Anda di halaman 1dari 4

TUGAS ESSAY SINTESIS MATA KULIAH KEPEMIMPINAN DAN BERPIKIR

SISTEM KESEHATAN MASYARAKAT

INDIKATOR EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN

Dosen Pengampu: Ilham Akhsanu Ridlo, S.KM., M.Kes

Kelompok 4 IKM 4B:


Brilianda Puspa Oktavia (101911133028)
Arij Salsabila (101911133036)
Nabila Mutia Rahma (101911133101)
Fayza Nur Iswardini (101911133108)
Elizabeth Tasya Octavianes T (101911133110)
Amirah Salma Fauziyyah (101911133113)
Alia Azzahra (101911133196)
Aisyah Aulyanti A. (101911133257)

PROGRAM STUDI S1-KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA
2021

INDIKATOR EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN

Pendahuluan
Menilai keefektifan pemimpin menjadi praktik yang sulit bagi kebanyakan organisasi
karena adanya politik organisasi serta ketakutan untuk memberikan feedback negatif kepada
atasan. Menurut Reeves (2004), metode efektivitas kepemimpinan yang baik harus berbasis
standar yang jelas atau standar tujuan yang ditentukan. Standar yang ada dapat menjelaskan
masalah kepemimpinan yang tidak terdefinisi. Oleh karena itu, peneliti berlomba-lomba
menemukan metode yang dapat digunakan sebagai standar untuk mengukur efektivitas
kepemimpinan.

Indikator-Indikator Keefektifan Kepemimpinan


Indikator yang digunakan untuk menilai keefektifan suatu kepemimpinan menurut tiap-
tiap peneliti berbeda. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Ivancevich et al., Mardiana, dan
Gibson dalam Mardalena (2017), indikator-indikator yang dapat dijadikan sebagai indikator
untuk menilai keefektifan suatu kepemimpinan yaitu, kepuasan kerja dari anggota, hubungan
pimpinan dan anggota, struktur tugas, kekuatan posisi pimpinan, produktivitas, kualitas,
efisiensi, fleksibilitas, daya saing dan pengembangan. Namun, dengan menggunakan indikator
tersebut, masih belum menutup kemungkinan adanya perbedaan persepsi yang akan dialami oleh
peneliti maupun responden.
Indikator lainnya adalah metode Importance Performance Analysis yang dikemukakan
oleh Martilla dan James. Metode ini menggunakan diagram kartesius yang terdiri dari 4 kuadran
dimana kuadran-kuadran tersebut memetakan hubungan antar kepentingan dengan kinerja dari
masing-masing atribut yang ditawarkan dan kesenjangan antara kinerja dengan harapan dari
atribut-atribut tersebut. Metode analisis ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat
keefektifitasan pemimpin yang ditinjau dari hubungan leader dan follower.
Indikator berikutnya yang cukup banyak digunakan untuk mengukur keefektifan
kepemimpinan adalah metode gabungan antara Campbell Leadership Index (CLI) dan Myers-
Briggs Test Instrument (MBTI). Metode ini dapat dikatakan sebagai alat yang cukup kuat untuk
mengukur keefektifan sebuah kepemimpinan karena dapat mengidentifikasi langkah yang perlu
diambil untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan sekaligus menilai preferensi perilaku dari
seorang pemimpin. Metode ini diteliti oleh Culp & Smith, 2005 yang membuktikan adanya
korelasi antara preferensi perilaku individu dan persepsi orang lain tentang efektivitas
kepemimpinan dan memberikan panduan tentang perilaku yang terkait dengan pemimpin yang
efektif.
Kemudian, menurut Hughes dkk (1999), kebanyakan organisasi dalam menentukan apa
yang dinilai, menggunakan competence model. Competence model menilai perilaku dan
keterampilan seorang pemimpin di mana seorang pemimpin harus unggul dalam kedua hal
tersebut. Competence model membantu menentukan apa yang dinilai serta membawa implikasi
yang signifikan dalam organisasi. Dari model kompetensi tersebut, dikembangkanlah metode
EBLQ (The Essential Behavioral Leadership Qualities). Metode EBLQ menilai efektivitas
kepemimpinan berdasarkan persepsi bawahan terhadap atasannya atau bottom-up. Metode ini
memungkinkan sumber informasi untuk melakukan evaluasi yang sebenarnya terhadap kualitas
kepemimpinan dalam evaluasi instrumen. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Beckahard (1969)
bahwa pengambilan keputusan paling baik didelegasikan kepada sumber informasi, bukan
dijadikan fungsi dari sebuah hierarki yang kaku. Metode EBLQ menggunakan pedoman 18 item
kualitas perilaku kepemimpinan yang esensial. Tingkat efektivitas digambarkan secara kualitatif
pada setiap item tersebut sehingga analisis efektivitas setiap item menunjukkan perbedaan
seberapa jauh masing-masing perilaku kepemimpinan dianggap penting untuk mengetahui
efektivitas kepemimpinan.

Penutupan
Penilaian atau evaluasi keefektifan pemimpin merupakan praktik yang sulit bagi
kebanyakan organisasi karena adanya politik organisasi serta ketakutan untuk memberikan
feedback negatif kepada atasan. Berdasarkan beberapa referensi indikator keefektifan
kepemimpinan yang kami temukan, dapat kami simpulkan bahwa indikator keefektifan
kepemimpinan dapat dibagi menjadi tiga poin penting. Pertama, proses kerjanya berdasarkan
standar penampilan dalam membuat perencanaan, mengorganisir, memotivasi, dan mengawasi.
Kedua, karakteristik kepribadian, kemampuan, perilaku, sikap, keteladanan, dan keterbukaan.
Terakhir, tingkat penyelesaian tugas dalam pencapaian suatu tujuan organisasi yang berfokus
pada mutu produk dan mutu pelayanan. Selain indikator tersebut, terdapat sebuah metode yang
dapat kita gunakan untuk menilai keefektifan kepemimpinan berdasarkan persepsi bawahan
terhadap atasannya atau bottom-up, yaitu metode ELBQ.
DAFTAR PUSTAKA

Beckahard, R. (1969). Organization Development: Strategies and Methods. Reading, MA:


Addision-Wesley.

Culp, G., & Smith, A. (2005). Leadership effectiveness and behavior. Leadership and
Management in Engineering, 5(2), 39-48.

Mardalena. (2017). Efektivitas Kepemimpinan; Sebuah Kajian Teoritis. “FOKUS” Jurnal


Pendidikan STKIP YPM Bangko, 2(1), 78–83.

Martilla, J. A., & James, J. C. (1977). Importance-performance analysis. Journal of


marketing, 41(1), 77-79.

Oyinlade, A. O. (2006). A method of assessing leadership effectiveness. Performance


improvement quarterly, 19(1), 25-40.

Anda mungkin juga menyukai