homogen
ke dalam cetakan
g. Menunggu selama 24 jam sampai lilin memadat
2. Fungsi masing-masing bahan dalam pembuatan lilin aromaterapi adalah:
a. Parafin: sebagai bahan bakar pembuatan lilin
b. Asam stearat: untuk memadatkan, memperkuat lilin, dan meningkatkan daya
tahan atau konsistensi nyala lilin
c. Pewarna lilin: sebagai pemberi warna pada lilin
d. Minyak nilam: sebagai zat pewangi dan penghambat kecepatan penguapan
zat pewangi
e. Aromaterapi: memberi aroma atau bau pada saat lilin dibakar

I. Jawaban Pertanyaan
1. Fungsi masing-masing bahan dalam pembuatan lilin aromaterapi yaitu:
a. Parafin: sebagai bahan bakar pembuatan lilin
b. Asam stearat: untuk memadatkan, memperkuat lilin, dan meningkatkan daya
tahan atau konsistensi nyala lilin
c. Pewarna lilin: sebagai pemberi warna pada lilin
d. Minyak nilam: sebagai zat pewangi dan penghambat kecepatan penguapan
zat pewangi
e. Aromaterapi: memberi aroma atau bau pada saat lilin dibakar
2. Parafin akan meleleh pada suhu 50°C sampai 60°C. Penggunaan panci khusus
bertujuan agar suhu yang digunakan untuk melelehkan lilin tidak terlalu tinggi.
Sebab lilin akan meleleh pada suhu kisaran 50°C. Jika suhu terlalu tinggi maka
akan menyebabkan cairan wax menguap dan bercampur dengan oksigen di udara.
3. Pewarna yang digunakan pada pembuatan lilin aromaterapi ini adalah pewarna
yang berbahan dasar minyak, karena sesuai dengan karakter lilin. Sehingga dapat
bercampur secara homogen. Tidak bisa menggunakan pewarna yang larut dalam
air, karena pewarna tersebut tidak larut dalam lilin atau minyak. Sehingga akan
menggumpal dibagian bawah dan tidak dapat tercampur secara homogen dengan
lilin.
4. Pembakaran hidrokarbon ada dua, yaitu pembakaran sempurna dan tidak
sempurna. Pembakaran sempurna menghasilkan gas karbon dioksida (CO​2​) dan
air. Sedangkan pembakaran tidak sempurna menghasilkan padatan karbon, gas
CO, gas CO​2​, dan air. Pada proses pembakaran lilin, terjadi pembakaran
sempurna sehingga dihasilkan gas CO​2 dan
​ H​2​O. Hasil pembakaran ini tidak
terlihat karena berupa gas.
Lampiran

Gambar 1. Bahan Gambar 2. Alat


Sumber: Dokumentasi pribadi Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 3. Pelelehan parafin Gambar 4. Lilin Aromaterapi


Sumber : Dokumentasi Pribadi Sumber: Dokumentasi Pribadi
Daftar Pustaka

Apriyanto, Veri. Murhananto. 2005. ​Teknik Dasar Membuat Lilin Hias.​ Depok: Kawan
Pustaka.
Bennet H .1963. Industrial Waxes. Vol 1. Natural and Synthetic Waxes. Chemical
Publishing Company Inc New York.
Bardey. 1999. Making Candles and Potpourri​. Black Dog & Leventhal Publishers Inc
New York.
Ebeling, E. (2018). ​Candle Making Basics: All the Skills and Tools You Need to Get
Started.​ Lanham: Rowman & Littlefield.
Ketaren. 1986. ​Pengantar Teknologi Minyak Lemak dan Pangan.​ Jakarta : UI Press.
Minah,Faidliyah Nilnah, dkk. 2017. ​Pembuatan Lilin aromaterapi Berbasis Alami.
Diunduh pada ttp://eprints.itn.ac.id/ pada tanggal 21 November 2019 pukul
21:52.
Primadiati, Rahmi. 2002. ​Aromatherapi: Perawatan Alami untuk Sehat dan cantik.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Rohman, Hazirur. 2011​. Pembuatan Lilin Aromaterapi​. Diakses melalui
www.hazimvp.com pada tanggal 21 November 2019 pukul 18.28 WIB.

Rahfiqa, Muhammad . 2017 . ​Pengertian dan Kegunaan Parafin.​ Diakses melalui


www.batangkayu.com pada tanggal 21 November 2019 pada pukul 18.25
WIB

Saraswati. 1985. Berkreasi dengan Lilin. Jakarta : Bhratara Karya Aksara.

Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa:


Kedokteran dan Program Strata Fakultas Bioeksakta. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Филатова, С. В. (2012). ​Магия свечей: Гадания и исцеляющие ритуалы​. Москва:


Рипол Классик.

Anda mungkin juga menyukai