Anda di halaman 1dari 5

Konsep Bermain pada Anak

1. Jenis Permainan

Berdasarkan kelompok usia, ada lima jenis permainan, yaitu :


a. Anak usia bayi
Permainan untuk anak usia bayi dibagi menjadi bayi usia 0 – 3 bulan, usia 4 – 6 bulan, dan
usia 7 – 9 bulan. Karakteristik permainan anak usia bayi adalah “sense of pleasure play”.
o Bayi usia 0 – 3 bulan
Seperti yang telah disinggung diatas bahwa karakteristik khas permainan bagi usia bayi
adalah adanya interaksi social yang menyenangkan antara bayi dan orang tua dan/atau orang
dewasa sekitarnya. Selain itu, perasaan senang juga menjadi cirri khas dari permainan untuk
bayi di usia ini.
Alat permainan yang biasa digunakan, misalnya mainan gantungan yang berwarna terang
dengan bunyi musik yang menarik. Dari permainan tersebut, secara visual bayi diberi objek
yang berwarna terang dengan tujuan menstimuli penglihatannya. Oleh karena itu bayi harus
ditidurkan atau diletakkan pada posisi yang memungkinkan agar dapat memandang bebas ke
sekelilingnya. Secara auditori ajak bayi berbicara, beri kesempatan untuk mendengar
pembicaraan, musik dan nyanyian yang menyenangkan.
o Bayi usia 4 – 6 bulan
Untuk menstimuli penglihatan, dapat dilakukan permainan seperti mengajak bayi menonton
TV, memberi mainan yang mudah dipegangnya dan berwarna terang, serta dapat pula dengan
cara memberi cermin dan meletakkan bayi didepannya sehingga memungkinkan bayi dapat
melihat bayangan di cermin.
Untuk stimulasi pendengaran, dapat dilakukan dengan cara selalu membiasakan memanggil
namanya, mengulangi suara yang dikeluarkannya, dan sering berbicara dengan bayi, serta
meletakkan mainan yang berbunyi di dekat telinganya.
Untuk stimulasi taktil, berikan mainan yang dapat digenggamnya, lembut dan lentur atau
pada saat memandikan, biarkan bayi bermain air di dalam bak mandi.
o Bayi usia 7 – 9 bulan
Untuk stimulasi penglihatan, dapat dilakukan dengan memberikan mainan yang berwarna
terang, atau berikan kepadanya kertas dan alat tulis, biarkan ia mencoret-coret sesuai
keinginannya.
Stimulasi pendengaran, dapat dilakukan dengan memberi bayi boneka yang berbunyi, mainan
yang bias dipegang dan berbunyi jika digerakkan. Untuk itu alat permainan yang dapat
diberikan pada bayi, misalnya buku dengan warna yang terang an mencolok, gelas dan
sendok yang tidak pecah, bola yang besar, berbagai boneka, dan/atau mainan yang dapat
didorong.
b. Anak usia toddler (>1 tahun sampai 3 tahun)
Anak usia toddler menunjukkan karakteristikyang khas, yaitu banyak bergerak, tidak bias
diam dan mulai mengembangkan otonomi dan kemampuannya untuk mandiri. Oleh karena
itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas, spontan, dan menunjukkan otonomi baik
dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas bermainnya. Anak mempunyai rasa ingin
tahu yang besar. Oleh karena itu seringkali mainannya dibongkar-pasang, bahkan dirusaknya.
Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan anak dengan cara tidak memberikan
alat permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan.
Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah “solitary play dan parallel
play”. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas terlihat anak melakukan permainan sendiri
dengan mainannya sendir, sedangkan pada usia lebih dari 2 tahun sampai 3 tahun, anak mulai
dapat melakukan permainan secara parallel karena sudah dapat berkomunikasi dalam
kelompoknya walaupun belum begitu jelas karena kemampuan berbahasa blum begitu
lancar. Jenis alat permainan yang tepat diberikan adalah boneka, pasir, tanah liat dan lilin
warna-warni yang dapat dibentuk benda macam-macam

c. Anak usia prasekolah (>3 tahun sampai 6 tahun)


Sejalan dengan pertumbuhan dan oerkembangannya, anak usia prasekolah mempunyai
kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih matang dari pada anak usia toddler. Anak
sudah lebih aktif, kreatif dan imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan
berhubungan social dengan temannya semakin meningkat.
Oleh kerena itu jenis permainan yang sesuai adalah “associative play, dramatic play dan skill
play”. Anak melakukan permainan bersama-sama dengan temannya dengan komunikasi yang
sesuai dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu memainkan peran orang tua
tertentu yang diidentifikasinya, seperti ayah, ibu dan bapak atau ibu gurunya. Permainan yang
menggunakan kemampuan motorik (skill paly) banyak dipilih anak usia prasekolah. Untuk
itu, jenis alat permainan yang tepat diberikan pada anak misalnya, sepeda, mobil-mobilan,
alat olah raga, berenang dan permainan balok-balok besar

d. Anak usia sekolah (> 6 tahun sampai 12 tahun)


Kemampuan social anak usia sekolah semakin meningkat. Mereka lebih mampu bekerja sama
dengan teman sepermainannya. Seringkali pergaulan dengan teman menjadi tempat belajar
mengenal norma baik atau buruk. Dengan demikian, permainan pada anak usia sekolah tidak
hanya bermanfaat untuk meningkatkan ketrampilan fisik atau intelektualnya, tetapi juga dapat
mengembangkan sensitivitasnya untuk terlibat dalam kelompok dan bekerja sama dengan
sesamanya. Mereka belajar norma kelompok sehingga dapat diterima dalam kelompoknya.
Sisi lain manfaat bermain bagi anak usia sekolah adalah mengembangkan kemampuannya
untuk bersaing secara sehat. Bagaimana anak dapat menerima kelebihan orang lain melalui
permainan yang ditunjukkannya.
Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan menurut jenis kelaminnya. Anak
laki-laki lebih tepat jika diberikan mainan jenis mekanik yang akan menstimulasi
kemampuan kreativitasnya dalam berkreasi sebagai seorang laki-laki, misalnya mobil-
mobilan. Anak perempuan lebih tepat diberikan permainan yang dapat menstimulasinya
untuk mengembangkan perasaan, pemikiran dan sikapnya dalam menjalankan peran sebagai
seorang perempuan, misalnya alat untuk memasak dan boneka.

e. Anak usia remaja (13 tahun sampai 18 tahun)


Merujuk pada proses tumbuh-kembang anak remaja, dimana anak remaja berada dalam suatu
fase peralihan, yaitu disatu sisi akan meninggalkan masa kanak-kanak dan disisi lain masuk
pada usia dewasa dan bertindak sebagai individu. Oleh karena itu, dikatakan bahwa anak
remaja akan mengalami krisis identitas dan apabila tidak sukses melewatinya, anak akan
mencari kompensasinya pada hal yang berbahaya, seperti obat-obatan terlarang dsb. Melihat
karakteristik anak remaja perlu mengisi kegiatan yang konstruktif, misalnya dengan
melakukan permainan berbagai macam olah raga, mendengarkan dan/atau bermain musik
serta melakukan kegiatan organisasi remaja yang positif, seperti kelompok basket, sepak
bola, karang taruna dll. Prinsip kegiatan bermainbagi anak remaja tidak hanya sekedar
mencari kesenangan dan meningkatkan perkembangan fisio-emosional, tetapi juga lebih juga
ke arah menyalurkan minat, bakat dan aspirasi serta membantu remaja untuk menemukan
identitas pribadinya. Untuk itu alat permainan yang tepat bias berupa berbagai macam alat
olah raga, alat musik dan alat gambar atau lukis.

Usia anak prasekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap waktunya diisi
dengan kegiatan bermain. Kegiatan bermain yang dimaksud disini adalah suatu kegiatan yang
dilakukan dengan kebebasan batin untuk memperoleh kesenangan. Terdapat beberapa macam
permainan anak usia prasekolah menurut Yusuf (2002:172) yaitu sebagai berikut:
a. Permainan fungsi (permainan gerak), seperti meloncat-loncat, naik turun tangga, berlari-
larian, bermain tali, danbermain bola.
b. Permainan fiksi, seperti menjadikan kursi seperti kuda,main sekolah-sekolahan, dagang-
dagangan, perang-perangan, dokter-dokteran, robot-robotan, tembak-tembakan dan masak-
masakan.
c. Permainan reseptif atau apresiatif, seperti mendengarkan cerita atau dongeng, melihat
gambar, membaca buku cerita, melihat orang melukis, menceritakan kisahnya.
d. Permainan membentuk (konstruksi), seperti membuat kuedari tanah liat, membuat gunung
pasir, membuat kapal-kapalan dari kertas, membuat gerobak dari kulit jeruk,membentuk
bangunan rumah-rumahan dari potongankayu-kayu, puzzle.
 e. Permainan prestasi seperti sepak bola, bola voli, tenis

2. Bermain di Rumah Sakit

Perawatan anak dirumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi
anak maupun orang tua. Beberapa bukti ilmiah, menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit
itu sendiri merupakan penyebab stress bagi anak dan orang tuanya, baik lingkungan fisik
rumah sakit seperti bangunan/ruang rawat,alat-alat, bau yang khas, pakaian putih petugas
kesehatan maupun lingkungan social, seperti sesama pasien anak, ataupun interaksi dan sikap
petugas kesehatan itu sendiri.
Perasaan, seperti takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan yang tidak menyenangkan
lainnya, sering kali dialami anak. Untuk itu, anak memerlukan media yang
dapat mengekspresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan
selama dalam perawatan. Media yang paling efektif adalah melalui kegiatan permainan,
permainan yang teraupetik didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan
aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anak
dan memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan perasaan dan pikiran anak,
mengalihkan parasaan nyeri, dan relaksasi. Dengan demikian, kegiatan bermain harus
menjadi bagian integral dan pelayanan kesehatan anak dirumah sakit (Brennan, 1994).

Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di rumah sakit akan memberikan
keuntungan sebagai berikut :
1) Meningkatkan hubungan antara klien ( anak keluaarga ) dan perawat karena dengan
melaksanakan kegiatan bermain, perawat mempunyai kesempatan untuk membina hubungan
yang baik dan menyenangkan dengan anak dan keluarganya. Bermain merupakan alat
komunikasi yang elektif antara perawat dan klien.
2) Perawatan dirumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas
bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.
3) Permainan pada anak dirumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang pada
anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut,
sedih, tegang, dan nyeri. Pada beberapa anak yang belum dapat mengekspresikan perasaan
dan pikiran secara verbal atau pada anak yang kurang dapat mengekspresikannya, permainan
menggambar, mewarnai, atau melukis akan membantunya mengekspresikan perasaan
tersebut.
4) Permainan yang terupetik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk mempunyai
tingkah laku yang positif.
5) Permainan yang memberikan kesempatan pada beberapa anak untuk berkompetisi secara
sehat, akan dapat menurunkan ketegangan pada anak dan keluarganya.

Sumber :

Noverita, Mulyadi, & Mudatsir. (2017). Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan Pada
Anak Usia 3 – 5 Tahun Yang Berobat Di Puskesmas Play Therapy on Anxiety Levels of
Children Aged 3-5 Years Old Treated at Community Health Center Hasil Riset
Kesehatan Dasar ( Riskesdas ). vol , 73-80.

Anda mungkin juga menyukai