Anda di halaman 1dari 9

ESSAY

STRATEGI KETAHANAN USAHA DAGANG


PADA MASA PANDEMI COVID-19
Oleh: Maghfirotul Ulya

Kebutuhan masyarakat terhadap bahan


panganan lambat laun semakin tinggi seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Lahan
pertanian sebagai tempat pengolahan bahan
pangananpun juga semakin sempit. Usaha keluarga,
industri rumahtangga, usaha dagang, UKM (Usaha
Kecil dan Menengah), maupun UMKM (Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah) khususnya dibidang panganan
tentu memiliki peluang usaha yang cukup menjanjikan.
Bila digeluti dengan sungguh-sungguh, telaten dan
sabar, besar kemungkinan usaha panganan dapat
meningkatkan perekonomian bagi pelaku usaha
tersebut hingga masyarakat pada umumnya. Dengan
kemunculan usaha-usaha baru saja, akan menambah
lapangan kerja baru dimana dari sini diharapkan usaha-
usaha baru tersebut dapat memberdayakan masyarakat
sekitar dan meningkatkan penghasilan mereka terlebih
pada situasi Pandemi Covid-19 seperti saat ini.
Persaingan masyarakat global yang semakin
ketat ditambah lagi dengan situasi pandemi yang belum
diketahui kapan berakhirnya, para pelaku usaha harus
mampu menentukkan sikap, solusi dan strategi
ketahanan usaha agar usahanya tersebut dapat bertahan
dan terus beroperasi. Sekalipun dengan adanya

1
pembatasan aktivitas termasuk dalam hal pekerjaan,
imbas dari pandemi ini. Apabila interaksi serta
komunikasi diantara konsumen (pelanggan) dengan
produsen tetap terjalin dengan baik, maka produsen
(dalam hal ini para pelaku usaha) akan lebih mudah
dalam memperoleh informasi serta mengetahui
kebutuhan dan keinginan si konsumen maupun
pelanggan. Sehingga dalam pemenuhan permintaan
dan penyesuaian pesanan produk juga akan maksimal.
Kala pandemi seperti saat ini, keputusan yang diambil
terkait strategi ketahan usaha khususnya usaha dagang
sangatlah krusial dimana strategi yang diambil tersebut
dapat menentukkan apakah produksi tetap mencapai
target atau tidak di tengah segala keterbatasan yang ada.
Pembahasan yang mengangkat tema strategi
ketahanan usaha dagang pada Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) Gelombang I Tahun 2021 yang
dilaksanakan oleh Maghfirotul Ulya (salah satu
mahasiswi IAIN Tulungagung) ini berfokus pada usaha
di salah satu desa sekitar tempat tinggalnya, yaitu di
lokasi usaha panganan berupa aneka keripik dan telur
asin UD. Kurnia Jaya milik Ibu Siti Nur Azizah dan
Bapak Edi Sumarianto yang juga mengelola peternakan
bebek sendiri sekaligus berperan sebagai ketua
kelompok ternak bebek “Karya Lestari” Desa Dawung.
Secara garis besar, situasi keterpurukan para
pelaku usaha diawali dengan kebijakan Pemerintah
untuk menjaga jarak (social distancing) demi menekan
angka penularan Virus Corona ini. Derasnya berita
melalui media massa terkait korban terjangkit Covid-
19 juga menimbulkan ketakutan berlebihan pada

2
pelaku usaha dan sebagian besar konsumen. Kondisi
tersebut diperparah dengan terbitnya aturan bekerja
dari rumah, larangan beraktivitas di luar rumah, juga
penerapan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala
Besar yang disertai denda dan pidana. Imbasnya,
pendapatan pelaku usaha pun menurun drastis hingga
banyak yang terpaksa gulung tikar alias bangkrut. UD.
Kurnia Jaya yang merupakan usaha yang menjual dan
memproduksi barang dagangannya sendiri, apabila
usaha ini mampu menerapkan strategi yang tepat
terutama terkait produksi hingga pemasarannya, maka
tidak hanya produk unggulannya saja yang berupa
keripik usus ayam, namun juga produk-produk lain dari
UD. Kurnia Jaya ini memiliki peluang besar untuk
mampu bertahan, bersaing bahkan berkembang dimasa
Pandemi Covid-19 saat ini.
Usaha apapun itu, pasti tidak lepas dari yang
namanya permasalahan, tak terkecuali pada UD.
Kurnia Jaya. Berbagai masalah yang dihadapi usaha ini
diantaranya adalah terbatasnya akses produk yang
dapat didistribusikan ke berbagai daerah. Pasokan
bahan baku juga sering terhambat. Hal ini merupakan
imbas dari adanya PSBB akibat pandemi. Meskipun
PSBB banyak dilakukan dikota-kota besar, namun
tetap saja sangat berpengaruh pada pengiriman hasil
produksi kemanapun. Dampak dari pandemi memang
sangat dirasakan bukan hanya bagi pemilik UD. Kurnia
Jaya saja, namun usaha-usaha yang bergerak di bidang
pangan lain juga “menangis” terkena imbasnya.
Banyak toko-toko yang tidak berjualan seperti biasanya
hingga tindak berani memasok produk-produk yang
biasa dijual. Tidak sedikit lokasi wisata yang juga tutup

3
dan menghentikan kegiatan operasionalnya, padahal
dari sanalah seharusnya hasil produksi didistribusikan.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan


dokumentasi terhadap UD. Kurnia Jaya, didapatkan
berbagai permasalahan usaha serta strategi ketahanan
usaha dalam mengatasi masalah tersebut sebagai
berikut.
1. Operasional
Operasional dalam hal ini adalah terkait dengan
manajemen operasional UD. Kurnia Jaya dimana usaha
ini memang tidak memiliki perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dalam
pengelolaan maupun struktur khusus dalam kegiatan
usaha sehari-harinya sehingga sering terjadi tumpang
tindih pada pelaksanaan kerjanya. Oleh karena itu
strategi pengelolaan dan komunikasi yang baik antara
pemilik usaha dengan karyawan-karyawannya menjadi
salah satu faktor penting yang harus diterapkan atau
diaplikasikan dalam usaha ini. Kebijakan setiap usaha
memang berbeda-beda menyesuaikan pengalaman,
pengetahuan serta situasi dan kondisi masing-masing
pelaku usaha.
Lain halnya dengan strategi ketahanan usaha terkait
manajemen produksi. Ketika akan memproduksi
keripik usus ayam, maka pemilik (produsen) akan
memasok bahan baku dari tempat pemotongan ayam
lokal yakni pemotongan ayam yang dekat dengan
tempat tinggal produsen. Apabila terjadi kekurangan
bahan baku, maka Bu Aziz selaku pemilik usaha yang
melakukan pemesanan bahan baku, akan memasok
usus ayam dari luar daerah bahkan luar kota seperti

4
Jombang dan Mojokerto dengan pemesanan melalui via
telepon yang kemudian bahan baku tersebut akan
diantar oleh si penjual.
Hari-hari biasa, dalam sekali produksi usaha ini
bisa memasok kurang lebih 50Kg usus ayam. Situasi di
masa pandemi seperti ini, mau tidak mau produksi
keripik usus ayam maupun aneka keripik yang lain
tetap dilakukan dengan istilah “Jemput Bola” karena
produsen harus tetap memasarkan dan memberikan
pasokan produk ke distributor (warung-warung, toko-
toko, swalayan, pusat oleh-oleh, dll.) baik itu
distributor lama maupun yang baru. Hal ini juga
termasuk strategi produsen dalam mempertahankan
produknya agar tidak tergeser dengan produk
pesaingnya. Sesungguhnya sebelum pandemi merebak,
puncak produksi terjadi pada bulan puasa/ lebaran atau
yang sering disebut Hari Raya Idul Fitri, kemudian
Natal dan Tahun Baru. Namun setelah adanya pandemi,
hari-hari tersebut sudah tidak dapat dijadikan patokan
sebagai acuan puncak produksi.
Manajemen produksi yang dilakukan untuk
mengembangkan usaha UD. Kurnia Jaya bahkan
sebelum adanya pandemi adalah “Repacking”, yakni
mengemas kembali produk makanan yang diperoleh
dari kegiatan produksi milik teman pelaku usaha. Tentu
atas seizin dari produsen tersebut, begitu pula
sebaliknya. Produk UD. Kurnia Jaya terkadang juga
ada yang di repacking oleh teman pemilik yang juga
sebagai pelaku usaha atau produsen sehingga kegiatan
usaha sesama produsen tersebut tetap berjalan dan
mampu bertahan sekalipun setelah adanya pandemi.

5
Beralih ke produk telur asin, kendala utama yang
dihadapi dalam berproduksi telur asin adalah kondisi
cuaca dimana hal ini sangat mempengaruhi hasil
produksi. Kandang yang terlalu becek ketika musim
penghujan tiba, dapat menurunkan tingkat
produktivitas bebek petelursehingga telur yang
dihasilkan pun juga berkurang. Strategi yang
diterapkan Pak Edi adalah dengan melakukan
pengerukan kotoran bebek secara rutin. Diharapkan
dengan cara ini dapat mengurangi dampak dari musim
penghujan terhadap produktivitas bebek-bebek beliau.
Sedangkan untuk menyikapi limbah kotoran/ kompos
bebek yang menumpuk, Pak Edi mempersilahkan bagi
masyarakat sekitar dan siapapun untuk mengambil dan
memanfaatkannya.
2. SDM (Sumber Daya Manusia)
Saat ini terdapat 2 (dua) orang yang membantu
kegiatan usaha sehari-hari di UD. Kurnia Jaya. Mereka
adalah Bu Maryati dan Bu Sholikah yang juga
merupakan penduduk sekitar rumah Bu Aziz (pemilik
usaha). Sementara untuk hari-hari di bulan puasa bisa
mencapai 5 (lima) hingga 6 (enam) orang yang bekerja
disini, itupun sebelum adanya pandemi. Setelah
pandemi, memang hanya dua orang tadi yang
membantu kegiatan produksi. Strategi pengurangan
tenaga kerja ini dilakukan untuk menyesuaikan antara
jumlah permintaan produk dengan tenaga kerja yang
dibutuhkan sehingga dapat menekan biaya pengeluaran
tenaga kerja untuk meminimalisir kerugian usaha.
3. Pemasaran

6
Terkait pemasaran, berbagai produk yang
dihasilkan dari UD. Kurnia Jaya ditawarkan dengan
kualitas yang baik serta dijual dengan variasi takaran
kemasan dengan harga yang berbeda-beda pula. Aneka
keripik dijual dengan rentang harga yang mudah
dijangkau berbagai kalangan, yaitu mulai dari Rp.
1.000,- hingga Rp. 30.000,- an sesuai jenis keripik dan
ukuran kemasan produknya. Sedangkan untuk telur
asinnya dijual dengan kisaran harga mulai dari Rp.
2.500,- keatas per butirnya. Berbagai macam produk
dari UD.Kurnia Jaya gencar dipasarkan melalui
pendistribusian ke berbagai tempat seiring
diberlakukannya pelonggaran PSBB di beberapa
wilayah, mulai dari Kediri, Blitar, Tulungagung,
hingga ke Trenggalek dimana sasaran lokasinya adalah
warung-warung, pedagang kaki lima, toko-toko,
swalayan, tempat wisata, dan pusat oleh-oleh. Strategi
dalam memperkenalkan produk juga dilakukan.
Sebelumnya, berbagai produk sempat dipromosikan
melalui website lembaga namun karena tidak ada waktu
mengelola web tersebut, akhirnya promosi kerap
dilakukan dari mulut ke mulut baik dari produsen ke
konsumen, maupun antar sesama konsumen, istilahnya
yaitu “getok tular”.
Membangun suatu usaha hingga bisa sukses
memang membutuhkan banyak tenaga, waktu dan
motivasi untuk berkembang, sehingga sangat
disarankan bagi pengusaha untuk memiliki jaringan
teman, rekan, maupun kolega untuk memberikan energi
yang positif. Hal ini dapat membuat si pengusaha
semakin giat lagi dalam menjalankan usahanya.
Jaringan bisnis usaha, yakni rekan yang baik juga akan

7
meningkatkan kualitas kegiatan usaha. Membangun
jaringan dan menambah pergaulan, sangat baik
dilakukan dimana akan jauh lebih banyak orang yang
tertarik dengan produk yang ditawarkan. 1 Tentu dengan
semakin berkembangnya ilmu teknologi, diharapkan
bagi para pelaku usaha untuk mempromosikan
produknya melalui berbagai media sosial terutama
dimasa pandemi seperti ini.
4. Keuangan
Keuangan usaha UD. Kurnia Jaya dikelola sendiri
oleh Bu Aziz sebagai pemilik usaha. Pencatatan masih
dilakukan secara sederhana yakni sekedar mencatat
keluar masuknya uang. Tidak ada pencatatan
menggunakan metode dari sistem pencatatan akuntansi
seperti neraca, laba-rugi, cash-flow, dan sebagainya.
Memastikan kondisi keuangan “berputar” dengan baik
dan lancar adalah tugas beliau, yang dilakukan dengan
selalu rutin mengecek dan mengontrol hasil dari
pencatatan keuangan beserta barang-barang persediaan
usaha. Demi meningkatkan keberlangsungan usaha ini
agar bertahan lebih lama, diharapkan adanya penerapan
teknologi akuntansi untuk menyempurnakan sistem
manajemen UD. Kurnia Jaya ini.
Pemilik usaha juga memutuskan untuk mengambil
pinjaman dana dari salah satu bank konvensional
dimana langkah ini dianggap strategi paling singkat
yang dilakukan untuk menutupi kekurangan modal
usaha dengan syarat ringan dan pencairan cepat.
Sebenarnya, memperoleh dan mengelola utang dengan

1
Ahmad Jarifin, “88 Strategi Bisnis Ala Rasulullah
yang tak Pernah Rugi”, (Yogyakarta: Araska, 2019), Hal.85

8
baik dan tepat dapat membantu perusahaan untuk
bertahan bahkan berkembang sekalipun tidak mudah
dilakukan di masa pandemi ini. Upaya yang ditempuh
untuk menutupi kekurangan pendanaan yakni dengan
mensiasati telur-telur bebek yang tidak masuk asinan
serta bebek-bebek afkir yang dikelola dipeternakan
sendiri ini akan dijual untuk menutupi biaya pakan
bebek.
Sudah adanya sistem perbankan berbasis syariah,
diharapkan kepada para pelaku usaha untuk beralih ke
sistem perbankan syariah ini untuk memperoleh dana
tambahan maupun modal usahanya. Selain banyak
jenis produk pinjaman (berupa bagi hasil),
persyaratannya pun juga cukup mudah, ringan dan
cepat, serta dapat terhindar dari transaksi yang
mengandung unsur riba.

Anda mungkin juga menyukai