UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
Pendahuluan
Menilai keefektifan pemimpin menjadi praktik yang sulit bagi kebanyakan organisasi
karena adanya politik organisasi serta ketakutan untuk memberikan feedback negatif kepada
atasan. Menurut Reeves (2004), metode efektivitas kepemimpinan yang baik harus berbasis
standar yang jelas atau standar tujuan yang ditentukan. Standar yang ada dapat menjelaskan
masalah kepemimpinan yang tidak terdefinisi. Oleh karena itu, peneliti berlomba-lomba
menemukan metode yang dapat digunakan sebagai standar untuk mengukur efektivitas
kepemimpinan.
Penutupan
Penilaian atau evaluasi keefektifan pemimpin merupakan praktik yang sulit bagi
kebanyakan organisasi karena adanya politik organisasi serta ketakutan untuk memberikan
feedback negatif kepada atasan. Berdasarkan beberapa referensi indikator keefektifan
kepemimpinan yang kami temukan, dapat kami simpulkan bahwa indikator keefektifan
kepemimpinan dapat dibagi menjadi tiga poin penting. Pertama, proses kerjanya berdasarkan
standar penampilan dalam membuat perencanaan, mengorganisir, memotivasi, dan mengawasi.
Kedua, karakteristik kepribadian, kemampuan, perilaku, sikap, keteladanan, dan keterbukaan.
Terakhir, tingkat penyelesaian tugas dalam pencapaian suatu tujuan organisasi yang berfokus
pada mutu produk dan mutu pelayanan. Selain indikator tersebut, terdapat sebuah metode yang
dapat kita gunakan untuk menilai keefektifan kepemimpinan berdasarkan persepsi bawahan
terhadap atasannya atau bottom-up, yaitu metode ELBQ.
DAFTAR PUSTAKA
Culp, G., & Smith, A. (2005). Leadership effectiveness and behavior. Leadership and
Management in Engineering, 5(2), 39-48.