Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN JURNAL UTAMA

Kajian Makanan Dalam Perspektif Antropologi


Yenita Nurti
A. Pendahuluan
Makanan tidak hanya penting untukmemenuhi kebutuhan manusia
akanmakan, namun makanan jugaterkait erat dengan kebudayaan, termasuk
tekhnologi,organisasi sosial dan jugakepercayaan masyarakat. Makanan tidakakan
memiliki makna apa-apa kecualimakanan itu dilihat dalam kebudayaannyaatau
jaringan interaksi sosialnya.Kajian mengenai makanan,kebiasaan makan dan gizi,
terutama aspek sosial, budaya dan ekonomi makanan padaberbagai kelompok
manusia bukanlah halyang baru dalam sejarah antropologi

Penelitian yang dilakukan oleh Audrey Richards pada orang Bantu, Afrika
Selatan,boleh dikatakan penelitian awal yang cukuppopuler. Hasil penelitian yang
telahdipublikasikan dalam bukunya berjudulHunger and Work in a Savage
Society(1932) tersebut dimulai dengan pernyataanRichards bahwa nutrisi sebagai
suatuproses biologis dalam sebuah kebudayaandiatur jauh lebih mendasar
daripada urusan seks (bandingkan dengan Bates (1958) danFox, 1994). Audrey
Richard berusaha mendeskripsikan bagaimana semua aspek kebudayaan yang ada
(termasuk proses-proses ekonomi) mempengaruhi konsumsi makan orang Bantu.

Studi klasik Audrey Richards tentang Bemba (sekarang Zambia) di Rhodesia


Utara menyimpulkan bahwa alasan masyarakat Bemba tidak mau menjadi pekerja
keras (terutama perhatian terhadap pertambangan British (Inggris) dan minat
ekonomi lainnya) bukanlah sebua pertanyaan yang berkaitan dengan kemalasan
namun berkaitan dengan persoalan kurang gizi. Semenjak laki-laki bekerja keras
di tambang, perempuan-perempuan merasa sangat sulit melakukan tugas
pembukaan hutan yang berat yang secara tradisional biasanya dilakukan oleh laki-
laki. Selama masa itu bertahun-tahun ketika perempuan lebih membutuhkan
makanan bergizi untuk mendukung tenagadalam membersihkan dan menanam
dilahan, supplai makanan amat sedikit.Kemudian, akhirnya mereka terlibat dalam
siklus yang terus menerus dalam kondisi kurang produksi dan kurang gizi
(Messer,1984). Orang Bemba sendiri kelihatannya mengakui hubungan antara
intake energi yang rendah dan kekurangan energi untukmelakukan pekerjaan, dan
secara sadarmereka selalu menghemat energi selamamasa kurus dan cuaca dingin.
Richards juga mendeskripsikan dimensi sosial dari produksi, persiapan, distribusi,
dankonsumsi makanan, mencatat bagaimana

semua hubungan kekerabatan dibentuk oleh aturan-aturan sharing yang telah


ditetapkan;dan bagaimana kewajiban-kewajiban inidapat rusak dalam waktu
singkat, ketikaorang-orang hanya bisa menimbun supplaimakanan yang amat
sedikit (Messer, 1984).Di Amerika, studi mengenaikebiasaan makan telah
berkembang sejaktahun 1930-an, terutama untuk tujuanantropologi terapan.
Kebanyakan studi-studiawal tersebut bertujuan untuk mengantisipasi penjatahan
dan kekurangan makanan masa perang. Kebanyakan para antropolog waktu itu
melakukan studi-studi

B. Kajian Makanan Sebagai Simbol

Memasak dan memakan diilhami dengan makna-makna khusus. Memasak dan


makan berhubungan dengan banyak identitas individual, dan idiom-idiom serta
ideologi-ideologi tersebut akan mempengaruhi pilihan makan. Simbol-simbol
diciptakan dan diciptakan kembali kapan saja, dengan sebuah pola makna dan
signifikansi. Banyak objek, tindakan, peristiwa, ungkapan/upacara, konsep atau
citra yang mengacu sebagai material mentah untuk menciptakan simbol, pada
banyak tempat, dan waktu. Misalnya, karakteristik fisik dari bahan makanan dapat
menjadi lambang. Sebagai contoh, tahun 1972-1973 pemerintah Amerika dalam
Program Perdamaian mengirim jagung

C. Makanan Sebagai Pembentuk

Identitas Etnis Makanan juga sebagai pembentukidentitas etnis, yang dapat


dikenali dari jenis masakannya yang memiliki karakterisitik rasa yang khusus.
Misalnya, masakan Minahasa ditandai dengan penggunaan cabai (rica) dalam
jumlah yang banyak dalam mengolah daging, begitu kuatnya rasa cabai sampai-
sampai menghilangkan rasa daging itusendiri. Begitu juga masakan Minangkabau,
cabai, santan, dan bumbu rempah-rempah menjadikan makanannyakhas sebagai
makanan Minangkabau.
Makanan juga sebagai pembentuk identitas individual yang berkaitan dengan
klas dangender. Goody (1982) menyebutkan bahwa sebetulnya hirarki klass,
kasta, ras dan gender terbentuk melalui differensiasikontrol terhadap akses
terhadap makanan Pola-pola konsumsi yang berbeda adalah satu dari banyak cara
yang membedakandiri mereka sendiri dengan orang miskin dan membedakan laki-
laki dengan perempuan Makanan juga mempunyai peranan sosial sebagai sarana
adat komunikasi, standar kekayaan, sebuah barometer status sosial, dan sebagai
mediator simbolik dalam mendefinisikan dan memanipulasi kekerabatan dan
hubungan sosial

D. Makanan dan Perubahan

alam beberapa tahun terakhir, kajian makanan menyangkut perubahan-


perubahan yang terjadi akibat masuknya berbagai jenis makanan dari luar, sebagai
akibat perubahan yang disebut globalisasi. Di seluruh dunia, barang-barang
seperti makanan dan pakaian digunakan dengan cara yang berbeda oleh
kelompok-kelompok sosial dan klass sosial yang berbeda (misalnya Bourdieu,
1984). Bahkan para ahli antropologi ekonomi telah menjadi semakin tertarik pada
hubungan antara konsumsi dan pengalaman sosial, terutama dalam kaitannya
dengan konsumsi komoditas global (misalnya tulisan Friedman 1994; Miller
1995). Dengan menekankan pada komponen konsumsi, para ahli telah membawa
perhatian pada berbagai variasi motivasi untuk mengkonsumsi barang-barang
tertentu dan kontestasi makna yang muncul akibat perilaku mengkonsumsi ini.

Dan, karena adanya makna-makna budaya lokal yang terus menerus melekat
pada konsumsi barang-barang dari luar, mereka berpendapat bahwa konsumsi
tidak menandakan persaingan dengan budaya Barat atau dengan kata lain keaslian
budaya lokal tidak akan menghilang (Miller 1995;Wilk 1994).
RINGKASAN JURNAL PEMBANDING
Peranan Museum Simalungun Sebagai Media Pewarisan Nilai Budaya
Daniel H.P. Simanjuntak* dan Eva Srihartati
A. Pendahuluan
Pelestarian budaya bangsa bukan suatu obsesi yang akan menghantarkan
kembali masyarakat pada suatu koridor sejarah masa lalu atau menemukan
masalah silam itu, melainkan usaha untuk menemukan identitas dirinya sendiri.
Bangsa Indonesia lahir bukan dari serpihan kebudayaan lain, tetapi dari suatu
muara budaya yang kaya. Keyakinan historis ini secara psikologi tidak hanya akan
memberi kebanggaan, tetapi juga kesetiaan untuk memelihara dan merekayasa
nilai-nilai luhur dan tradisi besar bangsanya.Museum sebagai salah satu wujud
pelestarian budaya mempunyai suatu komitmen dengan masyarakat yakni
melayani masyarakat dalam pengembangannya terutama dalam aspek non fisik,
pelayanan museum sebagai wadah pelestarian budaya, dalam pengembangannya
museum berfungsi sebagai pelestarian warisan sejarah alam dan budaya; media
pewarisan nilai budaya; sarana pendidikan; pusat inspirasi; pusat informasi; media
pengenalan budaya antar suku dan bangsa.

B. Museum Simalungun
Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara
yang mempunyai potensi pariwisata yang sangat menarik.Kabupaten Simalungun
mempunyai banyak objek wisata yang terkenal sampai ke manca Negaraseperti
Danau Toba. Banyak warga Negara asing yang berkunjung ke tempat-tempat
wisata di Kabupaten Simalungun.Selain itu, Kabupaten Simalungun juga
mempunyai berbagai peninggalan-peninggalan sejarah yang mengandung nilai
budaya yang tinggi. Menyadari pentingnya pewarisan nilai budaya kepada
generasi muda Simalungunsupaya tidak melupakan kebudayaan nya atau bahkan
tidak mengenal kebudayaannya, maka timbul lah niat raja-raja dan para
keturunan raja Simalungun merencanakan untuk membangun sebuah Rumah
Bolon atau Rumah Pusaka untuk menyimpan benda-benda bersejarah
peninggalan nenek moyang suku Simalungun.Rumah Bolon atau rumah pusaka
tersebut kurang diminati pengunjung karena pada waktu itu di Rumah Bolon itu
hanya ada beberapa peninggalan sejarah suku Simalungun, dan Rumah Bolon
itu juga tidak terawat sehingga tidak menarik minat masyarakat ataupun
wisatawan untuk berkunjung ke Rumah Bolon tersebut.Melihat perhatian
pemerintah makin menonjol tentang pembinaan kebudayaan,maka Bupati
Rajamin Purba SH berunding dengan ahli waris Kerajaan Purba. Karena semua
pihak menghargai kebudayaan,maka diadakanlah acara penyerahan “Unit Rumah
Bolon “ oleh ahli waris kepada yayasan Museum Simalungun pada suatu acara
adat tanggal 10-04-1965 berdasarkan S.K KDH SimalungunNo.61/1965.
Usaha ini adalah salah satu prakarsa yang bernilai tinggi di bidang pembinaan
kebudayaan dari almarhum Brigjrn Anumerta Rajamin Purba, SH.Setelah adanya
acara penyerahan Rumah Bolon kepada Yayasan Museum, maka yayasan
museum dan keturunan raja-raja Simalungunmengadakan Peresmian Yayasan
Museum Simalungun. Museum Simalungun adalah milik rakyat Simalungun
yang dipercayakan kepada Yayasan Simalungun untuk merawat dan
mengembangkannya. Dan setelah acara peresmian Museum Simalungun
tersebut,Yayasan Museum mengadakan pemilihan pengurus baru Museum yang
dominan adalah keturunan raja-raja Simalungun.Adanya Museum
Simalungun,pemerintah dan masyarakat Simalungunberharap nilai-nilai budaya
Simalungun tidak lenyap oleh perkembangan zaman, karena di Museum
Simalungunlah disimpan peninggalan-peninggalan tersebut. Dan hasil karya ini
merupakan inventaris “ Wajah Asli Kebudayaan Simalungun”. Pada tahun 1932
tersiar disertasi dari Dr.A.N.J.Thia Th.Van der Hoop dengan judul “Megalititich
remains in South-Sumetera ,yang mana menimbulkan perangsang untuk
menyelidiki makna dari pada batu-batu/patung kuno di Sumatera Selatan
.Disertasi tersebut di atas terbaca juga oleh kontelir BB Simalungun yaitu Tuan
G.L.Tichelman yg mana menimbulkan ilham padanya untuk mengadakan
penyelidikan seperti itu di daerah tugasnya (daerah Simalungun). Sesudah
mengadakan penyelidikan sementara,maka pada tanggall 5 september 1935 dalam
siding “kerapatan Nabolon” di P. Siantar (sidang rutin) yang di hadiri oleh raja-
raja Simalungun (7 raja) dengan tungkat- tungkatnya yang di pimpin oleh
kontelir sendiri,diminta kepada raja2 dan tungkat2 untuk mengadakan pencatatan
(inventarisasi) patung-patung dan yg menyerupai yang ada di daerah masing-
masing. Dijelaskan tempatnya (lokasi), namanya,sejarahnya dan gunanya,
apakah dipuja atau tidak. Hal ini perlu diketahui untuk bahan pertimbangan dalam
rangka pemugaran jika perlu.
Museum Simalungun merupakan tempat untuk menyimpan benda-benda
peninggalan sejarah yang mempunyai nilai budaya yang tinggi. Museum
Simalungun juga mengadakan kegiatan-kegiatan kebudayaan yang
menunjukkkan kepada masyarakat luas dan masyarakat Simalungun pada
khususnya. Benda-benda peninggalan sejarah dan kegiatan yang dilakukan di
Museum SimalungunPematang Siantar merupakan salah satu sarana pewarisan
nilai budaya.
Museum Simalungun Pematang Siantar sudah berkembang dengan baik di
lihat dari segi bangunan dan penataan benda- benda bersejarah yang ada di dalam
Museum Simalungun. Dan Museum ini semakin berkembang sesuai dengan
peranannya sebagai Media Pewarisan nilai Budaya dengan melaksanakan
kegiatan-kegiatan kebudayaan seperti pertunjukan tari, pertunjukan memainkan
alat musik tradisional, pertunjukan bertenun dan lain-lain.Di dalam Museum
Simalungun terdapat berbagai keunikan yaitu ada Pustaha lak-lak yaitu tulisan
yang terbuat dari kulit kayu yang berisi tentang ramalan dan obat-obatan
tradisional, alat-alat bertenun untuk membuat pakaian dan kain pada masyarakat
Simalungunpada zaman dahulu, dan lain-lain. Keunikan yang lain adalah
Museum Simalungun di dirikan dengan kokoh tanpa menggunkan 1 paku pun.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
 JURNAL UTAMA
A. Kelebihan Jurnal
1. Jurnal ini sangat bagus karena menjelaskan tentang pentingnya makanan
dalam identitas suatu makanan
2. Penjelasannya detail, menjelaskan filosofi makanan di dalam budaya
3. Penulisannya, disusun sebagai mana mestinya
4. Font tidak terlalu kecil sehingga memudahkan untuk dibaca
B. Kekurangan Jurnal

1. Jurnal Utama
1) Terdapat beberapa kata yang typo
2) Banyak terdapat pengulangan kalimat, ada beberapa kata yang tidak di
spsasi

 JURNAL PEMBANDING
A. Keunggulan Dan Kelemahan Jurnal
1. Penulisannya rapi
2. Menggunakan identitas jurnal yang lengkap
3. Menggunakan catatan kaki, body note, sumber jelas
4. Memuat pembahasan tentang museum Simalungun. Yang mana
pembahasan tersebut dekat dengan kita sebagai anak Sumut.
5. Menjelaskan dengan baik sejarah museum Simalungun dan apa apa saja
koleksi Museum tersebut
6. Dari segi bahasa menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dipahami

Anda mungkin juga menyukai